PRAKTIKUM SEISMOLOGI
ACARA I. PERHITUNGAN JARAK DAN AZIMUTH
DISUSUN OLEH :
WANDIA MELLANI TRIHAPSARI
18/427566/PA/18526
ASISTEN :
ANANG SAHRONI
ANNISA’ AMALIA
YOGYAKARTA
MARET
2021
TUGAS 1.1. ESAI
Mengetahui Cara Menentukan Parameter Sumber Gempa Bumi sebagai Langkah Mitigasi Bencana
Indonesian Archipelago terbentuk karena adanya interaksi tiga lempeng utama yang memengaruhi
seluruh sistem tektonik di Indonesia. Setiap lempeng bergerak kearah yang berbeda dengan kecepatan
yang berbeda pula. Konsekuensi dari pergerakan lempeng-lempeng tersebut salah satunya adalah adanya
peningkatan aktivitas gempa bumi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan aktivitas
seiskmik dibanyak zona di Indonesia dan membentang sepanjang tidak kurang dari 5600 km mulai dari
Andaman sampai ke Busur Banda Timur dan menerus ke wilayah Maluku hingga Sulawesi Utara. Daerah-
daerah sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, NTB dan NTT serta Maluku merupakan
wilayah rawan gempa bumi dan tsunami. Dengan mengetahui potensi gempa bumi Indonesia membuat
banyak orang harus sadar untuk dapat meminimalisasi dampak bencana dengan melakukan sebuah
mitigasi berupa penelitian ilmu kebumian yang semakin intens, pemasangan jaringan pemantau yang
representatif dan mutakhir serta diseminasi informasi. Salah satu penelitian ilmu kebumian yang perlu
dilakukan adalah dengan mengetahui parameter-peremeter sumber gempa yang terbagi menjadi dua
yaitu parameter kinematic dan parameter dinamik. Parameter-parameter sumber gempa bumi dapat
menjadi acuan awal dalam langkah program mitigas bencana karena gempa bumi merupakan bencana
yang belum dapat diprediksi waktu kejadiannya.
Parameter kinematik merupakan parameter sumber gempa yang ditentukan dengan berdasar pada waktu
penjalaran gelombang gempa. Gelombang gempa yang di maksud adalah gelombang P dan S yang
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan lokasi gempa bumi dengan memanfaatkan
waktu tiba gelombang di stasiun pencatat. Episenter, Hiposenter, dan Origin time termasuk dalam
parameter kinematik. Secara sederhana episenter dapat didefinisikan sebagai proyeksi lokasi gempa bumi
di permukaan yang dapat direpresentasikan menggunakan latitude dan longitude. Hiposenter secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai titik sumber gempa bumi yang berada dikedalaman tertentu. Origin
time dapat didefinisikan sebagai waktu terjadinya gempa bumi. Sebelum menentukan posisi pusat gempa
bumi, parameter dasar yang ditentukan dulu adalah waktu terjadinya gempa bumi atau origin time.
Penentuan waktu terjadinya gempa bumi menggunakan diagram Wadati, yaitu memplot antara selisih
waktu kedatangan gelombang P dan S (Ts-p), terhadap waktu kedatangan gelombang P (Tp). Hiposenter
selisih waktu antar gelombang P dan S adalah nol (Ts-p =0), itulah pendekatan waktu terjadinya gempa
bumi. Waktu tiba gelombang yang masuk dalam pengukuran seismogram adalah fungsi posisi lintang,
posisi bujur, kedalaman, waktu kejadian, di samping kecepatan gelombang sebagai fungsi kedalaman.
Penentuan parameter tersebut secara teoritis diperlukan paling tidak 5 persamaan atau ketentuan yang
berhubungan dengan kelima parameter tersebut di atas.
Setelah diketahui origin time dari sebuah kejadian gempa maka langkah selanjutnya adalah menentukan
lokasi gempa yang terdiri dari episenter dan hiposenter. Hiposenter adalah titik didalam bumi tempat
bermulanya gempa bumi sedangkan episenter adalah proyeksi dari hiposenter di permukaan. Untuk
mendapatkan hiposenter secara garis besar ada dua metoda yang biasanya digunakan yaitu metoda grafis
dan metoda inversi. Metoda grafis salah satunya adalah metoda garis berat tiga lingkaran. Dalam metoda
garis berat tiga lingkaran, data yang digunakan adalah data waktu tiba gelombang P dan S dari beberapa
stasiun pencatat minimal tiga stasiun pencatat. Koordinat episenter E merupakan perpotongan garis berat
ketiga lingkaran tersebut. Penentuan akurasi hiposenter dan episenter gempa bumi tergantung pada
beberapa faktor diantaranya yaitu geometri stasiun pencatat, akurasi pembacaan waktu tiba gelombang
di stasiun pencatat, fasa gelombang yang tersedia, dan pengetahuan tentang struktur geologi.
Dengan mengetahui jenis-jensis parameter sumber gempa serta cara menentukan parameter sumber
gempa dengan akurat diharapkan dapat menjadi langkah awal mitigasi dalam rangka meminimalisasi
dampak bencana.
Referensi:
Nugroho, Hendro, dkk,. (2007). Penentuan Posisi Hiposenter Gempabumi Dengan Menggunakan Metoda
Guided Grid Search dan Model Struktur Kecepatan Tiga Dimensi. Bandung : Program Magister Sains
Kebumian, Institut Teknologi Bandung, Kelompok Keahlian Ilmu dan Teknik Geofisika, Institut
Teknologi Bandung.
Rasmid, dkk,. (2014). Interpretasi Episenter dan Hiposenter Sesar Lembang. Bandung : Stasiun Geofisika
klas I BMKG Bandung, Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SGD Bandung.
Gambar 1. Kejadian gempa bumi untuk daerah subduksi Indonesia menurut data IRIS
Gambar 2. Proyeksi 3D kejadian gempa bumi untuk daerah subduksi Indonesia menurut data IRIS
a. Koordinat Episenter
Koordinat episenter yang digunakan dalam praktikum ini merupakan koordinat tempat
tinggal masing-masing peserta. Koordinat yang dipakai tercatat pada latitude 6°15’13,4’’S
dan longitude 107°01’13,6’’E. Atau dalam desimal latitude -6,253724 dan longitude
107,020434. Episenter dapat didefinisikan sebagai proyeksi lokasi gempa bumi di
permukaan yang dapat direpresentasikan menggunakan latitude dan longitude. Jika dilihat
dari decimal koordinat episenter yaitu minus maka dapat ditebak bahwa daerah berada di
sebelah selatan khatulistiwa.
Episenter yang digunakan dalam praktikum ini merupakan tempat tinggal masing-maisng
peserta. Lokasi Episenter terletak pada Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur,
Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia. Secara geografis kota Bekasi berbatasan langsung
dengan Kabupaten Bekasi di sebelah utara dan Timur, Provinsi DKI Jakarta di sebelah
barat, dan berbatasan dengan Kabupaten Bogor serta Kota Depok di sebelah selatan. Letak
geografis : 106°48’28’’ – 107°27’29’’ Bujur Timur dan 6°10’6’’ – 6°30’6’’ Lintang
Selatan.
Kondisi topografi Kota Bekasi dengan kemiringan antara 0 – 2 % dan terletak pada
ketinggian antara 11 m – 81 m di atas permukaan air laut. Dan khusus untuk daerah
episenter memiliki ketinggan lebih dari 25 meter diatas permukaan laut. Karena
kemiringan dan ketinggian yang rendah mengakibatkan daerah tersebut menjadi daerah
genangan.
Kota Bekasi secara umum digolongkan pada iklim muson tropis (Am) serta memiliki
tingkat kelembaban yang tinggi yaitu sebesar ±78%. Dan ditambah lagi keadaan
lingkungan sehari-hari yang sangat panas. Hal utama yang memengaruhi hal tersebut
adalah tata guna lahan yang meningkat terutama sektor industri atau perdagangan dan
permukiman. Suhu udara harian di wilayah ini diperkirakan berkisar antara 24 °C–33 °C.
Oleh karena wilayahnya yang beriklim muson tropis, Kota Bekasi mengalami dua musim,
yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan tahunan di wilayah Kota Bekasi
berada pada angka 1600–2000 milimeter per tahunnya dengan jumlah hari hujan ≥130 hari
hujan.
c. Tabel Perhitungan
Cos ∆ 0,322875
Delta (degree) 71,163107
Jarak Episenter (km) 7906,933
25 32
21°25’32’’N = 21 + 60 + 3600 = 21,41755556 (tanda plus karena berada di Lintang Utara)
48 8
39°48’8’’E = 39 + + = 39,80022222
60 3600
Konversi Geosentris ϕ’
A = cos ϕ’cos λ
B = cos ϕ’sin λ
C = sin ϕ’
Maka ∆ = 71,163107°
= -0,90995
= 0,418529
Karena nilai Aes bernilai negative dan cos bernilai positif maka berarti sudut berada di
kuadran 4 (antara 270°-360°). Dengan memilih AES = -65,4989° maka akan didapat nilai
azimuth dari Kota Bekasi yang merupakan episenter dan Mekkah yang merupakan stasiun
(karena nilai azimuth berada di kuadran 4) adalah :
f. Pembahasan
Pada praktikum kali ini peraktikan diharapkan untuk dapat mencari nilai jarak, azimuth,
dan back azimuth antara koordinat tempat tinggal praktikan dengan koordinat di Mekkah.
Praktikan diharapkan untuk mengasumsikan bahwa tempat tinggal masing-masing
merupakan episenter dan Mekkah sebagai stasiun pengamatan. Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah mengetahui titik koordinat dari masing-masing lokasi baik itu
episenter maupun stasiun pengamatan. Koordinat episenter atau tempat tinggal praktikan
tercatat pada latitude 6°15’13,4’’S dan longitude 107°01’13,6’’E. Atau dalam desimal
latitude -6,253724 dan longitude 107,020434. Sedangkan koordinat stasiun atau Mekkah
tercatat pada latitude 21°25’32’’ N dan longitude 39°48’8’’E. Atau dalam desimal
latitude 21,41755556 dan longitude 39,8002222. Setelah diketahui nilai koordinat dan
telah diketahui juga nilai konversi koordinat dalam decimal hal yang harus dilakukan
adalah mengonversi latitude geografis dari stasiun dan episenter ke latitude geosentris
menggunakan persamaan Tan ϕ’ = 0,993277 tan ϕ, dimana ϕ’ merupakan episentral
geosentris dan ϕ merupakan episentral geografis. Nilai dari masing-masing konversi telah
disajikan pada tabel 3.
Setelah didapatkan latitude geosentris, hal yang dilakukan selanjutnya adalah memasukkan
nilai-nilai kedalam tabel seperti yang ditunjukkan pada Tabel.3 mengenai perhitungan
jarak episenter ke stasiun. Simbol ϕ merupakan latitude geografis dalam format desimal, λ
merupakan longitude geografis dalam format desimal, ϕ’ merupakan latitude geosentris.
Nilai A, B, dan C adalah nilai yang didapat dengan menggunakan persamaan cosinus. Dari
perhitungan didapatkan nilai A, B, dan C dari episenter secara berurutan adalah -0,29126,
0,951459, dan -0,09946. Sedangkan nilai A, B, dan C dari stasiun secara berurutan adalah
0,715807, 0,596435, dan 0,363161. Semuanya dalam format derajat.
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mencari nilai azimuth dan back azimuth
menggunakan persamaan sin Aes dan cos Aes yang terdapat pada point (e). dari perhitungan
didapatkan nilai sin Aes dan cos Aes masing-masing secara berurutan adalah -0,90995 dan
0,418529 yang jika dikonversi akan didapat nilai Aes adalah -65,4989° dan 65, 45823°.
Karena nilai Aes bernilai negative dan cos bernilai positif maka berarti sudut berada di
kuadran 4 (antara 270°-360°). Dengan memilih AES = -65,4989° maka akan didapat nilai
azimuth dari Kota Bekasi yang merupakan episenter dan Mekkah yang merupakan stasiun
(karena nilai azimuth berada di kuadran 4) adalah 294,7418°. Dan untuk nilai back azimuth
nya didapatkan nilai 114,7418°.
g. Referensi
Tim Asisten Praktikum Seismologi. (2021). Perhitungan Jarak dan Azimuth. Yogyakarta:
Laboratorium Geofisika Universitas Gadjah Mada.