Demi tercapainya tujuan negara maka terjadilah pergantian kepemimpinan. Kartono (1994: 29-168) mengemukakan
bahwa gaya hidup seseorang mempengaruhi tipe kepemimpinannya. Pemimpin memiliki sifat, kebiasaan, watak, dan
kepribadian yang membedakan dirinya dengan orang lain. Penentuan watak dan tipe pemimpin ditentukan oleh tiga
pola dasar, yaitu berorientasi tugas (task orientation), berorientasi hubungan kerja (relationship orientation), dan
berorientasi hasil yang efekif (effectivess orientation). Tipe kepemimpinan dibagi menjadi delapan, yaitu:
a. Tipe kharismatis
Tipe kepemimpinan ini memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain sehingga jumlah pegawainya
sangat besar dan dapat dipercaya. Pemimpin dengan tipe ini memperoleh kemampuan-kemampuan yang
superhuman dari Tuhan. Kemampuannya tersebut membuat ia memperoleh inspirasi, keberanian, dan memiliki
keyakinan yang teguh pada pendiriannya. Totalitasnya dalam memimpin menjadikannya orang yang
berpengaruh dan memiliki daya tarik yang besar.
Contoh tipe kepemimpinan kharismatis yaitu kepemimpinan Soekarno. Soekarno dianggap memiliki
supernatural power sehingga dapat mengajak orang lain guna berjuang bersama-sama untuk kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia mempunyai kewibawaan dan keberanian untuk mengusir penjajah dari
negara ini. Ia juga mampu menjalin komunikasi yang akrab dengan rakyat dan bawahannya sehingga dapat
menjadikannya Presiden pertama Indonesia.