Resistivitas
Geolistrik merupakan salah satu metode aktif dalam bidang Geofisika yang sering
digunakan. Salah satu fungsi dari Geolistrik adalah untuk mendapatkan nilai resistivitas pada
batuan. Resistivitas batuan dapat digunakan untuk menduga kondisi dibawah permukaan tanah
atau batuan. Pada praktikum kali ini dilakukan uji resistivitas pada bata ringan dalam kondisi
jenuh dan tak jenuh. Bata ringan dipasang paku yang berfungsi sebagai dioda yang
dihubungkan dengan multimeter dan accumulator sebagai sumber tegangan. Pengambilan data
dilakukan sesuai dengan variasi jarak dioda yang telah ditentukan. Dari percobaan ini
didapatkan hasil bahwa bata ringan tak jenuh memiliki nilai resistivitas sedang sampai tinggi
dengan range 0,968-3188 Ωm. Bata ringan jenuh memiliki nilai resistivitas rendah sampai
menengah dengan range 0,417-22,9 Ωm. Pemodelan batuan berguna untuk menggambarkan
lapisan bawah batuan. Semakin jauh jarak elektroda, maka semakin dalam lapisan batuan yang
dapat dimodelkan
Gambar 2.1 Skema sederhana pengukuran geolistrik pada bidang yang homogen
Arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke diinjeksikan dalam
tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan
ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan
aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik
tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi
di permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah
‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama
dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni),
maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan
jari-jari AB/2. Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan
serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent
Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut
merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Pengukuran geolistrik berkaitan erat dengan geometri susunan elektroda arus dan potensial
yang digunakan. Beberapa konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah Schlumberger,
Wenner, Dipole-dipole, dan Gradient Array.
4.3 Pemodelan
4.4 Pembahasan
Dari data dan hasil pengukuran (V dan I), dicari nilai R, k, dan 𝜌. R adalah nilai resistansi
yang dihitung menggunakan Hukum Ohm, k adalah faktor geometri konfigurasi wenner, dan
𝜌 adalah nilai resistivitas yang dicari. Data hasil perhitungan terdapat pada Tabel 3 dan Tabel
4.
Hasil perhitungan dapat dibuat model yang menggambarkan lapisan bawah batuan.
Gambar 4.1 menggambarkan pemodelan batuan tidak jenuh. Terdapat tiga pemodelan yang
menunjukkan variasi jarak antar elektroda. Jarak tersebut masing-masing sebesar 2 cm, 4 cm
dan 6 cm. Semakin jauh jarak antar elektroda, semakin dalam lapisan batuan yang dimodelkan.
Pada hasil pemodelan, tiap warna melambangkan nilai resistivitas yang berbeda. Di Gambar
4.1 range warna sebagian besar melambangkan resistivitas sedang sampai tinggi (0,968-3188).
Meskipun hasil yang diperoleh kurang menonjolkan karakteristik batuan tidak jenuh
(resistivitas tinggi), namun jika dibandingkan dengan data dari batuan jenuh, sudah dapat
mewakili perbedaan nilai resistivitasnya.
Sedangkan pada Gambar 4.2 yang menggambarkan pemodelan batuan jenuh, range warna
sebagian besar melambangkan resistivitas rendah sampai menengah (0,417-22,9). Hasil ini
sesuai dengan jenis batuan yang diuji, yaitu batuan jenuh, yang telah dibasahi air semalaman.
Karena air adalah penghantar listrik yang baik, maka resistivitasnya rendah.
BAB V
KESIMPULAN
hagi.or.id