Anda di halaman 1dari 8

SEMINR AKUNTANSI KEUANGAN

RIVIEW JURNAL INTERNASIONAL


“Dividend Policy, Corporate Governance and The Managerial
Entrenchment Hypotesis: An Empirical Analysis”

OLEH:

Dewa Made Ananta Satria Wibawa (1981621012/11)


Ni Made Resita Purnama Dewi (1981621014/13)
Anak Agung Gede Pradnyana Dwipa (1981621015/14)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
2021
Critical Riview Jurnal Internasional

Judul : Dividend Policy, Corporate Governance and The Managerial


Entrenchment Hypotesis: An Empirical Analysis
Penulis : Jorge Farinha
Tahun 2002

Fenomena
Penelitian ini mengeksplor teori agensi untuk memberikan distribusi cross-sectional
pembayaran dividen di United Kingdom (UK) dengan menggunakan analisis empriris. Hal ini
dapat diartikan pembayaran tunai kepada pemegang saham dapat membantu mengurangi
masalah keagenan baik dengan meningkatkan frekuensi peningkatan modal eksternal dan
pemantauan terkait oleh para banker dan investor (Easterbrook, 1984), atau dengan
menghilangkan arus kas bebas (Jensen, 1986). Beberapa teori-teori telah diharapkan dapat
mendukung penjelasan terkait kebijakan dividen cross-sectional (terutama pada pensinyalan
dan tax clienteles). Temuan dalam bukti empiris menjelaskan bahwa perilaku dividen yang
diamati konsisten dengan lebih dari satu teori, sehingga membuat adanya gagal dalam
mengabaikan penjelasan alternatif. Sedangkan, hipotesis entalmen manajerial dalam literatur
agensi memeberikan prediksi yang berbeda untuk penjelasan perilaku kebijakan dividen
cross- sectional. Hasil konsisten dengan hipotesis tersebut memberikan bukti bahwa terdapat
hubungan kuat berbentuk U antara pembayaran dividen dan kepemilikan orang dalam di UK.
Temuan ini menunjukkan bahwa setelah terjadinya kritik sebesar 30% di UK, maka koefisien
perubahan kepemilikan orang dalam dari negatif menjadi positif. Di samping itu, analisis
menunjukkan bahwa kontrol direktur atas saham yang tidak menguntungkan dikelola atas
nama pemegang saham lainnya dalam bentuk dana pensiun perusahaan, yayasan amal atau
rencana kepemilikan saham karyawan yang juga dapat mengarah ke pertahanan manajerial.
Teori Penelitian
Teori Keagenan
Teori keagenan yang dapat ditunjunkkan dari hasil penelitian oleh Easterbrook (1984)
bahwa dividen berperan dalam mengontrol masalah lembaga ekuitas dengan memfasilitasi
pemantauan pasar modal primer dari kegiatan dan kinerja perusahaan. Alasannya adalah
pembayaran dividen yang lebih tinggi meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan harus
menjual saham biasa di pasar modal primer. Karya teoritis terbaru oleh Fluck (1998), dan Myers
(2000) juga menyajikan model teori agensi pada perilaku dividen di mana manajer membayar
dividen untuk menghindari mendisiplinkan tindakan oleh pemegang saham. Selain itu, Jensen
(1986) melihat perkiraan, melanjutkan pembayaran dividen sebagai bantuan untuk
menghamburkan uang tunai yang mungkin telah terbuang sia-sia dalam proyek-proyek yang
tidak bernilai, sehingga mengurangi tingkat investasi berlebihan oleh para manajer.
Adapun model Rozeff (1982) yang memberikan arti bahwa kebijakan dividen yang
optimal adalah hasil dari trade-off antara biaya agen ekuitas dan biaya transaksi. Hal ini dapat
dibuktikan dengan hubungan yang kuat antara pembayaran dividen dan satu set variabel proxy
untuk biaya agensi dan transaksi dalam sampel besar yang terdiri dari seribu perusahaan AS
untuk periode 1974 hingga 1980 dan sejalan juga dengan analisis cross-sectional pada
kebijakan dividen oleh Crutchley dan Hansen (1989) yang menunjukkan hasil yang konsisten
dengan kebijakan dividen yang bertindak sebagai kendaraan pemantauan perusahaan dan
dengan efek substitusi antara pembayaran dividen dan dua mekanisme kontrol lainnya,
kepemilikan manajerial dan leverage.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa ketika manajer memegang sedikit
ekuitas dan pemegang saham terlalu terdispersi untuk mengambil tindakan terhadap perilaku
pemaksimalan non-nilai, orang dalam dapat menggunakan aset perusahaan untuk
mendapatkan manfaat pribadi, seperti melalaikan dan membayar bea konsumsi. Ketika
kepemilikan orang dalam meningkat, biaya agensi dapat dikurangi karena para manajer
menanggung bagian yang lebih besar dari biaya-biaya ini. Namun, sebagaimana Demsetz
(1983) dan Fama dan Jensen (1983) tunjukkan, manajer yang memegang bagian substansial
dari ekuitas perusahaan mungkin memiliki kekuatan voting yang cukup untuk memastikan
bahwa posisi mereka di dalam perusahaan aman.
Entrenchment hypothesis dipandang menarik di dalam teori agensi karena memiliki
konsekuensi untuk kebijakan dividen yang berbeda dari teori tingkah laku dividen lainnya.
Secara khusus, prediksi adalah bahwa di bawah tingkat kepemilikan orang dalam dan
kebijakan dividen entrenchment dapat dilihat sebagai perangkat tata kelola perusahaan
pengganti, sehingga mengarah ke hubungan negatif antara dua variabel ini. Namun, setelah
tingkat pertahanan kritis tersebut, ketika peningkatan kepemilikan insider terkait dengan biaya
tambahan, biaya yang berkaitan dengan pembangkangan, biaya agensi, kebijakan dividen
dapat menjadi kekuatan pengawasan kompensasi dan, karenanya, hubungan positif dengan
kepemilikan orang dalam akan diamati. Prediksi ini adalah yang khas mengingat bahwa
sinyal, klien pajak atau teori bersaing lainnya untuk perilaku dividen tidak memprediksi
hubungan berbentuk U antara kepemilikan orang dalam dan kebijakan dividen.

Skema Riset dan Alat Analisis


Skema dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis kebijakan dividen, tata
kelola perusahaan, dan konflik manajerial dengan menganalisis empiris. Adapun skema yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kepatuhan dengan
Cadbury (1992)

H3
Pembagian pembayaran dividen
cross-sectional
H
1

Kepemilikan Insider

Pembayaran dividen H2

Gambar 1. Skema Riset

H1: Pembagian pembayaran dividen cross-sectional konstan berhubungan negatif


dengan keuntungan kepemilikan insider di bawah tingkat kepemilikan
entrenchment, dan terkait secara positif di atas level tersebut.
H2: Untuk level terendah (di bawah titik kritis) tingkat kepemilikan insider yang
menguntungkan, pembayaran dividend memiliki hubungan berbentuk U dengan
total (menguntungkan dan tidak meguntungkan) kepemilikan insider konstan,
seperti diprediksi dalam Hipotesis H1 untuk kepemilikan yang menguntungkan,
dengan titik balik di atas tingkat kepemilikan yang menguntungkan.
H3: Kepatuhan dengan Cadbury (1992) kode praktik terbaik memiliki dampak nol
pada pembayaran dividen, semua yang lain konstan.

Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari Global Vantage, Datastream, dan dari
laporan tahunan perusahaan, menggunakan data untuk dua lima periode tahun (1987-1991 dan
1992-1996) dan sampel cukup besar (lebih dari 600 perusahaan) di Inggris. Statistik pasar
diperoleh dari LBS Risk Measurement Service. Data mengenai kepemilikan perusahaan
didapat dari laporan tahunan perusahaan. Data mengenai dewan direksi didapat dari
Datastream dan laporan perusahaan. Informasi mengenai analis yang mengikuti perkembangan
perusahaan tertentu didapat dari I/B/E/S database. Penelitian ini menggunakan alat uji statistik
deskriptif dan model regresi ordinary least square (OLS) yang menurut kami telah sesuai
dengan hipotesis penelitian, yakni hipotesis kausalitas (pengaruh).

Hasil Uji Hipotesis


Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Hipotesis 1 diterima yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan bentuk U antara
pembayaran dividen dan insider ownership, setelah tingkat kritis kepemilikan oleh
manajer, perusahaan merasa perlu untuk mengkompensasi potensi managerial
entrenchment dengan peningkatan pembayaran dividen kepada pemegang saham.
2. Hitotesis 2 diterima bahwa hubungan bentuk U antara pembayaran dividen dan insider
ownership dapat dijelaskan dengan hipotesis entrenchment yang diestimasi menunjukkan
bahwa hubungan u-shaped masih muncul.
3. Hipotesis 3 ditotak menunjukkan bahwa kepatuhan penuh terhadap the Cadbury (1992)
Code of Best Practice memiliki pengaruh positif pada pembayaran dividen.
Simpulan Hasil Penelitian
Hasil pengujian menyimpulkan bahwa sejalan dengan prediksi dan faktor-faktor lain,
ditemukan bukti kuat bahwa setelah critical entrenchent level pada insider ownership
diestimasikan sekitar 30%, koefisien pada insider ownership berubah dari negatif ke positif.
Liquidity explanation ditolak mengingat bahwa hubungan yang sama juga diamati ketika
insiders memegang nonbeneficial ownership dalam keadaan beneficial ownership itu saja
yang berada di bawah critical turning point. Poin ini juga diperkuat bila tidak ada hubungan
positif yang diamati antara dividend payout dan nilai pasar beneficial ownership insider.
Konsisten dengan adanya hubungan antara corporate governance dan kebijakan dividen,
kesesuaian pada Cadbury (1992) Code of Best Practice yang diamati memiliki dampak
statistik dan ekonomis yang signifikan pada dividend payout. Sesuai dengan perspektif agen,
telah didapatkan bukti yang kuat diproduksi bahwa shareholder dispersion memiliki dampak
positif yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil utama yang disajikan dalam
penelitian ini membenarkan penjelasan agen untuk kebijakan dividen cross sectional.
CRITICAL REVIEW
a. Strong Points
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Berdasarkan penelitian tersebut, jika ditinjau dari segi penulisan, peneliti telah
mencantumkan abstraksi dengan sangat ringkas, padat dan jelas. Sehingga memudahkan semua
pihak yang bersangkutan untuk mengetahui inti dari penelitian tersebut.
b) Artikel ini termasuk penelitian yang cukup lengkap karena dari latar belakang, landasan
teori serta pengujian dan hasil penelitian disajikan secara lengkap.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Berdasarkan penelitian tersebut jika ditinjau dari segi materi, peneliti sudah sangat jelas
menjelaskan mengenai teori utama (grand theory) yang digunakan. Dimana dalam penelitian ini
menggunakan Agency Theory sebagai kajian literaturnya.

b. Weakness Points
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Berdasarkan penelitian tersebut, jika ditinjau dari segi penulisan penelitian ini belum
menunjukkan konsistensi antara rumusan masalah, hipotesis, hasil penelitian dan kesimpulan
penelitian. Dimana penelitian ini tidak mencantumkan dengan jelas yang menjadi rumusan
masalahnya.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Berdasarkan penelitian tersebut, jika ditinjau dari segi materi, peneliti belum menjelaskan
fenomena yang menjadi alasan untuk meneliti penelitian ini kembali.
b) Dalam penelitian ini juga tidak dijelaskan mengenai perbedaan hasil penelitian dengan
penelitian sebelumnya (research gap).
c) Keterbatasan dalam penelitian ini juga yaitu rumusan masalah dalam penelitian ini tidak
dijelaskan secara eksplisit.
c. Points to be Improvement
1) Ditinjau dari Segi Penulisan
a) Ditinjau dari segi penulisan, untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik ini lebih
lanjut sebaiknya menunjukkan konsistensi antara antara rumusan masalah, hipotesis, hasil
penelitian dan kesimpulan penelitian.
2) Ditinjau dari Segi Materi
a) Ditinjau dari segi materi, diharapkan peneliti selanjutnya menjelaskan lebih rinci
mengenai fenomena yang menjadi alasan untuk meneliti penelitian ini kembali.

b) Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat mendeskripsikan dengan jelas pada latar
belakang penelitian, perbedaan penelitiannya dengan penelitian sebelumnya (research gap)..

c) Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjelaskan secara eksplisit rumusan


masalah yang digunakan dalam penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai