Anda di halaman 1dari 6

Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

Gravity Survey in Pandan Mountain – East Java, Indonesia


Eko Januari Wahyudi et al 2019 J. Phys.: Conf. Ser. 1204 012006

Survey Gravity di Gunung Pandan - Jawa Timur, Indonesia


1. Pendahuluan
Gempa Bumi dengan magnitudo 4,2 SR terjadi pada Kamis, 25 Juni 2015 berakibat pada rusaknya
57 rumah di Dusun Pohulung. Seperti yang dilaporkan oleh penelitian sebelumnya, episenter
gempa berada pada 7.6305°LS dan 111,7529°BT dengan kedalaman 14,81 km. Gempa yang tidak
terduga ini mengindikasikan bahwa tektonik di Zona Kendeng masih aktif. Ada sesar sinistral yang
memotong Gunung Pandan dari utara-timur yang berhubungan dengan kejadian gempa.

Gunung Pandan secara administratif terletak di perbatasan 3 kabupaten yaitu Madiun, Nganjuk,
dan Bojonegoro. Wilayah ini menarik untuk dipelajari karena Gunung Pandan termasuk salah satu
dari sebelas prospek panas bumi di Jawa Timur. Kementerian ESDM juga menyebut Gunung
Pandan sebagai area kerja eksploitasi panas bumi berdasarkan keputusan No:
2774K/30/MEM/2014. Sistem panas bumi di area ini diidentifikasikan dengan munculnya air
panas dengan suhu di permukaan sekitar 35°C.

Peneliti dari Teknik Geofisika ITB mulai melakukan survey lapangan menggunakan metode
gravity dan seismik pasif pada tahun 2006. Tujuan umumnya adalah untuk mengetahui aktifitas
tektonik dan vulkanik, sehingga kita mulai dengan penelitian dan menyiapkan data yang cukup.
Paper ini melaporkan dokumentasi kegiatan data akuisisi gravity, prosesing dan pemodelan
Gunung Pandan.

2. Setting Geologi
Wilayah vulkanik di Pulau Jawa terkait dengan subduksi lempeng Indo-Australia dari selatan yang
menunjam di bawah lempeng Eurasia. Menurut Penelitian Setijadji, kedalaman segmen lempeng
yang tersubduksi di bawah Jawa Timur menurun dari Gunung Lawu (sekitar 175 km) hingga
Gunung Semeru (sekitar 150 km). Struktur geologi yang berkembang di wilayah ini adalam
patahan strike-slip dan naik. Dua patahan besar di Gunung Pandan adalah Patahan Gedibal dan
Pacul.

Ada lipatan berarah barat-timur yang ditemukan di utara Gunung Pandan. Gunung Pandan terletak
di dalam sabuk lipatan tersier, sepanjang strata terlipat yang tampak offset dan terlengkung. Pola
pada struktur lipatan Kendeng di Gunung Pandan terbelok secara simetri. Pola ini dapat dilihat di
sisi timur dan barat Gunung Pandan, dapat disebabkan oleh penyimpangan stress lokal dari
kehadiran dapur magma Gunung Pandan di sisi selatan.

Gambar 1. Peta geologi permukaan sederhana pada penelitian ini.

1
Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

3. Akuisisi Data Gravity


Gravimeter scintrex CG-5 digunakan pada penelitian ini. Data rekaman sebelumnya digunakan
untuk mengukur konstanta gayutan. Gayut linier diestimasi sekitar -0.058 mGal/hari. Survey di
Gunung Pandan dilakukan dari tanggal 27 – 30 Mei 2017. Nilai referensi gravity untuk mengikat
menggunakan skema loop dari Bandung-Cepu-Madiun-Bandung. Selama kegiatan ini, dimasukkan
nilai koordinat sebagai parameter pasang surut ke gravimeter pada setiap kota.

Ada beberapa lokasi sebagai referensi survey gravity relatif di Bandung dan Cepu. Untuk survey
ini digunakan 3 lokasi yang sudah direkam data gravity absolutnya pada tahun 2013 dan 2014.
Pemrosesan data sederhana hingga data nilai gravity referensi dengan gravimeter di area penelitian
ini melibatkan 392 sampel. Statistik pengamatan gravity di stasiun base Klangon terlihat pada
gambar ini dan digunakan nilai reratanya sebagai sampel nilai referensi pada survey di Gunung
Pandan (978089.285 mGal).

Selama 4 hari survey dengan gravimeter relatif di Gunung Pandan, diputuskan 93 stasiun dengan
distribusi seperti gambar ini. Satu stasiun pengamatan di Base Klangon dan 92 stasiun lainnya
berlokasi di jalan utama dan rute pendakian Gunung Panda. Pemrosesan langsung dilakukan setiap
hari setelah survey yang terdiri dari koreksi gayut dan pasang surut pada 92 stasiun terhadap nilai
referensi di Base Klangon.

4. Pemrosesan Data Gravity


Setelah mendapat variasi nilai gravity di setiap stasiun, langkan selanjutnya menghitung densitas
menggunakan Metode Nettleton. Untuk menghitung densitas kita memilih bagian barat laut –
tenggara sebagai garis iris penampang anomali gravity dan variasi topografi. Densitasnya memiliki
rentang nilai dari 1,5 hingga 3,0 g/cc digunakan untuk memperoleh 12 anomali gravitasi Complete
Bouguer.

Korelasi topografi dan anomali bouguer sempurna ada pada gambar itu. Secara kuantitatif kita
hitung 12 koefisien korelasi dari 12 kurva anomali bouguer dan satu kurva topografi. Nilai
koefisien korelasi sekitar 0,397 hingga 0,247. Kita memilih menggunakan nilai anomali bouguer
dengan inputnya densitas yang menyediakan koefisien korelasi dekat dengan nol. Nilai koefisien
korelasi -0,04 antara kurva anomali bouguer dan topografi menjadi hasil perhitungan densitas.

Gambar 2. Distribusi stasiun observasi disertai ketinggian topografi

Perhitungan anomali bouguer sempurna pada 92 stasiun kemudian dikoreksi menggunakan


densitas 2,1 g/cc untuk koreksi bouguer dan daratan. Pada penelitian ini, dihitung menggunakan
persamaan:

𝐶𝐵𝐴 = 𝑔0 − (𝑔𝜑 − (0,3086 ∗ ℎ) + 𝐵𝐶 − 𝑇𝐶)

2
Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

dengan 𝑔0 , 𝑔𝜑 , dan ℎ adalah nilai gravity observasi, gravity teoritik, dan ketinggian stasiun untuk
menghitung koreksi free-air, bouguer dan terrain.

Peta anomali bouguer dibuat menggunakan perhitungan gridding dari 92 stasiun di wilayah
Gunung Pandan. Pemisahan anomali target dengan anomali bouguer di area ini dgunakan
menggunakan metode pergerseran rata-rata berdasarkan analisis spektrum. Analisis spektrum
digunakan untuk mentransform grid anomali bouger ke domain frekuensi melewati FFT.
Transformasi fourier dari komponen vertikal medan gravity seperti ini:
′)
𝐹[𝑔𝑧 ] = 2𝜋𝑦𝜇𝑒 |𝑘|(𝑧0 −𝑧 𝑧 ′ > 𝑧0

dengan π, γ, μ, e, k, z0 , dan z’ adalah konstanta matematis pi, konstanta gravitasi universal, massa
benda, konstanta euler, bilangan gelombang, ketinggian stasiun di permukaan, dan kedalaman
benda di bawah tanah. Logaritma natural dari amplitudo FFT (𝐹 [𝑔𝑧 ]) kemudian menghasilkan
persamaan ini:
ln 𝐴 = ln 𝐹[𝑔𝑧 ] = ln 2𝜋𝑦𝜇 + {|𝑘|(𝑧0 − 𝑧 ′ )}

Gambar 3. Perbandingan korelasi visual antara 12 kurva anomali bouguer dengan kurva topografi.

Data anomali bouguer digunakan sebagai input FFT 1-D. Komputasi FFT perlu 2n data setiap garis,
jadi kita memilih 38 garis iris berarah utara-selatan dan 43 garis iris berarah barat-timur. Untuk
merepresentasikan wilayah penelitian, 81 output FFT dirata-ratakan dan diplot sebagai spektrum. 3
tren pada spektrum memberikan estimasi kedalaman sumber anomali gravity (1833, 192, dan 35
m) berdasarkan nilai gradien garis.

Anomali target pada penelitian ini diduga berada pada retang bilangan gelombang II. Anomali
target akan dipisahkan dari tren I dan III menggunakan dua langkah pemfilteran pergeseran rata-
rata di domain spasial. Pergeseran rata-rata pada domain spasial memerlukan beberapa data di
rentang jendela N. Jendela diputuskan dari nilai bilangan gelombang cut-off yang diset sebagai
batas antara pita yang ditolak dan pita yang diloloskan. Nilai Jendela dapat dihitung menggunakan
persamaan ini:

2𝜋
𝑁=
𝑘𝑐𝑢𝑡−𝑜𝑓𝑓 ∆𝑥

3
Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

Output filter pertama menggunakan N=5 adalah anomali yang ditolak spektrum di rentang bilangan
gelombang <0.002. Output dari filter pertama kemudian difilter kembali menggunakan N=31
untuk menghasilkan anomali yang ditolak spektrum di rentang bilangan gelombang > 0.013.
Perbandingan kontur dari anomali bouguer dan anomali target dilihat pada gambar itu. Peta
anomali bouguer memiliki nilai antara 49 hingga 73 mGal, sementara peta anomali target punya
nilai antara -8 hingga 3 mGal. Anomali target dihasilkan dari proses filter diharapkan dapat
mengurangi efek regional dan noise di permukaan.

Gambar 4. Perbandingan peta kontur (kiri) anomali Bouguer dan (kanan) anomali target.

5. Pemodelan Data Gravity


Pemodelan bawah permukaan pada masalah inversi yang kita gunakan dari perhitungan iterasi
pada desain sedimen oleh Chakravarthi. Model bawah permukaan terdiri dari M-series yang
ditaruh beriringan dengan prisma vertikal. Seri vertikal model bawah permukaan diletakkan di
bawah setiap stasiun gravity. Dua lapisan prisma vertikal di bawah stasiun graviity
merepresentasikan kontras 2 densitas di bawah permukaan (densitas latar belakang homogen (𝜚1 )
dan densitas rendah pada magma (𝜚2 )).

Setiap prisma vertikal punya 3 komponen sumbu koordinat. Seri vertikal paling bawah pada
model bawah permukaan dibatasi dengan kedalaman tertentu, sementara paling atas dibatasi
dengan ketinggian topografik. Antarmuka setiap seri vertikal antara 𝜚1 dan 𝜚2 adalah representasi
model struktur bawah permukaan yang akan dimutakhirkan sebagai solusi. Untuk mencapai data
miss-fit terbaik, digunakan kalkulasi iteratif perbedaan terkecil antara data observasi 𝑔𝑜𝑏𝑠 dan data
perhitungan 𝑔𝑐𝑎𝑙 . Kalkulasi iteratif mencoba untuk memodifikasi solusi model 𝑧(𝑗). Solusi model
dimutakhirkan dengan sedikit modifikasi dari studi sebelumnya oleh Chakravarthi, sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑛𝑑 × (𝑔𝑜𝑏𝑠 (𝑖) − 𝑔𝑐𝑎𝑙 (𝑖))


𝑧 (𝑘+1) (𝑗) = 𝑧 (𝑘) (𝑗) +
𝛾𝜌1

dimana 𝑖, 𝑗, 𝑘 adalah nomor indeks data pengamatan, nomor indeks seri vertikal model bawah
permukaan, dan nomor iterasi. Prosedur kalkulasi iteratif dilihat pada flow-chart program di bawah
ini. Bilangan acak (𝑅𝑎𝑛𝑑), konstanta gravitasi universal (𝛾), densitas latar belakang (𝜚1 )
berfungsi sebagai nominator dan denominator pada persamaan di atas untuk memberikan estimasi
kasar solusinya. Diagram alir program terdiri dari beberapa langkah. Mulai dari input, inisialisasi,
model awal, proses iterasi (pemutakhiran model, batasan, evaluasi miss-fit), penyetopan kriteria,
dan output.

4
Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

Input program terdiri dari:


1. Data gravity observasi dan koordinat stasiun. Program akan mengakomodasi informasi
yang berhubungan dengan interval stasiun, anomali target, N data observasi, dan
ketinggian instrumen dari permukaan tanah.
2. Parameter model bawah permukaan. Informasi berupa data sumur, koordinat sumur,
estimasi kedalaman dari analisis spektral, seri vertikal model prisma, panjang badan di
arah sumbu x, koordinat prisma, kedalaman maksimum, densitas lapisan sedimen, dan
densitas batuan dasar.
3. Parameter iteratif untuk banyak iterasi maksimum dan bilangan real untuk statistik.

Inisialisasi program:
1. Konstanta (konstanta gravitasi universal, konversi unit, indeks prisma).
2. Matriks kosong sebagai ruang penyimpanan fungsi objektif (data miss-fit), data
perhitungan, dan solusi model.

Setelah inisialisasi tahap selanjutnya dari program adalam membuat model awal dan perhitungan
matriks kernel, 𝑔𝑐𝑎𝑙 , dan miss-fit. Model permulaan dapat dibuat sebagai antarmuka acak, datar,
mangkuk, subjektif bergantung interpretasi pengguna. Perhitungan ke depan untuk data
perhitungan menggunakan persamaan gravitasi yang disebabkan oleh prisma poligon 3-D.

Proses itersasi untuk memutakhirkan solusi model setiap seri vertikal menggunakan rumus
matematik di atas. Jika ada informasi dari data sumur, dapat digunakan sebagai batasan pada
proses iterasi. Setelah solusi model di lokasi sumur terikat, program menghitung matriks kernel,
𝑔𝑐𝑎𝑙 , dan miss-fit. Evaluasi miss-fit akan membandingkan antara model sekarang dengan
sebelumnya. Evaluasi miss-fit hanya menerima perubahan turunan dari fungsi obyektif.

Kriteria penyetopan proses iterasi diatur menggunakan nomor maksimal iterasi. Jika nomor
maksimal iterasi tercapai, didapattkan solusi model sebagai output. Program bekerja dengan
bilangan acak, jadi memungkinkan untuk mendapat solusi yang berbeda. Evaluasi penyimpangan
solusi didasarkan pada statistik dari realisasi.

Kontras densitas sebagai input densitas latar belakang (𝜚1 ) pada penelitian wilayah ini adalah
+0,10 g/cc, sementara kontras input densitas rendah (𝜚2 ) adalah -0,20 g/cc. Panjang jurus tubuh di
sumbu barat-timur sebagai input kalkulasi iteratif adalah 5 km, sementara di sumbu utara-selatan
adalah 100 m. Kedalaman maksimum diatur pada 10 km. Total 86 seri vertikal model bawah
permukaan. Input data berupa topografi dan anomali terfilter dengan interval data 100 m di arah
utara-selatan.

Gambar 5. Perbandingan antara data observasi (titik biru) dan data model (garis merah).

5
Ainur Ridho 24040116130096 Gravity dan Geomagnet

Data miss-fit solusi model diminimalkan lebih dari 100 iterasi. Perubahan miss-fit selama proses
iterasi. Perbandingan antara data gravity observasi dan terhitung. Berdasarkan gambar itu
didapatkan struktur bawah permukaan sederhana sebagai antarmuka antara tubuh (𝜚1 ) dan (𝜚2 ).

Pada penelitian ini, perhitungan pemodelan inversi menggunakan GRAV3D. Program yang
dikembangkan oleh UBC-Geophysical Inversion Facility. Permasalahan yang ada pada GRAV3D
melibatkan data grid gravity yang disebabkan distribusi kontras densitas antara volume di bawah
wilayah survey. Volume bawah permukaan dimodelkan sebagai sel persegi setiap kontras densitas.

Gambar 6. Perbandingan model bawah permukaan antara densitas antarmuka dan GRAV3D
sepanjang irisan arah utara-selatan.

Set-up inversi GRAV3D dibatasi untuk nilai kontras densitas di rentang +0,20 hingga -0,20 g/cc.
Diplotkan nilai kontras densitas negatif dari hasil inversi di arah utara-selatan, kemudian ditumpuk
dengan antaramuka densitas hasil. Gambar di bawah ini menunjukkan perbandingan model dari
solusi dan model GRAV3D. Kedua model sama-sama menampilkan tren densitas negatif di bawah
permukaan. Tren antarmuka densitas ini terletak lebih dalam di bagian utara. Hasil ini juga mirip
dengan pemodelan singkat studi sebelumnya.

6. Ringkasan
Kalkulasi iteratif menggunakan data gravity dapat digunakan untuk mengestimasi kontras
antarmuka densitas di bawah permukaan antara densitas latar belakang dan densitas rendah
magma. Aplikasi data nyata menggunakan data gravity di Gunung Pandan memberikan bentuk
model asimetrik intrusi magma panas.

Anda mungkin juga menyukai