KELOMPOK VI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Percobaan Balok Kaca dan Prisma ini.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen
2. Asisten Pembimbing
3. Rekan-rekan fisika
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan.
Terimakasih.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Tujuan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dimana :
β = sudut pembias prisma atau sudut puncak,
r1 = sudut bias saat berkas sinar memasuki bidang batas udara-prisma,
i2 = sudut datang saat berkas sinar memasuki bidang batas prisma-udara.
6
Secara otomatis persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari besarnya i2
bila besar sudut pembias prisma diketahui.
Persamaan sudut deviasi prisma :
D = (i1+r2 )- β
Keterangan :
D = sudut deviasi
i1 = sudut datang pada bidang batas pertama
r2 = sudut bias pada bidang batas kedua berkas sinar keluar dari prisma
β = sudut puncak atau sudut pembias prisma
Grafik hubungan antara sudut deviasi (D) dan sudut datang pertama i1
7
Keterangan :
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
Dm = deviasi minimum
β = sudut pembias prisma
Keterangan
δ = deviasi minimum untuk b = 15°
n2-1 = indeks bias relatif prisma terhadap medium
β = sudut pembias prisma
8
Kaca plan paralel adalah benda yang terbuat dari kaca berbentuk kubus
dengan enam sisi yang rata dengan sisi yang berhadapan sejajar. Bentuknya lempeng
tipis seperti batu bata atau korek api. Ia memiliki ketebalan tertentu yang sering
dilambangkan d. Peristiwa yang terjadi ketika seberkas sinar melewati sebuah kaca
plan paralel adalah sinar tersebut akan mengalami pergesaran. Cahaya atau berkas
sinar akan mengalami dua kali pembiasan oleh dua medium yang berbeda
kerapatannya. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami
pembelokan. Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya.Hal ini disebabkan
medium udara dan medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda.Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium
yang berbeda kerapatan optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar
datang dari medium kurang rapat atau udara ke medium lebih rapat atau kaca. Sinar
bias akan menjauhi garis normal ketika cahaya merambat dari medium lebih rapat
atau kaca ke medium kurang rapat atau udara.
9
Gambar
2.Pembiasan
Cahaya Pada
Kaca Plan
Paralel
Terlihat bahwa berkas cahaya yang masuk dengan berkas cahaya yang keluar
dari kaca plan paralel adalah sejajar. Menurut hukum Snellius, “dalam peristiwa
pembiasan cahaya, perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias adalah
konstan”
Keterangan :
n = indeks bias
i = sudut datang
r = sudut bias
Berkas cahaya hanya mengalami pergeseran sebesar t (besaran panjang). Jika
berkas datang dengan sudut i maka pergeserannya dapat dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
t = pegeseran sinar
d = tebal kaca
Hukum Snellius menyatakan bahwa :
1. Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
10
2. Jika sinar datang dari medium yang kurang rapat menuju medium yang lebih
rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Jika sinar datang dari
medium yang lebih rapat menuju medium yang kurang rapat, sinar akan
dibiaskan menjauhi garis normal.
Keterangan :
n = indeks bias
c = laju cahaya (m/s)
v = laju cahaya dalam medium (m/s)
Indeks bias mutlak dan beberapa medium dapat dilihat pada tabel berikut :
11
7. Kaca Plan Paralel 1,51
8. Intan 2,42
Jika salah satu medium tersebut bukan udara, perbandingan laju cahaya
tersebut merupakan nilai relatif atau indeks bias relatif. Misalnya, berkas cahaya
merambat dari medium 1 denga kelajuan v1 masuk pada medium 2 dengan kelajuan
v2, indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1 adalah :
Maka,
Keterngan :
n21 = indeks relative medium 2 terhadap medium 1
v1 = laju medium 1 (m/s)
v2 = laju medium 2 (m/s)
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
2. Prosedur kerja
A. Balok Kaca
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur tebal balok kaca menggunakan mistar
3. Meletakan kertas HVS diatas papan landasan/sterofoam
4. Meletakan balok kaca diatas kertas HVS dan menggambarkan batas-batas
balok kaca tersebut
5. Menggambarkan garis normal bidang yang tegak lurus dengan gambar
balok kaca
6. Membentuk sudut datang (i) sebesar 15˚ menggunakan busur derajat dan
membuat perpanjangan garis sudut datang
7. Menancapkan P₁ dan P₂ pada garis sudut datang lalu mengamatinya dan
menancapkan jarum P₃ dan P4 dari sisi lain kaca, sehingga P₁, P₂, P₃ dan
P4 terlihat segaris
8. Mengangkat balok kaca dan menarik garis P₂ dan P₃ sampai mengenai tepi
balok kaca lalu mengukur besar sudut bias (r) serta pergeseran sinar (d)
9. Memasukkan data yang di peroleh ke dalam table hasil pengamatan
13
B. Prisma
Ikut balok kaca pertamanya
1. Meletakan prisma sedemikian rupa diatas kertas grafik sehingga sudut
pembiasnya terletak diatas
2. Menggambarkan garis normal bidang 1 (N) yang tegak lurus terhadap
prisma
3. Membentuk sudut datang i sebesar 35˚ dengan menggunakan busur derajat
dan membuat perpanjangan garis sudut datang
4. Menancapkan jarum p1 dan p2 pada garis sudut datang lalu mengamatinya
dan menancapkan jarum p3 dan p4 dari sisi lain prisma sehingga p1, p2, p3,
p4 terlihat segaris
5. Melepaskan prisma dan membuat garis yang merupakan jalannya sinar
yang melalui prisma
6. Menggambar garis normal bidang 2 (N2) yang berhimpit dengan garis
sudut bias prisma
7. Mengukur besarnya i2,r1,r2, dan sudut deviasi (D)
8. Mengulangi langkah 1 – 7 untuk sudut datang sekitar 40˚ dan 45 ˚
9. Memasukan data yang diperoleh ke dalam tabel hasil pengamatan
14
BAB IV
I. Hasil Pengamatan
Balok kaca
t = 0,018 m
Prisma
A = 60˚
15
III. Analisa Data
sin 20
2) 𝑛2 = = 1,65
sin 12
sin 25
3)𝑛3 = = 1,24
sin 20
𝑡 − sin(𝑖 − 𝑟)
𝑑=
cos 𝑟
0,018−sin(15−10)
1) 𝑑1 = = 1,59 × 10−3 𝑚
cos 10
0,018−sin(20−12)
2) 𝑑2 = = 2,56 × 10−3 𝑚
cos 20
0,018−sin(25−20)
3) 𝑑3 = = 1,67 × 10−3 𝑚
cos 20
3.1.2 Prisma
a. Menghitung Indeks Bias
sin 𝑖
𝑛=
sin 𝑟
sin 35
1) 𝑛1 = = 0,70
sin 55
16
sin 40
2) 𝑛2 = = 1,46
sin 26
sin 45
3)𝑛3 = = 1,10
sin 40
𝐴 = 𝑖2 + 𝑟1
𝐷 = 𝑖1 + 𝑟2 − 𝐴
17
a. Ralat Terhadap Indeks Bias
= |0,0486| + |0,0739|
= 0,122
∆𝑛1 0,122
KTPr = × 100% = × 100% = 8,22 %
𝑛1 1,49
∆𝑛1
AB= 1 − log ( )
𝑛1
0,122
= 1 − log ( )
1,49
= 1 − (−1,08)
= 2,08 ≈ 2 𝐴𝐵
= |0,0395| + |0,0677|
18
= 0,107
∆𝑛2 0,107
KTPr = × 100% = × 100% = 6,52 %
𝑛2 1,56
∆𝑛2
AB= 1 − log ( )
𝑛2
0,107
= 1 − log ( )
1,56
= 1 − (−1,22)
= 2,22 𝐴𝐵 ≈ 2 𝐴𝐵
= |0,0232| + |0,0297|
= 0,05
∆𝑛3 0,05
KTPr = × 100% = × 100% = 4,28 %
𝑛1 1,24
∆𝑛
AB= 1 − log ( )
𝑛 1
19
0,05
= 1 − log ( )
1,24
= 1 − (−1,39)
= 2,39 ≈ 2 𝐴𝐵
∆𝑑1 4,6×10−5
KTPr = × 100% = × 100% = 2,93 %
𝑑1 1,59 ×10−3
∆𝑑1
AB= 1 − log ( )
𝑑1
20
4,6 × 10−5
= 1 − log ( )
1,59 × 10−3
= 1 − (−1,53)
= 2,53 ≈ 3 𝐴𝐵
∆𝑑2 7,59×10−5
KTPr = × 100% = × 100% = 2,96 %
𝑑2 2,56 ×10−3
∆𝑑2
AB= 1 − log ( )
𝑑2
7,59 × 10−5
= 1 − log ( )
2,56 × 10−3
= 1 − (−1,52)
= 2,52 ≈ 3 𝐴𝐵
21
Pelaporan (𝑑2 ± ∆𝑑2 ) = (2,56 ± 0,0759)10−3 𝑚
∆𝑑3 5,169×10−5
KTPr = × 100% = × 100% = 3,09 %
𝑑3 1,67 ×10−3
∆𝑑3
AB= 1 − log ( )
𝑑3
5,169 × 10−5
= 1 − log ( )
1,67 × 10−3
= 1 − (−1,51)
= 2,51 ≈ 3 𝐴𝐵
3.2.2.PRISMA
1
|∆r|=|∆i|=2 NST Busur Derajat = 87,5 x 10¯⁴ rad
22
a.Ralat terhadap indeks bias
= 130,4 x 10¯⁴
∆𝑛₁
KTPr = 𝑛₁ x 100 %
130,4 𝑥 10−4
= x 100 %
0,700
= 0,019 X 100 %
= 1,9 %
∆𝑛₁
AB = 1 – Log ( 𝑛₁ )
130,4 𝑥 10−4
= 1 – Log ( )
0,700
= 1 – (-1,73)
= 2,73 ≈ 3 AB
23
cos 40 sin 40 cos 26
2) ∆n₂ =| sin 26 ||87,5 x 10−4|+| ||87,5 x 10−4|
𝑠𝑖𝑛² 26
= 41,6 x 10−3
∆𝑛₂
KTPr = 𝑛₂ x 100 %
41,6 x 10−3
= x 100 %
1,466
= 0,028 X 100 %
= 2,8 %
∆𝑛₁
AB = 1 – Log ( 𝑛₁ )
41,6 x 10−3
= 1 – Log ( )
1,466
= 1 – (-1,55)
= 2,55 ≈ 3 AB
= (1,46 ± 0,0416)
24
cos 45 sin 45 cos 40
3) ∆n₃ =| sin 40 ||87,5 x 10¯4 |+| ||87,5 x 10¯4 |
𝑠𝑖𝑛² 40
= 21,1 x 10−3
∆𝑛₃
KTPr = 𝑛₃ x 100 %
21,1 x 10−3
= x 100 %
1,10
= 0,019 x 100 %
= 1,9 %
∆𝑛₃
AB = 1 – Log ( 𝑛₃ )
21,1 x 10−3
= 1 – Log ( )
1,10
= 1 – (-1,72)
= 2,72 ≈ 3 AB
= (1,10 ± 0,0211)
25
b.Ralat terhadap sudut pembias
𝜕𝐴 𝜕𝐴
∆A = |𝜕𝑖₂||∆i|+|𝜕𝑟1||∆r|=|∆i|+|∆r|
Δ𝐴₁
KTPr = x 100 %
A₁
1,75 𝑥 10−2
= x 100 %
62
= 0,00028 x 100 %
= 0,028 %
Δ𝐴₁
AB = 1 – log ( A₁ )
1,75 𝑥 10−2
= 1 - log ( )
62
= 1 – (-3,55)
= 4,55 ≈ 5 AB
= (6,2000 ± 0,0017500)101 °
26
Δ𝐴₂
KTPr = x 100 %
A₂
1,75 𝑥 10−2
= x 100 %
54
= 0,00032 x 100 %
= 0,032 %
Δ𝐴₂
AB = 1 – log ( A₂ )
1,75 𝑥 10−2
= 1 – log ( )
54
= 1 – (-3,49)
= 4,49 ≈ 4 AB
= (5,400 ± 0,001750)101 °
Δ𝐴₃
KTPr = x 100 %
A₃
1,75 𝑥 10−2
= x 100 %
76
= 0,00023 x 100 %
= 0,023 %
Δ𝐴₃
AB = 1 – log ( A₃ )
27
1,75 𝑥 10−2
= 1 - log ( )
76
= 1 – (-3,64)
= 4,64 ≈ 5 AB
= (7,6000 ± 0,0017500)101 °
𝜕𝐷 𝜕𝐷 𝜕𝐷
∆D = |𝜕𝑖₁||∆i|+|𝜕𝑟₂||∆r|+|𝜕𝐴||∆A|
= |∆i|+|∆r|+|∆A|
= 262,5 x 10−4 °
Δ𝐷₁
KTPr = X 100 %
D₁
262,5 x 10−4
= X 100 %
30
= 0,00088 X 100 %
= 0,088 %
Δ𝐷₁
AB = 1 – Log ( D₁ )
262,5 x 10−4
= 1 – Log ( )
30
= 1 – (-3,06)
28
= 4,06 ≈ 4 AB
= (3,000 ± 0,002625)101 °
= 262,5 x 10−4 °
Δ𝐷₂
KTPr = X 100 %
D₂
262,5 x 10−4
= X 100 %
6
= 0,00438 X 100 %
= 0,438 %
Δ𝐷₂
AB = 1 – Log ( D₂ )
262,5 x 10−4
= 1 – Log ( )
6
= 1 – (-2,36)
= 3,36 ≈ 3 AB
= (6,00 ± 0,0262)°
29
3) ∆D₃ = |87,5 x 10¯⁴|+|87,5 x 10¯⁴|+|87,5 x 10¯⁴|
= 262,5 x 10−4 °
Δ𝐷₃
KTPr = X 100 %
D₃
262,5 x 10−4
= X 100 %
25
= 0,00105 X 100 %
= 0,105 %
Δ𝐷₃
AB = 1 – Log ( D₃ )
262,5 x 10−4
= 1 – Log ( )
25
= 1 – (-2,98)
= 3,98 ≈ 4 AB
= (2,500 ± 0,002625)101 °
30
IV. Pembahasan
Hukum yang berlaku pada percobaan ini yaitu hukum snellius. Hukum ini
menyatakan bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang
tergantung pada medium. Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang
dan sudut bias sama dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama
dengan kebalikan indeks bias. Bunyi hukum snellius “ sinar datang, garis normal dan
sinar pantul terletak dalam satu bidang datar.”
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah balok kaca,
prisma, busur derajat, jarum pentul, sterofoam, kertas HVS, dan mistar. Balok kaca
dan prisma digunakan sebagai medium pembiasan, busur derajat digunakan untuk
mengukur besar sudut, jarum pentul untuk menandai sinar yang dating dan sinar bias,
sterofoam digunakan sebagai landasan sehingga jarum pentul dapat ditancapkan,
kertas HVS digunakan sebagai media gambar dari batas-batas balok kaca dan prisma
serta media untuk menggambar sudut-sudut yang terbentuk dalam percobaan, dan
mistar untuk mengukur ketebalan dari balok kaca.
Pada percoban ini, pertama-tama praktikan menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan.Kemudian kertas HVS diletakan diatas sterofoam lalu meletakan balok
kaca dan menggambar batas-batas dari balok kaca tersebut. Kemudian menggambar
31
garis normal serta sudut datang sebesar 15° untuk perlakuan pertama, 20° untuk
perlakuan kedua dan 25° untuk perlakuan ketiga. Kemudian menancapkan jarum
pentul 1 dan 2 pada garis sudut datang dan jarum pentul 3 dan 4 di sisi lai balok kaca
sehingga keempat jarum tersebut terlihat segaris. Setelah itu, balok kaca diangkat dan
melepaskan jarum pentul.Bekas dari jatum tersebut, digambarkan garis dari sinar
keluar.Kemudian mengukur besar sudut bias (r), pergeseran sinar (d), dan ketebalan
balok kaca (t).setelah itu, data-data dimasukkan kedalam table hasil pengamatan.
Pada prisma, perlakuan yang dilakukan sama dengan balok kaca, tetapi sudut-sudut
datang yang digunakan sebesar 35° untuk perlakuan pertama, 40° untuk perlakuan
kedua dan 45° untuk perlakuan ketiga. Kemudian praktikan juga mengukur nilai i₂, r₁
dan r₂, serta sudut deviasi (D).pada prisma, praktikan tidak mengukurketebalan dan
besar pergeseran sinar seperti yang dilakukan pada balok kaca.
Adapun hasil yang diperoleh untuk percobaan balok kaca yaitu besar indeks
bias untuk i 15°, 20° dan 25° adalah 1,49, 1,65 , dan 1,24. sedangkan pergeseran
sudut untuk i 15°, 20 ° dan 25° adalah 1,59x10−2m, 2,56x10−3 m dan 1,67x10−3m.
untuk percobaan prisma dengan sudut datang i 35°, 40° dan 45° didapatkan indeks
bias sebesar 0,700, 1,460 dan 1,10 dan didapatkan pula sudut pembias prisma
sebesar 62°, 54° dan 76° serta sudut deviasi sebesar 30°,6° dan 25°. Hasil-hasil
tersebut didaparkan pada analisa data.
32
ralat terhadap sudut deviasi. Dimana, semakin kecil nilai ktpr yang didapatkan maka
ketelitian pengukuran semakin besar dan sebaliknya.
Adapun jalannya sinar pembiasan pada balok kaca yaitu jika seberkas
sinar menuju permukaan balok kaca, maka sinar akan mengalami pembiasan
sebanyak dua kali. Pembiasan pertama terjadi ketika cahaya masuk ke balok
kaca.Pembiasan kedua terjadi ketika cahaya keluar dari balok kaca ke udara. Ketika
cahaya dari udara masuk ke balok kaca, cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal. Setelah itu, cahaya akan keluar dari balok kaca dan dibiaskan oleh udara,
sudut bias lebih besar dari sudut datang dan sinar yang dipantulkan dibelokkan
menjauhi garis normal. Hasil dari pembiasan tersebut adalah sebuah pergeseran sinar
cahaya yang seharusnya tetap lurus menembus menjadi terbelokkan tetapi tetap
sejajar dengan sinar aslinya.Pergeseran sinar tersebut dapat diamati dengan jelas
tergantung medium yang dilewatinya.Sedangkan pada prisma, ketika sinar datang
dari udara menuju bidang permukaan prisma akan dibiaskan mendekati garis normal.
Kemudian, ketika cahaya meninggalkan prisma menuju udara, cahaya tersebut akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Hal ini sesuai dengam hukum pembiasan bahwa
sinar yang merambat dari medium renggang menuju medium rapat akan dibiaskan
mendekati garis normal dan sinar yang merambat dari medium rapat menuju medium
renggang akan dibiaskan menjauhi garis normal.Setelah melewati bidang prisma,
cahaya tersebut mengalami deviasi (penyimpangan).Besarnya penyimpangan
tersebut dinyatakan dalam sudut deviasi yang disimbolkan dengan 𝛿( delta).
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Bunyi hukum Snellius: perbandingan sinus sudut datang dengan sudut bias
selalu konstan. Nilai dari konstanta tersebut disebut dengan indeks bias (n)
2. Apabila seberkas sinar datang dari medium rengggang (udara) menuju
medium rapat (bidang prisma atau balok kaca), akan dibiaskan mendekati
garis normal. Selanjutnya, berkas sinar tersebut dari medium rapat menuju
medium renggang akan dibiaskan menjauhi garis normal
3. Jalannya pembiasan pada prisma dan balok kaca seperti yang ditunjukkan
pada gambar dibawah ini
4. Untuk mendapatkan besar indeks bias Balok Kaca dan Prisma digunakan
rumus :
𝑺𝒊𝒏 𝒊
𝒏=
𝑺𝒊𝒏 𝒓
34
2) n2 = 1,65
3) n3 = 1,24
Indeks bias Prisma
1) n1 = 0,700
2) n2 = 1,460
3) n3 = 1,10
D = 30°
D = 6°
D = 25°
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2014) Pembiasan Cahaya Pada Prisma dan Pada Balok Kaca [online].
Tersedia:http://www.areabaca.com/2014/12/pembiasan-cahaya-pada-prisma-dan-
pada.html[ 5 mei 2018 ]
Anonim. (2015) Pembiasan Pada Kaca Plan Paralel [online] Tersedia:
http://devianaeka.blogspot.co.id/2015/12/laporan-go-7-pembiasan-pada-kaca-
plan_15.html [5 mei 2018 ]
Anonim.(2015) Laporan Praktikum Penentuan Indeks Bias Kaca dan Prisma [online]
Tersedia:
https://www.academia.edu/25546719/Laporan_Praktikum_Penentuan_Indeks
Bias_Kaca_dan_Prisma[ 5 mei 2018 ]
36