MODUL E
PENENTUAN DENSITAS
OLEH:
Bagasputra Ramadhan
12116053
1
Metode Nettleton ( metode grafik ) pendekatan ini mengganggap bahwa ada
perbedaan antara harga koreksi terrain dan bouger. Profil gravitasi observasi dan
topografi dicocokkan dengan profil anomaly bougernya.
Dasar metode ini adalah memilih rapat massa korelasi ( baik positif / negatif ) antara
timbulan topografi dengan anomaly bouger. Anomaly yang menunjukkan hubungan
( korelasi ) terkecil dengan topografi diambil sebagai rapat massa rata-rata yang
sebenarnya.
Metode Nettleton
Metode ini didasarkan pada pengertian tentang koreksi Bouguer dan koreksi medan,
dimana jika rapat massa yang digunakan sesuai dengan rapat massa permukaan, maka
penampang atau profil anomali gayaberat menjadi smooth. Dalam aplikasi, penampang
dipilih melalui daerah topografi kasar dan tidak ada anomali gayaberat target. Metode
ini digunakan karena kemampuannya membedakan densitas dari suatu sumber anomali
terhadap densitas lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, dari suatu densitas dapat
diketahui bentuk struktur bawah permukaan suatu daerah. Metode ini menganggap
bahwa koreksi topografi sama dengan nol. Keuntungan, melakukan perata-rataan terhadap
efek variasi densitas sehingga lebih baik bila dibandingkan dengan perconto kecil dari
permukaan yang diambil secara langsung.
Salah satu contoh grafik dari suatu profil densitas batuan dengan penentuan menggunakan
Metode Nettleton :
2
Gambar 1. Ilustrasi Metode Nettleton
Pengukuran densitas dapat dilakukan melalu beberapa cara, yakni sebagai berikut :
1. Surface Gravitymeter
2. Underground Measurement
3. Density Logger
4. Borehole Density
Densitas sebenarnya akan menunjukan grafik yang memiliki variasi minimum. Berikut
merupakan koreksi yang harus dilakukan pada pengolahan data pengukuran lapangan :
Koreksi Bouger
Koreksi pertama yang dilakukan untuk perhitungan kelebihan massa pada titik
observasi terhadap permukaan laut. Selain itu, koreksi ini menghitung defisiensi
massa di bawah permukaan laut
Persamaa koreksi bouger sbb:
Koreksi Gabungan
Gc = (0.3086 – (0.04185ρ))h
3
1. Menggambarkan profil gaya berat pengukuran (Gobs) terhadap jarak
2. Menggambarkan profil elevasi lintasan terhadap jarak
3. Meng-overlay kedua profil dan menganalisis hubungan Gobs dan elevasi
4. Menghitung koreksi gabungan dengan formula (0.3086 – (0.04185ρ))h
5. Menggambarkan profil koreksi gabungan terhadap jarak
6. Menentukan densitas batuan berdasarkan profil koreksi gabungan
7. Menjelaskan arti fisis nilai yang diperoleh dari hasil perhitungan koreksi gabungan
IV. Pengolahan Data
Data
4
Tabel 3. Hasil koreksi gabungan (densitas 7.35 – 7.45 interval 0.01)
Pengolahan Data
978085
Gobs (mgal)
978080
978075
978070
978065
0 50 100 150 200 250 300
Jarak (m)
Gobs
5
Gambar 3. Grafik Elevasi terhadap Jarak
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300
Jarak (m)
Elevasi
Dari kedua grafik yaitu, grafik Gobs vs Jarak dan juga grafik Elevasi vs Jarak didapatkn hasil overlay
seperti grafik di atas. Dimana nilai dari Gobs adalah dalam satuan mgal, nilai dari elevasi adalah
dinyatakan dalam satuan meter begitu juga jarak X. Untuk menentukan hubungan elevasi dengan nilai
Gobs pada daerah pengukuran.Akhirnya untuk menentukan densitas batuan(mineral) dalam satuan
g/cm3.
6
Gambar 5. Grafik Koreksi Gabungan (densitas 1 – 10 interval 0.5) – Metode Nettleton
30
25
Koreksi Gab (mgal)
20
15
10
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280
-5
-10
Jarak (m)
Gambar 6. Grafik Koreksi Gabungan (densitas 7.35 – 7.45 interval 0.01) – Metode Nettleton
0.1
0
Koreksi Gab (mgal)
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Jarak (m)
7
Tanda menunjukkan nilai gaya berat memiliki undulasi yang paling rendah pada
nilai densitas dengan interval berikut :
Karena pada densitas antara 1-10 interval 0.5 didapatkan nilai gaya berat yang terkoreksi
(yang renah undulasinya ) adalah ketika nilai densitasnya adalah 7 – 7.5, maka dilakukan
koreksi gabungan selanjutnya seperti berikut,
Dengan merujuk pada data yang diperoleh dari koreksi gabungan(1), maka diplih densitas
dari 7.35 – 7.45 yang merepresntasikan nilai densitas 7 -7.5 dari koreksi sebelumnya.
Maka diperoleh nilai densitas yang menunjukkan nilai gaya berat yang paling rendah
undulasinya, yaitu pada nilai ρ = 7.37.
V. Analisis
8
9
Dari pengolahan data yang telah dilakukan bahwa pada daerah pengukuran tersebut
diperoleh data sebagi berikut :
Hubungan antara nilai gaya berat ( Gobs ) dan elevasi pada ovverlay keduanya
adalah :
Stasiun Jarak Gobs (mGal) Elevasi (m)
TP. 15 0 978081.53 85.44
TP. 14 20 978073.15 122.5
TP. 13 40 978077.19 105.2
TP. 12 60 978078.29 99.73
TP. 11 80 978079.48 92.94
TP. 10 100 978081.63 81.27
TP. 9 120 978078.39 92.36
TP. 8 140 978083.47 71.1
TP. 7 160 978079.63 87.34
TP. 6 180 978078.98 92.1
TP. 5 200 978079.88 88.73
TP. 4 220 978082.53 76.37
TP. 3 240 978083.54 71.48
TP. 2 260 978085.12 64.92
TP. 1 280 978081.09 83.26
Dimana terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara nilai gaya berat
(Gobs) terhadap elevasi pada pengukuran di titik yang sama dan pada jarak
mendatar (X) yang sama. Hal tersebut sesuai dengan prinsip dasar gravitasi yaitu,
10
Semakin besar nilai r atau jarak benda terhadap pusat inti bumi, maka semakin kecil
nilai gaya berat yang terukur atau sebaliknya.
Dari hasil pengolahan data pengukuran lapangan dengan metode Nettleton
diperoleh bahwa :
Koreksi Gabungan(1) (densitas 1 – 10 interval 0.5). Karena pada densitas antara 1-10
interval 0.5 didapatkan nilai gaya berat yang terkoreksi (yang renah undulasinya )
adalah ketika nilai densitasnya adalah 7 – 7.5, maka dilakukan koreksi gabungan
selanjutnya untuk mendapatkan nilai densitas yang lebih mendekati nilai yang lebih
presisi oleh karena itu dilakukan perhitungan koreksi gabungan (2). Koreksi
Gabungan(2) (densitas 7.35 – 7.45 interval 0.01), dengan merujuk pada data yang
diperoleh dari koreksi gabungan(1), maka diplih densitas dari 7.35 – 7.45 yang
merepresntasikan nilai densitas 7 -7.5 dari koreksi sebelumnya. Maka diperoleh nilai
densitas yang menunjukkan nilai gaya berat yang paling rendah undulasinya, yaitu
pada nilai ρ = 7.37. Jika dibandingkan dengan nilai densitas yang ada pada tabel
densitas batuan pada telford (1990). Maka didapatkan bahwa nilai ρ = 7.37 masuk
dalam range nilai densitas batuan/mineral Wolframite yaitu berkisar pada 7.1 – 7.5
g/cm3 dengan densitas rata-rata 7.32 g/cm3.
VI. Kesimpulan
Dari pengolahan data beserta analisis yang telah dilakukan dapat dismpulkan bahwa :
1. Dalam pengukuran nilai gaya berat, elevasi titik pengukuran memiliki pengaruh yang
signifikan. Yaitu memeliki hubungan yang berbanding terbalik antara nilai gaya berat
dan elevasi titik pengukuran. Semakin besar jarak (radius) titik pengukuran terhadap
pusat inti bumi, maka semakin kecil nilai gaya berat yang terukur.
2. Dengan menggunakan metode Nettleton dalam penetuan densitas batuan/mineral maka
diperoleh dua nilai yang mendekati niali densitas batuan/mineral sebenarnya yang
ditunjukkan dengan smooth atau rendahnya undulasi dari niali gaya berat yang
terkoresi gabungan ( free-air dan bourger ) yaitu :
a. 7 – 7.5 g/cm3 pada densitas 1-10 inteval 0.5
b. ρ = 7.37 g/cm3 pada densitas 7.35 - 7.45 inteval 0.01
11
Berdasarkan tabel densitas batuan Telford (1990), nilai ρ = 7.37 g/cm3 dapat
diklasifikasikan dalam jenis mineral Wolframite yaitu memiliki densitas range 7.1
– 7.5 g/cm3 dan densitas rata-ratanya adalah 7.32 g/cm3
Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat Riyanto. 2002. Catatan
Kuliah TA 415 Geofisika Cebakan Mineral II. Bandung: Penerbit ITB.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge : Cambridge University Press
Slide Praktikum GPP Modul E. 2019. Pengolahan Data Eksplorasi Radioaktif. Bandung:
FTTM-ITB
https://geofisika42.wordpress.com/2009/02/10/berkenalan-dengan-gravitasi-anomali-bouger-
dan-metode-nettleton diakses pada 16 November 2019 pukul 21:44 WIB.
12