MODUL A
Fathan Rozani
12118087
2021
DAFTAR ISI
2
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN
3
BAB II
DASAR TEORI
Metoda Magnetik adalah salah satu metoda di geofisika yang memanfaatkan sifat
kemagnetan bumi. Menggunakan metoda ini diperoleh kontur yang menggambarkan
distribusi susceptibility batuan di bawah permukaan pada arah horizontal. Dari nilai
susceptibility selanjutnya dapat dilokalisir / dipisahkan batuan yang mengandung sifat
kemagnetan dan yang tidak. Mengingat survey ini hanya bagus untuk pemodelan
kearah horizontal, maka untuk mengetahui informasi kedalamannya diperlukan metoda
Resistivity 2D. Jadi, survey magnetik diterapkan untuk daerah yang luas, dengan tujuan
untuk mencari daerah prospek. Setelah diperoleh daerah yang prospek selanjutnya
dilakukan survey Resistivity 2D.
• Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi.
• Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian
mengukur respon yang dilakukan oleh bumi.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi.
sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi.
Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan
demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar.
Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara.
Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas
bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-
benda arkeologi.
4
Metode magnetik merupakan metode geofisika pasif yang mendeteksi anomali alam
dalam pengukuran intensitas medan magnetik bumi. Batuan yang bersifat magnetik
hadir akibat adanya induksi (penguatan) oleh medan magnet bumi yang dipengaruhi
oleh inti bumi bagian luar yang merupakan fluida. Intensitas medan magnet bumi
memiliki satuan ɣ (gamma) atau T (Tesla) dengan total medan magnet bumi sebesar
20.000 – 50.000 ɣ dan magnitudo lokal tergantung posisi lintang dan bujur.
1. Medan utama
Berasal dari bumi, berubah lambat terhadap perubahan waktu.
2. Medan luar
Bagian kecil (sekitar 1%) dibanding dengan medan utama, berasal dari
luarbumi, buarah agak cepat.
3. Variasi medan utama
Umumnya jauh lebih kecil daripada medan utama, relatif tetap terhadap
perubahan waktu, dan tak pindah, muncul akibat anomali magnetik lokal (yang
dangkal).
Target dalam perhitungan medan magnet bumi merupakan variasi medan magnet
anomali yang terukur di permukaan. Anomali magnetik muncul akibat adanya medan
magnetik sisa dan medan magnetik induksi. Medan magnet sisa berpengaruh besar
pada besar dan arah medan magnetik serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan
sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali magnetik yang diperoleh
merupakan hasil gabunngan medan magnetik sisa dan induksi. Bila arah medan magnet
remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar.
Pengukuran medan magnet sederhana dapat dihitung dengan rumus.
5
to = waktu base awal
𝑻 𝒃𝒂𝒔𝒆 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑻 𝒃𝒂𝒔𝒆 𝒂𝒘𝒂𝒍
𝑫=
𝒔𝒆𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
6
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
7
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Intensitas Magnetik
Selisih Waktu ke Koordinat
Stasiun Waktu Pengukuran (nT)
Base (menit)
X Y Lapangan Base
TA 06:53 0 0 24460
1 07:31 38 25 0 24584
2 07:39 46 50 0 24717
3 07:48 55 75 0 24655
4 07:56 63 100 0 24601
5 08:04 71 125 0 24525
6 08:10 77 150 0 24601
7 08:16 83 175 0 24438
8 08:23 90 200 0 24170
9 08:26 93 225 0 24408
10 08:35 102 250 0 24437
11 08:42 109 275 0 24423
12 08:48 115 300 0 24493
13 08:53 120 325 0 24238
14 09:02 129 350 0 24550
15 09:06 133 375 0 24675
16 09:13 140 400 0 24841
17 09:19 146 425 0 24836
18 09:26 153 450 0 24625
TA 09:50 0 0 24485
Dari data awal yang di dapat dari pengukuran lintasan magnetik tersebut tidak dapat
digunakan langsung untuk menentukan atau menggambarkan profil lintasan magnetik.
Oleha karena itu perlu dilakukan koreksi data intensitas magnetik hasil pengukuran
lapangan.
8
Menghitung intensitas magnetik anomali
Hasil pengolahan data pengukuran lintasan magnetik sederhana disajikan dalam tabel
berikut.
9
Kurva Intensitas Anomali Magnetik
500
400
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-100
-200
-300
-400
10
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai anomali magnetik tertinggi berada pada titik
425 meter dengan nilai anomali magnetik sebesar 355.3785311 nT. Sedangkan nilai
terendah berada pada titik 200 meter dengan nilai anomali magnetik sebesar -
302.7118644 nT. Terdapatnya variasi anomali magnetik ini tentunya disebabkan
karena adanya variasi litologi ataupun struktur geologi di bawah permukaan. Material
dengan sifat kemagnetan yang tinggi yang ada di bawah permukaan akan membuat
anomali magnetik menjadi positif. Beberapa hal yang dapat membuat adanya anomali
magnetik positif yaitu adanya endapan bijih besi, atau intrusi batuan beku gabri atau
granit. Sedangkan anomali magnetik negative didapatkan ketika adanya pemindahan
atau perubahan dari material magnetik yang terjadi di bawah permukaan. Contoh
sederhana yang terjadi adalah pada kondisi sesar normal.
11
BAB VI
KESIMPULAN
2. Hasil plot anomali magnetik terhadap jarak datar tertera pada grafik berikut.
12
Kurva Intensitas Anomali Magnetik
500
400
300
200
100
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-100
-200
-300
-400
13
DAFTAR PUSTAKA
Sulistijo, Budi, Darmawan Sumardi, M. Nur Heriawan, Yana Rahmat Riyanto. 2002.
Catatan Kuliah TE 622 Geofisika Cebakan Mineral II. Bandung: Penerbit ITB.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics Second Edition.
Cambridge : Cambridge University Press
14