Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TA4116 GEOFISIKA PASIF PERTAMBANGAN

MODUL B

INTERPRETASI ENDAPAN MENGGUNAKAN METODE PETER DAN


MAG2DC

Oleh:
Bagasputra Ramadhan
12116053

PROGRAM TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
I. Tujuan Percobaan
Tujuan interpretasi data pengukuran magnetik menggunakan metode peter dan software
mag2dc adalah sebagai berikut:
1. Melakukan estimasi kedalaman endapan dengan metode Peter dan dengan software
Mag2DC;
2. Melakukan estimasi nilai suseptibilitas endapan dengan software Mag2DC;
3. Melakukan estimasi bentuk endapan dengan software Mag2DC.

II. Teori Dasar

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan
pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi
bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan
penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). 

Medan geomagnetik terbagi atas 3 bagian, yaitu:


1. Medan utama
Berasal dari bumi,berubah lambat terhadap perubahan waktu.
2. Medan luar
Bagian kecil (sekitar 1%) dibanding dengan medan utama, berasal dari luarbumi, buarah
agak cepat.
3. Variasi medan utama
Umunya jauh lebih kecil daripada medan utama, relatif tetap terhadap perubahan waktu,
dan tak pindah,muncul akibat anomali magnetik lokal (yang dangkal).

Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi
medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali
medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi.
Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei
merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar.
Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan
apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976)

1
Nilai k batuan (Telford,1990)

Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan
magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi
suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik
batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.

Penentuan kedalaman endapan dapat dilakukan secara manual yakni dengan menggunakan
Metode Peter. Perhitungannya menggunakan kurva anomali terhadap jarak yang digambarkan
pada kertas milimeter. Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut.

III. Prosedur Percobaan


Prosedur pengolahan data lintasan magnetik sederhana menggunakan Metode Peter, yaitu:

1. Garis OX = garis singgung maksimum. Titik X ( pada OX ini ) = anomali maximum.


2. Tarik garis OZ (jarak ) (dimana XZ=YZ) disebut “HALF-SLOPE”
3. Tarik dua buah garis yang sejajar dengan garis OZ menyinggung kurva

2
4. Titik M dan N merupakan titik singgung antara garis yang sejajar OZ terhadap kurva
5. Menghitung jarak MN ≈ kedalaman badan magnetik
6. Indeks perkalian 1,2 – 2
MN
7. d (kedalaman) = , dimana MN merupakan panjang peter
1,6
Prosedur pengolahan data lintasan magnetik sederhana menggunakan program Mag2DC, yaitu:
1. Buatlah penampang anomali dalam suatu lintasan pengukuran magnetik (dari
praktikum modul A).
2. Modelkan suatu tubuh batuan yang ada di bawah permukaan Bumi sebagai material
penyebab anomali. Model tubuh batuan dipilih bentuk-bentuk sederhana seperti kubus,
bujursangkar, lingkaran, atau kerucut.
3. Tentukan koordinat poligon tubuh batuan yang dimisalkan tersebut beserta dengan nilai
suseptibilitasnya.
4. Masukkan data pemodelan tersebut ke dalam program, jalankan program maka akan
diperoleh sutu kurva model.
5. Lakukan pemodelan tubuh batuan tersebut secara berulang-ulang sampai kurva model
yang dihasilkan berimpit dengan kurva lapangan (trial and error).
6. Lakukan analisis geologi dari model yang diperoleh.

IV. Pengolahan Data


a. Data Awal dan olahan melalui excel 2010

Selisih interval Koordinat Intensitas Magnet Pengukuran (nT)


waktu waktu
Stasiiun Waktu
terhadap dalam
base awal menit X Y Lap Base Koreksi Anomali

TA 06.53 00.00 0 0 0   24460 0.00 0.00


1 07.31 00.38 38 25 0 24584   24578.63 118.63
2 07.39 00.46 46 50 0 24717   24710.50 250.50
3 07.48 00.55 55 75 0 24655   24647.23 187.23
4 07.56 01.03 63 100 0 24601   24592.10 132.10
5 08.04 01.11 71 125 0 24525   24514.97 54.97
6 08.10 01.17 77 150 0 24601   24590.12 130.12
7 08.16 01.23 83 175 0 24438   24426.28 -33.72
8 08.23 01.30 90 200 0 24170   24157.29 -302.71
9 08.26 01.33 93 225 0 24408   24394.86 -65.14
10 08.35 01.42 102 250 0 24437   24422.59 -37.41
11 08.42 01.49 109 275 0 24423   24407.60 -52.40
12 08.48 01.55 115 300 0 24493   24476.76 16.76
13 08.53 02.00 120 325 0 24238   24221.05 -238.95

3
14 09.02 02.09 129 350 0 24550   24531.78 71.78
15 09.06 02.13 133 375 0 24675   24656.21 196.21
16 09.13 02.20 140 400 0 24841   24821.23 361.23
17 09.19 02.26 146 425 0 24836   24815.38 355.38
18 09.26 02.33 153 450 0 24625   24603.39 143.39
TA 09.50 02.57 177 0 0   24485 0.00 0.00

Magnetik Anomali terhadap Jarak


Pengukuran Anomali Lintasan Magnetik
400.00
Intensitas Magentik (nT)

300.00
200.00
100.00
0.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-100.00
-200.00
-300.00
-400.00
Jarak X (m)

b. Menghitung kedalaman endapan dengan menggunakan Metode Peter pada kertas


milimeter dari kurva yang telah dibuat. Dengan d = MN / (1.2 ~ 2 )

No MN (m) d(m)

4
MN/1.2 MN/1.6 MN/2
1 15 12.5 9.38 7.5
2 45 37.5 28.15 22.5
3 13.5 11.25 8.45 6.75
4 30 25 18.75 15
5 15 12.5 9.40 7.5
6 12.5 10.5 7.80 6.25
7 13 10.75 8.15 6.5
8 30 25 18.75 15

c. Hasil dari pendekatan dengan perangkat lunak Mag2DC

Endapa Kedalaman Lebar Body Susceptibility(SI


n (m) (m) )
1 1.1940 111.882 0.0784
2 4.8660 33.511 0.0165
3 0.5270 53.988 -0.039
4 20.9470 43.440 -0.079
5 9.0490 31.401 0.088
6 31.7960 26.064 0.033
7 0.4190 37.228 -0.032
8 6.7320 17.871 0.016

V. Analisis
Dengan interpretasi data lintasan magnetik menggunakan dua metode, yaitu :
1. Metode Peter, cara konvensional menggunakan milimeter blok untuk menentukan
kedalaman badan magnetik yang diukur dari permukaan titik lokasi pengukuran.
2. Software Mag2DC, menggunakan aplikasi dengan cara mengubah-ubah nilai parameter-
parameter nilai k sehingga grafiknya dapat sesuai dengan data yang dimiliki, kedalaman
serta lebar dari badan magnetik di bawah permukaan.

Setiap metode interpretasi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, seperti berikut :
1. Mag2DC

5
 Kelebihan
- Software sederhana dan mudah digunakan
- Hasil pemodelan dapat menghitung tahanan jenis, gravitasi dan magnetik
 Kekurangan
- Kurang fleksibel
- Software terlalu sederhana dan mudah mengalami data error
2. Metode Peter
 Kelebihan
- Penentuan kedalaman magnetik yang lebih valid dan akurat
 Kekurangan
- Hanya nilai d, tidak ada parameter yang lain yang bisa diukur
- Membutuhkan ketelitian yang lebih

Menggunakan Metode Peter dapat menghasilkan data bahwa setiap puncak


dan lembah yang terdapat pada grafik intensitas magnetik anomali terhadap jarak
mendatar tersebut menggambarkan masing-masing kedalaman endapan dan nilainya
berbeda-beda. Setiap orang dapat menginterpretasikan arah dan panjang garisnya
masing-masing sesuai perhitungannya sehingga memungkinkan perbedaan
interpretasi setiap orang yang mengerjakan. Kemudian dalam interpretasi profil
bawah permukaan pada lintasan hasil pengukuran magnetik menggunakan software
Mag2DC didapatkan juga masing-masing dengan nilai k, dan juga lebar geometri
endapan. Metode berikut ini mudah dilakukan namun butuh ketekunan dalam
mencoba-coba untuk mencari data yang paling sesuai
Dan juga pada Metode Peter hanya menghasilkan kedalaman endapan serta
kedalaman endapan yang dihasilkan dari Metode Peter dan hasil program Mag2DC
juga berbeda-beda. Kemudian dari program Mag2DC juga dapat diinterpretasi jenis
mineral yang terkandung (menurut Nilai suseptibilitas (Telford,1990)) yaitu endapan
3,4, dan 7 merupakan mineral calcite sedangkan endapan lainnya kemungkinan
merupakan endapan graphite.

6
VI. Kesimpulan

Dari interpretasi kedua metode, didapatkan hasilnya adalah seperti berikut :


d(m)
No MN (m)
MN/1.2 MN/1.6 MN/2
1 15 12.5 9.38 7.5
2 45 37.5 28.15 22.5
3 13.5 11.25 8.45 6.75
4 30 25 18.75 15
5 15 12.5 9.40 7.5
6 12.5 10.5 7.80 6.25
7 13 10.75 8.15 6.5
8 30 25 18.75 15

Data hasil metode Peter


Endapa Kedalaman Lebar Body Susceptibility(SI
n (m) (m) )
1 1.1940 111.882 0.0784
2 4.8660 33.511 0.0165
3 0.5270 53.988 -0.039
4 20.9470 43.440 -0.079
5 9.0490 31.401 0.088
6 31.7960 26.064 0.033
7 0.4190 37.228 -0.032
8 6.7320 17.871 0.016

Data hasil interpretasi Mag2DC.


Dalam hasil pemodelan endapan yang diperoleh dari kedua metode yaitu Metode Peter
dan Metode Software Mag2DC dihasilkan kedalaman endapan yang saling berbeda,
kemudian dalam Metode Peter hanya menghasilkan perhitungan kedalaman endapan
sedangkan dari program Mag2DC dapat dihasilkan parameter-parameter seperti kedalaman
endapan, lebar body, dan nilai suseptibilitas serta dapat menginterpretasikan jenis mineral
berdasarkan nilai suseptibilitas yang dihasilkan. Berdasarkan analisa, metode Peter lebih
akurat dalam penentuan kedalaman, sedangkan Mag2DC lengkap tapi bersifat tak valid
karena hanya semacam pendekatan.

VII. Daftar Pustaka


Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat Riyanto. 2002. Catatan
Kuliah TA 415 Geofisika Cebakan Mineral II. Bandung: Penerbit ITB.

7
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge : Cambridge University Press

Anda mungkin juga menyukai