Anda di halaman 1dari 5

REVIEW ARTIKEL INTERNASIONAL

Judul : The effect of white collar crime announcement on stock price


performance: evidence from Malaysian stock market
Author : Liang-Mui Tay Chin-Hong Puah Rayenda Khresna Brahmana Nurul Izza
Abdul Malek
Publikasi : Journal of Financial Crime, Vol. 23 Iss 4

1. Fenomena (Phenomena)
Dampak ekonomi dari kejahatan kerah putih sangat besar. Survei yang
dilakukan oleh Price Waterhouse Coopers (PWC) melaporkan hal itusekitar 30% dari
lebih dari 3600 perusahaan yang mereka pelajari menderita tindakan penipuan,
dengan file kerugian rata-rata $ 2 juta. Penjahat kerah putih mendatangkan
malapetaka dalam keuangan di AS yang diperkirakan menderita kerugian ekonomi
sekitar $ 250 miliar hingga $ 1 triliun setiap tahun. Malaysia tidak terkecuali untuk
biaya masalah kejahatan kerah putih ini. Menurut Lim (2005), tentang RM 579 juta
terlibat dalam 11.714 kasus kejahatan kerah putih pada tahun 2003. Lebih sedikit
kasus yang dilaporkan pada tahun 2004 (9.899 kasus), namun jumlah kerugian
meningkat menjadi RM 836,29 juta. Global Financial Integrity (GFI)(2013)
mengungkapkan bahwa aliran keuangan gelap dari negara berkembang pada tahun
2011 tercatat sekitar$ 946,7 miliar dibandingkan dengan $ 832,4 miliar pada tahun
2010. Dalam hal keuangan gelap kumulatif terbesarArus keluar selama periode 2002-
2011, Malaysia menduduki peringkat keempat di semua negara berkembangnegara
dengan arus keluar ilegal $ 370,38 miliar (GFI, 2013).

2. Rumusan Masalah (Research Question)


Berdasarkan uraian latar belakang penlitian yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah pengumuman sebagai akibat dari kejahatan kerah
putih di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Malaysia berpengaruh terhadap
reaksi harga saham?
3. Dasar Teori (Theoretical Foundation)
a. Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime)
Ide "kejahatan kerah putih" pertama kali diciptakan oleh sosiolog Edwin
Sutherland pada tahun 1939 di Pertemuan Sosiologis Amerika. Dia
mendefinisikan kejahatan kerah putih sebagai “kejahatan yang dilakukan oleh
orang terhormat dan status sosial yang tinggi selama pekerjaannya. Selain itu,
kriminolog yang bekerja di bidang studi ini telah menunjukkan berbagai
pelanggaran kerah putih dan dapat digunakan secara bergantian dengan istilah
tersebut seperti kejahatan ekonomi, kejahatan bisnis, kejahatan korporasi,
kejahatan komersial dan kejahatan keuangan. Dalam definisi ini, jelas
disebutkan bahwa kejahatan kerah putih mencakup berbagai jenis delik seperti
pencurian, spionase, penipuan, sogokan, penggelapan, dan pelanggaran
peraturan. Menurut Clinard dan Quinney (1973), kejahatan kerah putih dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu kejahatan perusahaan dan kejahatan
pekerjaan.
b. Teori Ketegangan Merton
Menurut Teori Ketegangan Merton, banyak orang terutama dari keluarga miskin
yang melakukan kejahatan karena kebutuhan (Murphy dan Robinson, 2008).

4. Research Gap
Aguzzoni dkk. (2013) menganalisis dampak peristiwa antitrust Eropa terhadap
nilai pasar saham perusahaan dengan menggunakan teknik event study. Hasilnya
mengungkapkan bahwa tempat perusahaan inspeksi mendadak memiliki pengaruh
yang kuat dan signifikan secara statistik pada harga saham perusahaan. Voon dkk.
(2008) meneliti bahwa efek pengumuman kejahatan korporasi pada kinerja saham
perusahaan publik di Malaysia. Mereka menyimpulkan bahwa pasar saham tidak
bereaksi secara efisien di Malaysia sebagai tanggapan atas pengumuman kejahatan
korporasi.

5. Metodologi Penelitian (Methodology)


Peneliti untuk memeriksa asosiasi menggunakan metodologi studi peristiwa
(event study). Metode ini sejalan dengan Wooldridgedan Snow (1990)
mengemukakan, dimana event study sangat konsisten dan juga memberikan validitas
teknik ekonometrik ketika mencoba mengukur peristiwa perusahaan apa pun.
Variabel utama dalam penelitian ini ada dua yaitu tanggal pengumuman kejahatan
kerah putih dan pengembalian abnormal. Untuk data tanggal pengumuman, peneliti
mengidentifikasi komitmen pertama kejahatan kerah putih selama periode 1996-
2013. Informasi tersebut dikumpulkan dari situs resmi Komisi Sekuritas di Malaysia.

6. Hasil Penelitian (Findings)


Sifat pelanggaran di Malaysia didominasi oleh memberikan pernyataan palsu.
Misalnya, Chase Perdana menerbitkan prospektus perseroan berisi informasi palsu
tentang pendapatan. Aktivitas pernyataan palsu lainnya di Malaysia adalah seperti
salah dalam menginformasikan laporan keuangan konsolidasian, salah informasi
dalam pengungkapan, dan informasi tidak benar terdiri dari faktur penjualan, slip
setoran bank, perjanjian dealer dan buku besar debitur. Sementara itu, insider
trading, pernyataan menyesatkan, dan manipulasi pasar juga ada di daftar teratas
kejahatan kerah putih oleh perusahaan terdaftar Malaysia. Dalam penelitian ini,
analisis CAARs menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai yang drastis CAAR dari
0,2474% (dua hari sebelum tanggal pengumuman) hingga -9,5975% (satu hari
sebelum tanggal pengumuman). Situasi ini menunjukkan bahwa rumor terkait
kejahatan kerah putih telah bocor di masyarakat. Hal itu sering terjadi di Malaysia
karena sebelumnya suatu perusahaan dibebankan pada Sekuritas KPU, penyelidikan
tersebut akan ditahan oleh Bursa Malaysia Securities Berhad. Temuannya juga
menunjukkan CAAR yang signifikan dan negatif secara statistik pada hari sebelum
pengumuman, pada hari pengumuman, pada hari pertama dan kedua setelah
pengumuman. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa terdapat abnormal return
negatif yang signifikan pada harga saham relatif terhadap efek pengumuman
kejahatan kerah putih di Malaysia. Ini menunjukkan bahwa pasar saham tidak
bereaksi secara efisien terhadap pengumuman kejahatan kerah putih.

7. Kesimpulan (Conclusions)
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah tentang bagaimana pengaruh
pengumuman kejahatan kerah putih terhadap reaksi harga. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa AAR negatif dan tidak signifikan pada tingkat lima persen. Ini
berarti informasi atau rumor tentang kejahatan kerah putih telah bocor ke publik
sebelum tanggal pengumuman yang sebenarnya. Menariknya, AAR ini dua hari
sebelum tanggal pengumuman adalah positif dan secara dramatis turun menjadi
abnormal return negatif satu hari sebelum tanggal pengumuman. Apalagi CAAR
pada hari pengumuman tersebut dilaporkan negatif dan signifikan secara statistik
pada tingkat lima persen. Hal ini menyiratkan bahwa terdapat abnormal return
negatif terhadap efek pengumuman kejahatan kerah putih di antara perusahaan-
perusahaan publik Malaysia selama periode 1996-2013. Hasilnya menunjukkan
bahwa pasar tidak bereaksi secara efisien terhadap informasi yang dirilis mengenai
insiden kejahatan kerah putih karena harga saham tidak sepenuhnya tercermin pada
semua informasi yang tersedia untuk umum.

8. Pengembangan (Further Research)


Studi selanjutnya dapat mengkaji lebih lanjut mengenai seberapa kuat efek
pencegahan dari pengumuman kejahatan kerah putih untuk pasar Malaysia. Peneliti
selanjutnya dapat menentukan efek pengumuman sebenarnya dari kejahatan kerah
putih terhadap return saham perusahaan dengan ukuran sampel penelitian yang lebih
besar. Melakukan penentuan waktu penelitian yang lebih ideal terkait pengumuman
kecurangan kerah putih.

9. Critical Review
a. Strong Points
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Jurnal penelitian disajikan secara ringkas sehingga dapat lebih mudah
untuk dipahami.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Fenomena penelitian telah disajikan dengan lengkap dalam artikel,
sehingga tampak jelas motivasi penelitian.
b) Metode penelitian disajikan dengan jelas terkait teknik, dan objek
penelitian yang diteliti.
c) Hasil penelitian disajikan dengan cukup ringkas dan mudah untuk
dipahami.
d) Peneliti menyajikan keterbatasan penelitian sebagai landasan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.
b. Weakness Points
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Dalam penelitian ini rumusan masalah tidak disajikan secara eksplisit.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Penelitian ini tidak menjelaskan dasar teori secara eksplisit dan tegas.
b) Penelitian ini tidak berisi abstarak yang merupakan ringkasan dari
penelitian.
c) Krangka penelitian tidak disajikan dalam penelitian ini, yang mana
dengan adanya kerangka penelitian akan membuat pembaca lebih mudah
memahami terkait dengan skema penelitian yang dilakukan.
d) Jumlah sampel penelitian tidak disajikan dalam penelitian ini.
e) Masih terdapat sumber refrensi yang berada dibawah 5 tahun penelitian,
sehingga bisa dikatakan refrensi cukup lawas.
c. Points to be Improved
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Peneliti dapat menyajikan rumusan masalah secara eksplisit.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Peneliti dapat menampilkan teori utama yang digunakan secara eksplisit.
b) Peneliti dapat menambahkan abstrak dalam penelitian sehingga lebih
mudah untuk dipahami pembaca.
c) Peneliti dapat menambah periode penelitian hingga tahun 2015
mengingat tahun dilakukannya penelitian adalah tahun 2016.
d) Jumlah sampel yang diteliti perlu untuk ditambahkan sehingga dapat
menjadi gambaran penelitian.

Anda mungkin juga menyukai