Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada tembang
terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka dilakukan dengan
dua atau lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan tambang bawah
tanah hanya mempunyai satu arah bidang bebas.
Dalam kegiatan peledakan biasanya terdapat 2 atau lebih bidang bebas. Maka
dalam melakukan kegiatan peledakan tambang bawah tanah perlu dibuat bidang
bebas kedua yang dinamakan cut. Cut itu sendiri dapat dibagi menjadi beberapa
persegiempat.
A. Perhitungan Cut Hole
Cut digunakan sebagai bidang bebas kedua yang biasanya dipakai dalam
peledakan tambang bawah tanah. Charlos lopez jimeno dalam bukunya membagi
cut menjadi 4 persegiempat, dimana masing-masing persegi terdapat 4 buah
lubang ledak dan pada persegiempat pertama terdapat 1 buah lubang kosong
(Empty Hole) yang tidak diisi bahan peledak.
Charlos lopez jimeno dalam bukunya yang berjudul Drilling And Blasting Of
Rock membuat persamaan dalam perhitungan cut.
Apabila lubang kosong yang dipakai lebih dari satu buah lubang kosong,
maka diameter lubang samaran (D2) dapat dihitung dengan persamaan berikut ini
(Jimeno,1995):
D2=D'1x N
Dimana :
D2
D1
Empty Hole ) diletakkan di persegi pertama. Berikut ini merupakan komponenkomponen yang dihitung dalam pembuatan segiempat pertama cut:
Jarak antara lubang ledak dan lubang kosong (a)
Burden maksimum merupakan jarak maksimum yang diperbolehkan
antara diameter lubang kosong ( Empty Hole, ) dengan lubang ledak (d).
a=1,7
Dimana:
a
Dimana:
F
B
a
F
=
Stemming (m)
b. Segiempat Kedua
Bukaan Segiempat Kedua ( W2)
2 = (1 )2
Burden Maksimum Kedua (B)
= 8,8 102
Burden Kedua (B2)
2 =
Jarak Lubang Ledak Dalam Segiempat Kedua (W2)
1
)) 2
2
c. Segiempat Ketiga
Bukaan Segiempat Ketiga ( W3)
3 = (2 + (
1
) ) 2
2
2 = (2 + (
Burden Maksimum Ketiga (B)
3
= 8,8 102
Burden Ketiga (B3)
3 =
Jarak Lubang Ledak Dalam Segiempat Ketiga (W3)
2
)) 2
2
d. Segiempat Keempat
Bukaan Segiempat Keempat ( W4)
4 = (3 + (
2
) ) 2
2
3 = (3 + (
= 8,8 102
Burden Keempat (B4)
4 =
Jarak Lubang Ledak Dalam Segiempat Keempat (W4)
4 = (3 + (
2
)) 2
2
1
2
4
S LFB bahan peledak yang dipakai
S LFB ANFO
Bahan Peledak
Qv
sLFB
(MJ/kg)
(m /kg)
sANFO
Berat
Jenis
3
(kg/m )
Dynamite
0.850
1.19
1450
Dynamex M
4.7
0.88
0.94
1.13
1400
ANFO5.1
0.610
0.97
1.15
900
TNT
5.1
0.610
0.97
1.15
1640
Nabit
4.42
0.904
0.91
1.08
1200
Gurit A
3.8
0.400
0.71
0.85
1000
NG
6.27
0.716
1.19
1.42
1590
Emulite 150
4.1
0.84
0.85
1.42
1200
Iremite 62
3.75
0.852
0.79
0.94
1180
Iregel RX
2.68
0.941
0.63
0.75
1200
Dynex 205
0.863
0.84
1170
Powergel
3.29
0.810
0.71
0.84
1150
Kimit 80
4.1
0.74
0.89
1.06
1100
Emulet 20
2.4
1.12
0.61
0.73
220
PETN
6.38
0.717
1.2
1.43
1670
Keterangan:
Weight strength relatif terhadap bahan peledak acuan (dynamite)
sLFB =
Qv
Qv0
dynamite (5MJ)
V
m3
= Volume gas yang dilepaskan 1 kg bahan peledak yang dinilai pada STP,
=
V0
tekanan
c?
t?
RMR ?
C = 0.50 + 2.60(t/c)0.5 + 13t/c, kg/m3
Untuk percobaan pertama C=0.4 kg/m3
B. Perhitungan Geometri Pola Peledakan Tambang Bawah Tanah
Setelah perhitungan cut hole sudah dilakukan. Maka dilakukan
perhitungan lifter, wall, roof, dan stoping dalam pola peledakan. Menurut
jimenno,1995(Lihat Gambar 3).
= 0,9
()
+2
Spacing ( S )
+ 2
1
Fixation factor
NB
Lookout (degree)
SL
Hb
Hc
Konstanta ( 15-16)
Diameter (m)
= 0,9
()
Burden Wall ( Bw )
=
= Tinggi Abutment Bl
Jumlah Lubang ( NB )
Spasi wall ( Sw )
1
= 0,9
( )
=
Stoping Downword
F
1,2
S/B
1,25
0,4
= 0,9
( )
=
Dimana,
F= Devisiasi maksimum Pemboran
+2
Referensi :
M. Simangunsong, Ganda. Underground Blasting Design Fakultas Teknik
Pertambangan & Perminyakan ITB. Bandung.
Lopez Jimeno C., (1995), Drilling and Blasting of Rocks, A.A. Balkema,
Roterdam, Nedherlans