Anda di halaman 1dari 89

METODE GEOMAGNET

ACARA 1 : PENGUKURAN DATA GEOMAGNET

1.1. Pendahuluan
Geomagnet adalah salah satu metode Geofisika, metode ini bersifat
spontan karena dapat mendeteksi benda-benda magnetik di bawah tanah.
Pengukuran tidak langsung di dalam tanah melainkan hanya melakukan
pengukuran di atas permukaan. Untuk melakukan penyelidikan atau eksplorasi
diharapkan dapat :
a. Memahami prinsip kerja alat ukur magnetic ( yaitu G – 816 dan G-856 )
b. Mengerti cara pengambilan data geomagnetik dan pengolahannya
c. Memperkirakan secara kualitatif dari benda-benda penyebab anomali.
Agar hasil pengolahan data tampil lebih baik maka pengolahan data
dibantu dengan program Surfer, sedangkan cara untuk interpretasi biasanya
hanya kualitatif, dimana harus memahami terlebih dahulu tentang peta IGRF
(International Geomagnetic Reference Field). Dalam IGRF ini disajikan 3 peta
kontur yang berlaku secara International dan khusus Indonesia dibuat oleh
PUSLITBANG Geologi Bandung.
Peta-peta tersebut adalah :
1. Peta kontur Intensitas magnetic total ( Yogyakarta+ 45.600 )
2. Peta Kontur Inklinasi ( Indonesia – 40 s/d – 350)
3. Peta kontur Deklinasi ( Indonesia hampir 00 )
Berdasarkan peta (Intensitas magnetik total), jika hasil pengukuran
geomagnet menunjukkan penyimpangan terhadap harga intensitas magnetic
total berarti ada anomali, dan harga anomali berdasarkan peta inklinasi dan
deklinasi adalah positif di Utara dan negatif di Selatan

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 1 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Jadi dalam tulisan ini akan dibahas tentang bagaimana memperoleh
harga T ( Anomali magnetik yang telah dikoreksi) kemudian cara
penggambaran dengan menggunakan program, dan akhirnya metoda interpretasi
yang digunakan, yaitu apabila ada anomali positif di Utara dan anomali negatif
di Selatan berarti ada benda magnetik dibawahnya.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat memahami dasar teori Geomagnet
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkuran, pengolahan, dan
Interpretasi data geomagnet
3. Mahasiswa dapat menerapkan metode geomagnet untuk
memprediksi adanya benda magnetik di bawah permukaan tanah.

1.3. Dasar teori


Untuk membahas latar belakang teori medan magnet bumi, perlu
didefinisikan pengertian medan, yaitu suatu besaran fisika yang mempunyai
nilai ditiap titik dalam ruang. Jadi pada pengukuran medan magnet ini akan
dipengaruhi oleh 3 medan magnet yaitu : Medan Magnet Utama, Medan Magnet
Luar dan Anomali Magnetik Lokal.

1.3.1 Medan magnet Utama


Medan magnet utama ini berasal dari bumi sendiri, dimana masing-masing
elemen magnetiknya dapat digambarkan sebagai berikut :

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 2 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


X H
Keterangan :
Y F = Vektor medan magnet
X = Utara Geografi
H = Utara magnetic ( Horizontal)
Y = Timur geografi
Z = Komponen vertikal magnet bumi
D = Sudut deklinasi ( Indonesia ~o)
F In = Sudut inklinasi (Ind.: − 4 – 350)
0

Z
Gambar 1.1
Elemen Magnet

1.3.2 Medan magnet Luar


Penyebab dari medan magnet luar ini ada hubungannya dengan aliran
listrik, yang terjadi pada lapisan yang terionisasi di atmosfer bagian luar.
Misalnya : badai magnet, terjadi setiap saat yang dapat menimbulkan amplitude
sebesar 1000  atau lebih, kadang-kadang setiap 27 hari tergantung pada
peristiwa di matahari.

1.3.3 Anomali magnetik lokal


Bila bumi tersusun dari bahan yang mempunyai kemagnetan homogen dan
berbentuk bundar, maka garis-garis gaya kemagnetan akan melintas secara ideal
dari satu kutub magnet kekutub magnet yang lain.
Akan tetapi bentuk bumi tidak bundar, mengalami pemipihan pada kedua
kutubnya. Disamping itu susunan bahannya pun tidak homogen, kenyataan ini
mengakibatkan perubahan-perubahan pada garis gaya kemagnetan, perubahan
ini berupa penyimpangan-penyimpangan yang dengan mudah dapat diamati di
permukaan bumi dan selanjutnya penyimpangan ini disebut Anomali
Geomagnet.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 3 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Penyebab utama penyimpangan medan magnet utama yang menghasilkan
anomali magnetik lokal ini ialah karena perbedaan komposisi mineral yan
bersifat magnetik atau benda magnetik lainnya yang berada di dekat permukaan.
Untuk hasil pengukuran yang memberikan harga lebih besar atau lebih kecil
dari T tersebut yang dinamakan anomali dan nilai dari anomali ini tampak jelas
setelah dilakukan konturing (dibuat konturnya), sehingga ada klosur yang
membentuk puncak (positif) dan klosur yang berbentuk lembah (negatif) antara
puncak positif dan negatif ini terdapat benda penyebab anomali magnetik lokal.

1.4. Alat yang Digunakan


Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum geomagnet adalah satu
set peralatan magnetometer yang terdiri dari sensor penerima, kotak penyimpan
data (Gambar 1.2)

1
GeoMetrics

2 3 4
1 1.2
Gambar
Magnetometer

Keterangan :
1. Layar Monitor : untuk melihat nilai anomali yang muncul pada pengukuran
2. Sensor : tombol untuk menancapkan kabel sensor
3. Tombol pencet : untuk memunculkan nilai anomali setelah dipencet
4. Tombol pengatur intensitas magnetic

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 4 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


1.5. Pelaksanaan Praktikum
1.5.1 Lokasi Penyelidikan
Lokasi penyelidikan dan pengukuran berada di sekitar kampus
Condongcatur.
1.5.2 Prosedur Lapangan Geomagnet
a. Ambil suatu titik acuan, dimana bukan merupakan daerah pengukuran
kemudian diukur intensitas magnetiknya beberapa kali di titik itu.
Perbedaan hasil pengukuran tersebut tidak boleh lebih dari 3 gamma
dan hasilnya dirata-ratakan . Itulah harga intensitas di BS (Base station)
pada gambar 1.3
b. Berikan tanda pada daerah yang akan diukur medan magnetnya, baik
dengan patok maupun dengan tali.
c. Buatlah traverse yang mengarah U–S dengan jarak 2 meter, atau
disesuaikan.

Misalkan daerah pengukurannya sebagai berikut :


U 7
6
5
4
3
2
1
A B C D E F
* BS (Base Station)
Gambar 1.3
Pengambilan data dengan cara Grid

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 5 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Tabel 1.1
CONTOH DATA PENGUKURAN SURVEY GEOMAGNET
Hari / tanggal : Senin, 10 Februari 2013
Alat : Magnetometer G-816 Ketinggian: 165 m
Regu : G-A Lokasi : Yogyakarta

No. WAKTU PEMBACAAN MODE RATA- KOR. DRIFT Z KET


STA (Menit, () RATA VAR. () ()
(X,Y) detik) 1, 2, 3 ()

BS 1 0,0 44784,44786,44787 44 44785,67


0,0 0,17 44875,44616,44905 44 44798,67 -1.1 - -800,23
0,3 1,6 44552,45003,44492 44 44682,33 0.4 - -918,07
0,6 1,44 44295,45032,45072 44 44799,67 4,1 -804,43
Dst Dst dst Dst Dst dst dst
BS 2 6,19 45346,45346,45346 44 45346
3,0 8,9 45144,44966,44725 44 44945 -1,1 -653,9
3,3 8,33 45053,45054,44483 44 44863.3 0,4 -737,07
3,6 9,6 44734,44791,44394 44 44639,67 4,1 -964,43
Dst Dst dst Dst Dst dst dst

Gambar 1.4
Gambar Alat Geomagnet

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 6 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA-2 :
PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA
GEOMAGNET

Koreksi variasi harian selama pengukuran diperoleh dengan mengukur


intensitas titik acuan (BS) beberapa kali (dilakukan setiap pindah traverse).
Adapun tahapan dalam membuat grafik koreksi varian adalah sebagai
berikut :
1) Menghitung beda antara nilai BS awal sebagai titik acuan dengan BS
berikutnya setelah dilakukan setiap pengukuran satu traverse.
2) Memplot harga hasil pengukuran tersebut kedalam kertas millimeter untuk
mengetahui masing masing koreksi variasi harian yang dilakukan dengan
cara drift ( cara apungan, artinya titik awal dan akhir dianggap garis
lurus)
Tabel 2.1
Contoh hasil pengukuran T ( Intensitas Magnetic Total ) di BS
No Waktu Pembacaan () dari alat Rata-rata ()
BS 1 17.01 45.557;578;579;578 45.578
BS 2 17.07 45.577;579;578;578 45.578
BS 3 17.13 45.580;580;581;580 45.580
BS 4 17.19 45.580;581;580;580 45.580
BS 5 17.25 45.578;578;579;578 45.578
BS 6 17.34 45.576;576;576;575 45.576
BS 7 17.38 45.578;578;578;578 45.578l

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 7 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


3
BS3
Tob 2
BS2 1
BS7
BS Rata - Rata BS4 0
BS1 -
BS5 1-
BS6
2-
3

Gambar 2.1
Grafik Koreksi Variasi Harian

3) Setelah dikoreksi dengan koreksi variasi harian dan drift maka diperoleh
harga Tobservasi disetiap titik grid, harga Tobservasi tersebut kemudian
dikurangi dengan harga T IGRF sehingga diperoleh harga anomali
Geomagnet (T) :
Rumus untuk menghitung Anomali geomagnet (T) adalah sbb:

T = T Obs  T vh – TIGRF

dimana :
TObs = Data Pengamatan (Observasi) Intensitas Magnetik total (T)
pada titik pengukuran yang biasanya dalam bentuk grid.
Tvh = Koreksi Variasi harian dari harga pengamatan T tersebut
yang dilakukan di BS. ( Base Station ) (Tob – BS rata –rata)
TIGRF = Intensitas Magnetik total dari IGRF yang diperkirakan dari
peta kontur Intensitas magnetik total untuk Indonesia dan
harganya ditentukan di lapangan sebagai BS.
TIGRF untuk kota Yogayakarta = 45.600

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 8 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


2.1. Penggambaran Anomali dengan SURFER

Untuk pengambaran anomali geomagnet bisa dilakukan dengan


bantuan Surfer. Sebagai contoh hasil anomali dari program Surfer sebagai
berikut :

2.1.2. Pembuatan penampang

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 9 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


2.2. Interpretasi
Tujuan interpretasi disini adalah memperkirakan benda penyebab
anomali magnetik yang terjadi di daerah pengukuran, dimana praktikan akan
diarahkan untuk mengukur di daerah yang mengandung benda magnetik.
Namun sebelum membahas prosedur interpretasi dan hasil-hasilnya
terlebih dahulu akan dibahas mengenai dasar-dasar interpretasi yang digunakan
dalam pengukuran Geomagnit, dimana beberapa factor yang mempengaruhinya
adalah sebagai berikut :
a. Kondisi geografis, dimana dalam medan geomagnet pada setiap sudut
inklinasi yang berbeda akan menghasilkan profil anomali berbeda pula.
Secara umum sudut inklinasi di sekitar equator 0 dan semakin membesar
kearah kutub sampai 900. Khususnya untuk Indonesia di sekitar Yogya ( I =
- 350, D~00 ), Gambar 2.2, yaitu:
“ Pada penampang Utara Selatan, tubuh magnetik akan menimbulkan
anomali positif di Utara dan anomali negatif yang berukuran sedikit lebih
kecil di Selatan ” (Suranto, 1987)
b. Kedalaman dari benda penyebab anomali, karena untuk benda magnetic
yang sama tetapi letaknya lebih dalam atau lebih dangkal akan
menghasilkan profil anomali magnetic yang berbeda. Untuk penentuan
kedalaman ini bias digunakan aturan setengah lebar anomali ( half width
Rules ), dimana kedalaman pipa ( silinder) adalah 2X1/2 ( X1/2 adalah jarak
dari puncak kelembah dibagi 2) lihat Gambar 2.3
c. Besarnya Susceptibilitas kemagnetan (k), berdasarkan penyelidikan
susceptibilitas kemagnitan untuk pelbagai mineral dari Telford (1976),
dimana mineral yang paling banyak mengandung Fe mempunyai
Susceptibilitas terbesar

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 10 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


SOUTH NORTH

EARTH MAGNETIC FIELD

FLIGHT LINE

GROUND SURFACE

MAGNETIC
BODY

Gambar 2.2
Medan Geomagnet

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 11 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


MAX SPHERE DIPOLE Z = 2X1/2

MAX VERTICAL CYLINDER Z = 1.3X1/2


Z (MONOPOLE)
X 1/2 HALF WIDTH
EDGE OF NARROW DIKE Z = X1/2
(LINE OF MONOPOLES)

HORIZONTAL CYLINDER Z = 2X1/2


(LINE OF DIPOLES)
Z

F
Figure 35. Half width Rules - Vertical Field

X 1/2 HALF WIDTH


MAX
X 1/2 HALF WIDTH

MIN
Z
MIN
SPHERE Z = 2.5X1/2
(DIPOLE)
Z
Z F

F
N-S CYLINDER Z = 1.3X1/2
(MONOPOLE)
E-W CYLINDER Z = 2X1/2
(LINE OF DIPOLES) EDGE OF SHEET Z = X1/2
(LINE OF MONOPOLES)
Figure 36. Half width Rules - Horizontal Field (Equatorial)

Gambar 2.3
Penentuan kedalaman dan bentuk anomali

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 12 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


METODE SEISMIK REFRAKSI
ACARA-3 : PENGUKURAN DATA SEISMIK REFRAKSI

3.1. Pendahuluan
Metode seismik refraksi merupakan suatu metode dalam geofisika
untuk mendeteksi struktur bawah permukaan. Metode ini termasuk dalam
metode geofisika aktif. Metode seismik refraksi ini digunakan untuk mendeteksi
lapisan bumi yang dekat permukaan.
Prinsip dari metode seismik di permukaan adalah ditimbulkannya
sumber yang menghasilkan gelombang mekanis. Sumber ini dapat berupa
ledakan/eksplosion, vibroseis, airgun, watergun, hammer, weight drop,
tergantung jenis metode seismik yang dipergunakan. Gelombang dari sumber
akan menjalar ke segala arah secara radial. Oleh karena adanya sifat elastis
batuan dibawah permukaan yang berbeda satu dengan yang lainnya atau
gelombang tersebut melewati batas dua medium yang berbeda, maka gelombang
yang datang akan mengalami pemantulan dan pembiasan sesuai dengan hukum
Snellius. Karena pada gelombang juga berlaku prinsip Huygen, maka
gelombang yang lewat bidang batas akan terpantul atau terbias kembali ke atas
gelombang pantul dan bias inilah yang ditangkap oleh geophone yang
diletakkan atau disebar di permukaan.
Dengan mencatat waktu perjalanan gelombang dari sumber menuju
penerima, maka diperoleh keterangan mengenai kedalaman dan kecepatan
masing-masing formasi. Metode seismik dibedakan menjadi dua yaitu seismik
pantul (refleksi) dan seismik bias (refraksi).
Seismik pantul digunakan untuk prospeksi hidrokarbon. Seismik bias
digunakan untuk pekerjaan geoteknik, untuk mendeteksi struktur batuan yang
letaknya cukup dangkal dan untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah penutup
(overburden).
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 13 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
3.2. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami dasar teori seismik bias.
2. Mahasiswa dapat melakukan pekerjaan seismik refraksi yang meliputi
pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi.
3. Mahasiswa dapat menerapkan metode seismik refraksi untuk
memprediksi ketebalan lapisan (overburden).

3.3. Dasar Teori


Metode Hagiwara merupakan metode waktu tunda yang berdasarkan
asumsi bahwa undulasi bawah permukaan tidak terlalu besar, sudut kemiringan
mendekati nol atau (<20°). Metode ini untuk struktur dua lapis.

1
v1
2v2

Gambar 3.1
Gelombang Kecepatan Lapisan

Pada Gambar 1.1, v1 dan v2 masing-masing adalah kecepatan lapisan


atas dan kecepatan lapisan bawah, 1 adalah sudut pantul, 2 adalah sudut bias
dan jika 2 = 900disebut sudut kritis refraksi (c).
Berdasarkan hukum Snellius, maka :

sin 1 v1 v1
= dan sin c = ……………………. (1)
sin  2 v 2 v2

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 14 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


A Shot point P Receiving point B Shot point
x

c cc
hA hP hB
v1

A’ A” P” P’ P’’ B” B’
v2

Gambar 3.2.
Lintasan Gelombang Bias Untuk Struktur Dua Lapis

Pada gambar 3.2, A dan B adalah titik tembak dan P adalah penerima
(geophone). Lintasan gelombang bias dari A keP adalah A → A” → P” →
P dan lintasan B ke P adalah B → B” → P” → P, diperoleh hubungan

A' A" P' P" v1


sin c = = = ………….……… (2)
AA ' ' PP ' ' v2
Bila dinotasikan waktu perambatan gelombang bias dari titik tembak A ke titik
penerima P dengan TAP, maka :
TAP

AA" A' ' P' ' P" P 2hp A' P' − 2hp tan  c
+ + = +
v1 v2 v1 v1 cos c v2
2hp v A' P'
TAP = (1 − 1 sin  c ) +
v1 cos c v2 v2
2hp cos c A' P'
TAP = + ……………...……. (3)
v1 v2

Dengan cara yang sama, waktu perambatan dari B ke P :


Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 15 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
2hp cos c B' P'
TBP = + ……………………….. (4)
v1 v2
dan waktu perambatan dari A ke B (TAB) :
TAB =
AA" A" B" B" P hA cos c hB cos c A' B' . (5)
+ + = + +
v1 v2 v1 v1 v1 v2
Dari persamaan-persamaan (3), (4), (5) diperoleh hubungan sebagai berikut :

TAP + TBP = 2hp cos c + TAB ……………...... (6)


v1
hP = v1 (TAP + TBP – TAB) …………...... (7)
2 cos c
Dalam persamaan (7) v1 dapat diperoleh kurva traveltime dari
gelombang langsung dekat titik tembak, dan TAP, TBP, TAB diperoleh dengan
cara observasi. Tetapi cos c tidak dapat dicari, karena v2 biasanya tidak
diketahui. Jika harga v2 dapat diketahui, kedalaman hP dan titik penerima P
dapat diperoleh dari persamaan (7).
Perhatikan gambar 3.3 di bawah :

TAB

Gambar 3.3.
Kurva Waktu Rambat Dan Kurva Waktu Lambat-Kecepatan
Dimisalkan besar T’AP ditunjukkan oleh persamaan :

T’AP = TAP − (TAP + TBP − TAB) …………………..… (8)


2
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 16 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
Dari persamaan-persamaan (3) dan (6), dapat dituliskan
2hA cos c A' P ' ………………….… (9)
T ' AP = +
v1 v2
Jarak diukur ke arah B, dengan mengambil A sebagai referensi (origin),
w adalah sudut gelombang yang merambat pada lapisan bawah ke garis
horizontal. Kemudian, A’P’ dalam persamaan (9) ditunjukkan oleh persamaan :
P
A' P' = dx ………………………………(10)
 cos w
A

Pada dasarnya harga w tidak terlalu besar, sehingga dapat diambil


pendekatan cos w = 1. Oleh karena itu, A’P’ = x merupakan pendekatan yang
sangat dimungkinkan. Maka, persamaan (9) dapat ditulis sebagai berikut :
2hA cos c x .......……………………. (11)
T ' AP = +
v1 v2

Pada persamaan (11) T’AP adalah linear terhadap x, jika diambil x


sebagai absis dan T’AP sebagai ordinat dan diplot titik-titik yang bersesuaian
(lingkaran hitam). Garis lurus tersebut merupakan suatu sort (bentuk baru yang
lebih pendek) dan traveltime curve yang dikandung oleh titik-titik yang
berhubungan (gambar 3.3). Nilai T’AP dengan mudah dihitung dari persamaan
(9), dan kecepatan V2 pada lapisan bawah diperoleh dari kemiringan (slope)
garis lurus, yaitu dengan mendefferensial persamaan (11) terhadap x ;
d 1
(T ' AP) = ……..……………………… (12)
dx v2

TAP yang diperoleh dari persamaan (9) merupakan suatu besaran yang
menunjukkan kecepatan pada lapisan bawah, yang disebut velocity-traveltime.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh :
(TAP + TBP − TAB)
T’BP = TBP − ......……..… (13)
2
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 17 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
Kemudian diukur jarak x ke arah titik pernerima, dengan mengambil
titik B sebagai titik asal (referensi), maka diperoleh :

hB cos c x
T’BP = + ……………………………… (14)
v 1
v 2

Dengan sumbernya
d 1
TBP = ……………………………..... (15)
dx v2
Dengan menggunakan nilai V2 dari slope persamaan (11) atau
persamaan (14), maka nilai cos c dapat dihitung dari persamaan (1)
Untuk x = 0 pada persamaan (11) dan (14), dinotasikan harga dari T’ AP
dan T’BT dengan ’A dan ’B maka di dapat :

hA cos c
’A = ……………………………… (16)
v 1

hB cos c
’B = …………………………….. (17)
v1
Dengan hA dan hB adalah kedalaman pada titik A dan titik B. Dengan
kata lain, seperti pada gambar 3.3, dimana perpotongan kurva T’AP dengan
ordinat pada titik A mengindikasikan ’A dan perpotongan kurva T’BP dengan
ordinat pada titik B mengindikasikan ’B. Dengan demikian didapat :

v τ' A
……………………………….. (18)
1
hA =
cos c
v1 τ' B
hB = ………………………………… (19)
cos c
Dengan prosedur tersebut di atas, kedalaman setiap titik penembakan
dan titik penerimaan dihitung. Yang perlu dicatat bahwa T AP, TBP, TAB pada

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 18 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


persamaan (8) untuk dihitung kedalaman pada titik penerimaan harus
merupakan waktu tempuh gelombang bias dari permukaan lapisan bawah.
Namun demikian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3, jika waktu
tempuh pada titik dekat titik tembak bukan dari gelombang bias, tetapi dari
gelombang langsung (pada gambar ditandai dengan tanda x), maka kedalaman
hP pada titik penerima tidak dapat ditentukan dengan persamaan (8).

Pada kasus ini, dengan menuliskan kembali persamaan (8) dan (13),
TAP + TBP − TAB
= TAP − T ' AP = TBP − T ' BP ………… (20)
2
sehingga dari persamaan (8) dan (20) diperoleh,
v
hP =
1
(TAP − T ' AP) …………………. (21)
cos c
v
hP =
1
(TBP − T ' BP) ……………………….(22)
cos c
Akhirnya pada gambar 3.3, harga dari TAP dan T’BP yang berhubungan
dengan TAP dan TBP dapat dibaca dari ekstensi (memperpanjang) kurva T AP dan
T’BP. Jadi harga kedalaman hP dapat dihitung dari persamaan (21) dan (22).

3.4. Alat Yang Digunakan


Seperangkat alat seismik refraksi yang terdiri dari :
• PASI- GEA 3
• Hammer /Palu sebagai pembangkit sumber gelombang
• Plate/piringan sebagai landasan sumber gelombang
• Dua buah geophone komponen vertikal
• Baterai/Accu
• Kabel-kabel coaxial untuk penghubung dari geophone ke
Seismograf

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 19 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 3.4
PASI- GEA 3

Gambar 3.5
Gambar 3.6
Geophones
Hammer

Keterangan :
• Laptop : untuk melihat nilai grafik yang muncul setelah dilakukan getaran
• Geophone : untuk menerima sinyal dari getaran yang diterima sensor geophone
• Hammer : untuk menancapkan kabel yang terhubung dengan alat pemukul yang
dilengkapi dengan sensor
• Plate : untuk landasan ketika memukul
• Seismograf : untuk membaca getaran yang ditangkap oleh geophones menampilkannya
dalam bentuk grafik melalui laptop.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 20 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


3.5 Pelaksanaan Praktikum

1. Pilihlah lintasan yang akan di survey. Sebaiknya lintasan yang


dipilih/dibuat permukaannya datar dan tegak lurus terhadap strike
lapisan batuannya.
2. Rangkailah peralatan PASI-GEA 3vdan rangkaian kabelnya.
3. Letakkan piringan logam pada titik dan tancapkan geophone sesuai
dengan jarak yang dikehendaki.
4. Hidupkan laptop dan buka program PASI-GEOPHYSICS → Gea3
5. Akan muncul seperti berikut,

Gambar 3.7
Tampilan Pada Saat Proses Pembacaan Data

6. Mulai membuat sumber gelombang dengan cara memukul hammer


piringan.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 21 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 3.8
Setelah Pembacaan Data Selesai.

7. Untuk zoom grafik, klick mouse di bagian pojok kotak, tahan drag dan
lepaskan mouse, atau dengan klick kanan mouse pada kotak grafik
untuk menampilkan menu yang lain.
8. Pindahkan geophone pada titik sesuai dengan yang telah direncanakan.
9. Lakukan langkah (6) sampai (9) sampai titik terakhir pada lintasan
tersebut.
10. Lakukan pengukuran balik, artinya pada titik terakhir di lintasan
tersebut diletakkan piringan (Lihat Gambar 1.8)
11. Lakukan seperti langkah (2) sampai dengan (10).
Kemudian datanya ditulis dalam lembar data.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 22 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 3.9
Lintasan Gelombang Bias (Headwave).

S adalah sumber gelombang (plate baja yang dipukul dengan palu) dan G1, G2,
… Gn adalah geophone yang dihubungkan dgn kabel ke PASI-GEA 3

Gambar 3.10
Kegiatan Pengukuran Seismik

DATA PENGUKURAN SEISMIK REFDRAKSI


Hari / tanggal : Senin, 10 Februari 2014
Alat : Seismograf Model ES-125
Regu : SR A

No. UP-DIP WAKTU DOWN-DIP WAKTU


JARAK PENJALARAN JARAK PENJALARAN
(m) (detik) (m) (detik)
A 0 0 42 0
P1 2 6,5 40 37,5
... ... ... ... ...

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 23 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


A P Pn.. B
1
0 2 4 … … 4
. . 2

Gambar 3.11
Urutan Pengukuran Seismik

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 24 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA-4 :
PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA SEISMIK
REFRAKSI

Untuk lebih memudahkan maka analisis data dilakukan dengan


menggunakan Microsoft-Excel dan disajikan dalam bentuk Tabel 4.2. Dengan
langkah pengisian tabel sebagai berikut :
1. Data hasil penelitian (berupa waktu datang gelombang seismik)
dimasukan kedalam:
• kolom (a) untuk up dip (TAP) dan
• kolom (b) untuk down dip (TBP).
2. Kolom ( c ) merupakan hasil penjumlahan kolom (a) dan kolom (b)
atau sama dengan TAP + TBP.
3. Kolom (d) diisi dengan hasil pengurangan hasil kolom ( c ) dengan
waktu gelombang seimik dari titik tembak ke titik terjauh
(TAB) = (TAP + TBP)-TAB.
4. Kolom (e) diisi dengan hasil kolom (d) yang dibagi 2.
• (TAP +TBP-TAB)/2 untuk gelombang bias.
• TAP-T’AP atau TBP – T’BP untuk gelombang langsung.
T’AP dan T’BP merupakan nilai dari perpanjangan garis lurus yang
didapat dari grafik T’AP dan T’BP
5. Kolom (f) diisikan dengan :
• mengurangkan kolom (a) dengan kolom (e). Hal ini berlaku untuk
gelombang bias.
• memasukkan jarak ukur ke persamaan grafik T’AP, berlaku untuk
gelombang langsung.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 25 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


6. Kolom (g) diisikan dengan :
• mengurangkan kolom (b) dengan kolom (e). Hal ini berlaku untuk
gelombang bias
• memasukkan jarak ukur ke persamaan grafik T’BP, berlaku untuk
gelombang langsung.
7. Kolom (h) merupakan kedalaman tiap-tiap titik geophone yang
merupakan hasil :
• hp = (e).V1/Cosc, untuk gelombang bias dan
• hp =[(TAP+TBP-TAB)/2]x(v/cos ic),untuk gelombang langsung .

Contoh pengolahan data & interpretasi dengan Ms.Exel dapat dilihat pada
Lampiran

2.1 Contoh kasus 1


Tabel 4.1
Data kurva travel time dan interpretasi lapisan bawah permukaan
Line : I v1= 500 m/s Sin C = v1 /v2 = 0.4 v1 / Cos C = 545 m/s
Date : 23 –24 Juli 2004 v2 = 1264 m/s Cos C = 0.917
TAB = TBA =12.2 x 10-2 sec
Point number A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 B

Distance from A 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 134

(a) Tap -2 3.3 4.5 4.8 6.1 7.1 8.1 8.8 9.6 10.2 11.1 11.1

(b) Tbp 12.2 11.8 11.4 10.3 10.2 9.5 8.8 8 7 5.8 (4.8) (2.8)

(c) (a) + (b) 15.1 15.9 15.1 16.3 17 16.9 16.8 16.6 16

(d) ( c ) - Tab 2.9 3.7 2.9 4.1 4.4 4.7 4.6 4.4 3.8

(e) (d)/2 0.3 1 1.45 1.85 1.45 2.05 2.2 2.35 2.3 2.2 1.9 2.1 1.3 1.3

(f) T'ap=(a) - (e) 1.85 2.65 3.35 4.05 4.9 5.75 6.5 7.4 8.3

(g) T'bp= (b) - (e) 10.4 9.55 8.85 8.15 7.3 6.45 5.7 4.8 3.9

(h) hp=(e)x V1/cos i 1.64 5.45 7.91 10.1 7.91 11.2 12 12.8 12.5 12 10.4 11.5 7.09 7.09

Ket. : satuan waktu ; 10-2 sec ( ) : waktu gel langsung : T – T ‘ = : ’

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 26 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Dari data diatas lalu dilakukan perhitungan dengan menggunakan program
Excell untuk mendapatkan grafik dan diperoleh persamaan :

Gambar 4.1
Grafik Hubungan T vs X Pada Lintasan I

Jarak tiap geophone dari sumber


(meter)
100
110
120
134
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0

1
Kedalaman

10

100

Gambar 4.2
Penampang Bawah Tanah Pada Lintasan I

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 27 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Perhitungan : TAP
1. Dik : m1= 0.2.10-2 m/s = 2.10-
3
m/s 2. Dik : m1 = 0.000791 m/s
Dit : Jenis Batuan Dit : Jenis Batuan
Jawab : Jawab :
Line 1 Line 2
1 1
V1= V2=
m1 m2

1 = 1 m/s
= m/s 0.000791
0.002
= 500 m/s = 1264 m/s

Jadi Jenis Batuannya dalah Jadi jenis Batuanya Sand (Water

Aluvium Sand (Dry) Saturated)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 26 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


2.2 Kasus 2 : Contoh perhitungan pada Excell seperti dalam Tabel berikut ;

Titik Jarak dari A data Tap data Tbp (a)+(b) (C)-Tab (Tap+Tbp-Tab)/2 (ms) T'ap(ms) T'bp(ms) Hp (m)
P (meter) (ms) (ms) (ms) (ms) gel.Lgsg. (d)/2 gel.Lgsg. (a)-(e) gel.Lgsg. (b)-(e) (v1/cos ic)*(e)

Up down (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)


A 0 42 0 39,8 6,808 6,8082 32,992 2,04786
P1 2 40 6,5 37,5 5,948 8,2482 31,552 1,78917
P2 4 38 13,7 37,6 7,488 9,6882 30,112 2,25241
P3 6 36 20,1 36,5 7,828 11,1282 28,672 2,35468
P4 8 34 20,5 36 56,5 14,5 7,25 13,25 28,75 2,18081
P5 10 32 23,5 35 58,5 16,5 8,25 15,25 26,75 2,48162

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang


P6 12 30 23,2 32 55,2 13,2 6,6 16,6 25,4 1,98529
P7 14 28 25 31,2 56,2 14,2 7,1 17,9 24,1 2,13569
P8 16 26 27,4 29,5 56,9 14,9 7,45 19,95 22,05 2,24098
P9 18 24 28,7 28,3 57 15 7,5 21,2 20,8 2,25602

27
P10 20 22 28,3 26,1 54,4 12,4 6,2 22,1 19,9 1,86497
P11 22 20 30,5 25,6 56,1 14,1 7,05 23,45 18,55 2,12065
P12 24 18 33,6 24,7 58,3 16,3 8,15 25,45 16,55 2,45154
P13 26 16 32,8 22,5 55,3 13,3 6,65 26,15 15,85 2,00033
P14 28 14 34,7 20,2 54,9 12,9 6,45 28,25 13,75 1,94017
P15 30 12 35 18,6 6,5918 28,4082 11,392 1,98283
P16 32 10 36,5 15,8 6,6518 29,8482 9,952 2,00087
P17 34 8 36,8 12,8 5,5118 31,2882 8,512 1,65796
P18 36 6 36,5 10 3,7718 32,7282 7,072 1,13457
P19 38 4 38,4 8,3 4,2318 34,1682 5,632 1,27293
P20 40 2 40 2,6 4,3918 35,6082 4,192 1,32106
B 42 0 42 0 4,9518 37,0482 2,752 1,48951

UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Tabel 4.2 Perhitungan dengan Excel
Gambar 4.3
Grafik hubungan T vs X pada lintasan IV (0-42)

Gambar 4.4
Penampang bawah tanah Pada lintasan IV (0-42)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 28 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Perhitungan Data Seismik dengan metode Hagiwara

Dik : m1=3,375.10-3 m/s


Dit : Jenis batuan
Jawab :
Line 1
V1 = 1
m1
= 1 m/s
0.003375
= 296,2963 m/s
Jadi jenis batuannya Alluvium (Sand Dry)

Dik : m2 =5.847.10-4 m/s


Dit : Jenis batuan
Line 2
V2 = 1
m2
V2 = 1 m/s
0.0005847
= 1710,279 m/s
Jadi jenis batuannya Glacial Morain

Catatan : - Dari tabel 4.2 kemudian dibuat grafik hubungan T vs X seperti


dalam Gambar 4.3. Kemudian kita perhatikan juga persamaan garis yang
tercatat dan selanjutnya digunakan untuk menghitung kecepatan lapisan ke-1
(V1) dan kecepatan lapisan ke-2 (V2).
- Selain grafik hubungan T vs X tadi juga dapat digambarkan
profil dari lapisan pertama dan kedua. Lihat Gambar 4.4.
- Untuk menafsirkan jenis batuan pada lapisan pertama dan
kedua tersebut dapat dibandingkan dengan Tabel 4.3. yaitu
Harga Kecepatan gelombang P pada batuan
- Untuk mengetahui mudah tidaknya material tersebut digali
dapat dilihat pada tabel 4.4.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 29 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Tabel 4.3
Kecepatan gelombang-P pada batuan

Rock type Vp (m/s)


Air 33
Water 1400-1500
Ice 3000-4000
Permafrost 3500-4000
Weathered layer 250-1000
Alluvium,Sand (dry) 300-1000
Sand (water-saturated 1200-1900
Clay 1100-2500
Glacial moraine 1500-2600
Coal 1400-2600
Sandstones 2000-4500
Slate and Shale 2400-5000
Limestone and Dolomites 3400-6000
Anhydrite 4500-5800
Rocksalt 4000-5500
Granite and Ggneisses 5000-6200
Basalt flow top (highly fractured) 2500-3800
Basalt 5500-6300
Gabro 6400-6800
Dunite 7500-8400

Sumber :
Sharma Prem V (1997),Environmental AndEngineering Geophysics

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 30 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Tabel 4.4 Rippability dan Getaran Seismik

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang


31
Sumber : Moving The Earth 1999, Herbert L. Nichols,Jr dan David A. Day, P.E.

UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


LAMPIRAN

Cara Pembuatan Grafik di MS. Excell

1. Membuat grafik Dalam program Excell dengan masuk ke Chart Wizard


dan memilih Item XY (Scatter)

2. Kemudian lanjutkan dengan click next dan click add untuk mambuat series
1, lalu memasukkan nilai sumbu X dengan memblok jarak Up pada
lapisan pertama VS Y dengan memblok TAP pada lapisan pertama, dan
selanjutnya membuat grafik pada lapisan kedua dengan mengklik tombol
add untuk series 2 dan memasukan nilai sumbu X dan Y dengan cara
yang sama namun dengan memblok nilai Up dan TAP pada lapisan kedua.
Untuk membuat grafik TBP dilakukan dengan cara yang sama dengan
memblok nilai X yaitu Up VS Y yaitu nilai TBP pada masing-masing
lapisan. Dan klik Ok.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 32 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


3. Setelah grafik tampil langkah selanjutnya adalah membuat garis pada titik
yang tersedia yaitu dengan mengklik salah satu titik kemudian klik kanan
dan pilih iten add trendline dan pilih item linear.

4. Masih pada chart yang sama lalu klik option dan beri centang pada item
display equation on chart dan display R-square value on chart untuk
memunculkan persamaannya. Hal ini dilkakukan pada tiap lapisan baik
pada TAP maupun TBP.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 33 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


5. Setelah itu akan muncul persamaan pada tiap lapisan baik itu T AP maupun
TBP seperti gambar berikut ini

6. Setelah itu tahap selanjutnya adalah membuat grafik gambar penampang


bawah tanah pada lapisan, awalnya sama dengan proses sebelumnya
yaitu masuk ke chart wizard dan pilih model grafik area seperti gambar
dibawah ini

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 34 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


7. Selanjutnya memblok nilai yang ada yaitu jarak Up VS h (kedalaman),
dimana Jarak Up sebagai sumbu X dan Kedalaman h sebagai sumubu Y.
Caranya sama seperti pembuatan grafik yaitu dengan memblok nilai pada
sumbu masing-masing.dan klik OK.

8. Setelah grafik muncul langkah selanjutnya adalah merubah posisi grafik


tersebut dengan posisi terbalik untuk mendapatkan penampang
kedalamannya dengan cara klik kanan pada pojok sumbu bernilai 0 dan
klik format Axis

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 35 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


9. Setelah masuk format axis selanjutnya adalah mencentang item value in
reverse order dan klik OK

10. Setelah semua tahap dilakukan maka grafik kedalaman siap seperti
tergambar pada gambar dibawah

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 36 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA-5 :
PENGUKURAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN
JENIS 1D

5.1 Pendahuluan
Geolistrik adalah metode geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam
hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang
terjadi, baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Oleh
karena itu metode geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk
didalamnya metode potensial diri, induksi polarisasi dan resistivity (tahanan
jenis).
Pada metode geolistrik tahanan jenis, arus listrik dialirkan ke dalam
bumi melalui elektroda arus, kemudian beda potensial yang timbul diukur
melalui dua buah elektroda potensial. Dari pengukuran tersebut untuk jarak
elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variansi harga hambatan
jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur. Asumsi yang digunakan
untuk menurunkan persamaan matematis untuk resistivitas (tahanan jenis)
adalah sebagai berikut :
•Bumi berlapis secara horizontal.
•Tiap lapisan bersifat homogen isotropis.
•Tiap lapisan bias dibedakan berdasarkan nilai tahanan jenis.
Metode geolistrik tahanan jenis dipakai untuk mencari formasi yang
mengandung air, korelasi stratigrafi dalam lapangan minyak dan pencarian
bijih yang kondusif. Dalam praktikum ini, praktikan akan diperkenalkan
dengan peralatan yang digunakan untuk geolistrik dan prinsip kerjanya,
kemudian cara pengolahan data, interpretasi dengan curve matching dan
program IPI2-WIN.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 37 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


5.2 Tujuan praktikum
Tujuan diadakan praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengerti dan memahami prinsip dasar dan teori dari geolistrik tahanan
jenis,
2. Memahami prinsip kerja alat ukur resistivitas bumi,
3. Mengetahui cara pengukuran data dan perhitungan resistivitas bumi,
4. Mampu melakukan pengolahan data dan interpretasi data resistivitas
baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5.3 Dasar Teori


5.3.1 Potensial listrik pada medium homogen
Untuk sumber arus tunggal pada medium (bumi) yang diasumsikan
homogen dan isotropis maka potensial pada suatu titik diluar sumber akan
memenuhi persamaan Laplace2V = 0, dalam koordinat bola :

1   2 V  1
2V=  r  +
r 2 r  r  r sin 
2

  V  1  2V = 0 ….……………….(1)
sin  +
   r sin   2
2 2

Karena anggapan bumi homogen isotropis maka bumi mempunyai


simetri bola, sehingga potensial (V) merupakan fungsi dari (r) saja, jika
ditulis V = Vr, sehingga penyelesaian umum persamaan Laplace adalah
sebagai berikut :

1   2 V 
 2V = r = 0 …………………….(2)
r r  r 
  2 V 
 2V = r = 0 ………………….……(3)
r 2  r 
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 38 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
misalkan :

V V C1 C1
r2 = C1 , = 2 ,dan V = 2 r …………….(4)
r r r r
1 C1
 V = C  r
1 2
r  V = −
r
+ C2 .…………………(5)

dimana C1 dan C2 adalah konstanta.


Jika syarat batas potensial yaitu :
• Jika r = ~ maka V = 0 dan jika C2 = 0, maka demikian pers (5) diatas
menjadi :
C1
V =− ……………………………… (6)
r
• Hukum Ohm pada media yang diperluas menyatakan hubungan antara
intensitas media listrik (E) atau gradient potensial dengan rapat arus (J)
yaitu :
J=E …………………………………..(7)
• Apabila hukum kekekalan muatan menyatakan bahwa arus total sama
dengan integrasi rapat arus yang menembus suatu permukaan ½ bola
seperti Gambar 3.1, berarti :

I =  J .S = 2r 2 .J ……………………….(8)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 39 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 5.1
Garis Arus Dan Distribusi Potensial

Apabila diketahui konduktivitas  = 1/ dan medan listrik E = V


sehingga:
1 C1
J =− …………………………………..(9)
 r2
Maka dengan mensubtitusikan pers (9) ke pers. (8) akan didapatkan
persamaan :
I
C1 = − …………………………………...(10)
2
Maka dengan mensubtitusikan pers. (10) ke pers. (6) akan
didapatkan potensial pada suatu titik berjarak (r) dari suatu sumber arus yang
dapat dinyatakan sbb. :

I  1 
Vr =   …….…………………………...(11)
2  r 
dimana  adalah tahanan jenis medium.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 40 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


5.3.2 Distribusi potensial listrik disekitar elektroda arus ganda di
permukaan bumi
Dalam kasus ini terdapat dua buah elektroda arus yang dipakai untuk
mengalirkan arus listrik ke dalam bumi. Jika pada permukaan bumi tersebut
dialirkan arus listrik melalui satu buah elektroda, perhitungan potensial listrik
di suatu titik berjarak (r) dari elektroda arus dapat digunakan rumus pada
persamaan (11).
Sekarang kalau pada permukaan bumi tersebut ada dua sumber arus
yang berlawanan polaritasnya (menggunakan dua elektroda arus seperti
Gambar 5.2), maka besarnya potensial dititik M (misalnya) adalah :

I 1 1
VM =  −  ………………………….(12)
2  r1 r2 
dimana : r1 = jarak titik M ke sumber arus positif A
r2 = jarak titik M ke sumber arus negatif B
Jika dua buah titik yaitu M dan N yag teletak di dalam bumi, maka
besarnya beda potensial antara dua titik M dan N adalah :
MN = VM-VN

I  1 1  I 1 1
=  −  −  − 
2  r1 r2  2  r3 r4 
I 1 1 1 1
=  − − +  .…………….(13)
2  r1 r2 r3 r4 
dimana : r3 = jarak titik N ke sumber arus positif A
r4 = jarak titik N ke sumber arus negatif B

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 41 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


I

ΔV 
V
V
V
A M O N B
V
Gambar 5.2
Susunan Elektroda Schlumberger

Keterangan : I = arus listrik (mA) pada transmitter


ΔV = beda potensial (mV) pada receiver
O = titik pengukuran
AB = spasi elektroda arus (meter)
MN = spasi elektroda potensial (meter)

Dengan syarat menurut aturan Schlumberger : MN  1/5 AB.


Sehingga apabila melihat gambar 5.2 , beda potensial antara M dan N adalah

I  1 1   1 1 
V = VM − VN =  AM − BM  −  AN − BN 
2    
I  8MN 
=  2
…… (14)
2  ( AB ) − (MN ) 
2

Karena bumi tidak homogen isotropis, maka tahanan jenis yang


terukur adalah tahanan jenis semu, jadi :

 ( AB )2 − (MN )2  V
a =    ……(15)
 4MN  I

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 42 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Persamaan (15) bias disederhanakan menjadi :
V
a = Ks …………………………………(16)
I
dimana : a = tahanan jenis semu
Ks = faktor geometris (konfigurasi Schlumberger)
Dari persamaan ini terlihat, bahwa faktor geometri trgantung pada
letak elektroda arus maupun elektroda potensial.

5.4 Alat Yang Digunakan


Alat yang digunakan untuk pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis
adalah Model Naniura NRD 22. Perlengkapan yang dibutuhkan terdiri dari :
1. Power supply berupa baterai kering 24 V
2. Resistivity-meter : Naniura NRD 22
3. Elektroda logam (2 buah) dan Potensial Tembaga (2 buah)
4. Gulungan kabel untuk arus dan beda potensial
5. Lembar pengisian data dan kertas plot bilogaritma
6. Kalkulator
7. Alat tulis dan clipboard.
Dalam pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis dikenal beberapa
susunan elektroda (konfigurasi) yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
ataupun maksud dari pengukuran. Susunan elektroda yang digunakan dalam
kegiatan praktikum ini adalah Susunan Schlumberger.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 43 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Dibawah ini akan dijelaskan mengenai Resistivity meter Naniura
NRD22

Gambar 5.3
Pengukuran Geolistrik

Gambar 5.4.
Naniura NRD 22 Resistivity-meter Tampak Atas

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 44 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Keterangan Panel :
• Power : untuk menghidupkan digital voltmeter
• Tombol “Start” : untuk mengirim arus
• Tombol “Hold” : untuk menyimpan data potensial
• Compensator : menetralisir SP alam sebelum arus dikirimkan
• Terminal P1 dan P2 : hubungan ke elektroda potensial
• Terminal C1 dan C2 : hubungan ke elektroda arus
• Display potensial :untuk menampilkan nilai potensial secara
“Autorange ”
• Display arus : untuk menampilkan nilai arus dalam
• Saklar ON/Off : Untuk menghidupkan Ampermeter/ Voltmeter
• DC IN : terminal catu daya masukan (input power)
• Fuse : sekering catu daya masukan
• Indikator Batt : penunjuk tegangan aki
• Saklar Volt : untuk menaikan tegangan arus/ keluar
• Current loop : untuk menunjukkan tahanan antar elektroda arus

5.5 Pelaksanaan Praktikum


5.5.1 Persiapan
1. Hidupkan alat (saklar power posisi On). Di indicator bagian pemancar
akan menunjukan tegangan 24 V dan disekitar pertengahan untuk
tegangan masukan 12 V. jika indicator kurang dari 24 V, aki sudah
harus diisi kembali.

2. Hubungkan kedua kabel dari elektroda arus ke terminal Current.


Indicator Current Loop akan menyimpang kearah kanan. Usahakan agar
tahanan kontak antara elektroda sekecil mungkin dengan memperdalam
elektroda dan diusahakan di daerah merah.

3. Hubungkan kedua kabel dari elektroda potensial ke terminal potensial.


Jarak M-N yang digunakan sesuai dengan table pengukuran yang
digunakan dan biasanya dimulai dengan MN/2 = 0,5 meter. Digital
meter akan menunjukan angka tertentu. Atur kompensator sehingga
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 45 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
angka akan menunjukan nol dengan mengatur potensiometer kasar dan
halus.

5.5.2. Pengukuran
1. Arus dimulai dari yang kecil di posisi 1. Tekan tombol start. Besarnya
arus akan muncul di display (usahakan besar arus lebih besar dari 10
mA agar pembacaan arus dapat stabil) . Pada saat membaca nilai arus
ini, tombol hold ditekan, lalu arus dimatikan. Jadi pada saat pengiriman
arus, cukup membaca besarnya arus sedangkan besarnya nilai potensial
dapat dibaca setelah arus dimatikan. Biasanya pada posisi AB/2 masih
kecil misalkan 1,5 meter atau 2 meter, pembacaan potensial dalam skala
V, sehingga arus dikalikan 1000 untuk besaran milivolt.
2. Setelah nilai potensial dibaca, tombol hold ditekan, nilai potensial akan
hilang.
3. Nilai tegangan dan arus ditulis dalam table yang sudah disediakan
kemudian dihitung besarnya tahanan jenis semu () dengan
menggunakan rumus persamaan (15). Untuk memudahkan perhitungan,
besarnya tegangan dibuat dalam satuan mV dan arus dalam mA.
4. Setiap pengukuran harus langsung diplotkan dalam kertas bilogaritma.
5. Untuk pembacaan berikutnya sama dengan point 1 s.d. 4. sebelum
pengiriman arus, angka di bagian penerima harus selalu nol. Besarnya
arus dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan ke posisi yang lebih
tinggi, tapi selama pembacaan potensial masih cukup baik, tidak perlu
menaikkan arus, hal ini bertujuan untuk menghemat aki.
6. Setelah pengukuran dilakukan beberapa kali dengan posisi elektroda
potensial MN/2 = 0,5 meter sesuai dengan table yang tersedia atau nilai
potensial sudah sangat kecil, posisi elektroda potensial dapat
dipindahkan ke MN/2 = 1 meter dan dalam hal ini harus dilakukan

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 46 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


pengukuran overlap yaitu pengukuran AB/2 yang sama untuk dua harga
MN/2.
7. Pengukuran selanjutnya dapat dilakukan dengan posisi elektroda
potensial MN/2 yang berikutnya sesuai dengan yang kita inginkan.
Setiap perubahan harga MN/2 selalu dilakukan pengukuran overlap.
Setiap hasil pengukuran harus langsung diplotkan dalam kertas
bilogaritma untuk membantu mengetahui kualitas dari data yang kita
peroleh. Jika kurva yang diperoleh bentuknya tidak halus (smooth), akan
dapat dianalisa penyebabnya sehingga pengukuran dapat diulangi.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 47 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


DATA PENGUKURAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS
Hari / tanggal : ...............................
Alat : ...............................
Regu : ...............................
PERCOBAAN KE-1 PERCOBAAN KE-2 
AB/
MN/2 k V I  V I  RATA-
2
RATA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
15
15
20
25
32
40
45
50
60
60
80
100

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 48 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA-6 :
PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS 1D

6.1 Pengolahan data


Setelah kita memperoleh data dan telah memplotkan data di kertas
bilogaritma maka langkah selanjutnya mengolah data-data tersebut agar dapat
diinterpretasikan.

6.1.1 Pengolahan Data Secara Manual.


Untuk mengolah data lapangan kita dapat menggunakan beberapa
metode metode, diantaranya Curve Matching , Automatic Interpretation , dan
Linier Filter
Dalam praktikum ini, kita akan menggunakan metode Curve
Matching untuk mengolah data lapangan. Metode Curve Matching
mengaplikasikan empirical master curves yang terdiri atas dua bagian yaitu
kurva standar 2 lapisan dan kurva pembantu. Kurva pembantu ini ada empat
macam, yaitu : Jenis H ( ρ1 >ρ2<ρ3 ), Jenis A( ρ1 <ρ2<ρ3 ), Jenis K( ρ1 <ρ2>ρ3
), dan Jenis Q ( ρ1 >ρ2>ρ3 ) akan diberikan pada saat praktikum
Cara penggunaan Kurva Matching :
1. Data lapangan diplotkan pada kertas bilogaritma tembus pandang spasi
AB/2 sebagai absis dan tahanan jenis sebagai ordinat.
2. Himpitkan bagian kurva sounding spasi pendek dengan kurva standar dua
lapisan. Koordinat titik asal kurva standar yang dibaca pada kurva
sounding merupakan tahanan jenis dan ketebalan lapisan pertama, ρ1 = 20
Ohm meter dan h1 = 0.65 meter. Kurva standar yang sesuai tadi
menunjukkan harga perbandingan tahanan jenis antara lapisan pertama
dan kedua, ρ2 / ρ1 = 0.65, maka ρ2 = 20 x 0.65 Ohm-m = 13.0 Ohm-m dan
perbandingan h2 / h1 = 3 maka h2 = 0.65 x 3 = 1.95 meter.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 49 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


3. Titik asal pertama (I) diletakkan tepat pada titik asal sounding sehingga
diperoleh ρ2 dan h2 dari kertas bilogaritma masing-masing 14.5 ohm-
meter dan 2.6 meter. Kemudian pada kertas bilogaritma dibuat kurva
bantu dengan harga ρ3 / ρ2 = 7. Kurva bantu ini akan menjadi tempat
kedudukan titik asal selanjutnya (II) yang menentukan harga tahanan
jenis lapisan ketiga dan ketebalan lapisan kedua. Tahanan jenis lapisan
ketiga merupakan perkalian antara ordinat titik asal II dengan
perbandingan ρ3 / ρ2 yang didapatkan; ρ3 = 14.5 x 7 Ohm-m = 101.5
Ohm-m. dan perbandingan h3 / h2 = 0.6 maka h3 = 0.65 x 3 = 1.95 meter.
4. Untuk bagian kurva sounding dengan spasi yang lebih besar ulangi
langkah-langkah tersebut diatas.
Setelah diperoleh nilai ρ dan h pada tiap lapisan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengecekan terhadap hasil matching dengan
menggunakan salah satu program geofisika seperti program Datares, Resoma,
IPI2-WIN, dll (disarankan untuk menggunakan program IPI2-WIN) sehingga
dapat diketahui prosentase (%) kesalahan ketika kita melakukan matching
secara manual.

6.1.2 Pengolahan Data Dengan Menggunakan Program IPI2-WIN


Langkah-langkah yang harus dilakukan pada program IPI2-WIN,
adalah sebagai berikut :
1. Tulislah data lapangan ke dalam format Text Document ( Notepad ).
2. Adapun cara untuk menginput data tersebut adalah sebagai berikut :
• Klik File » New VES Point.
• Klik Ikon U,I pilih konfigurasi yang akan digunakan (dalam
praktikum ini digunakan konfigurasi Schlumberger).
• Klik Open TXT, masukkan data lapangan yang sudah di
format ke dalam Notepad. Klik OK.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 50 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


• Kemudian save ke dalam direktori yang diinginkan. Klik OK.
• Kemudian akan muncul tampilan sebagai berikut :

• Klik OK.

6.2. Interpretasi Data


Untuk interpretasi, klik kanan pada kurva lapangan lalu pilih split.
Fungsi split adalah untuk menambahkan lapisan pada kurva lapangan
sehingga memudahkan interpretasi data. Geser-geser garis yang berwarna
biru sedemikian rupa sehingga kurva standar (garis merah) akan berhimpitan
dengan kurva lapangan (garis hitam). Tingkat kesalahan tidak boleh melebihi
5% (lihat box sebelah kanan bawah)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 51 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Dibawah ini adalah contoh gambar sesudah dan sebelum di
interpretasi :
➢ Sebelum dilakukan spliting

Perhatikan, kurva lapangan yang belum di interpretasi mempunyai


dua lapisan dan tingkat kesalahannya sebesar 72.7 %. (lihat box kecil di
sebelah kanan bawah).
Nilai ρ dan h hasil matching manual dimasukkan kedalam kotak
yang tingkat kesalahan, sehingga kita dapat mengetahui % kesalahan yang
dilakukan secara matching manual.
➢ Hasil matching manual setelah dimasukkan ke program
IPI2WIN

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 52 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Kurva diatas merupakan hasil matching secara manual yang telah
dimasukkan kedalam program. Maka diperoleh % kesalahan sebesar 22.4%.
Setelah itu kita lakukan interpretasi dengan menggunakan program sehingga
prosentase (%) kesalahan dapat ditekan menjadi 3.89%.
➢ Hasil matching dengan Program IPI2WIN

Metode interpretasi secara garis besarnya dibagi dalam dua bagian :


a. Metode Kualitatif
b. Metode Kuantitatif

6.2.1. Metode Kualitatif


Metode ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum
perlapisan yang diharapkan dapat membantu dalam interpretasi kuantitatif.
Yang biasa dilakukan dalam metode ini adalah :
 Mengenal berbagai tipe kurva lapangan
 Membuat penampang tahanan jenis semu
 Membuat peta tahanan jenis semu
6.2.2. Metode Kuantitatif
Metode ini digunakan untuk menentukan harga tahanan jenis dan
ketebalan lapisan dari data dilapangan dengan cara matching dan kemudian
melakukan pengecekkan dengan program. Hasil akhir metode ini adalah
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 53 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
tahanan jenis dan ketebalan lapisan yang sudah terkoreksi oleh program
dengan kesalahan lebih kecil 5%. Contoh :

Kemudian hasil diatas dikorelasikan dengan titik sounding lainnya


sehingga diperoleh penampang dua dimensi yaitu harga resistivitas terhadap
kedalaman. Untuk menafsirkan litologinya disesuaikan dengan harga pada
tabel 6.1 dibawah.
Tabel 6.1
Harga Tahanan Jenis untuk berbagai lapisan bumi

Harga Tahanan Jenis


No. Jenis Lapisan
(Ώm)
1 Air permukaan 80 – 200
2 Air tanah 30 – 100
3 Lempung 10 – 200
4 Pasir 100 – 600
5 Pasir dan kerikil 100 – 1000
6 Batu lumpur 20 – 200
7 Batu pasir 50 – 500
8 Konglomerat 100 – 500
9 Kelompok andesit 100 – 2000
10 Kelompok granit 1000 – 10000
11 Kelompok chert 200 – 2000

Gambar 6.1
Peralatan Geolistrik

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 54 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA-7 :
METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS 2D

7.1 Pendahuluan

Pada prinsipnya metode geolistrik tahanan jenis 2D mempunyai


dasar yang sama dengan metode resistivity tahanan jenis 1D yang
membedakan hanyalah penggunaan konfigurasi (susunan elektroda) yang
digunakan. Pada metode geolistrik tahanan jenis 2D menggunakan
konfigurasi gabungan antara Wenner dan Schlumberger. Selain itu resistivity
2D dianggap lebih tepat digunakan untuk teknik pertambangan karena dapat
menginterpretasikan lapisan secara vertical dan horizontal.

7.2 Tujuan Praktikum


• Mahasiswa mengenal metode Geolistrik yang lebih kompleks dan relatif
baru
• Mahasiswa mengetahui prosedur pengukurannya dan dasar-dasar
interpretasinya
• Mahasiswa dapat mempraktekkan metode resistivity 2D untuk eksplorasi
mineral.

7.3 Dasar Teori

Untuk mendeteksi lapisan atau endapan suatu batuan dapat digunakan


acuan (referensi) dari Tabel 7.1 harga tahanan jenis dari berbagai tipe batuan
secara umum.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 55 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Tabel 7.1
Resistivitas batuan secara umum ( Loke, 2000)

7.3.1 Teori Geolistrik Tahanan Jenis


Asumsi yang digunakan untuk menurunkan persamaan matematis
untuk resistivitas (tahanan jenis) adalah sebagai berikut :
a. Bumi berlapis secara horizontal. dan tiap lapisan bersifat homogen
isotropis.
b. Pemisahan lapisan yang satu dengan yang lain merupakan bidang
batas antara dua resistivitas yang berbeda.

Oleh karena itu, bila pada suatu titik di permukaan bumi diberi
arus listrik (I), maka pada titik-titik lain di permukaan bumi terdapat suatu
potensial listrik (V) yang memenuhi persamaan Laplace :
2V=0 .....................................................……..(1)
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 56 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
Dengan memakai logika bahwa bumi homogen isotropis, dan
koordinat yang digunakan adalah koordinat bola, maka potensial pada suatu
titik berjarak-r dari sumber arus yang membentuk setengah bola dapat
dinyatakan sebagai berikut :
. I
V (r ) = ..............………………………...(2)
2. . r
dimana  : adalah resistivitas (tahanan jenis) medium.

7.3.2 KonfigurasiElektrodaWenner-Sclumberger
Karena di bumi tidak ada tanah yang homogen isotropis, maka
tahanan jenis yang diperoleh dari pengukuran bukan merupakan tahanan
jenis sebenarnya, melainkan tahanan jenis semu (a) maka persamaan (2)
menjadi :
V
 =K ...........…………………………...............(3)
I
dimana K = .n.(n+1).a adalah faktor geometri dari susunan elektroda
Wenner-Schlumberger.
Di lapangan, harga spasi (r ) diganti (a) seperti Gambar 3.2, sudah
ditentukan sesuai target, dalam hal ini 10 – 20 m dengan n tidak lebih dari 8,
sudah cukup mewakili sehingga harga K dihitung, dari; berapa arus (I) yang
dikirimkan dalam satuan mili-Ampere (mA) ? berapa beda potensial V
yang diterima dalam satuan mili-Volt (mV) ? Kemudian dihitung harga
Tahanan jenis semu () dari persamaan (3) .

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 57 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


a) Wenner b) Schlumberger
C1 P1 P2 C2 C1 P1 P2 C2

n=1 a a a n=1 a a a

C1 P1 P2 C2 C1 P1 P2 C2

n=2 2a 2a 2a n=2 2a a 2a

C1 P1 P2 C2 C1 P1 P2 C2

n=3 3a 3a 3a n=3 3a a 3a

a) Wenner
n=1
n=2
n=3
n=4
n=5
n=6
n=7
n=8

b) Schlumberger
n=1
n=2
n=3
n=4
n=5
n=6 Keterangan :
n=7 Posisi Elektroda
n=8
n=9
Datum Point in Pseudosection
n=10
n=11

Gambar 7-1
Pengukuran Resistivity dengan konfigurasi elektroda Wenner-
Schlumberger

7.4 Alat Yang Digunakan

Dalam hal ini pengukuran Geolistrik dilakukan dengan menggunakan alat


satu unit NANIURA NRD 22.

Peralatan
Peralatan yang dipakai adalah :
1. Satu set resistivitymeter merek Naniura model NRD-22 S yang terdiridari
a. 1 unit resistivitymeter merek Naniura model NRD-22 S sebagai
sumber arus.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 58 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 7.2
Alat resistivitymeter merk Naniura model NRD-22 S

b. Gulungan kabel

Gambar 7.3
Gulungan kabel

c. Multi channel

Gambar 7.4
Multi channel
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 59 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
d. Baterai kering 12 V (1buah).
e. Elektroda arus sebanyak 16 buah yang terbuat dari stainless steel.
f. Elektroda potensial sebanyak 2 buah yang terbuat dari tembaga.
g. Palu sebanyak 1 buah.

7.5 Prosedur pengukuran

7.5.1 Teknik Pengukuran Wenner - Schlumberger


Dalam pengukuran tahanan jenis, dikenal beberapa susunan
elektroda (konfigurasi) yang digunakan sesuai dengan kebutuhan ataupun
maksud dari pengukuran tersebut. Susunan elektroda yang digunakan adalah
susunan Wenner-Schlumberger. Adapun persiapan dalam penggunaan alat
Naniura NRD 22 adalah sebagai berikut :

1. Hidupkan alat (saklar power pada posisi on). Diindikator bagian


pemancar akan menunjukkan 24 volt (tanda merah untuk tegangan
masukan 24 volt) dan disekitar pertengahan untuk tegangan
masukan 12 volt. Jika indikator kurang dari 24 volt, baterai sudah
harus diisi kembali.
2. Hubungan elektroda arus (stainless steel) ke terminal current.
Indikator currentloop akan menyimpang ke arah kanan. Usahakan
agar tahanan kontak antara elektroda sekecil mungkin dengan
memperdalam elektroda dan diusahakan di daerah merah.
Hubungan elektroda potensial (tembaga atau porouspot) ke
terminal potensial. Jarak M – N (elektroda potensial) yang
digunakan dalam hal ini M – N = 10 m hingga 20 m. Digital meter
akan menunjukkan angka tertentu. Atur kompensator sehingga
angka menunjukkan 0 dengan mengatur potensiometer kasar dan
halus. Potensiometer halus (fine) dibuat diposisi tengah kemudian
atur potensiometer kasar (course) hingga angka mendekati
mendekati angka nol (misal 1 atau 2 mV)lalu dengan potensiometer
halus diatur angka menunjuk nol.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 60 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Adapun pengukuran dengan menggunakan Naniura NRD 22 dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Arus dimulai dari yang kecil (saklar volt) diposisi 1 Tekan tombol
start. Besarnya arus akan muncul di display. Pada saat membaca
nilai arus ini, tombol hold ditekan (tidak perlu membaca nilai
potensialnya), lalu arus dimatikan. Nilai potensial akan tetap
tersimpan walaupun arus telah dimatikan. Jadi pada saat
pengiriman arus dapat dibaca setelah arus dimatikan. Jadi pada saat
pengiriman arus, cukup membaca besarnya arus sedangkan
besarnya nilai potensial dapat dibaca setelah arus dimatikan.
Biasanya pada posisi elektroda arus masih kecil misal 10 m,
pembacaan potensialnya dalam skala V (Volt). Sehingga potensial
dikalikan 1000 untuk besaran mVolt.
2. Setelah nilai potensial dibaca, tombol hold ditekan nilai potensial
akan hilang.
3. Nilai tegangan dan arus ditulis dalam table yang sudah tersedia
kemudian dihitung besarnya tahanan jenis (). Untuk memudahkan
perhitungan, besarnya tegangan dibuat dalam satuan mV dan arus
dalam mA.
4. Untuk pembacaan berikutnya sama dengan poin satu hingga tiga.
Sebelum pengiriman arus, angka dibagian penerima harus selalu
nol besarnya arus dapat diperbesar dengan menaikkan tegangan
(volt) keposisi yang lebih tinggi (posisi 2 atau 3), tapi selama
pembacaan potensial masih cukup baik, tidak perlu menaikkan arus,
hal ini bertujuan untuk menghemat catu daya (baterai).
5. Pengukuran dilakukan dengan posisi elektroda potensial tetap
dengan jarak a = 20 m, sedangkan elektroda arus bergerak menjauhi
elektroda potensial dengan a = 1,2,3 dan seterusnya, hingga
mencapai titik ujung line.
6. Setelah pengukuran dilakukan beberapa kali dengan posisi
elektroda potensial tetap, maka selanjutnya elektroda potensial
dipindahkan ke posisi titik selanjutnya dengan jarak yang sama

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 61 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


sebelumnya, sedangkan elektroda arus berpindah seperti pada point
lima.

Dari pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap spasi atau
jarak elektroda yang sama dapat dihitung variasi tahanan jenis di bawah
titik pengukuran (0), dengan rumus (3) tersebut. Untuk ketelitian pengukuran
harga I dan V diukur sampai dua kali dimana sekali adalah V (+) dan
sekali lagi V (-). Kemudian antara V(+) dan V(-) dirata-ratakan, Harga rata-
rata antara V(+) dan V(-) akan sama atau hampir sama, bilamana berbeda
maka perlu dicurigai kontak elektroda kurang optimal.
Hasil akhir pengukuran dengan menghitung resistivitas semu a)
dari data I, V dan Kw (dihitung) sehingga diperoleh harga a dalam Ohm-
m.

7.6 Interpretasi Data Hasil Pengukuran

Hasil program pada Gambar 7.4 untuk penampang adalah proses


contouring dari angka-angka pengukuran resistivity yang kemudian
ditampilkan dalam bentuk warna. Oleh karena itu masing-masing warna
belum tentu harga resistivity-nya sama, maka harus diperhatikan keterangan
warna dan jangkauan (range) nilai resistivity dalam Ohm-m.
Sebagai referensi pada table 7.1 nilai tahanan jenis (resistivity) untuk
berbagai batuan mempunyai nilai berbeda.Maka masing-masing penampang
dapat ditafsirkan berdasarkan keterangan warna dan jangkauan (range) nilai
resistivity dalam Ohm-m.
Berdasarkan Gambar 7.1 dan pengolahan data tersebut, spasi ditulis
dengan huruf a dan dari spasi a tersebut untuk stasiun pertama datanya diplot
pada n = 1, kemudian semua elektroda bergerak sejauh a tersebut maka kita
dapat harga resistivity semu untuk lapisan ke-1. Sedangkan untuk stasiun

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 62 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


kedua spasi 2a dan kemudian semua elektroda bergerak ke kanan sejauh a
sehingga diperoleh harga resistivity semu untuk kedalaman pada n = 2. dst.,
sehingga diperoleh variasi tahanan jenis baik secara horizontal dan maupun
vertikal.
Kemudian setelah data tersusun demikian, maka bisa dimasukkan ke
program RES2DINV dalam bentuk Notepad dan pilih konfigurasi Wenner -
Sclumberger. Hasilnya ada 3 penampang, yaitu :
1. Penampang tahanan jenis semu. Hal ini sesuai hasil pengukuran dan
skemanya, lihat cocok atau tidak dengan kondisi lapangan waktu
pangukuran.
2. Penampang tahanan jenis hasil perhitungan komputer yang disesuaikan
dengan data lapangan.
3. Apabila data lapangan dan hasil perhitungan komputer tersebut sama atau
cocok maka model pada penampang ke-3 ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Inilah hasil interpretasi tahanan jenis (resistivity 2D)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 63 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 7.4
Contoh hasil Interpretasi data Resistivity 2D menngunakan software
RES2DINV

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 64 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


ACARA–8
METODA GEOLISTRIK POLARISASI TERIMBAS
(Induced Polarization)

8.1 . PENDAHULUAN
Geolistrik adalah suatu metoda geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik didalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan
bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, arus listrik, SP, dan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus
ke dalam bumi.
Polarisasi terimbas merupakan salah satu metoda geofisika yang
mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral
logam di bawah permukaan bumi.
Pada metoda geolistrik polarisasi terimbas arus listrik diinjeksikan
ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur
melalui dua elektroda potensial. Dalam metoda polarisasi terimbas ada 4
macam metoda pengukuran yaitu pengukuran dalam domain waktu, domain
frekuensi,pengukuran sudut fasa dan Magnetic Induced Polarization (MIP).
Metoda polarisasi terimbas ini terutama dipahami dalam eksplorasi
logam dasar (Base Metal) dan penyelidikan air tanah (Ground Water).
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial dan arus, dikenal
beberapa jenis metoda polarisasi terimbas antara lain :
1. Metoda Schlumberger
2. Metoda Wenner
3. Metoda Double Dipole
4. Metoda Pole Dipole

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 65 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


8.2 . DESKRIPSI ALAT UKUR
Polarisasi terimbas terjadi akibat adanya arus induktif yang
menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam.
IPMGEO-4100 dirancang untuk mengukur parameter polarisasi terimbas
melalui nilai chargeability. Nilai ini merupakan perbandingan antara
peluruhan potensial sekunder terhadap waktu.
IPMGEO-4100 bekerja dalam domain waktu, dimana data akuisisi
direkam melalui A/D card dengan akurasi 12 bit. Prinsip pengukuran IP
memiliki susunan konfigurasi yang serupa dengan survey geolistrik.
IPMGEO-4100 telah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga akuisisi data
IP dapat dilakukan secara simultan dengan geolistrik. Dengan demikian dapat
dikarakteristik material yang memiliki respon resistivitas yang sama tetapi
mempunyai karakteristik IP yang berbeda. IPMGEO-4100 dapat
dikembangkan menjadi instrumen pengukuranmultichannel 16 channel atau
lebih (seri 16100) dengan maksimum jumlah channel 1000 buah. Melalui
instrument multichannel IP pengukuran 2D dan 3Dakan menjadi lebih efisien,
cepat dan mudah.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 66 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 8.1
Spek Alat

8.3 .P ERALATAN LAPANGAN


3.1. Peralatan yang digunakan :
1. IPMGEO-4100/16100
2. Accu
3. Elektroda arus dan potensial
4. Kabel-kabel penghubung
5. Meteran

8.3.2. Prinsip kerja alat :


Alat ukur IPMGEO-4100/16100 ini terdiri dari dua bagian :
a. Sinyal generator dan transmitter arus
b. Rangkaian receiver untuk mengukur beda potensial.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 67 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 8.2
Prinsip Kerja Alat

Transmitter dan sinyal generator mengalirkan arus listrik berbentuk


pulsa persegi melalui kedua elektroda arus ke bumi. Sering kali terjadi
polarisasi pada bidang antar muka elektroda arus dan tanah sekelilingnya
yang mengakibatkan terjadinya variasi harga tahanan tanah terhadap arah
pengukuran. Untuk mengatasi hal ini maka secara periodik polaritas arus
listrik dibalikkan arusnya oleh rangkaian sinyal generator. Pembalikan
polaritas arus listrik ini juga berguna untuk mengeliminasi potensial spontan
bumi.
Beda potensial yang tejadi antara kedua elektroda pengukur pada
saat arus listrik mengalir dan pada saat arus dihentikan (potensial residual)
diukur oleh rangkaian receiver yang mempunyai kemampuan tinggi. Untuk
mencegah terjadinya polarisasi elektroda antara logam elektroda pengukur
(potensial) yang konduktif dengan larutan ionik dalam pori-pori tanah maka
digunakan elektroda non potensial yang disebut porous-pot.Antara unit
transmitter dan receiver dihubungkan oleh rangkaian elektronik pengatur fasa
supaya terdapat keselarasan kerja antara transmitter dan receiver.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 68 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


8.4 . Prosedur pengukuran lapangan
8.4.1 Konfigurasi elektroda
Susunan konfigurasi elektroda dalam metoda IP sama dengan
metoda resistivitas umumnya antara lain : konfigurasi Schlumburger,
konfigurasi Wenner, poledipole dan double dipole. Pada konfigurasi
Schlumburger elektroda potensial MN relatif diam pada suatu tempat dengan
elektroda arus digerakkan secara simetri keluar. Pada konfigurasi Wenner
harga a diperbesar dalam langkah tertentu dengan memindahkan setiap
elektroda keluar dari pusat pada konfigurasi dipole-dipole. Kedua pasang
elektroda yang berjarak sama saling digerakan menjauhi. Pada konfigurasi
poledipole salah satu elektroda arus diletakan pada tempat yang sangat jauh.

8.4.2 Metode pengukuran


Pengukuran tanggapan (respon) IP dapat dilakukan dalam :
- Domain waktu
- Domain frekuensi
- Pengukuran sudut fasa IP.
Ketiganya mengukur gejala fisis yang sama, tetapi dengan parameter
pengukuran
yang berbeda. Di samping itu juga ada metoda Magnetic Induced
Polarization(MIP) yaitu pengukuran dalam domain medan magnet.

8.4.2.1 Pengukuran dalam Domain Waktu


Prosedur pengukuran di lapangan adalah dengan mengalirkan pulsa
arus listrik berbentuk persegi panjang. Pada saat arus listrik dihentikan,
potensial antara dua elektroda pengukur segera turun ke tingkat tanggap
sekunder. Potensial sekunder ini kemudian meluruh dengan waktu. Lihat
gambar 9.3 Pengukuran dalam domain waktu maksudnya pengamatan
peluruhan potensial sekunder(Vs) terhadap waktu.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 69 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 8.3
Pengukuran Dalam Domain Waktu

Untuk mengukur derajat terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu,


didefinisikan besaran chargeabilitas m(t) yang merupakan besaran makro
yang bergantung pada jenis bahan dan selang waktu pengaliran arus.
Di lapangan chargeabilitas diukur dari definisi

8.4.2.2 Pengukuran dalam Domain Frekuensi


Untuk mempolarisasikan suatu bahan dengan arus listrik imbas ke
suatu tingkat tertentu, butuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya
karena frekuensi bergantung terbalik dengan waktu, maka perbedaan tanggap
(respon) tegangan pada pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda
juga mencerminkan sifat polarisasi bahan yang bersangkutan. Prosedur
pengukuran dengan mengalirkan arus listrik dengan frekuensi yang berbeda.
• Efek Frekuensi
Parameter pengukuran didefinisikan besaran Frequency Effect (FE)

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 70 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


V2 − V1
FE = .....................................................................................(6)
V1

➢ Hubungan IP kawasan waktu dan kawasan frekuensi

Secara teori, hasil pengukuran IP dalam kawasan waktu dan kawasan


frekuensi menghasilkan hal yang sama. Secara praktis konversi dalam
kawasan waktu ke kawasan frekuensi cukup sulit. Gelombang kotak yang
digunakan dalam kawasan waktu mengandung semua frekuensi. Dalam
Telford, 1976 dirumuskan :
M=FE
/(
1+FE
)
(3.29)

dimana FE  1

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 71 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Parameter MF juga dapat digunakan pada kawasan waktu yaitu
MetalFactor ( MF ) = 1000 M / 
(3.30)

dengan M adalah nilai chargeability (msec) dan


 nilai tahanan jenis. Perlu
diperhatikan bahwa nilai MF kawasan waktu tidak selalu sama dengan nilai
MF kawasan frekuensi. Parameter MF digunakan untuk mengkompensasi
parameter IP terhadap harga tahanan jenisnya.

8.4.2.3 Pengukuran Sudut Fasa IP


Metoda ini mengukur beda sudut fasa antara keluaran sinyal
tegangan dengan masukan gelombang arus listrik yang diberikan, dengan
asumsi bahwa bentuk gelombang keduanya sinusoidal dengan frekuensi yang
sama.

8.5. Sumber Polarisasi


Polarisasi pada suatu medium dapat terjadi karena adanya
penyimpanan tenaga saat medium dialiri arus listrik. Secara teoritis, bentuk
energi yang tersimpan pada medium dapat berupa energi mekanik (elektro
kinetik) dan energi kimia (elektro kimia).
Penyimpanan energi secara elektrokimia ini dapat diakibatkan oleh :
a. Variasi mobilitas ion dalam fluida yang terkandung pada medium.
b. Variasi antara jalur penghantaran secara elektronik, hal ini terjadi
jika di dalam medium terdapat mineral logam.
Efek elektrokimia akibat adanya variasi ion dalam fluida sering
disebut sebagai polarisasi membran atau polarisasi elektrolit dan dikenal
sebagai efek IP normal (normal IP effect). Efek ini terjadi apabila medium
batuan tidak mengandung mineral logam. Efek elektrokimia disebut juga
sebagai polarisasi elektroda atau over voltage effect. Efek ini biasanya lebih
Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 72 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
besar dibandingkan efek polarisasi membran, dimana besarnya sangat
tergantung pada kandungan mineral logam yang ada dalam medium batuan
(Telford,1976).

8.5.1 Penyebab Polarisasi Batuan


8.5.1.1 Polarisasi Membran
Penghantaran secara elektrolit paling mungkin terjadi apabila
material tidak memiliki kandungan mineral logam. Untuk memungkinkan
penghantaran jenis ini berlangsung, diperlukan zona-zona porus yang
medium. Kebanyakan material pembentuk batuan muatan negatif (-) pada
bidang batas antara permukaan batuan dengan fluida pada pori. Karenanya,
ion positif (+) akan tertarik ke zona tersebut dan ion negatif akan tertolak dari
zona tersebut apabila medium dialiri arus.
Sering kali polarisasi membran terjadi kontak permukaan mineral
lempung bermuatan negatif akan menarik ion-ion positif sehingga
membentuk awan ion positif disekitar permukaan mineral lempung dan
meluas pada larutan. Jika pada kondisi ini kemudian dialiri arus listrik, maka
akan terjadi penumpukan ion positif dan negatif di dekat permukaan mineral.
Terbentuknya membran-membran tersebut akan mengurangi kemampuan
mobilitas ion-ion secara signifikan. Hal ini diilustrasikan dalam gambar 9.4

Gambar 8.4.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 73 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Proses polarisasi membran pada medium oleh mineral lempung dalam batuan (a).
kondisi sebelum medium dialiri arus listrik (b). kondisi ketika medium dialiri arus
(Sumner, 1976)

8.5.1.2 Polarisasi Elektroda


Polarisasi elektroda merupakan sumber polarisasi terbesar
disebabkan oleh keberadaan mineral logam dalal medium batuan.
Penghantaran arus dalam medium batuan yang mengandung mineral logam
dilakukan secara elektronik maupun elektrolitik. Reaksi kimia berupa reaksi
reduksi-oksidasi dan kemungkinan pertukaran ionik akan terjadi pada bidang
batas mineral dengan elektrolit sampai terjadi keadaan setimbang. Apabila
arus dialirkan ke dalam medium, akan timbul gangguan kesetimbangan
berupa polarisasi pada bidang batas mineral logam yang berfungsi sebagai
elektroda dan air pada medium batuan yang berfungsi sebagai eletrolit.
Lapisan kembar listrik didefinisikan sebagai susunan muatan antar
bidang batas mineral logam dengan air pada medium batuan. Susunan muatan
ini dapat dianggap sebagai suatu kapasitor lempeng dengan rapat muatan σ.
Potensial yang berhubungan dengan adanya kapasitor lempeng dengan
adanya kapasitor ini dituliskan sebagai Zeta :

4d
=
D

dimana ξ adalah potensial zeta, d jarak kedua lapisan, σ rapat muat bidang
dan D tetapan dielektrikum medium.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 74 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Gambar 8.5
Salah satu kemungkinan keadaan distribusi ion pada bidang batas medium solid-
elektrolit (Sumner,1976).Appendix F : IP data inversion (MH. Loke, 2001)
Koleksi data dari survey IP terdiri dari dua bagian, yaitu pengukuran
resistivity semu dan data IP. Jadi jumlah titik data 2 kali dari survey
resistivity normal.
Inversi data IP dilakukan setelah diperoleh resistivity model. Hal ini
dikarenakan bilamana rms error dari model resistivity adalah kecil artinya
mewakili resistivity bawah permukaan yang sesungguhnya. Akan tetapi bila
sampai iterasi 5 rms error masih tinggi maka dilanjutkan dengan inversi data
IP.
Program memberikan dua cara untuk merubah data IP. Cara-1 inversi
dari data resistivity dan IP akan keluar secara berurutan, setelah itu secara
serentak iterasi dari resistivity dan data IP akan keluar. Sedangkan cara-2,
inversi data IP akan keluar setelah inversi resistivity lengkap, dalam kasus ini
hanya disimpan model resistivity dari ierasi terakhir.
File (i) IPMODEL.DAT, (ii) IPMAGUSI.DAT, (iii) IPSHAN.DAT dan
(iv) IPKENN.DAT adalah file contoh data dengan kedua-duanya yaitu data
resistivity dan IP. Program ini dilengkapi dengan 4 tipe data yang berbeda. (i)
pengukuran time domain ; chargeability, (ii) pengukuran frekuensi domain ;
PFE, (iii) pengukuran sudut fase, dan (iv) Nilai metal factor dari IP.
File IPMODEL.DAT mempunyai data IP khususnya chargeability,
dengan komentar program sebagai berikut

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 75 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


IPMODEL.DAT file Comments
------------------------------------------------------------------------------------------------
Fault and block model | Title
1.00 | Unit electrode spacing
3 | Array type
432 | Number of data points
1 | Location of centre of array given
1 | 1 to indicate IP present
Chargeability | Type of IP data
msec | IP unit
0.1,1.0 | Delay, integration time
1.50 1.00 1 12.04 7.2038 | x-loc., a, n, app. res., app. IP
2.50 1.00 1 12.03 7.1983 | 2nd data point

Sebuah nilai ”1” adalah pengganti ”0” yang dimasukkan kedalam


line ke-6 yang mengindikasikan bahwa data IP. Kemudian 3 line berikutnya
merupakan informasi data IP, seperti yang ditunjukkan pada line-7;
Chargeability dan line-8 adalah satuannya dalam msec (millisecond).
Chargeability didefinisikan sebagai perbandingan mV/V yaitu perbandingan
DC-voltage yang turun secara perlahan-lahan setelah arus dimatikan.

Sebagai bahan untuk interpretasi data Chargeability untuk berbagai


macam batuan dan mineral dapat digambarkan sbb.:

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 76 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Hasil dari pemrograman Res2dinv untuk data IPmodel

Oleh karena itu yang berwarna merah (m > 193 msec) diduga sebagai
mineral sulfida.
Dalam pengukuran IP frekuensi domain, contoh file datanya
IPMAGUSI.dat yang merupakan data survey di atas sungai Magusi
dimana tersingkap ”ore body” dengan spasi elektroda 100 feet (30.5 m).
Dari penampang resistivity menunjukkan resistivity rendah (ρ < 30 Ωm)
sebagai ore body terdapat di tengah-tengah pengukuran.Sedangkan metal
factor digambarkan dengan warna merah (MF >200 ms/ Ωm).

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 77 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 78 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020
ACARA-9:
3D GEOSOFT

9.1 Pendahuluan
Untuk melakukan permodelan tubuh bahan galian dari data resistivity dan
chargeability akan lebih menarik apabila kita melakukan permodelan
berdasarkan distribusi nilai resistivity ataupun chargeability tersebut didalam
batuan. Dengan demikian kita dapat memperkirakan posisi zona
mineralisasinya. Untuk kasus ini software yang kita gunakan ialah geosoft.

9.2 Pengolahan Data Menggunkan Software Geosoft


1. Setelah melakukan penginstalan terhadap software tsb. Buka kemudian
Project > new.berguna untuk membuat project baru yang mana berguna
untuk menyimpan hasil dari pekerjaan saudara. Lalu save dalam folder
yang saudara kehendaki.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 79 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


2. Tampilan di bawah ini menunjukkan bahwa saudara sudah berhasil
membuat project pada software geosoft.

3. Langkah selanjutnya yaitu membuat database dalam project tsb Data >
New Database. Isikan nama pada database tsb sesuai keinginan anda.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 80 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


4. Langkah selanjutnya yaitu membuat database dalam project tsb Data >
New Database. Isikan nama pada database tsb sesuai keinginan anda.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 81 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


.
5. Setelah input data berhasil langkah selanjutnya adalah menghubungkan
antar titik berdasarkan data tsb. Grid > Gridding > Krigging > Dialog
Control

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 82 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


6. Setelah proses gridding berhasil langkah selanjutnya adalah melakukan
pewarnaan terhadap grid tsb. Grid > Display Grid > Colour Shaded
Grid.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 83 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


7. Selanjutnya adalah membuat permodelan 3D. Voxel > 3D Gridding >
masukkan nilai dari resistivity atau chargeability pilih salah satu terlebih
dahulu.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 84 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


8. Gambar dibawah ini merupakan permodelan dari sejumlah angka
resistivity yang kita inputkan sebelumnya dimodelkan dalam bentuk blok.

9. Berikutnya adalah menentukan range nilai resistivity yang kita inginkan


untuk mengelompokkan jenis material apa berdasarkan nilai resistivity
tsb. Menggunakan 3D tool kita masukkan range angkanya dalam kolom
data pada 3D tool di bawah ini.

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 85 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


10. Setelah menentukan besaran nilai yang kita kehendaki selanjutnya adalah
menampilkan dalam bentuk iso surface agar lebih menarik . kampakan
dari permodelan bentuk tubuh bahan galian tsb Dengan menggunakan 3D
tool klik ikon iso surfacenya (lihat anak panah).

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 86 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020


11. Berikutnya yaitu melihat volume dari hasil permodelan tsb. 3D > Voxel
Statistik.(lihat panah).

Petunjuk Praktikum Geofisika Tambang 87 UPN “Veteran” Yogyakarta 2020

Anda mungkin juga menyukai