Anda di halaman 1dari 19

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Posted by' Haryanto, S.Pd onAugust 31, 2010


15

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Setelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada


kesempatan kali ini saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana
tipe kepemimpinan sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena
kepemimpinan sangat berguna sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki
nantinya akan memimpin sebuah keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basabasinya, Menurut beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi
Tipe Kepemimpinan berbagai macam.

Macam macam Tipe Kepemimpinan:


1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,
yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang

tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap overprotective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacaraupacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikankritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
(5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena
itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugastugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien
dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi
yang tepat.

Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:


Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena
pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada
situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada
umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut
diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Read more: KEPEMIMPINAN : Tipe Tipe Kepemimpinan

Pengertian kepemimpinan,Tipe-tipe kepemimpinan, & Teoriteori kepemimpinan


Posted: November 13, 2013 in Uncategorized

> Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan itu termasuk kedalam suatu kerja sama didasarkan kepada kemampuan orang
tersebut, dan kepemimpinan itu juga di ratikan oleh para pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk
berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus
yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh
satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan
dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan
sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono,
2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku
bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
> Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat

Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya


Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifatsifat:
Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
Sukar menerima kritikkan dari bawahan
Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
Bersikap terlalu melindungi
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya.
Sering bersikap maha tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin
memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya
sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin
yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani, asal
kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap tercapai.
Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran
yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh masing- masing anggota.
Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan
organisasional.

Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan
sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari para bawahannya
Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran
sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
>

TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN

1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut
timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh
kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas
seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu
dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas
integratif;
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak
selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan
dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan
akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.

2.

Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika
melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a. konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah
tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan
kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b. berorientasi kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima
perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik
kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi
dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3.

Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan
dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi
organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor
situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;

* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan membaca situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi
tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan
menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model kepemimpinan berikut:
a.

Model kontinuum Otokratik-Demokratik

Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan.
Contoh: dalam hal pengambilan keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil
keputusan sendiri, ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang
berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak
bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi
pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan
bawahan.
b. Model Interaksi Atasan-Bawahan :
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku
pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan
gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan jiwa
bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin
yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan
dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah

* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model Jalan- Tujuan
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan
jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu
kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan
kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan
faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model Pimpinan-Peran serta Bawahan :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan
keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan
oleh bawahannya.
Salah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang
harus ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut didiktekan oleh
situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan melalui proses pengambilan keputusan.
SUMBER :
> http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
>http://sap.gunadarma.ac.id/
> http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
> http://en.wikipedia.org/wiki/Leadership

PENGERTIAN KEPEMIMPINAN, TIPE DAN GAYA


pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam
proses mengontrol gejala-gejala sosial
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi
boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech
dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam
kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana
kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan
kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok
bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi
yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :

Pihak yang berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan melihat bahwa seseorang hanya akan
menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
Kubu yang menyatakan bahwa pemimpin dibentuk dan ditempa berpendapat bahwa efektivitas
kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan
kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang
efektif apabila :
seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan
kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan
latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu
harus dikaji lebih jauh lagi:
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada
kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya
memimpin organisasi lain.
Tipe-tipe Kepemimpinan :
Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa
pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan keakuannya, antara
lain dalam bentuk :
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi,
seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,

yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikapoverprotective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacaraupacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikankritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
(5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena

itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugastugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien
dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi
yang tepat.
Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena
pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada
situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada
umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut
diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:
1. pemimpin sebagai subjek, dan.
2. yang dipimpin sebagai objek.
Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik
maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan ke-pemimpinannya.

Mitos-mitos Pemimpin
Mitos pemimpin adalah pandangan-pandangan atau keyakinan-keyakinan masyarakat yang
dilekatkan kepada gambaran seorang pemimpin. Mitos ini disadari atau tidak mempengaruhi
pengembangan pemimpin dalam organisasi.
Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu mitos the Birthright, the For All
Seasons , dan the Intensity. Mitos the Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan
bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena
yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan
sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki
kesempatan menjadi pemimpin
Mitos the For All Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya
dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin
pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya. Mitos
the Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena
pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada
kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awalawalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru
dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Atribut-atribut Pemimpin
Tipe, gaya, perilaku kepemimpinan
Dari literature diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompokkelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain
mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan ia ada. Dan teori
paling muktahir melihat kepemimpinan lewat prilaku organisasi.
Kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau
bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
A. Gaya Kepemimpinan
Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang digunakan pemimpin di dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang
digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat
1 Gaya Kepemimpinan Kontinum (Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt)
2 Gaya Kepemimpinan Managerial Grid (Robert R Blake dan Jane S Mouton)
3 Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi dari Reddin
4 Gaya Kepemimpinan Empat Sistem Manajemen dari Likert

B. Kepemimpinan Pancasila
Kepemimpinan Pancasila ialah bentuk kepemimpinan yang selalu menyumberkan diri
pada nilai-nilai luhur dari norma-norma pancasila. Semangat kepemimpinan pancasila itu dapat
terwujudkan, apabila nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dapat dipadukan dengan
nilai-nilai modernisasi yang positif, antara lain dengan ciri demokratis, rasional, kritis, efisienefektif, dan berdisiplin tinggi.
C. Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard didasarkan pada saling
berhubungannya hal-hal berikut ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Penekanan dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan
bawahannya saja. Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional. Karena bukan saja pengikut sebagai individu bias menerima atau
menolak pemimpinnya, tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat menentukan kekuatan
pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
2. Tuliskan tipe gaya dan perilaku pemimpin
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil
dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang
secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan
banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya
yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan Moralis

Gaya Kepemimpinan Karismatik


Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan
gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada
mereka. Setelah beberapa lama, orang orang yang datang ini akan kecewa karena ketidakkonsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banya
k orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari
sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat
kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada
satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah langkahnya
penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka
sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan
adalah prinsip hidupnya.
Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan
kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang
orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan
kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin
dengan baik.
Perilaku seorang pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau reaksi
dapat berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja gerakan badan, tetapi
termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut terhadap kepemimpinan seorang

pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat terang-terangan atau tersembunyi dengan berbagai
bentuk.

Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi
antara lain: a) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt Menurut
kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu
kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang
bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka
pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik
dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya. b) Gaya
Kepemimpinan Menurut Likert Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat
sistem yaitu: 1) Sistem Otoriter-Eksploitatif Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai
kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau
hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down). 2) Sistem BenevolentAuthoritative Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan
dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas.
Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat. 3) Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau
hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan. 4)
Sistem Partisipatif Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,
menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja

Seorang pemimpin harus mempertimbangkan : 1) Kewaspadaan diri ( self awarness )


Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain.
Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah
menghambatnya. 2) Karakteristik kelompok Seorang pemimpin harus memahami karakteristik
kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan
keakraban kelompok. 3) Karakteristik individu Pemahaman tentang karakteristik individu juga
sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang
berbeda.
E. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan
Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: a. Selalu siap menghadapi setiap
perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap proaktif dalam setiap
perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji
setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap
kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan. b. Mengatasi konflik yang terjadi
sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan,
bawahan atau pasien dan keluarganya. c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan
sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan d. Meningkatkan komunikasi dengan
atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan
dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian
tujuan. e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara
untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan. f.
Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar
pencapaian tujuan. g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik
mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan dengan baik pula sehingga
produktivitas kerja menjadi meningkat.
F. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan
melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan
dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : 1.
Perencanaan dan Pengorganisasian Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan
diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang
tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu
perencanaan kegiatan di ruangan. 2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan Setelah
membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin
harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai tanggung
jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar. 3. Pemberian
bimbingan Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti
menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang
diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu
bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan

klien. 4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan
dalam melaksanakan keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan
bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat
ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan
perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia
yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok
diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk
bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbedabeda, tergantung kemampuan mereka. 5. Kegiatan Koordinasi Pengkoordinasian kegiatan dalam
suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melaporkan kepada atasan
langsung tentang pencapaian kerja bawahan. Agar dapat
melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan
kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada. 6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan
staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan memperbaiki
kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat menganalisa perawat lain secara efektif, ia
juga harus dapat menilai diri sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur

Anda mungkin juga menyukai