Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TA 4116 GEOFISIKA PASIF PERTAMBANGAN

MODUL A

PENGOLAHAN DATA LINTASAN MAGNETIK SEDERHANA

Oleh :

Muhammad Ilham Rafi’i Ramadhan Ginting

12116035

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019

A. Tujuan Percobaan
1. Mengoreksi data hasil pengukuran lapangan dari suatu lintasan survei
magnetik
2. Menggambarkan profil lintasan hasil pengukuran magnetik

B. Dasar Teori

Metoda Magnetik adalah salah satu metoda di geofisika yang digunakan


untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet
batuan. Metode magnetik sering digunakan pada eksplorasi minyak bumi,
panas bumi, batuan mineral, maupun untuk keperluan pemantauan gunung
api. Metoda ini digunakan untuk memperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal.
Dari nilai susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan
yang mengandung sifat kemagnetan dan yang tidak.  Mengingat survey ini
hanya bagus untuk pemodelan kearah horizontal, maka untuk mengetahui
informasi kedalamannya diperlukan metoda Resistivity 2D. Jadi, survey
magnetik diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan untuk mencari
daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya
dilakukan survey Resistivity 2D.

Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi


dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari
sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun
tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada
umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Secara umum, metode
geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

 Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang


dipancarkan oleh bumi.
 Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan
kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar
vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar
vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan
sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki
variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan
magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik
sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi,
dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi
benda-benda arkeologi.
Metode magnetik merupakan metode geofisika pasif yang mendeteksi
anomali alam dalam pengukuran intensitas medan magnetik bumi. Batuan
yang bersifat magnetik hadir akibat adanya induksi (penguatan) oleh medan
magnet bumi yang dipengaruhi oleh inti bumi bagian luar yang merupakan
fluida. Intensitas medan magnet bumi memiliki satuan ɣ (gamma) atau T
(Tesla) dengan total medan magnet bumi sebesar 20.000 – 50.000 ɣ dan
magnitudo lokal tergantung posisi lintang dan bujur.
Medan geomagnetik terbagi atas 3 bagian, yaitu:
1. Medan utama
Berasal dari bumi,berubah lambat terhadap perubahan waktu.
2. Medan luar
Bagian kecil (sekitar 1%) dibanding dengan medan utama, berasal dari
luarbumi, buarah agak cepat.
3. Variasi medan utama
Umunya jauh lebih kecil daripada medan utama, relatif tetap terhadap
perubahan waktu, dan tak pindah,muncul akibat anomali magnetik lokal
(yang dangkal).

Target dalam perhitungan medan magnet bumi merupakan variasi medan


magnet anomali ysng terukur di permukaan. Anomali magnetik muncul
akibat adanya medan magnetik sisa dan medan magnetik induksi. Medan
magnet sisa berpengaruh besar pada besar dan arah medanmagnetik serta
berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit
untuk diamati. Anomali magnetik yang diperoleh merupakan hasil
gabunngan medan magnetik sisa dan induksi. Bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya
bertambah besar. Pengukuran medan magnet sederhana dapat dihitung
dengan rumus.
a. Pengukuran Koreksi Intensitas Mganetik
Tkoreksi=Nilai magnetik lapangan−[D x ( t n−t o ) ]
dimana,
tn = waktu titik pengukuran (x)
to = waktu base awal
T base akhir−T base awal
D=
selang waktu total ( menit)

b. Perhitungan Intensitas Magnetik Anomali


T anomali =T koreksi−T base awal
Berikut merupakan tabel kerentanan magnetik beberapa jenis batuan
dan mineral (Telford,

1990).
Tabel 1. Kerentanan Magnetik Batuan dan Mineral

C. Prosedur Percobaan

1. Melakukan koreksi data lapangan untuk mendapatkan intensitas magnetik


terkoreksi
2. Menghitung intensitas magnetik anomali berdasarkan intensitas magnetik
terkoreksi
3. Memplot intensitas magnetik anomali terhadap jarak mendatar

D. Pengolahan Data
Data awal pengukuran lintasan magnetik

Intensitas Magnet Pengukuran


Koordinat
Stasiun Waktu (nT)
X Y Lapangan Base
TA 06.53 0 0   24460
1 07.31 25 0 24584  
2 07.39 50 0 24717  
3 07.48 75 0 24655  
4 07.56 100 0 24601  
5 08.04 125 0 24525  
6 08.10 150 0 24601  
7 08.16 175 0 24438  
8 08.23 200 0 24170  
9 08.26 225 0 24408  
10 08.35 250 0 24437  
11 08.42 275 0 24423  
12 08.48 300 0 24493  
13 08.53 325 0 24238  
14 09.02 350 0 24550  
15 09.06 375 0 24675  
16 09.13 400 0 24841  
17 09.19 425 0 24836  
18 09.26 450 0 24625  
TA 09.50 0 0   24485
Tabel 2. Data awal pengukuran lintasan magnetik

Dari data awal yang di dapat dari pengukuran lintasan magnetik tersebut
tidak dapat digunakan langsung untuk menentukan atau menggambarkan
profil lintasan magnetik. Oleha karena itu perlu dilakukan koreksi data
intensitas magnetik hasil pengukuran lapangan.

 T koreksi = Nilai magnetik lapangan – (D x selisih waktu titik


pengukuran (x) terhadap base awal)
T base akhir – T base awal
 Di mana : D =
selang waktu total ( menit )

Menghitung intensitas magnetik anomali

 T anomali = T koreksi – T base awal

Hasil pengolahan data pengukuran lintasan magnetik sederhana

Selisih interval Koordinat Intensitas Magnet Pengukuran (nT)


Stasiu Wakt waktu waktu
Anomal
n u terhadap dalam X Y Lap Base Koreksi
i
base awal menit
2446
TA 06.53 00.00 0 0 0   0.00 0.00
0
1 07.31 00.38 38 25 0 2458   24578.6 118.63
4 3
2471 24710.5
2 07.39 00.46 46 50 0   250.50
7 0
2465 24647.2
3 07.48 00.55 55 75 0   187.23
5 3
2460 24592.1
4 07.56 01.03 63 100 0   132.10
1 0
2452 24514.9
5 08.04 01.11 71 125 0   54.97
5 7
2460 24590.1
6 08.10 01.17 77 150 0   130.12
1 2
2443 24426.2
7 08.16 01.23 83 175 0   -33.72
8 8
2417 24157.2
8 08.23 01.30 90 200 0   -302.71
0 9
2440 24394.8
9 08.26 01.33 93 225 0   -65.14
8 6
2443 24422.5
10 08.35 01.42 102 250 0   -37.41
7 9
2442 24407.6
11 08.42 01.49 109 275 0   -52.40
3 0
2449 24476.7
12 08.48 01.55 115 300 0   16.76
3 6
2423 24221.0
13 08.53 02.00 120 325 0   -238.95
8 5
2455 24531.7
14 09.02 02.09 129 350 0   71.78
0 8
2467 24656.2
15 09.06 02.13 133 375 0   196.21
5 1
2484 24821.2
16 09.13 02.20 140 400 0   361.23
1 3
2483 24815.3
17 09.19 02.26 146 425 0   355.38
6 8
2462 24603.3
18 09.26 02.33 153 450 0   143.39
5 9
2448
TA 09.50 02.57 177 0 0   0.00 0.00
5
Tabel 3. Data hasil pengolahan T koreksi dan T anomali
Hasil plot intesitas magnetik anomali terhadap jarak mendatar

Magnetik Anomali terhadap Jarak


Pengukuran Anomali Lintasan Magnetik

400.00

300.00

200.00
Intensitas Magentik (nT)

100.00

0.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-100.00

-200.00

-300.00

-400.00
Jarak X (m)

Grafik 1. Magnetik anomali terhadap jarak

E. Analisis
Koreksi yang dilakukan pada data pada praktikum ini yaitu menggunakan
rumus sebagai berikut:
 T koreksi = Nilai magnetik lapangan – (D x selisih waktu titik
pengukuran (x) terhadap base awal)
T base akhir – T base awal
 Di mana : D =
selang waktu total ( menit )
Sehingga didapatkan T Anomali dengan rumus sebagai berikut:
 T Anomali = T koreksi – T base awal
Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat perbedaan nilai anomali di setiap
titik pengamatan. Grafik di atas menunjukka bahwa anomali pada jarak 405
meter nilai yang paling tinggi yaitu berkisar 345. Sedangkan, nilai anomali
magnetik paling rendah berada pada jarak 200 meter dari titik awal dengan
nilai anomali sebesar -300.

Nilai-nilai yang berbeda tersebut menunjukkan perbedaan jenis batuan


yang terdapat di bawahnya, cara mengetahui jenis batuannya dapat
dilakukan dengan perhitungan nilai kerentanan magnetik batuan dengan
mengacu pada database kerentanan magnetik yang terdapat di atas.

F. Kesimpulan

 Koreksi dilakukan dengan tujuan agar data yang dimiliki lebih


valid dan memperhitungkan kemungkinan error pada alat yang
digunakan.
 Nilai anomali magnetik paling tertinggi = 345 pada jarak 405 meter
 Nilai anomali magnetik paling rendah = -300 pada jarak 200 meter.

Daftar Pustaka

Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat


Riyanto. 2002. Catatan Kuliah TE 622 Geofisika Cebakan Mineral II.
Bandung: Penerbit ITB.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics
Second Edition. Cambridge : Cambridge University Press
http://geofisikamanado.blogspot.co.id/2009/05/cara-pengukuran-metode-
magnetik.html diakses pada 25 September 2019 pukul 22.48 WIB
http://bu-gis.blogspot.co.id/2010/12/metoda-geomagnet.html diakses pada
25 September 2019 pukul 22.12 WIB

Anda mungkin juga menyukai