Anda di halaman 1dari 14

Kethoprak

SENI DAN PERTUNJUKAN

KESENIAN
Andhe-andhe Lumut
Seni pertunjukan berbentuk drama dengan iringan gamelan. Cerita yang ditampilkan biasanya dalam
bentuk drama tentang kisah Andhe-Andhe Lumut. Kesenian ini pertama kali dipentaskan sekitar tahun
1962, dalam upacara bersih desa. Diprakarsai oleh Bapak Basiran (Pak Bas) yang tinggal di Bumen
Kotagede.

Dikisahkan, bahwa Mbok Randha Dhadhapan memiliki seorang anak laki-laki bernama Panji Asmara
Bangun. Karena sudah dewasa ia diminta kawin oleh ibunya. Sudah banyak kembang-kembang desa
yang melamar. Di antaranya bernama Klething Abang, Klething Ijo, Klething Biru, dan banyak lagi gadis
lainnya. Tetapi Panji Asmara Bangun menolaknya, karena dalam menuju tempat tinggal Mbok Randha
Dhadhapan para gadis tersebut harus menyebrangi sungai, dan diseberangkan oleh Yuyu Kangkang. Yuyu
Kangkang selalu minta upah ciuman. Selain itu gadis-gadis tersebut walaupun berwajah dan berparas
ayu, tetapi berhati jahat.

Suatu ketika datanglah Klething Kuning yang berwajah jelek dan kotor, tetapi hatinya suci, karena sering
disiksa dan dianiaya oleh ibu tiri dan saudara-saudaranya, yaitu Klething Abang, Klething Biru dan
Klething Ijo. Ia tampak sangat jelek.

Ketika hendak menyeberang sungai yang dijaga oleh Yuyu Kangkang, ia tidak mau menggunakan
jasanya, bahkan dengan kesaktiannya, sungai itu menjadi kering dipukul dengan sada lanang (sejenis
tongkat kecil). Ketika sampai di rumah Panji Asmara Bangun, Mbok Randha Dhadhapan menolaknya.
Tetapi Panji Asmara Bangun tahu dan Klething Kuning disuruh menghadapnya, serta menerimanya
sebagai calon isterinya. Setelah dimandikan oleh Mbok Randha Dhadhapan, ternyata ia adalah seorang
putri raja yang telah lama menghilang, bernama Galuh Candra Kirana. Maka selanjutnya mereka dapat
hidup bahagia sebagai raja dan permaisuri di Kerajaan Jenggala.

Ensiklopedi Kotagede 51
SENI DAN PERTUNJUKAN

Tari Bedhaya Ketawang yang ada berada dalam posisi dengan nama yang
Disebut juga Bedaya Semang. Terdapat dua berbeda. Pertama, posisi Batak menyimbolkan
versi proses penciptaannya, pertama: tarian pikiran dan jiwa, Endhel Ajeg (keinginan hati atau
ini diciptakan pada masa Sulan Agung setelah nafsu), Gulu dan Dad (badan), Apit Ngarep (lengan
melakukan laku ritual semedi. Dalam keheningan kanan), Apit Mburi (lengan kiri), Apit Meneng
cipta, rasa, dan karsa itu, sang raja mendengar suara (tungkai kiri), Endhel Weton (tungkai kanan),
tetembangan dari arah tawang (langit-Red). Dia dan Buncit (organ seksual). Batak dengan Endhel
begitu terkesima dan tak mampu menyembunyikan Ajeg gerakannya kadang-kadang bertentangan,
keterpesonaannya. tetapi kadangkala menyatu. Itu merupakan
cerminan pikiran dengan keinginan hati yang bisa
Begitu selesai bersemedi, empat orang pengiringnya bertentangan, tetapi bisa pula menyatu, teknis
dia panggil. Bergegaslah Kanjeng Panembahan sekali, tapi sangat filosofis.
Purboyo, Kyai Panjang Mas, Pangeran Karang
Gayam II, dan Tumenggung Alap-alap mendekati Ada penafsiran lain yang menyebut sembilan
sang raja. Sultan Agung mewedarkan hasil penari sebagai simbol lubang di tubuh manusia.
kesaksian batinnya pada mereka. Lalu, terciptalah Secara filosofis, lubang-lubang itu ditafsirkan
sebuah tarian yang diberi nama Bedhaya Ketawang. sebagai sumber hawa nafsu. Maka istilah yang
Bedhaya dari kata ambedhaya (menari) dan lazim dikenal adalah babahan hawa sanga.
ketawang dari tawang. yakni dua lubang hidung, dua lubang mata, dua
lubang telinga, satu lubang mulut, satu lubang
Versi kedua, tarian sakral itu lebih merujuk pada alat kelamin, dan satu lubang anus. Di luar
pendahulu Sultan Agung. Tarian itu dianggap penafsiran-penafsiran itu yang pasti hingga kini
sebagai cerita mengenai percintaan Panembahan Bedhaya Ketawang itu masih disakralkan, bahkan
Senapati ing Alaga Sayiddin Panatagama (Raja ia dianggap sebagai pusaka keprabon bagi kerajaan
pertama Mataram) dengan Kanjeng Ratu Kidul. Mataram dan sempalannya. Dia tidak bisa pula
Bahkan, pada akhirnya muncul mitos: penguasa digelar di sembarang tempat dan waktu. Hanya
Laut Selatan itu selalu datang pada saat Bedhaya dipergelarkan saat Jumenengan Dalem raja anak-
Ketawang digelar di keraton Kasultanan Yogyakarta keturunan Panembahan Senapati.
atau di Kasunanan Surakarta.
Tari Bancak-Dhoyok
Benar-tidaknya mitos itu, seperti halnya versi Seni pertunjukan, perpaduan antara tarian,
manakah yang benar mengenai latar penciptaan nyanyian dan lawakan. Jenis tari-lawakan yang
Bedhaya Ketawang, yang pasti tarian itu menggambarkan dua orang tokoh punakawan
memiliki makna sebagai simbol kehidupan di (sebutan untuk inang-pengasuh) dari Raden Panji
makrokosmos dan mikrokosmos. Sembilan penari Inukertapati yang bernama Bancak dan Dhoyok.
yang memeragakan Bedhaya Ketawang itu sangat Kedua penari menggunakan topeng dengan
simbolis, juga filosofis. Dalam alam makrokosmos, ekspresi yang lucu. Di Jawa Timur tokoh Bancak
sembilan penari dapat diejawantahkan sebagai dikenal dengan nama Penthul dan Dhoyok untuk
delapan mata angin dan satu pancer (pusat). Bisa Tembem. Cerita ini berasal dari Jawa Timur dan
pula itu simbol dari isi semesta, yakni bulan, berkembang sampai ke daerah Jawa Tengah.
bintang, matahari, langit, bumi, api, air, angin, Dalam tari ini unsur canda dan tawa menjadi
dan makhluk hidup. suguhan utama dengan kepandaian olah vokal
dan tari pemainnya, untuk menggambarkan
Ada pun pengejawantahan mikrokosmos terungkap kehidupan sehari-hari. Adegan biasanya dimulai
melalui posisi penari yang memberikan makna dengan keluarnya Bancak yang menceritakan kisah
mengenai tubuh yang sempurna. Sembilan penari hidupnya, diselingi dengan tarian dan nyanyian.

52 Ensiklopedi Kotagede
SENI DAN PERTUNJUKAN

Kemudian kelarlah Dhoyok yang telah lama menyandang keris. Simbolisasi dari bagian tarian
mencari saudaranya, Bancak. Kemudian mereka ini adalah pertemuan antara Panembahan Senapati
dialog sambil menceritakan pengalamannya dengan Retno Dumilah (seorang senapati perang
masing-masing diselingi dengan humor, nyanyi utusan Panembahan Madiun untuk melawannya).
dan tari. Karena dahsyatnya rayuan asmara oleh
Panembahan Senapati, menyebabkan keris yang
Perlengkapan tari yang dikenakan oleh Bancak dipegangnya terjatuh, yang merupakan simbolisasi
berupa, pakai celana panjen, kain Bathik dan takluknya Madiun.
blangkon dengan rias mata sipit, berhidung bulat
dan berkulit putih. Doyok memakai kain Bathik, Cerita rakyat mengisahkan perang antara
celana panjen, blangkon, dengan rias wajah Mataram dengan Madiun. Mataram di bawah
bermata sipit melengkung, berkulit hitam dan pimpinan Panembahan Senapati berkeinginan
hidung pesek. Tarian ini diiringi dengan gamelan kuat memperluas wilayahnya ke arah timur (Jawa
lengkap dengan gending Kembang Nangka, Timur). Menurut ramalan Sunan Giri, sebelum
Linggarjati dan Srundeng Gosong. menguasai wilayah Jawa Timur, hendaknya
menaklukan terlebih dahulu negara-negara di
Kethoprak Bayu Mataram Bang-Wetan (sebutan untuk beberapa wilayah yang
Di Kotagede terdapat beberapa perkumpulan berada di sebelah timur dari Keraton Mataram),
kethoprak, adalah seni drama tradisional yang salah satu wilayah di dalamnya adalah Madiun.
masih banyak disukai oleh masyarakat Jawa.
Drama seni ini biasanya mengambil cerita tentang Sebaliknya Madiun di bawah Panembahan Madiun
kisah-kisah raja-raja Jawa yang diambil dari babad bersatu dengan para bupati di Bang-Wetan tidak
dan legenda. Bayu Mataram adalah salah satu grup mau menyerah dan bermaksud mendahului
kethoprak di Kotagede, di samping Purbacarita, dan menyerang Mataram. Hal itu, diketahui
Setia Budaya. Grup seni tradisional ini bertujuan Panembahan Senapati dan kemudian mengatur
untuk melestarikan dan berkreasi. Salah satu tema strategi perang karena mengakui kekuatan prajurit
cerita yang dipentaskan adalah legenda Senapati, perangnya tidak seimbang dengan negara Bang
ketika sedang merintis Keraton Mataram. Busana Wetan. Selanjutnya Senapati berunding dengan
yang dipakai bisa macam-macam tergantung dari Pangeran Adipati Mandala-Raka (nama lain dari Ki
cerita yang diambil, misalnya: busana Jawa, Timur Juru Martani setelah diangkatnya menjadi patih).
Tengah dan penjajah Belanda.
Lalu dilancarkan suatu strategi, Senapati menyuruh
Sebagai pelengkap, kesenian ini menggunakan seorang abdi wanita bernama Adisara untuk
instrumen gamelan, yang terdiri dari; gong, ketuk, menyerahkan surat takluk kepada Panembahan
kempul, saron peking, saron, boning, kendang, dan Madiun dan memintanya agar segera membubarkan
ketipung kempyang. Instrumen musik tersebut prajurit perangnya. Pada saat jumlah bala tentara
dalam kelompok kethoprak tertentu juga ditambah menyusut, kesempatan ini digunakan Senapati
dengan lesung. Irama gamelan yang khas dalam menyerang Madiun. Pasukan Madiun tidak siap
seni kethoprak adalah suara kethuk yang terdengar menghadapi serangan itu, mengalami kekalahan.
lebih dominan memukulnya. Seni dipertunjukkan Panembahan Madiun sangat geram dan kecewa atas
yang dipentaskan pada saat peringatan hari raya, tipu muslihat Senapati, kemudian melarikan diri.
merti desa dan orang yang mempunyai hajat. Peristiwa tersebut kemudian didokumentasikan
sebagai sebuah tarian klasik di Keraton Kasultanan
Tari Cerita Rakyat Bedhah Madiun Yogyakarta dikenal dengan Bedhaya Bedhah
Tarian ini diciptakan Sultan Hamengku Buwono Madiun.
VII. Pada bedhaya ini terdapat dua penari yang

Ensiklopedi Kotagede 53
SENI DAN PERTUNJUKAN

Delabo
Singkatan dari Pandeyan, Dolahan, dan Boharen.
Delabo adalah nama kelompok kesenian macapat
dari Kotagede yang merupakan gabungan dari
ketiga kampung tersebut.

Festival Kotagede
Merupakan event kegiatan seni dan budaya yang
diselenggarakan di Kotagede setiap setahun sekali.
Festival Kotagede dimulai pada tahun 1999 sebagai
ajang bagi pengembangan seni budaya, maupun
peningkatan pariwisata dan ekonomi masyarakat
Kotagede. Melalui festival yang diselenggarakan
setiap tahun, diperoleh kesinambungan pelestarian,
peningkatan dan pengembangan seluruh potensi
seni dan budaya di Kotagede.

Festival Kotagede merupakan upacara member-


dayakan berbagai potensi seni dan budaya yang
ada di Kotagede sebagai bekas ibukota Keraton
Mataram yang sarat dengan nilai-nilai seni dan
budaya yang luhur dan islami.
Poster Festival Kotagede
Penyelenggaraan festival ini tidak terikat pada batasan administrasi baik batas kerajaan
Surakarta-Yogyakarta masa lalu maupun batas kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul masa
kini, namun sebagai “pestanya rakyat” yang ada di dalam Kawasan Kotagede sebagai satu
kesatuan budaya. Melalui festival ini berbagai perbedaan, karena adanya kebijakan pada
masing-masing wilayah, dapat dihilangkan.

Pada tahun 2005 terselenggara Festival Kotagede-V, diselenggarakan pada tanggal 24-31
Desember 2005 (menjelang pergantian tahun 2006). Festival Kotagede mengetengahkan
berbagai seni pertunjukan rakyat, pentas seni, sarasehan, permainan tradisional, karnaval
budaya, pemutaran film, pameran, bursa, lomba lukis, dan berbagai atraksi seni budaya
yang lain. Festival Kotagede ini, semakin menunjukkan besarnya potensi seni dan budaya
Kotagede, yang tetap dilestarikan sampai saat ini. Festival Kotagede mengambil tempat
kegiatan di berbagai tempat penting Kotagede dan sepanjang jalan-jalan utama, khususnya
Jl. Kamasan, Jl. Mondorakan, dan Jl. Ki Ageng Karang Lo.

Sebuah festival kesenian yang diselenggarakan setiap tahun sekali sejak tahun 1999, oleh ma­
syarakat Kotagede untuk masyarakat umum. Kotagede adalah sebuah kota tua peninggalan
Kerajaan Jawa Islam Tradisional Mataram, yang menyimpan beraneka ragam jenis kesenian
rakyat. Oleh karena itu maksud dan tujuan penyelenggaraan festival ini bukan hanya untuk
memberikan alternatif hiburan sehat dan kreatif, namun juga untuk menjadikan kesenian
Kotagede sebagai aset bagi pengembangan pariwisata dan ekonomi Kotagede.

54 Ensiklopedi Kotagede
SENI DAN PERTUNJUKAN

Festival Kotagede pertama kali diselenggarakan Hadrah


pada tahun 1999, dengan konsep memberdayakan Adalah salah satu kesenian di Kotagede yang
kesenian Kotagede dengan menekankan pada bernafaskan Islam. Kesenian ini berupa nyanyian
kegiatan penggalian potensi kesenian rakyat untuk disertai dengan alat membranofon, terutama
ditampilkan ke muka publik sebagai salah satu rebana, yang berhubungan dengan syair-syair
kekayaan seni Kotagede. Konsep tersebut pada Islamiyah.
pelaksanaan festival berikutnya dikembangkan
lagi menjadi: pemberdayaan seni dan pelaku seni Jathilan
untuk dapat lebih mengaktualisasikan potensi Kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan
keseniannya. Kegiatan festival meliputi seni tari dengan magis, sering disebut dengan nama
pertunjukan rakyat, sarasehan, pameran dan jaran kepang atau jaran dor ini dapat dijumpai di
bursa seni, pentas seni, festival keroncong, festival desa-desa di Jawa, tak hanya di Jogja.
permainan tradisional, karnaval budaya, lomba
lukis, pemutaran film, sepeda gembira, dan lain- Pagelaran ini dimulai dengan tari-tarian. Kemudian
lain. Pelaksanaan festival mengambil lokasi di pusat para penari bak kerasukan roh halus sehingga
Kotagede, yaitu di Jl. Mondorakan, Jl. Kemasan, hampir tidak sadar dengan apa yang mereka
Kompleks Pasar Kotagede, Kompleks Masjid Besar lakukan. Di saat para penari bergerak mengikuti
Mataram, Gedung Kesenian Kotagede, dan di irama musik dari jenis alat musik jenis alat gamelan
nDalem-ndalem yang ada di be­berapa kampung seperti saron, kendang, dan gong ini, terdapat
Kotagede. Sebuah panggung utama juga didirikan pemain lain yang mengawasi dengan memegang
di Pacak Suji (Tugu Peringatan Tahta Sri Sultan pecut atau cemeti.
Hamengku Buwana IX) di sudut timur laut Pasar
Kotagede, dan belasan pang­gung lainnya berderet- Penarinya terdiri dari sejumlah pria yang
deret di sepanjang jalan utama Kotagede (Jl. berjumlah kurang lebih 10 orang. Mereka tampil
Mondorakan dan Jl. Kemasan). sebagai penari kuda lumping dan membawakan
peran tokoh-tokoh yang dikenal baik dalam
Gendhing Anduk pertunjukkan tersebut antara lain Bejer, Pentul,
Gendhing sebagai pengiring Bedaya Semang, yang Kemetir, Barongan dan sebagainya.
diciptakan secara khusus oleh Sultan Agung, sebagai
penghormatan kepada Panembahan Senopati, Penari kuda lumping ini menggambarkan sejumlah
raja pendahulu di Keraton Mataram. Bedhaya prajurit yang sedang mengadakan latihan perang-
Semang merupakan jenis tarian yang mengisahkan perangan. Tokoh Bejer dan Pentul tampil sebagai
percintaan antara Panembahan Senapati dengan botoh atau yang menjadi jagoan masing-masing
Kanjeng Ratu Kidul. Sehingga sebagai pengiring, pihak yang bertentangan.
Gendhing Anduk dimainkan sekali dalam setahun,
pada saat Jumenengan Dalem (penobatan raja), Pertunjukkan ini tidak menggunakan dialog dan
atau Wiyosan Dalem (ulang tahun raja). Syair tidak membawakan cerita tertentu. Komposisi
lagunya sarat berisi kata-kata cinta dan asmara, tari berbentuk garis lurus, garis lengkung atau
diawali dengan irama kendhangan Sekar Gadhung, pola cerita melingkar. Gerak tangan penari kuda
dan selanjutnya diikuti dengan ditabuhnya lumping mirip gerak kalang kinantang, yaitu
gong, kenong, kemanak, dan ketipung. Sebelum merentang ke arah samping, dengan sikap jari
Gendhing Anduk dimainkan, didahului dengan tangan ngruli, ngithing, nyempurit seperti yang
sesaji khusus, yang diperuntukkan bagi Kanjeng dikenal dalam gerak tari Jawa pada umumnya.
Ratu Kidul, Panembahan Senopati, dan Sultan
Agung.

Ensiklopedi Kotagede 55
SENI DAN PERTUNJUKAN

Jathilan

Adapun jenis instrumen musik pengiringnya juga melakukan atraksi-atraksi berbahaya yang tak
terdiri atas bende, kendang, saron, terbang, dapat dinalar oleh akal sehat. Di antaranya adalah
angklung, dan kecer. Alat-alat tersebut digunakan mereka dapat dengan mudah memakan benda-
dengan cara yang berbeda-beda antara satu daerah benda tajam sperti silet, pecahan kaca, atau bahkan
dengan daerah lain. Dalam jathilan ini dikenal lampu tanpa terluka atau merasakan sakit. Dan
juga tembang-tembang Jawa seperti Kinanti, ketika mereka dilecuti dengan cambuk atau cemeti
Dhangdanggula, Sinom, Pangkur dan sebagainya. pun, tubuh mereka tidak memar atau tergores.
Lagu-lagu itu dinyanyikan oleh Bajer dan Pentul,
dengan tujuan untuk menambah kesemarakan Kasidah
pertunjukkan. Bentuk seni musik yang berlatar belakang budaya
Islami yang biasanya dibawakan oleh kalangan
Pakaian penari terdiri dari celana panji hitam, baju wanita yang juga berkembang menjadi seni tradisi
putih, rompi hitam, kain panjang, setagen, timang, di Kotagede. Pada mulanya merupakan sajak lirik
kamus. Selain itu mereka biasanya memakai dengan metrum yang sesuai untuk dinyanyikan
kacamata hitam. Di beberapa daerah pakaian atau disenandungkan, baik secara tunggal atau
penari ini malah mirip dengan pakaian wayang paduan suara, atau yang kemudian berkembang
orang. Pemain yang bertugas mengawasi itu adalah dalam bentuk koor dimana penyanyi tunggal
yang terpenting dalam jathilan ini. besahut-sahutan dengan paduan suara. Isinya
berupa pengagungan terhadap keesaan Allah,
Dia adalah dukunnya dan dia ”mengendalikan” roh kebesaran Rasulnya, ajakan untuk beramal dan
halus yang merasuki para penari. Para penari yang berbuat baik, berjihad di jalan Allah serta anjuran
umumnya menggunakan kuda kepang – bambu untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi
yang dianyam menyerupai kuda. Para penari ini segala laranganNya.

56 Ensiklopedi Kotagede
SENI DAN PERTUNJUKAN

Sebagai alat musik pengiring biasanya digunakan rebana, yaitu alat musik
musik pukul yang berbentuk pipih agar mudah dipegang. Dewasa ini juga
menggunakan alat-alat musik yang lebih modern. Jenis genre kasidah yang
diiringi alat musik, sering juga disebut musik gambus.

Karawitan
Dari bahasa Kawi, rawit, dengan beberapa arti misalnya lombok, merajang,
mengiris, indah karena halus adalah gambaran untuk tujuan penciptaan
kesenian, bahwa seni mengandung asas kehalusan, dan kehalusan itu
merupakan syarat keindahan. Tetapi pengunaan istilah karawitan khusus
untuk musik tradisional yang bertalian dengan pakem tertentu.

Upacara Kepelan
Tradisi upacara pada zaman Panembahan Senapati akan berangkat kemedan
perang, dengan membagikan makan kepada para prajuritnya nasi yang
dikepel-kepel (diremas-remas sehingga membentuk kepalan tangan) dengan
tangannya sendiri. Saat ini tradisi Upacara Kepelan ini menjadi bagian dari
rangkaian Upacara Garebeg Maulud Dal. Nasi kepelan tersebut sebelum
dimasak, di-lakukan acara ritual di dalam Kraton terlebih dahulu, dengan
menggunakan dua periuk pusaka, yaitu Kanjeng Kyai Berkat, dan Nyai
Mrica. Upacara ini relevan dimanfaatkan sebagai obyek Pariwisata dengan
mengemasnya sebagai upacara tradisi yang berkualitas tonton.

Keroncong
Keroncong adalah musik yang sudah lama berkembang di Indonesia dengan
irama khas. Pada awalnya untuk memainkan keroncong terdiri dari alat-alat
akustik, seperti: bas benthot, cello pethik, melodi gitar, ukulele, dan chack.
Alat-alat tersebut masih ditambah dengan perlengkapan lain seperti biola,
dan flute. Biasanya keroncong dimainkan oleh tujuh orang. Tetapi semakin
banyak semakin baik.

Keroncong

Ensiklopedi Kotagede 57
SENI DAN PERTUNJUKAN

Keroncong dapat dibagi sekurang-kurangnya dalam empat jenis: 1)


Keroncong asli dengan lagu-lagu, Dewi Murni, Telomoyo, dan Keroncong
Suci. 2) Langgam Keroncong, dengan lagu-lagu, Kota Solo, Rangkaian Melati
dan Sungai Serayu. 3) Stambul I, dengan lagu-lagunya, Baju Biru, Stambul
Kecewa dan Terkenang. 4). Stambul II, dengan lagu-lagunya, Yen Ing Tawang
Ana Lintang, Lara Branta dan Wuyung.

Di Kotagede, kelompok dan perkumpulan keroncong berkembang dengan


pesatnya. Ada beberapa aliran keroncong seperti, Keroncong Dhangdhut,
Keroncong Campursari dan Keroncong Rock. Kelompok sejenis
perkembangannya cukup pesat, bahkan ada beberapa kelompok yang lain,
antara lain: Angkasa, Bhagaskara, Cahaya Muda, Candrakirana, Citra Nada,
Dasa Irama, Gema Sangkakala, Irama Asih, Irama Asti, Kharisma, Nada
Kencana, Ngesti Irama, Sederhana, Sehati, Setia Nada dan Sinar Baru.

Kethek Ogleng
Suatu pertunjukkan tradisional yang berbentuk dramatari. Kesenian ini
berkembang di Kabupaten Bantul. Pada tahun 1927 seni pertunjukkan itu
dibina oleh Nyonya Harjo Utomo dari pertunjukkan barangan atau ngamen,
yang setiap hari keluar masuk desa untuk mencari nafkah bagi kelangsungan
hidup para anggotanya. Pertunjukan dapat diselenggarakan siang hari atau
malam hari. Berlangsung selama dua jam dan tempatnya di halaman atau
di dalam rumah. Biasanya diadakan untuk menyemarakan pesta perkawinan,
khitanan, kaulan dan perayaan bersih desa.

Penari terdiri dari lima orang pria yang masing-


masing memerankan tokoh-tokoh cerita Panji,
seperti Endang Roro Tempe, Panji Putro, Sebut,
Pleret dan Kethek Ogleng. Dialognya memakai
bahasa Jawa, diiringi seperti wayang orang Jawa.
Iringannya terdiri dari kendhang, ketimpung,
gender, gong, slenthem, kempul dan saron.
Gendhing musik pengiringnya ialah pangkur,
bendrong, dan cerita ganjur.

Diceritakan bagaimana Endang Roro Tempe


disuruh oleh Mbok Rondo Dhadapan untuk
mengantar makanan Panji Putro ke sawah. Di
tengah jalan ia dihadang oleh Kyai Kethek Ogleng
yang ingin memperistrinya. Panji Putro dan
Endhang Roro Tempe menjadi istri Panji Putro.

58 Ensiklopedi Kotagede
SENI DAN PERTUNJUKAN

Kethoprak

Kethoprak
Drama rakyat tradisional yang berasal dari Jawa berkat usahanya dalam mengembangkan tehnik
Tengah, tetapi kemudian juga berkembang di panggung disertai dengan eksperimen-eksperimen
Jawa Tengah, tetapi kemudian berkembang baru yang banyak yang berhasil, misalnya dekorasi
juga di Jawa Timur. Pada awal pertunjukkan yang dilengkapi dengan teknik tertentu sehingga
ini mengutamakan tari dan nyanyi, tetapi pada mendekati pemandangan yang realistis. Justru
perkembangan selanjutnya lebih mengutamakan karena banyaknya pembauran yang diadakan,
segi dramatiknya. Konon yang menciptakan Kethoprak Siswo Budoyo mendapat sebutan
kethoprak ini adalah R.M. Wreksodiningrat dari Kethoprak Gaya baru. Pengaruhnya sangat besar
Surakarta pada tahun 1914. terhadap perkumpulan-perkumpulan Kethoprak
di kota-kota lain.
Para pemainnya terdiri dari pria dan wanita dan
jumlahnya tergantung pada lakon yang akan Pada umumnya perkumpulan kethotrak dapat
dipentaskan. Semula pemain kethoprak hanya pria mengelola organisasinya dengan baik. Umum tepat
saja meskipun untuk peran wanita, namun dalam sasinya dengan baik. Untuk tempat pertunjukkan
perkembangannya baik di Jawa Tengah maupun didirikan bangunan non permanen di pusat-pusat
di Jawa Timur tidak lagi terjadi travesi itu. Lakon- keramaian di dalam kota yang menjual karcis
lakon Kethoprak berkisar pada cerita Panji dan yang dibagi-bagi menjadi beberapa kelas. Lama
siklus cerita Menak. pertunjukkan biasanya empat jam atau lebih,
yaitu mulai jam 8 sampai jam 12 malam. Sekarang
Perkumpulan kethoprak yang terkenal adalah Siswo pergelaran Kethoprak telah banyak di kasetkan dan
Budaya dari Tulungagung, di bawah pimpinan beredar luas di kalangan penggemarnya.
Siswondo. Ketenaran perkumpulan tersebut

Ensiklopedi Kotagede 59
SENI DAN PERTUNJUKAN

Khairunissa Samroh Campursari Langendrian


Merupakan kelompok seni campursari khas dari Tari klasik tradisional gaya Yogyakarta yang
Kotagede yang menggabungkan irama campursari membawakan cerita Damarwulan. Para penari
dengan samroh, sehingga menonjol sebagai dalam posisi berjongkok, dialog diucapkan dalam
kesenian campursari yang bernafaskan Islami. tembang.

Kirab Langendriya timbul atas ide Purwodiningrat,


Merupakan bagian dari upacara perkawian yaitu menantu Sultan Hamengku Buwana VI.
tradisional, berupa arak-arakan yang terdiri dari Sebagai awalnya, kegiatan menari dan karawitan
domas, cucuk lampah, dan keluarga dekat untuk tiap bulan Puasa dihentikan dan diganti dengan
menjemput atau mengiringi pengantin yang akan acara macapat yaitu membaca Kitab Babad dengan
keluar dari tempat panggih ataupun akan memasuki ditembangkan. Kemudian tiap pembaca diberi
peranan sesuai dengan ketrampilan tokoh cerita
tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol
itu diberi pakaian yang tertata rapi dan duduknya
penghormatan kepada kedua pengantin yang
saling berhadapan di tengah-tengah pendapa.
dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak
Mereka mengambil tempat masing-masing
dapat memimpin dan membina keluarga dengan dengan berjalan berjongkok, sesuai kebiasaan di
baik. Upacara ini relevan dimanfaatkan sebagai lingkungan keluarga raja.
obyek Pariwisata dengan mengemasnya sebagai
upacara tradisi yang berkualitas tonton. Pangeran Mangkubumi, yaitu putra Sultan
Hamengku Buwana VI setelah menyaksikan
Sholawatan Campursari Kyai Gedhong kegiatan tersebut lalu mengusulkan agar para
Merupakan kelompok campursari khas Kotagede, pembaca juga menari sambil berjongkok, dan setiap
dengan menyajikan syair-syair yang disholawatkan. peranan dilakukan oleh seorang. Peranan putri
Kelompok Sholawatan Campursari Kyai Gedhong, dilakukan oleh penari pria. Usul itu dilaksanakan
memelopori perubahan syair-syair campursari yang dan karena biaya besar lalu diserahkan kepada
cenderung saru, menjadi campursari Islami yang Pangeran Mangkubumi. Dan akhirnya terciptalah
disarikan dari Al-Qur’an dan Al Hadist. Langendriya yang mendapat dukungan dari Sri
Sultan Hamengku Buwana VI.
Kelompok Sholawatan Campursari Kyai Gedhong
Selanjutnya tari Langendriya ini dikembangkan
dirintis pada bulan Syawal 1422 H. Yang dirintis
oleh KRT Wiroguno, putra Pangeran
oleh Slamet Mulyono dengan teman-temannya,
Mangkubumi, seorang empu gendhing yang wafat
sebagai penyaluran dari kejenuhan yang saat itu
pada tahun 1935.
muncul di lingkungan anggota Pengajian Rutin
Malam Jum’at Pahing. Kelompok campursari ini Pakaian penari untuk peranan putri seperti
berhasil menyemarakkan pengajian, diawali pada pakaian tari Srimpi, sedang pakaian penari pria
saat pelantikan pengurus PRM Gedhongan. terdiri dari celana kain baju, ikat kepala, sampur,
kalung (berwarna atau tidak) keris memakai oncen
Kelompok Sholawatan Campursari Kyai Gedhong (rangkaian melati) srempang di antaranya ada yang
anggotanya terdiri atas 30 orang, bapak-bapak, memakai songkok (hiasan kepala).
ibu-ibu, dan remaja. Bertujuan untuk melakukan
dakwah kepada masyarakat, sekaligus mengikuti
perkembangan atau trend, dengan mengadopsi
pola dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.
Kelompok ini menyelenggarakan latihan setiap
malam Ahad di serambi Mesjid Nurul Iman
Gedhongan.

60 Ensiklopedi Kotagede
SENI DAN PERTUNJUKAN

Macapat Ongklek Oncor Mataram


Puisi berbahasa Jawa baru yang memperhitungkan Kelompok seni tradisional yang mengembangkan
jumlah baris untuk tiap bait, jumlah suku kata tiap kesenian ongklek di Kotagede. Seni pertunjukkan
baris, dan vokal akhir baris; baik jumlah suku kata ini sepintas mirip dengan angguk dan montro.
maupun vokal akhir tergantung atas kedudukan Dalam pementasan, ongklek lebih banyak
baris bersangkutan pada pola metrum yang menampilkan nyanyian dan gerak tari dengan
digunakan; di samping itu pembacaannya pun diiringi alat musik yang disebut terbang (rebana).
menggunakan pola susunan nada yang didasarkan Cara membunyikannya alat ini dengan dipukul
pada nada gamelan; secara tradisional terdapat dengan telapak tangan.
15 pola metrum macapat, yakni dhandhang
gula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil, Purbakala, Siteran
kinanthi, maskumambang, pucung, jurudemung, Kelompok seni Siteran di Kotagede yang
wirangrong, balabak, gambuh, megatruh, dan menggunakan instrumen musiknya antara lain:
girisa. siter barung, siter penerus, siter peking, siter
penembung, kendhang ciblon kecil, dan gong
Karawitan Ngestiwirama bimbung.
Kelompok yang ingin melestarikan budaya seni
yang beralamat di Kampung Jagalan, Kotagede. Ciri khas dari kelompok seni ini adalah, selain
Kelompok ini menjadi khas, karena beranggotakan instrumen yang lazim digunakan oleh siteran pada
ibu-ibu. Seni Karawitan adalah seni gamelan umumnya, yakni peran gong bumbung digantikan
warisan nenek moyang dan salah satu unsur dengan gong gendul (botol bekas minuman).
budaya daerah yang berlaraskan slendro dan pelog,
sebagian retmisnya. Cara memainkan alat ini Qasidah
dapat diklasifikasikan menjadi instrumen pukul Bentuk seni musik yang berlatar belakang budaya
(isiophone) dan instrumen tiup (airophone), Islami yang biasanya dibawakan oleh kalangan
instrumen kebuk (membranphone). Kesenian ini wanita yang juga berkembang menjadi seni tradisi
hidup dan berkembang sejak Keraton Mataram, di Kotagede. Pada mulanya merupakan sajak lirik
dan berkembang di Kasultanan Yogyakarta pada dengan metrum yang sesuai untuk dinyanyikan
pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana 1 atau disenandungkan, baik secara tunggal atau
tahun 1756, dan bertahan sampai saat ini. paduan suara, atau yang kemudian berkembang
dalam bentuk koor dimana penyanyi tunggal
Dalam perkembangannya karawitan banyak besahut-sahutan dengan paduan suara. Isinya
diminati oleh masyarakat dengan mendirikan berupa pengagungan terhadap keesaan Allah,
kebesaran Rasulnya, ajakan untuk beramal dan
kelompok-kelompok. Karawitan di Kotagede ada
berbuat baik, berjihad di jalan Allah serta anjuran
beberapa kelompok, antara lain: Kartika Laras,
untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi
Langen Laras Rini, Laras Surya Menthaok, Manda
segala laranganNya.
Laras, Marsudi Budhaya, Puspa Kawilarang, Puspa
Madya, Puspa Rini. Sebagai alat musik pengiring biasanya digunakan
rebana, yaitu alat musik musik pukul yang
berbentuk pipih agar mudah dipegang. Dewasa
ini juga menggunakan alat-alat musik yang lebih
modern. Jenis genre kasidah yang diiringi alat
musik, sering juga disebut musik gambus.

Ensiklopedi Kotagede 61
SENI DAN PERTUNJUKAN

Gejog Lesung

Gejog Lesung
Salah satu kesenian tradisional di Kabupaten karena dinilai kurang dapat memperoleh hasil yang
Bantul yang berkembang dalam nuansa masa banyak.
panen padi, adalah Gejog Lesung. Kesenian rakyat
ini berasal dari suara alu atau alat dari kayu yang Kini, lesung tetap dilestarikan sebagai kesenian
dipukul-pukulkan secara teratur pada kayu besar tradisional. Suara alu yang dipukul-pukulkan
yang dibuat seperti perahu yang disebut lesung. pada lesung secara berirama itulah letak seninya.
Pada umumnya, lesung dibuat dari kayu nangka Penabuhnya sekitar lima sampai enam orang.
atau munggur. Untuk memunculkan variasi suasana, kini suara
lesung dipadukan dengan nyanyian tradisonal, yang
Pada jaman dahulu, lesung digunakan oleh dibawakan secara berkelompok. Ada sekelompok
masyarakat pedesaan untuk memisahkan padi orang yang nembang atau menyanyi sambil
dari tangkai-tangkainya. Padi kering dimasukkan lenggak-lenggok menari. Ada pula kelompok yang
ke dalam lesung, kemudian ditumbuk dengan lain menari, meliak-liukkan tubuhnya sambil
alu secara berirama. Setelah jaman kian maju, sekali-kali berputar-putar sebagaimana layaknya
membersihkan padi dengan lesung ditinggalkan, menari dengan iringan gamelan lengkap.

62 Ensiklopedi Kotagede

Anda mungkin juga menyukai