K
arawitan adalah istilah untuk menyebut seperangkat jenis musik tradisional Jawa yang berbentuk
simponi, terdiri atas alat-alat musik tabuh (pukul), perkusi, tiup, dan gesek. Orkestrasi ini
semula digunakan untuk mengiringi seni resitasi yang berisi puji-pujian (macapat yang berisi
tembang) pada masa penyebaran agama Islam oleh para wali. Kemudian karawitan juga digunakan untuk
mengiringi tari-tarian dan upacara-upacara tradisional. Alat-alat musik jenis ini sebenarnya telah dikenal
pada masa klasik di Indonesia, baik berdasarkan sumber prasasti maupun relief candi, hanya jumlah dan
jenisnya masih terbatas (Timbul Haryono, 1992: 6).
Adangiyah Ayak-ayak
Nama dari jenis lagu Rebab dan Bonang yang pada Suatu gending dalam seni karawitan yang mem-
umumnya digunakan untuk Buka, terutama dalam punyai kendangan yang dinamai Kendangan Patut.
gending-gending yang berlaras Pelog. Notasi untuk Kendangan Patut adalah suatu kendangan yang
laras Pelog Lima: 5555 .3.3 .12. …5, untuk laras tidak ada notasinya, memukulnya asal selaras
Pelog Nem: 6666 .3.3 .12. …6, untuk laras Pelog dengan gendingnya atau gending Ayak-ayak
Barang: …3 .272 .766, masing-masing dibunyikan tersebut. Gending ini biasanya untuk mengiringi
dua kali kemudian disambung dengan gendingnya. wayang kulit, wayang orang, srimpi, dan bedhaya.
Ambah-ambahan Ayun-ayun
Tempat berpijaknya suatu nada dalam suatu Nama gending, bisa laras Pelog patet Barang
tembang atau gending. Umpamanya ambah- Kendangan Ladrang, juga bisa laras Slendro patet
ambahan Rebab, ambah-ambahan Sinden, ambah- Manyura kendangan Ladrang. Digunakan untuk
ambahan Gambang, dan ambah-ambahan Bonang mengiringi tari Golek Ayun-ayun juga untuk uyon-
yang berkisar pada nada rendah dan nada tinggi. uyon.
Babarlayar Barung
Gending laras pelog patet lima, kendangan Mawur Istilah ini digunakan untuk memberi nama salah
Tungkakan, ketuk 4. Ada juga gending Babarlayar satu ricikan gamelan Jawa, yaitu Gender Barung
laras pelog patet. Barang, kendangan Mawur, ketuk dan Bonang Barung.
4 awis. Juga ada gending Babarlayar laras pelog
patet lima, kendangan Ladrang kendang 2. Gending Batangan
ini biasanya disajikan secara soran (instrumental), Nama salah satu ricikan (instrumen) kendang
tetapi juga digunakan untuk mengiringi tari dalam karawitan Jawa.
Bedhaya Babarlayar.
Bawa Swara
Balungan Tembang yang dipergunakan untuk memulai atau
Istilah dalam karawitan Jawa yang berarti kerangka mengawali suatu gending, bisa dilakukan oleh pria
atau lagu pokok dari gending. Kata balungan maupun wanita.
berasal dari kata balung yang berarti tulang
kerangka. Tetapi yang dimaksud balungan di Bedug
sini adalah kerangka dari suatu gending. Ricikan Dalam gamelan Jawa, bedug berfungsi sebagai
yang biasa memainkan balungan antara lain yaitu pengganti kendang ageng, meskipun tidak semua
Bonang Barung, Slentem, Saron Demung, dan gending kendang agengnya bisa diganti dengan
Saron Ricik. Biasanya mbalung terjadi pada bagian bedug. Gending-gending yang kendang agengnya
permulaan gending sehabis buka, yang iramanya bisa diganti dengan bedug yaitu Gending Ketawang
berjalan agak cepat dan sulit untuk memberi yang disajikan secara soran, yakni gending untuk
pengembangan permainannya, yaitu pada bagian mengiringi Tari Lawung, Gending-gending Gati
lamba. untuk mengiringi kapang-kapang (majunya) Tari
Bedhaya dan Tari Srimpi, juga gending-gending
Barang Miring enjeran pada Beksan Gagahan.
Nama laras gamelan yang laras bakunya slendro,
tetapi pada vokal atau suara rebab dicampur Bem
dengan laras-laras vokal pelog. Nada Gamelan Pelog dengan nada angka satu.
Benda
Clempung Dados
Adalah termasuk golongan ricikan petik. Ricikan Dados merupakan bagian kelanjutan dari Lamba
ini sejenis siter yang dimainkan dengan petikan (lihat Lamba) yang disajikan dalam irama
kuku ibu jari tangan. Dalam seperangkat gamelan dados (jadi), bisa jadi irama I maupun irama II,
ada 3 buah clempung. Satu untuk gamelan laras suatu irama yang telah mapan dan dilakukan
Slendro dan dua untuk laras Pelog, satu untuk laras menurut kebutuhan. Bagian ini pada umumnya
Pelog Bem dan satu lagi untuk laras Pelog Barang. menggunakan balungan mlampah, yakni hampir
setiap gatra berisi nada, namun tidak menutup
kemungkinan ada suatu gending dengan balungan
nibani.
Gangsaran Gender
Salah satu struktur bentuk gending yang biasa Ricikan gamelan yang berbentuk bilahan yang
dipergunakan dalam pertunjukan wayang wong direntangkan dengan tali pluntur (lihat Pluntur)
(wayang orang) dan untuk mengiringi beksan pada rancakan (lihat Rancakan) berjumlah 13 ada
Lawung di Kraton Yogyakarta. Gending Gangsaran yang 14 bilah, di bawah tiap bilah diberi tabung
ini memiliki 32 pukulan saron pada setiap gong- dari bambu atau seng (lihat Bumbungan) sebagai
an, pada umumnya gending ini dimainkan dengan alat resonator.
tempo cepat.
Garap Gender Barung
Teknik memainkan melodi gender, rebab, dan Nama ricikan gamelan dari logam yang berbentuk
bonang dalam suatu gending tertentu. Di dalam arti bilahan, seringkali hanya disebut gender. Gender
yang luas ialah cara memainkan suatu bentuk lagu Barung juga menggunakan bumbungan, berjumlah
atau gending. tiga rancak, yaitu satu rancak laras slendro, satu
rancak laras pelog bem, dan satu rancak lagi untuk
Gatra laras pelog barang yang masing-masing rancakan
(1) Kelompok tiap-tiap lagu pokok atau balungan biasanya berisi 14 bilah, mulai dari nada 6 rendah
(lihat balungan). (2) Baris dalam tembang Jawa sampai dengan nada 3 tinggi.
yang jumlah suku katanya tertentu.
Gender Panembung
Gayor Adalah ricikan bentuk bilah berukuran besar
Terbuat dari kayu jati atau nangka berbentuk bulat yang menggunakan tabung atau bumbungan yang
dengan garis tengah kurang lebih 12 cm, panjang dibuat dari bambu atau seng sebagai resonator.
kira-kira 2,5 m, diberi dua buah kaki tempat Gender panembung ada dua rancak, yaitu satu
menggantungkan kempul dan gong. Bentuk gayor rancak untuk laras pelog yang terdiri dari tujuh
ada yang polos tanpa hiasan, dan bentuk nagan bilah, dan satu rancak lagi untuk laras slendro yang
dengan ukiran dua ekor naga. Di samping itu ada berisi enam bilah. Dalam perkembangannya untuk
pula gayor dengan hiasan lung-lungan. Bagian gayor laras slendro ada juga yang berisi tujuh bilah.
meliputi dudur, cantelan, menuran, godegan, adeg-
adeg, gegelan, dan dumpul. Gender Panerus
Gender panerus bentuknya lebih kecil daripada
Gegesan gender barung. Berjumlah tiga rancak, yaitu satu
Bagian bahu yang paling bawah, merupakan bibir rancak laras slendro, satu rancak laras pelog bem,
dari lubang kenong, kempul, dan gong. dan satu rancak lagi untuk laras pelog barang yang
masing-masing biasanya berisi 14 bilah, mulai dari
nada 6 rendah sampai dengan nada 3 tinggi.
Genderan
(1). Susunan ricikan gamelan yang terdiri dari gen
der barung, gender panerus, gambang, kend
ang, gong (kemodong), dan suling.
(2). Teknik memainkan gender.
Gending
Susunan nada dan suara berirama yang terbentuk
menjadi satu lagu atau komposisi. Lagu atau
gending ialah irama yang dapat didengar yang
dihasilkan oleh seperangkat gamelan.
Gendreh
Adalah nama gending yang mempunyai laras pelog
patet barang, kendangan semang ketuk 4.
Gerongan
(1). Berasal dari kata gerong yang berarti kompo
sisi tembang yang merupakan bagian dari
sebuah gending. Gerong juga bisa berarti
wiraswara (penyanyi).
(2). Gerongan adalah nembang (menyanyi) ber
sama diiringi gamelan.
Gesang
Pergantian permainan gamelan dari pukulan pelan-
pelan atau rep, menjadi keras.
Gong
Adalah salah satu nama instrumen gamelan Jawa yang berbentuk pencon. Gong
biasanya berdiameter kurang lebih 90 cm, terbuat dari bahan perunggu atau
gangsa, yaitu suatu campuran dari tembaga dan rejasa (campuran timahsari
dengan gluga). Gong digantungkan pada gayor (lihat gayor). Cara memainkannya
dipukul pada penconnya.
Gong Ageng
Dalam seperangkat gamelan ageng yang lengkap biasanya mempunyai dua buah
gong ageng, yang masing-masing bernada dada (3) rendah dan lima (5) rendah.
Gong Suwukan
Dalam seperangkat gamelan ageng yang lengkap, untuk laras slendro terdapat tiga
buah pencon, yang nadanya: jangga (2) rendah, barang (1) rendah, dan nem (6)
rendah, sedangkan untuk laras pelog terdapat tiga buah pencon, yang nadanya:
jangga (2) rendah, bem (1) rendah, dan barang (7) rendah.
Grambyangan
Sasmita atau tanda yang menunjukkan patet (lihat patet), dengan membunyikan
nada-nada pokok. Biasanya dimulai dari kempyung dan dilakukan oleh gender
barung.
Guntur Sari
Nama gamelan pusaka Kraton Yogyakarta yang dibuat semasa pemerintahan
Sultan Hamengku Buwana I, dan memiliki laras pelog. Biasanya gamelan ini
khusus untuk mengiringi beksan Lawung.
Irama Kenceng
Suatu bentuk teknik memainkan gamelan dengan menggunakan irama yang
cepat, sehingga para pemukul gamelan memainkan gending dengan lebih cepat.
Irama kenceng biasanya terdapat di dalam jenis gending yang menggunakan
bentuk kendangan gembyakan/tledekan dalam irama wilet rangkep.
Jagra
Tempat untuk menggantungkan bedug.
Janget
Disebut juga ulur-ulur, yaitu semacam tali yang dibuat dari kulit lembu atau
kerbau yang sudah kering dibentuk pipih sebesar kurang lebih 1 cm, sering ada
yang berbentuk bulat pipih ada yang persegi. Janget adalah bagian dari kendang
yang berfungsi sebagai alat pengenceng tebokan (lihat Tebokan).
Jendra
Dawai rebab dengan laras nada 2 atau jangga, dawai yang sebelah kiri dari
pemain rebab. Apabila memainkan gending yang berpatet 5 maka dawai jendra
ini dilaras dengan nada 1 atau bem.
Jineman
Salah satu tembang/gending Jawa yang didahului dengan buka dari suara
menggunakan syair yang dibuat secara khusus. Tembang/gending ini bersuasana
senang dan diiringi dengan ricikan tertentu.
Jurudemung Karawitan
Nama sebuah gending yang mempunyai laras pelog Jenis musik tradisional Jawa yang larasnya (tata
patet 5 kendangan ladrang kendang 2. nadanya) disebut slendro dan pelog. Secara umum
mempunyai arti lagu-lagu yang menggunakan
Kalajengaken gamelan sebagai iringan. Karawitan gaya
Kata kalajengaken merupakan istilah bahasa Jawa Yogyakarta diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku
yang berarti dilanjutkan. Di dalam istilah seni Buwana I. Karawitan ini pada umumnya disajikan
karawitan, kalajengaken berarti bentuk gending yang dalam bentuk soran, tetapi ada juga yang disajikan
beralih ke gending lain yang tidak sama bentuknya. dengan garap lirihan, bahkan untuk mengiringi
Misalnya Ladrang Pangkur kalajengaken Ketawang tarian bedaya dan srimpi serta wayang wong. Ciri-
Madumurti, maksudnya adalah setelah gending ciri garap (tabuhan) yang khusus Karawitan Gaya
Ladrang Pangkur selesai dimainkan, kemudian Yogyakarta sebagai berikut:
tanpa berhenti dilanjutkan dengan beralih ke
gending Ketawang Madumurti. 1. Prinsip gending disajikan secara soran.
2. Bonang nglagu.
Kanca Gerong 3. Pada gending tertentu Demung imbal.
Vokalis pria yang bertugas mengisi suara pada 4. Pada gending tertentu saron ricik mancer.
gending-gending dalam karawitan. Kanca Gerong 5. Slentem (Gender Panembung)
sering pula disebut penggerong atau wiraswara. mbandul/ngenyut.
6. Ketuk tidak nitir.
Kancil Belik, Kangjeng Kyai 7. Bonang Panembung nibani.
Nama gamelan pusaka Kraton Yogyakarta, gamelan 8. Kempul pada gending Ketawang dua kali
ini ditemukan oleh Pangeran Mangkubumi yang dalam satu gongan.
kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwana I 9. Pada gending Ketawang dikenal
di sebuah belik (mata air yang berada di pinggir irama satu (sesegan).
sungai) yang berada di bawah sebuah pohon 10. Pada gending tertentu dikenal penggunaan
kapuk. Ketika kolam (belik) itu diperluas tiba-tiba Bedug dan Kenong Japan.
ditemukan ricikan gong dan bilahan-bilahan ricikan 11. Lagu suling sejalan dengan Sindenan.
gamelan dari tembaga (tanpa racakan) di dalam 12. Tabuhan Gambang banyak ngukel.
belik itu. Kemudian, gong-gong dan bilahan- 13. Kendangan mempunyai banyak tepakan.
bilahan tembaga tersebut diperbaiki dan dibuatkan 14. Peking ditabuh sungsun, mendahului
rancakan dan gayor serta dibuatkan ricikan-ricikan dan tidak miraga.
yang lain untuk melengkapi satu set gamelan, dan 15. Bonang Panerus ditabuh menonjol.
Kangjeng Kyai Kancil Belik larasnya adalah pelog.
Kaseling
Gending baku yang beralih ke gending lain kemudian kembali pada gending
pertama.
Kecer
Kecer merupakan salah satu ricikan pada karawitan gamelan Jawa. Pada karawitan
Jawa, dibutuhkan kecer empat buah, dua buah diletakkan di rancakan, dan dua
buah lagi digantung di gayor gong. Namun biasanya ricikan ini hanya ada pada
gamelan kraton saja, dan digunakan untuk mengiringi Beksan Lawung.
Kecer Rojeh
Jenis kecer dengan bentuk mirip tempurung, berjumlah enam buah dan direnteng
menjadi satu. Kecer ini bentuknya cekung dengan garis tengah 40 cm dan
tebalnya 15 cm. Cara menabuhnya dengan pukulan saron dan digunakan dalam
gamelan Monggang (lihat Monggang) dan Kodok Ngorek (lihat Kodok Ngorek).
Kemanak
Alat musik pukul di dalam gamelan, bentuknya mirip dengan buah pisang,
berlubang, memanjang, dan mempunyai ekor sebagai pegangan. Kemanak dibuat
dari lembaran plat perunggu yang dilengkungkan, tanpa kedua sisinya bertemu.
Kemanak dipukul dengan alat pemukul mirip pemukul bonang, dan setiap kali
ibu jari tangan yang memegangnya menekan pada mulut kemanak sehingga
nada yang nyaring menjadi bersuara lebih melengking dan sekaligus terhenti
bunyinya. Kemanak ini dipukul (dibunyikan) oleh dua orang bergantian.
Kempul
Nama ricikan gamelan, bentuknya pencon dan digantungkan pada gayor (lihat
gayor). Untuk gamelan laras slendro terdapat lima buah pencon, yang nadanya:
dada (3), lima (5), nem (6), barang (1), dan jangga (2), sedangkan untuk gamelan
laras pelog terdapat enam buah pencon, yang nadanya: dada (3), lima (5), nem (6),
barang (7), panunggul/bem (1), dan jangga (2).
Kempyang
Nama salah satu ricikan gamelan berbentuk pencon dan terbuat dari logam
yang diletakkan pada sebuah rancakan, bentuknya seperti bonang panerus. Satu
rancakan kempyang berisi dua buah pencon dengan nada barang (7) dan nada
enem (6), umumnya terdapat pada gamelan laras pelog. Cara memukulnya
ditabuh bersama-sama dengan menggunakan dua buah alat yang disebut bindi.
Kendang
Gandrung-gandrung, 9) Kendangan Gandrung- laras slendro, 6) Kendangan Semang Alit untuk laras
gandrung, 10) Kendangan Gending Pakurmatan, pelog, 7) Kendangan Semang Ageng untuk laras
yang terdiri dari Monggang, Nalaganjur, dan Kodok pelog, 8) Kendangan Mawur untuk laras slendro
Ngorek. Untuk kendangan Ladrang Gangsaran dan dan laras pelog, Jenis Kendangan Kendang Setunggal
Ladrang Sabrangan juga Ketawang Soran kendang dipakai untuk nama gending juga seperti Gending
kalih, yang digunakan adalah kendang ketipung dan Lahela, Gending Candra, Gending Sarayuda,
bedug sebagai pengganti kendang ageng. Di samping Gending Jangga, Gending Semang, dan Gending
itu terdapat Kendangan Ladrang Gangsaran khusus Mawur.
atau pamijen untuk Gending Bima Kurda. Di samping itu masih ada jenis Kendangan
Adapun kendangan Kendang Setunggal terdiri dari Kendang Setunggal khusus (pamijen) seperti
2 macam yaitu: Kendangan Kendang Setunggal Kendangan Mawur Tungkakan khusus untuk
untuk jenis gending-gending alit dan Kendangan Gending Glendeng, Slebrak, Klentung. Kendangan
Kendang Setunggal untuk gending tengahan dan Barong Sekepak untuk Gending Cengbarong.
gending ageng. Kendangan Bandolan untuk Gending Carang
Gantung (untuk gending yang sifatnya bandol atau
Kendangan Kendang Setunggal untuk jenis gending jenaka). Dalam pelaksanaannya, kendang setunggal
alit meliputi: 1) Kendangan Ketawang untuk laras diiringi dundungan dengan menggunakan kendang
slendro dan pelog, 2) Kendangan Ladrang untuk ketipung atau penuntung.
laras slendro dan pelog, 3) Kendangan Pinatut
(disesuaikan) untuk Ayak-ayak. Di samping itu ada Kenong Japan
kendangan khusus (pamijen) seperti Kendangan Nama ricikan gamelan, berbentuk seperti kenong
Ladrang Sekar, Laraciblon, dan Ladrang Dempel. tetapi lebih datar. Kenong Japan untuk laras slendro
dan pelog, bernada 5 besar, biasanya digunakan
Kendangan Kendang Setunggal untuk gending untuk gending-gending bentuk Gangsaran,
tengahan dan gending ageng meliputi: 1) Kendangan Lancaran, Bubaran, Ketawang, Ladrang apabila
Lahela (Lala), laras slendro dan pelog, 2) Kendangan dimainkan secara soran (lihat Soran). Apabila tidak
Candra untuk laras slendro, 3) Kendangan Sarayuda ada Kenong Japan maka digunakan kenong yang
untuk laras pelog, 4) Kendangan Majemuk untuk bernada 5.
laras slendro dan pelog, 5) Kendangan Jangga untuk
dinamakan Barang, ditembangkan dengan miring lagu atau gending, nada-nada tadi diberi sebutan:
(condong). Dalam laras Barangmiring, bada Barang 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5 (ma), 6 (nem), dan i
ditembangkan kira-kira setengah nada lebih (ji). Laras slendro dapat disusun dalam tiga patet: 1)
rendah. Dalam titinada, nada Barangmiring tadi patet nem, 2) patet sanga, 3) patet manyura.
ditulis dengan angka 1 yang dicoret dengan arah
ke bawah. Di dalam prakteknya ternyata bahwa Larasane Pleng
tidak hanya nada barang saja yang dimiringkan, Seperangkat gamelan di mana nada-nadanya antara
melainkan juga nada-nada lain yang ada dalam laras ricikan yang satu dengan lainnya tepat, sehingga
slendro. Kebanyakan nada-nada yang dimiringkan tidak blero (sumbang).
berkisar pada satu nada di atas atau di bawah nada
dasar dalam tiap-tiap patet. Apabila sebuah tembang Lima
Barangmiring memerlukan iringan gamelan, maka Nama nada di dalam gamelan, untuk pencatatannya
yang digunakan adalah gamelan laras slendro. diganti dengan angka 5 untuk laras slendro dan
pelog.
Laras Pelog
Tangga nada pelog, urutannya nada dari rendah Madukentir dan Siratmadu, Kangjeng Kyai
sampai tinggi adalah: panunggul/bem, gulu/ Gamelan ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan
jangga, dada, pelog, lima, nem, dan barang. Dalam Hamengku Buwana VIII, memiliki laras slendro
komposisi tembang dan gending, nada-nada (Kangjeng Kyai Madukentir) dan pelog (Kangjeng
tersebut diberi sebutan: 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), Kyai Siratmadu). Kedua gamelan ini dibuat pada
5 (ma), 6 (nem), 7 (pi atau tu). Laras pelog dapat tahun 1901 oleh Pangeran Purubaya, yang dua
disusun dalam tiga patet, yaitu: 1) patet lima, 2) puluh tahun kemudian diangkat menjadi Sultan
patet nem, 3) patet barang. Hamengku Buwana VIII. Salah satu keistimewaan
dari gamelan ini dilengkapi ricikan yang disebut
Laras Slendro cluring (lihat Cluring).
Tangga nada slendro, dari rendah sampai tinggi
masing-masing diberi nama: barang, gulu, dada, Madumurti dan Madukusuma, Kangjeng Kyai
lima, nem, dan barang inggil. Dalam komposisi Gamelan ini dibuat pada masa pemerintahan
Sultan Hamengku Buwana VIII, Kangjeng yaitu Kangjeng Kyai Bremala. Pada tahun 1925
Kyai Madumurti mempunyai laras slendro dan Sultan Hamengku Buwana VIII meminjamkan
Kangjeng Kyai Madukusuma mempunyai laras seperangkat gamelan ini untuk sekolah dalang
pelog. Dua gamelan ini dipersembahkan kepada Habiranda.
Sri Sultan Hamengku Buwana VIII oleh etnik
Cina yang bernama Li Jing Kim. Matet
Menekan bilahan yang baru saja ditabuh supaya
Maesa Ganggang, Kangjeng Kyai suaranya tidak mengganggu suara bilahan yang
Gamelan pusaka Kraton Yogyakarta ini dikenal akan ditabuh berikutnya.
dengan sebutan Kebo Ganggang atau Kodok
Ngorek. Gamelan ini dipergunakan untuk Medarsih dan Mikatsih, Kangjeng Kyai
menghormat keluarnya gunungan pada upacara Dibuat masa pemerintahan Sultan Hamengku
garebeg, menghormat khitanan putra/putri Sultan Buwana VII, Kangjeng Kyai berlaras slendro,
(supitan dan tetesan). sedangkan Kangjeng Kyai Mikatsih berlaras pelog.
Merak Kesimpir
Marikangen, Kangjeng Kyai Adalah nama gending yang mempunyai laras
Nama gamelan pusaka Kraton Yogyakarta berlaras slendro, patet manyura, kendangan Lahela (Lala).
slendro, diwariskan pada pemerintahan Sultan
Hamengku Buwana II. Awalnya gamelan ini Meyek, Kangjeng Kyai
digunakan di lingkungan istana selama masa Nama salah satu pusaka Kraton Yogyakarta yang
pemerintahan Sultan Hamengku Buwana II berwujud kendang ketipung.
oleh para prajurit Langenkusuma sebagai divisi
pasukan tentara istana, yang secara keseluruhan Mipil Lamba
beranggotakan wanita. Dan semasa pemerintahan Teknik tabuhan bonang dalam irama I.
Sultan Hamengku Buwana VII gamelan ini Contoh:
dipergunakan untuk mengiringi tarian bedaya, 23232121 : mipil lamba
srimpi, wayang wong juga wayang kuli, serata 2 3 2 1 : balungan
dipasangkan dengan gamelan yang berlaras pelog