Oleh:
Muhammad Zakky Zulfikar (205090700111018)
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
1
1. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum kali ini adalah praktikan mampu memahami
konsep dan dapat menentukan episenter suatu gempa dengan metode triangulasi, serta dapat
menentukan hiposenter suatu gempa dan menentukan origin time dari suatu gempa tersebut.
2. Abstrak
Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami konsep dari penentuan origin time dan
lokasi titik episenter dari suatu gempa yang dilakukan dengan metode triangulasi. Data yang
digunakan adalah data gempa seismik dari 10 stasiun dengan gempa berukuran 7.1 Magnitude,
berada di wilayah Jepang, tepatnya di dekat perairan timur jepang pada tanggal 13 Februari
2021, yang digunakan pada praktikum pertemuan pertama sebelumnya. Dilakukan perhitungan
origin time dari gempa tersebut dengan cara mengukur waktu tiba gelombang baik P dan S dari
waktu kira kira yang digunakan. Lalu dihitung juga D atau jarak hiposenter gempanya
menggunakan perbedaan waktu tiba gelombang P dan S dan konstanta omori yang digunakan
yaitu 8. Kemudian dari koordinat tiap stasiun dimasukkan ke website iris untuk dilakukan
penentuan titik episenter dengan metode triangulasi. Didapatkan masing masing dari origin
time yaitu pukul 2 sore lewat 6 menit dan 33 detik, serta titik posisi episenter berada pada
Latitude 17,9 dan Longitude 135,18.
2
3. Deskripsi, diagram alir dan pengolahan data
Origin time adalah waktu dimana pertama kali terjadinya pelepasan energi gempa
bumiyang terjadi karena adanya gesekan atau tumbukan, atau singkatnya merupakan waktu
pertama kali terjadinya gempa bumi secara riil dan bukan delay time (Jannah, et al., 2016). Lalu,
episenter adalah daerah dimana terjadinya gempa bumi yang berada di permukaan bumi yang
tegak lurus dengan hiposenter gempa tersebut. Sedangkan untuk hiposenter adalah pusat gempa
bumi yang berada di dalam permukaan bumi (Jannah, et al., 2016).
Praktikum kali ini menggunakan website iris seperti praktikum sebelumnya untuk
melakukan penentuan titik episenter dengan metode triangulasi dan juga bantuan Microsoft
excel untuk melakukan perhitungan cepat dan pembuatan grafik wadati.
3
Mulai
Hasil dari data dijadikan diagram wadati dimana sumbu x nya adalah
Tpdw dan sumbu y nya adalah Ts-Tp
Hasil dari Ts-Tp yang telah dikonversi dan dikurangkan dengan wkk
lalu dikalikan dengan konstanta omori dan dihasilkan D (jarak
episenter)
Selesai
4. Analisa Hasil
Pada praktikum kali ini digunakan data gempa yang terjadi pada tanggal 13 Februari
2021 di daerah timur pesisir Honshu, dengan besar magnitude sebesar 7.1 SR dan kedalaman
51.49 km. Terdapat sepuluh stasiun yang digunakan, dengan setiap stasiun tersebut memiliki
kodenya masing-masing. Kemudian perhitungan origin time dan penentuan titik episenter dapat
dilakukan
4
Tabel 4.1 Data Hasil Pencatatan Waktu dan jarak terjadinya gempa
Pada tabel tersebut masih menggunakan format waktu pada tp dan ts dikarenakan belum
dipengaruhi oleh waktu kira kira gempa terjadi. Maka untuk menentukan origin time diperlukan
Langkah tersebut sehingga dihasilkan tabel seperti tabel 4.2 di bawah ini.
5
TATO 29,47 121,5 332 572 240 1920
Posisi Episenter : 17,9 LU – 135,18 BT
Origin time : 14.06.33
Pada tabel 4.2 telah digunakan waktu kira kira yang diperoleh dari memperkirakan
waktu terjadinya gempa secara langsung dan buka delay time nya yang selama ini dirasakan
oleh manusia. Pada praktikum kali ini memakai waktu kira kira yang jaraknya cukup jauh dari
waktu tiba gelombang P pertama dikarenakan stasiun yang digunakan cukup jauh dari sumber
gempanya. Lalu setelah didapatkan data tersebut dilakukan penggambaran diagram wadati yang
menggunakan Ts-Tp sebagai sumbu y dan Tpdw sebagai sumbu x.
500
Diagram Wadati
450
400
350
300
250
Ts-Tp
200
150
100
50
0
0 100 200 300 400 500 600 700
-50 Tpdw (s)
Dari Hasil grafik tersebut dapat dilihat bahwa garis trendline tidak berada pada angka 0
yang mengartikan bahwa penentuan waktu kira kira masih kurang tepat dan harus dikurangi
dengan titik dimana trendline berpotongan dengan angka 0, yaitu titik 27 yang dikonversikan
menjadi detik. Maka Origin Time yang didapatkan adalah Wkk-27 : Pukul 2 sore lewat 6 menit
33 detik. Kemudian dilakukan penentuan titik episenter melalui metode triangulasi
menggunakan website iris
6
Gambar 4.2 Hasil triangulasi dan perkiraan titik episenter
Pada gambar tersebut telah dilakukan metode triangulasi dimana melihat perpotongan
terbanyak antar lingkaran yang tercipta dari jangkauan tiap stasiun. Titik perkiraan yang
didapatkan berada pada 17,9 LU – 135,18 BT.
Data yang dihasilkan memiliki perbedaan cukup siginifikan dari data yang didapatkan
langsung dari website iris, dimana yang cukup mendekati hanya origin time yang berbeda 30
menit. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa error dan kesalahan seperti picking gelombang
yang kurang baik pada praktikum sebelumnya, juga penentuan titik episenter pada praktikum
kali ini yang masih kurang tepat. Hal ini juga bisa disebabkan oleh pemilihan stasiun yang
terlalu jauh dari titik gempa terjadi yang menyebabkan perbedaan jaunya origin time dan titik
episenter yang dihasilkan dari praktikum kali ini.
7
5. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diambil, dapat disimpulkan bahwa praktikan mampu
menentukan origin time dan titik episenter dari suatu gempa dengan menggunakan metode
triangulasi. Pada praktikum kali ini data yang dihasilkan cukup jauh dengan data yang ada di
website iris yang dimana artinya masih memiliki banyak error dalam pengerjaannya. Data yang
dihasillkan yaitu origin time nya saat pukul 2 sore lewat 6 menit 33 detik dengan posisi episenter
yang ditentukan adalah 17,9 LU – 135,18 BT.
6. Daftar Pustaka
Jannah, I. N., Anggono, T. & Yulianto, T., 2016. APLIKASI METODE DOUBLE
DIFFERENCE DALAM RELOKASI HIPOSENTER UNTUK MENGGAMBARKAN ZONA
TRANSISI ANTARA BUSUR BANDA DAN BUSUR SUNDA. Youngster Physics Journal,
pp. 113-122.