Anda di halaman 1dari 4

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

Institut Pertanian Bogor

FORMULIR LAPORAN INDIVIDU

Nama / NIM : Brigita Christi Widanti


Kelompok : 1
Hari, tanggal : Rabu, 6 Oktober 2021

Tabel 1 Hasil pengamatan pembuatan kompos


Tanggal Pengamatan Warna Bau Kegemburan Foto Dokumentasi
pengamatan ke-
6 Oktober 0 Coklat Tidak Tidak
2021 Berbau Gembur
(Masih
Kasar)

9 Oktober 3 Coklat Tua Tidak Agak


2021 Berbau Gembur

11 Oktober 5 Coklat Tidak Gembur


2021 Kehitaman Berbau

13 Oktober 7 Coklat Tidak Gembur


2021 Kehitaman Berbau
Uraian 1
Poin – poin:
• Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik seperti sampah
dapur rumah tangga, daun-daunan, kotoran hewan, rumput, dll yang telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk)
yang bekerja didalamnya.
• Aktivator adalah bahan tambahan yang mampu meningkatkan penguraian
mikrobiologis dalam tumpukkan bahan organik. Fungsi aktivator dalam pembuatan
kompos adalah untuk mempercepat pengomposan / penguraian bahan bahan.
• Dalam praktikum pembuatan kompos yang saya lakukan, saya menggunakan kotoran
hewan (burung) yang saya ambil dari peternak burung falk, daun-daun kering, sisa-
sisa daun hijau yang berjatuhan, dan serbuk gergaji. Untuk aktivatornya saya
menggunakan bioaktivator EM4. Percobaan ini saya lakukan dalam skala kecil
didalam sebuah ember cat 25kg. Teknik yang saya lakukan dalam pembuatan
kompos kali ini adalah teknik Campur Bahan, dimana semua bahan dicampur
menjadi satu dan ditambahkan dengan bioaktivator (EM4). Kemudian ditutup rapat.
Pada pengamatan hari ke-3 terlihat warna sudah mulai berubah menjadi lebih tua dan
beberapa bahan-bahan sudah mulai hancur/terurai menjadi agak gembur. Pada hari
ke-5 warna menjadi lebih tua lagi dari sebelumnya dan bahan-bahan sudah terurai
menjadi lebih kecil tidak terlalu kasar bisa dikatakan gembur. Pada hari ke-7 warna
mirip dengan pada hari ke 5 dan teksturnya pun tidak jauh beda dari hari ke-5, bahan-
bahan belum terurai sempurna secara keseluruhan tetapi dapat dikatakan gembur.
Referensi:
• Larasati, Adella. 2019. Pengolahan Sampah Sayuran Menjadi Kompos dengan
Metode Takakura. Jurnal Ikesma Vol 15 No. 2.
• Murbandono, L. 2004. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
• Subandriyo. 2012. Optimalisasi Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga
Menggunakan Kombinasi Aktivator EM4 dan Mol Terhadap Rasio C/N. Jurnal
Ilmu Lingkungan UNDIP Volume 10 Issue 2: 70-75
Tabel 2 Hasil pengamatan pembuatan MOL
Tanggal Pengamatan Warna Bau Foto Dokumentasi
pengamatan ke-
6 Oktober 0 Hijau Tidak Berbau
2021

9 Oktober 3 Agak
2021 Hijau Menyengat
Kecoklatan

11 Oktober 5 Hijau Menyengat


2021 Kecoklatan

13 Oktober 7 Kuning Sangat


2021 Kecoklatan Menyengat

Uraian 2
Poin – poin:
• MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar
dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat baik dari tumbuhan maupun
hewan. Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat
kecil. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung
bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik dalam tanah, perangsang
pertumbuhan pada tanaman, dan sebagai agen pengendali hama dan penyakit
tanaman.
• Dalam bidang pertanian, MOL dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2, siklus nutrient, dan peternakan hewan. Salah satunya dapat
dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Mikroorganisme ini dapat berinteraksi
membantu proses pelapukan bahan-bahan organik seperti dedaunan, rumput, jerami,
buah-buahan yang telah sangat matang, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan,
dan lainnya.
Manfaat dari pemberian MOL pada pembuatan kompos adalah sebagai decomposer
(bio aktivator) dalam pembuatan kompos yang dapat meningkatkan ketersediaan
unsur hara.
• Dalam praktikum pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) yang saya lakukan, saya
menggunakan limbah sayuran hijau yaitu kubis, sawi putih, sawi hijau, kangkung,
dan brokoli yang saya dapatkan dari sisa-sisa sayuran yang tidak bagus untuk dijual
di pasar daerah setempat. Praktikum ini saya lakukan menggunakan cara alternatif
yang sederhana dalam skala kecil, dimana limbah sayuran kurang lebih sebanyak 2kg
dicincang kemudian dijemur 1 hari dan dicampur dengan nasi serta air cucian beras
dan MSG lalu ditutup rapat. Pada hari pengamatan hari ke-3, campuran mulai
mengeluarkan busa dan warna berubah menjadi sedikit kecoklatan serta mulai
muncul bau agak menyengat. Hari ke-5, air pada campuran bertambah banyak
dengan warna yang tidak jauh beda dengan pada saat pengamatan hari ke-3 yaitu
hijau kecoklatan tetapi baunya lebih menyengat dari hari ke-3. Pada hari ke-7,
campuran berubah warna menjadi kuning kecoklatan, air semakin banyak, dan bau
sangat menyengat.
Referensi:
• Assafaat, Roni. 2019. Pemanfaatan MOL (Mikroorganisme Lokal) Dari Materi yang
Tersedia di Sekitar Lingkungan. Jurnal Agroscience Vol. 9 No.1
• Indriani, YH. 2007. Membuat Pupuk Organik Secara Singkat. Jakarta: Penebar
Swadaya.
• Kurniawan, Andri. 2018. Produksi MOL (Mikroorganisme Lokal) Dengan
Pemanfaatan Bahan-Bahan Organik yang Ada di Sekitar. Jurnal Hexagro Vol. 2 No.
2

Link Video:
https://drive.google.com/file/d/1N8CktYAeOemix1MXtoA-
aCaFSu9OzegX/view?usp=sharing

Paraf Dosen / Aisten: Nilai:

Anda mungkin juga menyukai