Y
1
X
1
Gambar 1.4. Kantilever dengan beban miring P1 dan P2
Langkah 2.
Mencari keseimbangan gaya dalam. Kita lihat pada titik I, dengan menganggap A-I
sebagai freebody yang seimbang, maka akan tampak gaya-gaya dalam yang harus
mengimbangi gaya luar (lihat gambar 1.5).
Y
1
X
1
P
C B
II
2
B
V
H
B
M
B
M
I
L
I
N
I
M
I
N
I
L
I
Gambar 1.5. Keseimbangan gaya dalam pada batang A-I
Dengan persamaan statik tertentu dapat dihitung:
H = 0 - 6 + NI = 0 NI = 6 Ton
V = 0 - 8 + LI = 0 LI = 8 Ton
MI = 0 - 8 . 1 + MI = 0 MI = 8 Tm
Mengingat tanda gaya dalam sesuai perjanjian maka hasil hitungan perlu dicermati: NI
= - 6 Ton, LI = - 8 Ton, dan MI = - 8 Tm
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Begitu juga dengan titik II, dimana A-II dianggap freebody, maka akan tampak gaya-
gaya dalam yang mengimbangi gaya luar (lihat gambar 1.6).
Dengan persamaan statik tertentu dapat dihitung:
H = 0 6 + NII = 0 NII = - 6 Ton
V = 0 - 8 12 - LII = 0 LII = - 20 Ton
MI = 0 - 8 . 4 12 . 2 - MII = 0 MII = - 56 Tm
Y
1
X
1
P
C
B
2
B
V
H
B
M
B
M
II
N
II
L
II
M
II
L
II
N
II
Gambar 1.6. Keseimbangan gaya dalam pada batang A-II
X Nx Lx Mx
0 - 6 T - 8 T 0
1 - 6 T - 8 T - 8 Tm
2 - 6 T - 8 T - 16 Tm
2
a.2. Gaya Dalam pada Kantilever dengan Beban Terbagi Merata
Bila beban merupakan terbagi rata, perlu diperhatikan bahwa gaya lintang dan
momen lentur pada batang akan tergantung dari jarak beban terhadap titik tumpuan.
4 m 2 m
6 m
A
B
B
V
H
B
M
B
q = 10 T/m
C
Gambar 1.7. Kantilever dengan beban terbagi merata
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Gaya luar dari batang pada gambar 1.7 diperoleh: HB = 0, VB = q . 4 = 10 . 4 = 40 Ton,
dan MB = (q . 4) (2 + 2) = (10 . 4) 4 = 160 Tm. Bila terdapat elemen kecil beban q . dx
pada jarak x dari A, maka pada titik C akan mendapat reaksi gaya lintang dL = q . dx
dan momen lentur dM = (q . dx) . x (gambar. 1.8). Dengan memperhatikan hal tersebut
dapat disimpulkan sbb:
x q dx q L .
dan
x x q x
q
dx x q dx x q M
2
1
2
) . (
2
. . .
A
q = 10 T/m
C
L
C
M
C
B
B
V
M
B
C
M
C
L
C
x
dx
Gambar 1.8. Keseimbangan gaya dalam pada titik C
- Nilai L tergantung jarak dari A ke C, misal pada jarak 1 m, maka nilai L = -10 T,
sedang jarak 2 m L = -20 T dan pada jarak 4 m LC = -40 T, sehingga nilai
gaya lintang L semakin jauh jarak dari A semakin besar nilai (negatif) L, namun
perlu diingat nilai VB = nilai LC, sehingga gaya dalam pada batang CB sebesar
LC.
- Untuk nilai M, jarak selain mempengaruhi besar beban (q.x) juga
mempengaruhi letak resultan beban (| x), sehingga misal pada jarak 1 m,
maka M = -5 Tm, pada jarak 4 m MC = -80 Tm. Nilai MC tidak sama dengan
nilai MB, berarti pada CB akan mendapat momen lentur yang berbeda. Untuk
batang CB, M = (q . AC) (| AC + x) dimana x adalah jarak titik pada batang CB,
sehingga diperoleh M = (-10 . 4) (2 + x) = -80 - 40.x. misal pada jarak 1 m,
maka M = - 80 - 40 = -120 Tm, dan pada jarak 2 m, maka MB = - 80 - 80 = -160
Tm.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
a.3. Gaya Dalam pada Kantilever dengan Beban Momen
Bila beban merupakan momen, seperti gambar 1.9 dibawah ini:
M
B
A
M
B
Gambar 1.9. Kantilever dengan beban momen
Maka gaya dalam yang ada hanya momen lentur bernilai negatif (batang cekung ke
bawah).
b. Gaya Dalam pada Balok Sederhana
b.1. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Terpusat
Pada suatu konstruksi balok sederhana seperti gambar dibawah ini:
6 4
P = 2 T
A B
V
A
V
B
Gambar 1.10. Konstruksi balok sederhana
Dari keseimbangan gaya luar didapat VA = (4/10) x 2 = 0,8 T, dan VB = (6/10) x 2 = 1,2
T. Gaya dalam akan ditinjau pada titik P berada, serta AP dan PB dianggap sebagai
freebody (lihat gambar. 1.11).
Keseimbangan gaya dalam, (ditinjau dari A ke B):
Untuk 0 x 6, MX = VA . x = 0.8 . x, dan LA = VA
Untuk 6 x 10, MX = VB . (10 x) = 1,2 . (10 x) dan LB = - VB
Sehingga didapat LA = 0,8 T dan LB = -1,2 T dan pada titik P gaya lintang yang terjadi
adalah (LA + LB) = (0,8 1,2) = -0,4 T.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
B
V
B
M
B
B
L
A
V
A
M
A
L
A
Gambar 1.11. Gaya dalam pada titik pembebanan
Untuk momen lentur didapat: pada jarak 0 (titik A) M0 = 0, jarak 6, M6 = 0,8 x 6 = 4,8
Tm, atau M6 = 1,2 (10 6) = 1,2 (4) = 4,8 Tm, dan pada jarak 10, M10 = 1,2 (10 10) =
0
b.2. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Terbagi Merata
Bila beban pada balok sederhana berupa beban terbagi merata yang berada
ditengah-tengah konstruksi (gambar 1.12), maka perlu membagi balok tersebut
menjadi 3 bagian, untuk ditinjau gaya-gaya dalamnya.
4 3
q = 2 T/m
A B
V
A
V
B
3
C D
Gambar 1.12. Balok sederhana dengan beban terbagi merata
Dari keseimbangan gaya luar diperoleh:
MB = 0 VA . 10 (q . 4) . (2 + 3) = 0, VA = ((2 . 4) . 5)/10 = 4 T
MA = 0 (q . 4) . (2 + 3) - VB . 10 = 0, VB = ((2 . 4) . 5)/10 = 4 T
Keseimbangan gaya dalam (ditinjau dari titik A) lihat gambar 1.13:
Untuk 0 x 3, MX = VA . x dan LX = VA LA = VA = LC
M0 = 0, M3 = 4 . 3 = 12 Tm dan L0 = 4 T dan L3 = 4 T
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
A B
V
A
V
B
C D
L
A
L
B
M
A
L
C
L
D
M
B
M
D
M
C
Gambar 1.13. Gaya-gaya dalam yang terjadi pada balok
Untuk 3 x 7, MX = VA . x (q . (x 3)) . | (x 3) dan LX = VA q (x 3)
M3 = 4 . 3 0 = 12 Tm, M5 = 4 . 5 (2. 2) . | (2) = 16 Tm, dan M7 = 4.7 (2 . 4) . | (4)
= 12 Tm, dan L3 = 4 0 = 4 T, L5 = 4 2(2) = 0, L7 = 4 2(4) = - 4 T.
Untuk 7 x 10, MX = -VB . (x 10) dan LX = - VB LB = - VB = LD
M7 = - 4 (7 10) = 12 Tm, M10 = - 4 (0) = 0, dan L7 = - 4 T dan L10 = - 4 T.
Jadi pada titik berjarak 5 m dari A (= | L), gaya lintang = 0 dan momen lentur menjadi
maksimum.
Yang perlu diperhatikan adalah persamaan diatas, dimana terdapat persamaan garis
linier (gaya lintang) dan persamaan garis eksponensial (parabola) (momen).
b.3. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Momen
Balok sederhana dengan beban momen seperti gambar 1.14.
6 4
M = 10 Tm
A B
V
A
V
B
Gambar 1.14. Balok dengan beban momen
Dari keseimbangan luar didapat VA = - M/L = M/L () = 1 T, VB = M/L = 1 T
Keseimbangan dalam:
0 x 6, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 0, M6 = -1 . 6 = - 6 Tm, dan L0 = -1 T, L6 = -1 T
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
6 x 10, MX = VB . (10 x) dan LX = - VB
M6 = 1 (10 6) = 4 Tm, M10 = 1 (0) = 0, dan L6 = - 1 T, L10 = - 1 T
b.4. Gaya Dalam pada Balok Sederhana Berpinggul dengan Beban Terpusat
Balok sederhana berpinggul dengan beban terpusat P, seperti gambar 1.15.
10 m
P = 4 T
A B
V
A
V
B
2 m
Gambar 1.15. Balok pinggul dengan beban terpusat
Keseimbangan luar:
VA = - (2/10) . P = - 0,8 T dan VB = ((10 + 2)/10) . P = 4,8 T
Keseimbangan dalam:
0 x 10, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = - 0,8 . 0 = 0, M10 = - 0,8 . 10 = - 8 Tm, dan L0 = - 0,8 T, L10 = - 0,8 T
10 x 12, MX = P . (x 12) dan LX = P
M10 = 4 (10 12) = - 8 Tm, M12 = 0, dan L10 = 4 T, L12 = 4 T
b.5. Gaya Dalam pada Balok Sederhana Berpinggul dengan Beban Terbagi
Merata
Gambar 1.16 memperlihatkan balok pinggul dengan beban terbagi merata
Keseimbangan luar:
ton q
L
c b
V
A
2 , 1 2 .
10 . 2
) 2 4 (
.
2
) (
2 2 2 2
dan
ton q
L
a c L
V
B
8 , 10 2 .
10 . 2
6 ) 2 10 (
.
2
) (
2 2 2 2
M = 0 MB =
) ( . )] . ( ) (
0
2
1
0
2
2
1
a L a q x x L q x L dx q
a
a
bila a = L VB = q.L dan MB = q.L
2
bila a = L VB = q.L dan MB = (q. L) (3/4 L) = 3/8 q.L
2
2.2.3. Kantilever dengan beban momen
Gambar 2.6. memperlihatkan dua buah momen pada suatu kantilever.
M
C
a b
L
M M
C
B A
B A
Gambar 2.6. Kantilever dengan beban momen
Momen A pada titik A dan momen B pada titik B, reaksi terjadi terhadap titik C sebagai
berikut:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
X = 0 HC = 0
Y = 0 VC = 0
M = 0 MC = MA + MC
2.2.4. Kantilever dengan beban segitiga
Beban segitiga adalah beban terbagi dengan area segitiga seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7 berikut:
V
D
M
q
D
a b
L
1/3 a
D
0
resultan beban q
V
D
M
q
D
a
1/3 a
D
0
resultan beban q
2/3 a
b
Gambar 2.7. Kantilever dengan beban segitiga dan reaksi-reaksinya
Mengingat beban segitiga adalah setengah dari beban terbagi merata dan terletak di
sepertiga dari beban terbesar, maka didapat reaksi sbb:
X = 0 HD = 0
Y = 0 VD = q.a
M = 0 MD = ( q.a) (2/3 a + b)
2.2.5. Kantilever dengan beban tidak langsung
Yang dimaksud dengan beban tidak langsung adalah beban yang tidak langsung
mengenai batang bebas yang ditumpu. Dalam gambar 2.8 diperlihatkan beban tidak
langsung ke kantilever.
H
M
q
E
L
a
E
Gambar 2.8. Kantilever dengan beban tidak langsung
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Beban tidak langsung merupakan beban terbagi merata dan pada posisi vertikal dari
batang bebas. Adapun reaksi-reaksinya sbb:
X = 0 HE = q . a
Y = 0 VE = 0
M = 0 ME = (q.a) a = q a
2
2.2.6. Kantilever vertikal
Biasanya kantilever berada pada posisi horisontal, namun dapat juga berada dalam
keadaan vertikal, biasanya terjadi pada tonggak atau tiang penyangga seperti dalam
gambar 2.9.
4
m
2
m
q = 300 kg/m
Q = q.a
A
4
m
2
m
q = 300 kg/m
Q = q.a
A
M
A
H
A
Gambar 2.9. Kantilever vertikal dan reaksi-reaksi yang terjadi
Reaksi-reaksi pada tumpuan A hampir sama dengan posisi horisontal:
X = 0 HA = q . a = 300 . 4 = 1200 kg
Y = 0 VA = 0
M = 0 MA = (q.a) ( a +2) = (1200) (2 + 2) = 4800 kgm
2.2.6. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung
Dalam kantilever ini (ditunjukkan gambar 2.10) beban tidak langsung berada pada
suatu batang bebas dengan sudut tertentu, dengan menggunakan persamaan statik
tertentu maka dapat diperoleh reaksi-reaksinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
q = 300 kg/m
2
m
4
m
P = 1500 kg
B
2
q = 300 kg/m
2
m
4
m
P = 1500 kg
B
V
B
M
B
H
B
Gambar 2.10. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung
X = 0 HB = q . a = 300 . 2 = 600 kg
Y = 0 VB = P = 1500 kg
M = 0 MB = {(q.a) ( a +4)}-(P. 2) = (600. 5) - (1500 . 2) = 0 kgm
2.2.7. Soal-soal kantilever
4
m
4
2 m
3 3
C
K = 1600 kg
q = 300 kg/m
p = 800 kg/m
Tentukan reaksi-reaksinya !
q = 200 kg/m
45.0
4 m 2 m 3 m
D
p = 1000 kg
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Tentukan reaksi-reaksinya !
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
2.3. BALOK SEDERHANA
2.3.1. Balok sederhana dengan beban terpusat
Suatu balok/batang diletakkan diatas dua peletakan (tumpuan) A dan B (lihat gambar
2.11) mendapat beban titik P.
a b
L
P
V V
A B
A B
Gambar 2.11. Balok sederhana dengan beban terpusat
Pada sendi A akan timbul reaksi vertikal VA dan reaksi horisontal HA dan di sendi B
akan timbul reaksi vertikal VB dan reaksi horisontal HB. Balok AB dianggap sebagai
freebody (batang bebas), akan seimbang didalam sistem gaya-gaya luar yaitu bila
beban seimbang dengan reaksi.
X = 0 HA = 0
Y = 0 VA + VB P = 0
MA = 0 P . a VB . L = 0 VB = (P.a)/L
VA + VB P = 0 VA + (P.a)/L = P VA = P (P.a)/(a+b) = P.b/L
Dapat juga kita menggunakan sendi B sebagai pusat:
MB = 0 P . b VA . L = 0 VA = (P.b)/L
2.3.2. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat
Dalam kasus ini balok sederhana dibebani oleh beberapa beban P (gbr 2.12)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
a c
P1
V V
A B
A B
b
P2
x1 x2
y1
y2
A
H
Gambar 2.12. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat.
Beban P dapat dibagi dalam arah sumbu x dan y, P1 menjadi x1 dan y1, sedangkan
P2 menjadi x2 dan y2, sehingga dihasilkan:
X = 0 HA = x1 + x2
MA = 0 y1 . a + y2 . (a+b) - VB . L = 0 VB = 2 . 1 . y
L
b a
y
L
a +
+
MB = 0 y1 . (b+c) + y2 . c VA . L = 0 VA = 2 1 . y
L
c
y
L
c b
+
+
2.3.3. Balok sederhana dengan beban terbagi merata
Beban terbagi merata q sepanjang b diperlihatkan pada gambar 2.13 berikut:
a c
V V
A B
A B b
q
L
a c
V
V
A
B
A B
b
q
L
x
dx
Gambar 2.13. Balok sederhana dengan beban terbagi merata dan reaksinya
Misal elemen kecil q.dx berjarak x dari A mengakibatkan reaksi di B:
dx q
L
x
dV
B
. .
sehingga
b a
a
b a
a
b a
a
B
x
L
q
dx x
L
q
dx q
L
x
V
+
+ +
1
]
1
2
.
2
. . .
didapatkan
( )
b q
L
b a
V
B
. .
2
2 +
( ) ( )
( )
,
_
+
+
+ 0
2
. . 0 a
a c L
a c L q L V M
B A
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
( )
q
L
a c L
V
B
.
2
2 2
+
Q
Y
= Q cos
4
m
3 m
Q
q
Penyelesaian:
QY = Q . 3/5; QX = Q . 4/5
X = 0 HC + (300 . 5) 4/5 1600 = 0
HC = - 1200 + 1600 = 400 kg ()
Y = 0 VC - (300 . 5) 3/5 800 . 2 = 0
VC = 900 + 1600 = 2500 kg ()
M = 0 - MC 1600 . 4 + (300 . 5) (| . 5 + 5) + (800 . 2) (| . 2 + 6) = 0
MC = - 6400 + 11250 + 11200 = 16050 kgm (ccw)
3 m 4 m 3 m
q = 400 kg/m M = 600 kgm
A B
Y = 0 VA + VB Q = 0
VA + VB = q . 3 m VA + VB = 400 kg/m . 3 m = 1200 kg
MB = 0 VA . (4 + 3)m Q . ( . 3 m) + M = 0
VA = (( 400 kg/m . 3 m) . 1,5 m 600 kgm)/7 m
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
VA = 171,4 kg VA + VB = 1200 kg VB = 1200 171,4 = 1028.6 kg
MA = 0 Q . (4 + . 3 m) + M VB . (4 + 3) m = 0
VB = (( 400 kg/m . 3 m) . 5,5 m + 600 kgm)/7 m
VB = 1028,6 kg VA + VB = 1200 kg VA = 1200 1028,6 = 171,4 kg
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II