Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PERHITUNGAN GAYA-GAYA BATANG


I.1. Gaya-Gaya Dalam
Gaya dalam adalah gaya yang menahan gaya rambat pada konstruksi untuk mencapai
keseimbangan, misal suatu balok dijepit diujung atasnya dan dibebani oleh gaya P
searah sumbu balok (gambar 1.1), maka balok tersebut dipastikan timbul gaya dalam.
Gaya dalam yang mengimbangi gaya aksi (beban) bekerja sepanjang sumbu batang,
sama besar, dan berlawanan arah dengan gaya aksi. Gaya dalam tersebut dinamakan
gaya normal, dan dinyatakan sebagai NX bila gaya normal terletak di titik berjarak X
dari B.
A
B
X
P P
N
X
Gambar 1.1. Gaya Normal bekerja sepanjang sumbu batang
Bila terdapat beban dengan arah tegak lurus terhadap sumbu batang (gambar 1.2),
maka akan timbul gaya (P`) dan momen (M`) pada jarak X dari titik B.
A
B
X
P
P
L
P`
M
M`
X
X
M
Gambar 1.2. Gaya Lintang dan Momen Lentur pada jarak X dari B.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Gaya dalam yang menahan aksi P` dan momen M` adalah LX dan MX. Gaya dalam
yang tegak lurus terhadap sumbu batang dinamakan Gaya Lintang/Geser (Shear
Force) diberi notasi LX dan momen yang mendukung lentur dinamakan Momen
Lentur/Lengkung (Bending Moment) bernotasi MX.
I.1.1. Perjanjian Tanda Gaya Dalam.
Gaya normal diberi tanda positif (+) apabila gaya cenderung menimbulkan sifat tarik
pada batang dan negatif (-) bila gaya cenderung menimbulkan sifat tekan (gambar
1.3). Gaya lintang disebut positif apabila gaya cenderung menimbulkan patah dan
searah jarum jam, dan negatif bila sebaliknya.
+
-
+ -
a. Gaya Normal b. Gaya Lintang
+
-
c. Momen Lentur
N
ka
N
ka
N
ki
N
ki
L
ki
L
ki
L
ka
L
ka
M
ka
M
ka
M
ki
M
ki
Gambar 1.3. Perjanjian tanda gaya-gaya dalam
Momen lentur diberi tanda positif apabila gaya menyebabkan sumbu batang cekung ke
atas, dan bila cekung ke bawah diberi tanda negatif.
I.1.2. Perhitungan Gaya Dalam.
a. Gaya Dalam pada Kantilever
a.1. Gaya Dalam pada Kantilever dengan Beban Terpusat
Misal sebuah kantilever mendapat beban P1 = 10 ton dengan tg = 4/3 pada titik A,
dan P2 = 12 ton pada titik C, seperti gambar 3.4. Tentukan besarnya gaya normal, gaya
lintang dan momen lentur dititik I dan II.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Langkah 1.
Mencari keseimbangan gaya luar. P1 diuraikan menjadi X1 = P cos = 10 x 3/5 = 6 ton
dan Y1 = P sin = 10 x 4/5 = 8 ton, sehingga didapat reaksi
HB = 6 ton (), VB = 20 ton (), dan MB = 96 Tm.
1 m 1 m 2 m 2 m
P P
1
6 m
C
A
B
II I
2
B
V
H
B
M
B

Y
1
X
1
Gambar 1.4. Kantilever dengan beban miring P1 dan P2
Langkah 2.
Mencari keseimbangan gaya dalam. Kita lihat pada titik I, dengan menganggap A-I
sebagai freebody yang seimbang, maka akan tampak gaya-gaya dalam yang harus
mengimbangi gaya luar (lihat gambar 1.5).
Y
1
X
1
P
C B
II
2
B
V
H
B
M
B
M
I
L
I
N
I
M
I
N
I
L
I
Gambar 1.5. Keseimbangan gaya dalam pada batang A-I
Dengan persamaan statik tertentu dapat dihitung:
H = 0 - 6 + NI = 0 NI = 6 Ton
V = 0 - 8 + LI = 0 LI = 8 Ton
MI = 0 - 8 . 1 + MI = 0 MI = 8 Tm
Mengingat tanda gaya dalam sesuai perjanjian maka hasil hitungan perlu dicermati: NI
= - 6 Ton, LI = - 8 Ton, dan MI = - 8 Tm
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Begitu juga dengan titik II, dimana A-II dianggap freebody, maka akan tampak gaya-
gaya dalam yang mengimbangi gaya luar (lihat gambar 1.6).
Dengan persamaan statik tertentu dapat dihitung:
H = 0 6 + NII = 0 NII = - 6 Ton
V = 0 - 8 12 - LII = 0 LII = - 20 Ton
MI = 0 - 8 . 4 12 . 2 - MII = 0 MII = - 56 Tm
Y
1
X
1
P
C
B
2
B
V
H
B
M
B
M
II
N
II
L
II
M
II
L
II
N
II
Gambar 1.6. Keseimbangan gaya dalam pada batang A-II
X Nx Lx Mx
0 - 6 T - 8 T 0
1 - 6 T - 8 T - 8 Tm
2 - 6 T - 8 T - 16 Tm
2
a.2. Gaya Dalam pada Kantilever dengan Beban Terbagi Merata
Bila beban merupakan terbagi rata, perlu diperhatikan bahwa gaya lintang dan
momen lentur pada batang akan tergantung dari jarak beban terhadap titik tumpuan.
4 m 2 m
6 m
A
B
B
V
H
B
M
B
q = 10 T/m
C
Gambar 1.7. Kantilever dengan beban terbagi merata
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Gaya luar dari batang pada gambar 1.7 diperoleh: HB = 0, VB = q . 4 = 10 . 4 = 40 Ton,
dan MB = (q . 4) (2 + 2) = (10 . 4) 4 = 160 Tm. Bila terdapat elemen kecil beban q . dx
pada jarak x dari A, maka pada titik C akan mendapat reaksi gaya lintang dL = q . dx
dan momen lentur dM = (q . dx) . x (gambar. 1.8). Dengan memperhatikan hal tersebut
dapat disimpulkan sbb:

x q dx q L .
dan

x x q x
q
dx x q dx x q M
2
1
2
) . (
2
. . .
A
q = 10 T/m
C
L
C
M
C
B
B
V
M
B
C
M
C
L
C
x
dx
Gambar 1.8. Keseimbangan gaya dalam pada titik C
- Nilai L tergantung jarak dari A ke C, misal pada jarak 1 m, maka nilai L = -10 T,
sedang jarak 2 m L = -20 T dan pada jarak 4 m LC = -40 T, sehingga nilai
gaya lintang L semakin jauh jarak dari A semakin besar nilai (negatif) L, namun
perlu diingat nilai VB = nilai LC, sehingga gaya dalam pada batang CB sebesar
LC.
- Untuk nilai M, jarak selain mempengaruhi besar beban (q.x) juga
mempengaruhi letak resultan beban (| x), sehingga misal pada jarak 1 m,
maka M = -5 Tm, pada jarak 4 m MC = -80 Tm. Nilai MC tidak sama dengan
nilai MB, berarti pada CB akan mendapat momen lentur yang berbeda. Untuk
batang CB, M = (q . AC) (| AC + x) dimana x adalah jarak titik pada batang CB,
sehingga diperoleh M = (-10 . 4) (2 + x) = -80 - 40.x. misal pada jarak 1 m,
maka M = - 80 - 40 = -120 Tm, dan pada jarak 2 m, maka MB = - 80 - 80 = -160
Tm.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
a.3. Gaya Dalam pada Kantilever dengan Beban Momen
Bila beban merupakan momen, seperti gambar 1.9 dibawah ini:
M
B
A
M
B
Gambar 1.9. Kantilever dengan beban momen
Maka gaya dalam yang ada hanya momen lentur bernilai negatif (batang cekung ke
bawah).
b. Gaya Dalam pada Balok Sederhana
b.1. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Terpusat
Pada suatu konstruksi balok sederhana seperti gambar dibawah ini:
6 4
P = 2 T
A B
V
A
V
B
Gambar 1.10. Konstruksi balok sederhana
Dari keseimbangan gaya luar didapat VA = (4/10) x 2 = 0,8 T, dan VB = (6/10) x 2 = 1,2
T. Gaya dalam akan ditinjau pada titik P berada, serta AP dan PB dianggap sebagai
freebody (lihat gambar. 1.11).
Keseimbangan gaya dalam, (ditinjau dari A ke B):
Untuk 0 x 6, MX = VA . x = 0.8 . x, dan LA = VA
Untuk 6 x 10, MX = VB . (10 x) = 1,2 . (10 x) dan LB = - VB
Sehingga didapat LA = 0,8 T dan LB = -1,2 T dan pada titik P gaya lintang yang terjadi
adalah (LA + LB) = (0,8 1,2) = -0,4 T.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
B
V
B
M
B
B
L
A
V
A
M
A
L
A
Gambar 1.11. Gaya dalam pada titik pembebanan
Untuk momen lentur didapat: pada jarak 0 (titik A) M0 = 0, jarak 6, M6 = 0,8 x 6 = 4,8
Tm, atau M6 = 1,2 (10 6) = 1,2 (4) = 4,8 Tm, dan pada jarak 10, M10 = 1,2 (10 10) =
0
b.2. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Terbagi Merata
Bila beban pada balok sederhana berupa beban terbagi merata yang berada
ditengah-tengah konstruksi (gambar 1.12), maka perlu membagi balok tersebut
menjadi 3 bagian, untuk ditinjau gaya-gaya dalamnya.
4 3
q = 2 T/m
A B
V
A
V
B
3
C D
Gambar 1.12. Balok sederhana dengan beban terbagi merata
Dari keseimbangan gaya luar diperoleh:
MB = 0 VA . 10 (q . 4) . (2 + 3) = 0, VA = ((2 . 4) . 5)/10 = 4 T
MA = 0 (q . 4) . (2 + 3) - VB . 10 = 0, VB = ((2 . 4) . 5)/10 = 4 T
Keseimbangan gaya dalam (ditinjau dari titik A) lihat gambar 1.13:
Untuk 0 x 3, MX = VA . x dan LX = VA LA = VA = LC
M0 = 0, M3 = 4 . 3 = 12 Tm dan L0 = 4 T dan L3 = 4 T
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
A B
V
A
V
B
C D
L
A
L
B
M
A
L
C
L
D
M
B
M
D
M
C
Gambar 1.13. Gaya-gaya dalam yang terjadi pada balok
Untuk 3 x 7, MX = VA . x (q . (x 3)) . | (x 3) dan LX = VA q (x 3)
M3 = 4 . 3 0 = 12 Tm, M5 = 4 . 5 (2. 2) . | (2) = 16 Tm, dan M7 = 4.7 (2 . 4) . | (4)
= 12 Tm, dan L3 = 4 0 = 4 T, L5 = 4 2(2) = 0, L7 = 4 2(4) = - 4 T.
Untuk 7 x 10, MX = -VB . (x 10) dan LX = - VB LB = - VB = LD
M7 = - 4 (7 10) = 12 Tm, M10 = - 4 (0) = 0, dan L7 = - 4 T dan L10 = - 4 T.
Jadi pada titik berjarak 5 m dari A (= | L), gaya lintang = 0 dan momen lentur menjadi
maksimum.
Yang perlu diperhatikan adalah persamaan diatas, dimana terdapat persamaan garis
linier (gaya lintang) dan persamaan garis eksponensial (parabola) (momen).
b.3. Gaya Dalam pada Balok Sederhana dengan Beban Momen
Balok sederhana dengan beban momen seperti gambar 1.14.
6 4
M = 10 Tm
A B
V
A
V
B
Gambar 1.14. Balok dengan beban momen
Dari keseimbangan luar didapat VA = - M/L = M/L () = 1 T, VB = M/L = 1 T
Keseimbangan dalam:
0 x 6, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 0, M6 = -1 . 6 = - 6 Tm, dan L0 = -1 T, L6 = -1 T
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
6 x 10, MX = VB . (10 x) dan LX = - VB
M6 = 1 (10 6) = 4 Tm, M10 = 1 (0) = 0, dan L6 = - 1 T, L10 = - 1 T
b.4. Gaya Dalam pada Balok Sederhana Berpinggul dengan Beban Terpusat
Balok sederhana berpinggul dengan beban terpusat P, seperti gambar 1.15.
10 m
P = 4 T
A B
V
A
V
B
2 m
Gambar 1.15. Balok pinggul dengan beban terpusat
Keseimbangan luar:
VA = - (2/10) . P = - 0,8 T dan VB = ((10 + 2)/10) . P = 4,8 T
Keseimbangan dalam:
0 x 10, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = - 0,8 . 0 = 0, M10 = - 0,8 . 10 = - 8 Tm, dan L0 = - 0,8 T, L10 = - 0,8 T
10 x 12, MX = P . (x 12) dan LX = P
M10 = 4 (10 12) = - 8 Tm, M12 = 0, dan L10 = 4 T, L12 = 4 T
b.5. Gaya Dalam pada Balok Sederhana Berpinggul dengan Beban Terbagi
Merata
Gambar 1.16 memperlihatkan balok pinggul dengan beban terbagi merata
Keseimbangan luar:
ton q
L
c b
V
A
2 , 1 2 .
10 . 2
) 2 4 (
.
2
) (
2 2 2 2

dan
ton q
L
a c L
V
B
8 , 10 2 .
10 . 2
6 ) 2 10 (
.
2
) (
2 2 2 2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT


STRUKTUR BAJA II
6 m
q = 2 T/m
A B
V
A
V
B
2 m 4 m
Gambar 1.16. Balok berpinggul dengan beban terbagi merata
Keseimbangan dalam:
0 x 6, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 1,2 . 0 = 0, M6 = 1,2 . 6 = 7,2 Tm dan L0 = 1,2 T, L6 = 1,2 T
6 x 10, MX = VA . x (q/2)(x - 6)
2
dan LX = VA q (x 6)
M6 = 1,2 . 6 (2/2) (6 6)
2
= 7,2 Tm, M8 = 1,2 . 8 (2/2) (8 6)
2
= 5,6 Tm,
M10 = 1,2 . 10 (2/2) (10 6)
2
= - 4 Tm, dan L6 = 1,2 2 (6 6) = 1,2 T, L7 = 1,2 2 (7
6) = - 0,8 T, L10 = 1,2 2 (10 6) = - 6,8 T
10 x 12, MX = (q/2)(12 - x)
2
dan LX = q/2 . (12 x)
M10 = - (2/2) (12 10)
2
= - 4 Tm, M12 = - (2/2) (12 12)
2
= 0, dan L10 = (2/2) . (12 10) =
2 T, L12 = (2/2) (12 12) = 0
b.6. Gaya Dalam pada Balok Sederhana Berpinggul dengan Beban Momen
Bila beban berupa momen pada balok berpinggul (gambar 1.17)
10 m
M = 24 Tm
A B
V
A
V
B
2 m
Gambar 1.17. Balok berpinggul dengan beban momen
Keseimbangan luar:
VA = - M/L = - 24/10 = - 2,4 T, dan VB = M/L = 24/10 = 2,4 T
Keseimbangan dalam:
0 x 10, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 2,4 . 0 = 0, M10 = 2,4 . 10 = 24 Tm, dan L0 = L6 = 2,4 T
10 x 12, MX = M dan LX = 0
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
M10 = - 24 Tm = M12 dan L10 = L12 = 0
BAB II. GAYA-GAYA LUAR
2. 1. Pendahuluan
Gaya Luar adalah beban dan reaksi yang menciptakan kestabilan konstruksi
Beban dibagi menurut:
1. Cara kerja
a. Beban hidup yaitu beban sementara pada konstruksi yang dapat
berpindah-pindah, misal manusia, angin di layar kapal, air di
bendungan.
b. Beban mati yaitu beban tetap pada konstruksi yang tidak dapat
berpindah-pindah, misal lantai pada tanah, atap pada rumah.
2. Garis Kerja
a. Beban titik/terpusat yaitu beban yang garis kerjanya dianggap satu titik.
b. Beban terbagi yaitu beban yang bekerja pada suatu bidang rata atau
dengan kata lain garis kerjanya berupa garis.
1. Beban terbagi merata yaitu beban terbagi yang dianggap sama pada
satuan panjang, misal lantai, balok beton.
2. Beban terbagi tidak merata yaitu beban terbagi yang tidak sama
berat untuk satu satuan panjang, misal batu, aspal pada jalan.
3. Momen yaitu pembebanan dengan momen akibat dari beban titik pada
konstruksi sandar, misal orang duduk dikursi dengan kaki bertumpu pada
pagar, orang menaiki anak tangga yang diletakkan ke tembok.
4. Torsi yaitu pembebanan dengan puntiran/torsi akibat dari beban terbagi atau
titik pada konstruksi dimana gaya yang terjadi tegak lurus dari konstruksi.
5. Sifat Pembebanan yaitu pembebanan langsung dan tidak langsung, langsung
berarti gaya mengenai batang langsung dan tidak langsung berarti gaya tidak
mengenai batang secara langsung.
Peletakan/Tumpuan:
1. Sendi, dapat memberikan reaksi vertikal dan horisontal (gbr. 2.1)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Vertikal
Horisontal
Resultan
Gambar 2.1. Peletakan sendi dan reaksi yang dapat ditumpu
2. Geser, hanya dapat memberikan reaksi vertikal (gbr. 2.2)
Vertikal
Gambar 2.2. Peletakan geser dan reaksi yang dapat ditumpu
3. Jepit, dapat memberikan reaksi vertikal, horisontal dan momen (gbr 2.3)
H
V
M
Gambar 2.3. Peletakan jepit dan reaksi yang dapat ditumpu
Konstruksi dapat digambarkan sebagai suatu freebody (batang bebas) yang dibebani
gaya-gaya non konkuren koplanar. Sistem gaya-gaya yang dapat dihitung terdiri dari
sejumlah gaya beban yang diketahui dan tiga gaya reaksi yang tidak diketahui.
Konstruksi dikatakan stabil bila sistem gaya yang bekerja padanya seimbang.
Keseimbangan sistem gaya ini terjadi jika terpenuhi syarat sbb:
X = 0
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Y = 0 dan
M = 0
Persamaan tersebut dinamakan persamaan statik tertentu. X mewakili penjumlahan
dari gaya-gaya sesumbu X, Y mewakili penjumlahan dari gaya-gaya sesumbu Y
(koordinat kartesian) dan M mewakili penjumlahan momen terhadap satu titik.
Syarat persamaan statik tertentu perlu dilengkapi dengan syarat konstruksi stabil yaitu:
1. Konstruksi akan stabil jika segala gerak mengakibatkan perlawanan terhadap
gerak tersebut. Hal ini memerlukan minimal tiga reaksi non konkuren dan tidak
sejajar.
2. Konstruksi dianggap statik tertentu jika reaksi-reaksi gaya dapat dihitung
dengan persamaan statik tertentu.
3. Konstruksi dianggap statik tak tertentu jika reaksi-reaksi gaya tidak dapat
dihitung dengan persamaan statik tertentu saja tetapi memerlukan perhitungan
perubahan bentuk.
Beberapa kasus konstruksi statik tertentu diterangkan berikut ini:
2.2. KANTILEVER
2.2.1. Kantilever dengan beban terpusat
Gambar 2.4. menunjukkan suatu kantilever dengan beban terpusat P berjarak L dari
tumpuan A.
V
A
M
A
P
A
L
Gambar 2.4 Kantilever dengan beban terpusat
Pada konstruksi diatas hanya terdapat gaya reaksi vertikal dan momen jepit.
X = 0 HA = 0
Y = 0 VA P = 0 VA = P
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
M = 0 MA P.L = 0 MA = P.L
2.2.2. Kantilever dengan beban terbagi merata
Ditunjukan pada gambar 2.5. dimana beban merata q sepanjang a terletak sejauh b
dari tumpuan B.
V
M
q
B a b
L
V
B
M
B
q
B
a
L
dx
x
L - x
0
Gambar 2.5. Kantilever dengan beban terbagi merata dan reaksi-reaksinya
Bila pada suatu titik sejauh x dari titik 0 terdapat elemen q.dx, maka dengan
menggunakan integrasi dapat diperoleh reaksi berikut:
X = 0 HB = 0
Y = 0 VB =
a q q a q x q dx q
a
a
. 0 . . ] .
0
0

M = 0 MB =
) ( . )] . ( ) (
0
2
1
0
2
2
1
a L a q x x L q x L dx q
a
a


bila a = L VB = q.L dan MB = q.L
2
bila a = L VB = q.L dan MB = (q. L) (3/4 L) = 3/8 q.L
2
2.2.3. Kantilever dengan beban momen
Gambar 2.6. memperlihatkan dua buah momen pada suatu kantilever.
M
C
a b
L
M M
C
B A
B A
Gambar 2.6. Kantilever dengan beban momen
Momen A pada titik A dan momen B pada titik B, reaksi terjadi terhadap titik C sebagai
berikut:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
X = 0 HC = 0
Y = 0 VC = 0
M = 0 MC = MA + MC
2.2.4. Kantilever dengan beban segitiga
Beban segitiga adalah beban terbagi dengan area segitiga seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7 berikut:
V
D
M
q
D
a b
L
1/3 a
D
0
resultan beban q
V
D
M
q
D
a
1/3 a
D
0
resultan beban q
2/3 a
b
Gambar 2.7. Kantilever dengan beban segitiga dan reaksi-reaksinya
Mengingat beban segitiga adalah setengah dari beban terbagi merata dan terletak di
sepertiga dari beban terbesar, maka didapat reaksi sbb:
X = 0 HD = 0
Y = 0 VD = q.a
M = 0 MD = ( q.a) (2/3 a + b)
2.2.5. Kantilever dengan beban tidak langsung
Yang dimaksud dengan beban tidak langsung adalah beban yang tidak langsung
mengenai batang bebas yang ditumpu. Dalam gambar 2.8 diperlihatkan beban tidak
langsung ke kantilever.
H
M
q
E
L
a
E
Gambar 2.8. Kantilever dengan beban tidak langsung
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Beban tidak langsung merupakan beban terbagi merata dan pada posisi vertikal dari
batang bebas. Adapun reaksi-reaksinya sbb:
X = 0 HE = q . a
Y = 0 VE = 0
M = 0 ME = (q.a) a = q a
2

2.2.6. Kantilever vertikal
Biasanya kantilever berada pada posisi horisontal, namun dapat juga berada dalam
keadaan vertikal, biasanya terjadi pada tonggak atau tiang penyangga seperti dalam
gambar 2.9.
4

m
2

m
q = 300 kg/m
Q = q.a
A

4
m
2
m
q = 300 kg/m
Q = q.a
A
M
A
H
A
Gambar 2.9. Kantilever vertikal dan reaksi-reaksi yang terjadi
Reaksi-reaksi pada tumpuan A hampir sama dengan posisi horisontal:
X = 0 HA = q . a = 300 . 4 = 1200 kg
Y = 0 VA = 0
M = 0 MA = (q.a) ( a +2) = (1200) (2 + 2) = 4800 kgm
2.2.6. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung
Dalam kantilever ini (ditunjukkan gambar 2.10) beban tidak langsung berada pada
suatu batang bebas dengan sudut tertentu, dengan menggunakan persamaan statik
tertentu maka dapat diperoleh reaksi-reaksinya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
q = 300 kg/m
2

m
4

m
P = 1500 kg
B
2

q = 300 kg/m
2
m
4
m
P = 1500 kg
B
V
B
M
B
H
B
Gambar 2.10. Kantilever vertikal dengan beban tidak langsung
X = 0 HB = q . a = 300 . 2 = 600 kg
Y = 0 VB = P = 1500 kg
M = 0 MB = {(q.a) ( a +4)}-(P. 2) = (600. 5) - (1500 . 2) = 0 kgm
2.2.7. Soal-soal kantilever
4
m
4
2 m
3 3
C
K = 1600 kg
q = 300 kg/m
p = 800 kg/m
Tentukan reaksi-reaksinya !
q = 200 kg/m
45.0
4 m 2 m 3 m
D
p = 1000 kg
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
Tentukan reaksi-reaksinya !
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
2.3. BALOK SEDERHANA
2.3.1. Balok sederhana dengan beban terpusat
Suatu balok/batang diletakkan diatas dua peletakan (tumpuan) A dan B (lihat gambar
2.11) mendapat beban titik P.
a b
L
P
V V
A B
A B
Gambar 2.11. Balok sederhana dengan beban terpusat
Pada sendi A akan timbul reaksi vertikal VA dan reaksi horisontal HA dan di sendi B
akan timbul reaksi vertikal VB dan reaksi horisontal HB. Balok AB dianggap sebagai
freebody (batang bebas), akan seimbang didalam sistem gaya-gaya luar yaitu bila
beban seimbang dengan reaksi.
X = 0 HA = 0
Y = 0 VA + VB P = 0
MA = 0 P . a VB . L = 0 VB = (P.a)/L
VA + VB P = 0 VA + (P.a)/L = P VA = P (P.a)/(a+b) = P.b/L
Dapat juga kita menggunakan sendi B sebagai pusat:
MB = 0 P . b VA . L = 0 VA = (P.b)/L
2.3.2. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat
Dalam kasus ini balok sederhana dibebani oleh beberapa beban P (gbr 2.12)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
a c
P1
V V
A B
A B
b
P2
x1 x2
y1
y2
A
H
Gambar 2.12. Balok sederhana dengan beban-beban terpusat.
Beban P dapat dibagi dalam arah sumbu x dan y, P1 menjadi x1 dan y1, sedangkan
P2 menjadi x2 dan y2, sehingga dihasilkan:
X = 0 HA = x1 + x2
MA = 0 y1 . a + y2 . (a+b) - VB . L = 0 VB = 2 . 1 . y
L
b a
y
L
a +
+
MB = 0 y1 . (b+c) + y2 . c VA . L = 0 VA = 2 1 . y
L
c
y
L
c b
+
+
2.3.3. Balok sederhana dengan beban terbagi merata
Beban terbagi merata q sepanjang b diperlihatkan pada gambar 2.13 berikut:
a c
V V
A B
A B b
q
L
a c
V
V
A
B
A B
b
q
L
x
dx
Gambar 2.13. Balok sederhana dengan beban terbagi merata dan reaksinya
Misal elemen kecil q.dx berjarak x dari A mengakibatkan reaksi di B:
dx q
L
x
dV
B
. .
sehingga
b a
a
b a
a
b a
a
B
x
L
q
dx x
L
q
dx q
L
x
V
+
+ +
1
]
1


2
.
2
. . .
didapatkan
( )
b q
L
b a
V
B
. .
2
2 +

dengan cara sama didapatkan


( )
b q
L
b c
V
A
. .
2
2 +

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT


STRUKTUR BAJA II
Cobalah gunakan MA = 0 VB . L (q . b) (b/2 + a) = 0 untuk mencari nilai VB.
2.3.4. Balok sederhana berpinggul (overhang) dengan beban terpusat
Suatu konstruksi sederhana AC dengan pinggul pada BC, seperti gambar 2.14.
mendapat beban P pada ujungnya.
A B
C
P
L c
V
A
V
B
Gambar 2.14. Balok sederhana berpinggul dengan beban terpusat
Dengan menggunakan persamaan momen pada salah satu tumpuan dapat dihitung
reaksi-reaksinya:
MB = 0 P.c - VA . L = 0 VA = (P.c)/L
MA = 0 P.(c +L) VB . L = 0 VB = P(c +L)/L
2.3.5. Balok sederhana berpinggul dengan beban terbagi merata
Beban terbagi merata terletak pada terusan konsol (pinggul), seperti terlihat pada
gambar 2.15 berikut.
A B
C
q
L
c
V
A
V
B
a b
A B
C
q
L c
V
A
V
B
x
dx
Gambar 2.15. Balok sederhana berpinggul dengan beban terbagi merata dan reaksi-
reaksinya.
( ) ( ) + 0
2
. .
2
. . . 0
c
c q
b
b q L V M
A B
( )
q
L
c b
V
A
.
2
2 2

( ) ( )
( )

,
_

+
+
+ 0
2
. . 0 a
a c L
a c L q L V M
B A
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
( )
q
L
a c L
V
B
.
2
2 2
+

atau dengan melihat elemen dx sejauh x dari A.


MA = 0 dx q
L
x
dV
B
. .
sehingga
c L
a
c L
a
c L
a
B
x
L
q
dx x
L
q
dx q
L
x
V
+
+ +
1
]
1


2
.
2
. . .
didapatkan
( )
q
L
a c L
V
B
.
2
2 2
+

2.3.6. Balok sederhana dengan beban momen


Gambar 2.16 memperlihatkan balok sederhana dengan momen dititik E.
E
A B
V
A
V
B
E
A B
a b
L
V
A V
B
Gambar 2.16. Balok sederhana dengan beban momen
Reaksi-reaksi yang didapat sebagai berikut:
L
M
V L V M M
B B A
0 . 0
L
M
V L V M M
A A B
+ 0 . 0
Tanda negatif pada reaksi diatas menunjukkan arah gaya yang berlawanan.
2.3.7. Balok sederhana berpinggul dengan beban momen
Momen terletak dititik C pada ujung pinggul dari balok sederhana seperti terlihat pada
gambar 2.17. dibawah ini:
B A C
L c
V
A
V
B
Gambar 2.17. Balok sederhana berpinggul dengan beban momen
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
L
M
V L V M M
B B A
0 . 0
L
M
V L V M M
A A B
0 . 0
Dari reaksi terhadap momen pada balok sederhana dapat disimpulkan:
1. Reaksi-reaksi pada peletakan oleh beban momen menghasilkan momen kopel.
2. Besarnya reaksi tidak tergantung dari letak momen.
2.3.8. Soal-soal Balok sederhana
7 m 3 m
q = 300 kg/m
P = 1000 kg
Tentukan reaksi reaksinya!
3 m 4 m 3 m
q = 400 kg/m M = 600 kgm
Tentukan reaksi-reaksinya!
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
4
m
4
2 m
3 3
C
K = 1600 kg
q = 300 kg/m
p = 800 kg/m
V
C
H
C
M
C
Q Q
Y
Q
X
Q
Q
X
= Q sin

Q
Y
= Q cos
4
m
3 m
Q
q

Penyelesaian:
QY = Q . 3/5; QX = Q . 4/5
X = 0 HC + (300 . 5) 4/5 1600 = 0
HC = - 1200 + 1600 = 400 kg ()
Y = 0 VC - (300 . 5) 3/5 800 . 2 = 0
VC = 900 + 1600 = 2500 kg ()
M = 0 - MC 1600 . 4 + (300 . 5) (| . 5 + 5) + (800 . 2) (| . 2 + 6) = 0
MC = - 6400 + 11250 + 11200 = 16050 kgm (ccw)
3 m 4 m 3 m
q = 400 kg/m M = 600 kgm
A B
Y = 0 VA + VB Q = 0
VA + VB = q . 3 m VA + VB = 400 kg/m . 3 m = 1200 kg
MB = 0 VA . (4 + 3)m Q . ( . 3 m) + M = 0
VA = (( 400 kg/m . 3 m) . 1,5 m 600 kgm)/7 m
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II
VA = 171,4 kg VA + VB = 1200 kg VB = 1200 171,4 = 1028.6 kg
MA = 0 Q . (4 + . 3 m) + M VB . (4 + 3) m = 0
VB = (( 400 kg/m . 3 m) . 5,5 m + 600 kgm)/7 m
VB = 1028,6 kg VA + VB = 1200 kg VA = 1200 1028,6 = 171,4 kg
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ria Catur Yulianti ST.MT
STRUKTUR BAJA II

Anda mungkin juga menyukai