Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH TIPE KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA

ORGANISASI

PEMBAHASAN
Kartono (2016:38) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang
memilikikecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang,
sehinggadia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Kartono (2016:6) kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara
pemimpin dan yang dipimpin.Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang
sebagai hasil dari interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu-individu
yang dipimpin (ada relasi interpersonal).
Menurut Kartono (2010), pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan,
temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku
dan gayanya yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya
ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya. Sehingga dapat
memunculkan beberapa tipe kepemimpinan. Misalnya tipe-tipe kharismatik,
paternalistik, militeristik, otokratis, laissez faire, populis, administratif dan
demokratis.
1. Kharismatik
Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi daya tarik yang
bisa untuk mempengaruhi orang lain. Sehingga ia mempunyai pengikut
yang besar jumlahnya (Kartono, 2010). Seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seorang pemimpin yang di kagumi oleh orang banyak
pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara kongkrit mengapa tipe
pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi. Orang cenderung
mengatakan bahwa orang-orang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib"
dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin
kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di pimpin oleh
orang kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap
perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik
mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada
seorang pemimpin yang kharismatik. Dari kamus besar bahasa Indonesia
dikemukakan bahwa karismatik berarti bersifat karisma. Sedang perkataan
karisma diartikan sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan
kemampuan yang luar biasa dalam kepemimpinan seseorang untuk
membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap
dirinya atau atribut kepemimpinan didasarkan atas kualitas
kepribadiannya. Tipe kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai
kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian
dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain,
sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin
bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin
disini dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang
mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian itu pemimpin diterima
dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati
secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan kharismatik menginginkan anggota
organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin
tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan. Pemimpin karismatik
cenderung muncul di dunia politik, agama, saat perang, atau saat
perusahaan masih dalam tahap awal atau menghadapi krisis yang
mengancam kelangsungan hidupnya.
Kharismatik, mempunyai karakakteristik yaitu:
a. Daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh
pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar
b. Seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara mengapa orang
tertentu itu dikagumi
2. Paternalistik
Tipe kepemimpinan paternalistik dan tipe kepemimpinan paternalistis
ini memang memiliki dua suku kata yang berbeda, namun keduanya
memiliki makna yang sama, karena paternalistik atau pun paternalistis
selalu diidentikan dengan seorang pemimpin yang bersifat kebapakan, ini
artinya tipe kepemimpinan ini seringkali menganggap bawahan itu tidak
bisa bersifat mandiri dan perlu dorongan dalam melakukan sesuatu atau
Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa
bersikap terlalu melindungi. Selain itu tipe kepemimpinan paternalistik ini
bisa diterapkan dalam sebuah organisasi dalam ruang lingkup kecil
ataupun besar seperti negara.
Tipe kepemimpinan paternalistikini memiliki karakteristik atau ciriciri
yang melekat pada diri seorang pemimpin, antara lain sebagai berikut:
a) Seorang pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
paternalistik ini cenderung bersikap terlalu melindungi rakyatnya,
ini artinya pemimpin tersebut menganggap rakyatnya itu sebagai
manusia yang belum dewasa sehingga selalu berada dalam
pengawasan.
b) Seorang pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
paternalistik dalam kepemimpinannya itu cenderung jarang
memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk mengambil
keputusan sendiri. Hal ini dikarenakan seorang pemimpin
paternalistis ini tidak ingin salah mengambil keputusan, bahkan
pemimpin yang menerapkan tipe ini cenderung tidak pernah
memberikan kesempatan kepada rakyatnya untuk berinisiatif.
c) Selain itu pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
paternalistik ini selalu bersifat maha tau dan maha benar sehingga
beliau cenderung tidak ingin disalahkan. Jadi persepsi tipe
kepemimpinan paternalistis ini berkaitan tentang perannya dalam
semua kegiatan organisasi tertentu selalu diwarnai oleh harapan
bawahan atau anggota organisasi yang dipimpin olehnya.
Biasanya pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan jenis ini
bersifat kebapakan yang mampu melindungi, memberikan
perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya,
kemudian pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
paternalistik dalam menjalankan kepemimpinannya ini cenderung
mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya itu sebagai
penerimaan atas perannya yang mendominasi dalam kehidupan
organisasi
Paternalistik, yaitu seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat :
a) Kuatnya ikatan primordial
b) Extended family system
c) Kehidupan masyarakat yang komunalistik
d) Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan
bermasyarakat
e) Masih dimungkinkan hubungan pribadi yang intim antara
seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat
lainnya
3. Militerlistis
Tipe kepemimpinan militeristis dan militeristik ini memang
memiliki dua suku kata yang berbeda, namun keduanya memiliki
makna yang sama. Jadi tipe kepemimpinan militeris atau
militeristik adalah pemimpin yang menggerakan bawahannya lebih
sering menggunakan sistem perintah, Menuntut disiplin yang tinggi
dan kaku dari bawahannya, selain itu pemimpin yang menerapkan
tipe kepemimpinan jenis ini senang bergantung pada jabatan dan
senang terhadap formalitas yang berlebihan. Biasanya pemimpin
yang menerapkan tipe kepemimpinan ini sukar menerima kritikan
dari bawahannya sekali pun kritikan yang sifatnya membangun.
Sebenarnya tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip sekali
dengan tipe kepemimpinan otoriter atau otokratis, namun perlu
dipahami tipe kepemimpinan militeristik ini sangat berbeda sekali
dengan kepemimpinan organisasi militer (seorang tokoh militer).
Kinerja organisasi dalam tipe kepemimpinan militeristis dimana
kinerja organisasi berkembang sangat tergatung pada kreativitas
dan inovasi pimpinan. Sitem kerja yang mengedapankan
disiplin,kepatuhan bawahan padaatasan, sistem kerja menggunakan
system komando mendorong organisasi tidak berkembang,namun
memiliki kompetensi dan profesionalitas terhadap bidang kerjanya.

Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang


menerapkan tipe kepemimpinan militeristis atau pun militeristik ini adalah
sebagai berikut:
a) Pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan militeristis ini
biasanya lebih banyak menggunakan sistem perintah atau komando
terhadap bawahannya. Ini artinya seorang pemimpin yang
menerapkan tipe kepemimpinan jenis ini bersifat keras, kaku dan
kurang bijaksana sehingga pemimpin yang menerapkan tipe
kepemimpinan jenis ini selalu menghendaki kepatuhan yang
mutlak dari bawahannya.
b) Pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan militeristis ini
sangat menyenangi formalitas seperti upacara-upacara ritual dan
tanda-tanda kebesaran yang berlebihan. Jadi maksud dari kalimat
di atas seorang pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
militeristis ini selalu memperingati hari-hari besar nasional dengan
cara melakukan upacara sebagai tanda telah memperingati hari
besar nasional.
c) Pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan militeristis ini
selalu menuntut adanya disiplin yang bersifat keras dan kaku dari
bawahannya. Jadi maksud dari pernyataan kalimat di atas itu
seorang pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan jenis ini
selalu menerapkan aturan yang bersifat absolut dan harus dipatuhi
oleh rakyatnya, maka tak heran jika pemimpinnya tidak
menghendaki saran, usul, sugesti dan kritikan dari bawahannya
dengan kata lain komunikasi itu hanya berlangsung satu arah saja.
Keunggulan kepemimpinan tipe militeristis adalah jika dilihat dari
pemimpin sistem komando dalam mengambil tindakan yang sangat
tegas, dan berwibawa, bawahan akan semakin terlatih karena terus
ditempah diasah untuk memiliki kedisplinan yang tinggi dan bawahan
merasa aman serta terlindungi oleh pemimpin.
Kelemahan dari tipe Militeristik ini antara lain adalah bawahan
cenderung mendapatkan perlakuan kasar dari pemimpin sehingga
bawahan merasa tertekan, suasana menjadi kaku karena cenderung
bersifat formal, serta adanya pemimpin yang sukar menerima kritikan
ataupun saran dari bawahan, pemimpin seringkali kurang bijaksana
dan kontrol yang berlebihan.
Salah satu pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
militeristis ini adalah Soeharto yang menjabat sebagai presiden ke 2
Republik Indonesia, hal ini dikarenakan Soeharto telah memiliki
karakteristik dari tipe kepemimpinan militeristis yaitu Pemimpin yang
menerapkan tipe kepemimpinan militeristis ini selalu menuntut adanya
disiplin yang bersifat keras dan kaku dari bawahannya. Jadi maksud
dari pernyataan kalimat di atas itu seorang pemimpin yang
menerapkan tipe kepemimpinan jenis ini selalu menerapkan aturan
yang bersifat absolut dan harus dipatuhi oleh rakyatnya, maka tak
heran jika pemimpinnya tidak menghendaki saran, usul, sugesti dan
kritikan dari bawahannya dengan kata lain komunikasi itu hanya
berlangsung satu arah saja. Soeharto menggunakan tipe kepemimpinan
yang militeristis sebab dipengaruhi dari latar belakang beliau sebelum
menjadi Presiden Republik Indonesia ke 2, Soeharto merupakan
seorang jenderal yang sudah terbiasa menerapkan sistem komando
dalam menjalankan tugasnya, maka tak heran jika kebijakan atau
peraturan yang dibuat dan ditetapkan oleh Soeharto itu selalu bersifat
kaku, memaksa dan absolut. Selain itu pada masa kepemimpinan
Soeharto ini memang ada keberpihakan beliau terhadap ABRI, hal ini
dibuktikan dengan adanya kebijakan dwi fungsi ABRI pada masa orde
baru. Dwi fungsi ABRI ini berarti ABRI itu memiliki dua fungsi yaitu
fungsinya sebagai penjaga pertahanan, keamanan negara Indonesia dan
ABRI pun diperbolehkan untuk mengikuti semua kegiatan politik,
maka tak heran pada masa orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto
ini banyak ABRI yang menduduki jabatan dalam bidang politik
4. Otokrasi
Tipe kepemimpinan otokratis ini sering disebut juga dengan tipe
kepemimpinan otoriter, meskipun keduanya memiliki dua suku kata yang
berbeda, namun otokratis atau pun otoriter ini memiliki makna yang sama
yaitu, mendasarkan diri pada kekuasaan atau wewenang sebagian besar
mutlak berada pada pimpinan dengan kata lain tipe kepemimpinan ini
dipandang sebagai tipe yang didasarkan atas kekuatan posisi dan otoritas,
selain itu pemimpin yang menggunakan tipe otokratis ini menganut sistem
sentralisasi wewenang, maka setiap kebijakan dan peraturan ditetapkan
tanpa berkonsultasi dengan bawahannya, pemimpin tipe ini biasanya ingin
berkuasa absolut, tunggal dan merajai keadaan. Tipe kepemimpinan
otokratis yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinannya memiliki ciri khas yang menjadi karakteristik dari
kepemimpinannya.
Karakteristik itu adalah sebagai berikut:
a) Seorang pemimpin yang menggunakan tipe kepemimpinan
otokratis ini selalu memberikan perintah-perintah yang selalu
dipaksakan dan harus selalu dipatuhi oleh bawahannya atau
rakyatnya.
b) Seorang pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan jenis
ini selalu menentukan policies / kebijakan yang berlaku untuk
semua pihak tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan para
anggota organisasi ataupun dengan para aparat pemerintah lainnya.
c) Seorang pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan otokratik
ini tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana
yang akan datang, akan tetapi hanya memberitahukan kepada
setiap anggota organisasinya mengenai langkah-langkah yang
harus mereka lakukan dengan segera.
Jadi pada intinya seorang pemimpin yang menerapkan tipe
kepemimpinan otokratik ini mempunyai sikap dan prinsipnya yang sangat
konservatif, ketat dan kaku yang selalu berorientasi pada struktur dan
tugas-tugas, biasanya pemimpin yang menerapkan tipe kepemimpinan
otokratik dalam kepemimpinannya itu bersikap baik terhadap anggota
organisasinya asalkan anggota organisasinya itu bersedia patuh secara
mutlak kepada pemimpin tersebut.
5. Laissez Faire
Kartini Kartono (1983:84) Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang
pemimpin praktis tidak memimpin pemimpin membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung
jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. pemimpin merupakan
pemimpin simbol, dan biasanya tidak memiliki ketrampilan teknis, sebab
duduknya sebagai direktur atau pemimpin ketua dewan, komandan, kepala
biasanya diperolehnya melalui penyogokan, suapan atau berkat sistem
nepotisme. pemimpin tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa
mengotrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja,
dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Sehingga organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya menjadi kacau-
balau, morat-marit, dan pada hakikatnya mirip satu firma tanpa kepala.
Ringkasnya, pemimpin laissez faire itu pada hakikatnya bukanlah seorang
pemimpin dalam pengertian sebenarnya. Sebab bawahan dalam situasi
kerja sedemikian itu sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa
disiplin, masing-masing orang bekerja semau sendiri dengan irama dan
tempo semau gue. Tipe kepemimpinan ini adalah kebalikan dari tipe
kepemimpinan otoriter. Perilaku yang dominan dalam kepemimpinan ini
adalah perilaku dalam gaya kepemimpinan kompromi dan perilaku
kepemimpinan pembelot. Dalam proses kepemimpinan ini pemimpin tidak
melakukan fungsinya dalam menggerakkan orang-orang yang
dipimpinnya,dengan cara apapun.
Tipe laissez faire mempunyai ciri-ciri antara lain:
a) Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para bawahan untuk
melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.
b) Pemimpin tidak terlibat dalam kegiatan sehingga pemimpin tidak
ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.
c) Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada
bawahan.
d) Tidak mampu mengadakan koordinasi dan pengawasan yang baik.
e) Tidak mempunyai wibawa sehingga tidak ditakuti apalagi disegani
oleh bawahan.
f) pemimpin merupakan simbol belaka
6. Populis
Worsley dalam bukunya the third world dalam Kartono (1982:85)
mendefinisikan kepemimpinan populistis sebagai kepemimpinan yang
dapat membangunkan solideritas rakyat. Kepemimpinan populistis ini
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional.
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat
yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan
hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan
kembali sikap nasionalisme. Tipe kepemimpinan seperti ini berusaha
untuk menghindari pemaksaan maupun penindasan. Kepemimpinan ini
menuntut kemandirian dan tidak bergantung pada pihak luar. Dan akhirnya
kepemimpinan tipe ini dapat membangun solidaritas yang erat antar
anggota kelompok.
Ir. Soekarno merupakan Presiden Pertama sekaligus sebgai tokoh
Proklamator yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme rakyat
Indonesia dan dikenal dengan nama Bung Karno. Beliau memiliki gaya
kepemimpinan yg sangat populis, bertempramen meledak-ledak, tidak
jarang lembut dan menyukai keindahan. Gaya kepemimpinan yg
diterapkan oleh Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi
yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat
fanatik, cocok diterapkan pada era tersebut
7. Adminitratif
Kepemimpinan yang bertipe semacam ini mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpin bertipe ini merupakan
teknokrat maupun administrator yang mampu menggerakkan dinamika
moderenisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, industri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat. Selanjutnya dari tipe kepemimpinan ini akan ada
perkembangan teknis dan perkembangan sosial di lingkungan kerjanya.
kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti
ini jika mengacu kepada analisis perubahan hanya cocok pada situasi
Continuation, Routine change, serta Limited change
8. Demokratif
kepemimpinan yang aktif,dinamis, dan terarah. Kegiatan-kegiatan
pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung jawab.
Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang
jelas, setiap anggota berpartisipasi secara aktif. Kekuatan kepemimpinan
demokratis ini bukan hanya terletak pada person atau individu pemimpin,
akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif setiap warga
kelompok. Sehingga terlihat jelas hubungan yang harmonis antara atasan
dengan bawahan. Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia,
dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para
pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik.
Kepemimpinan demokratif berorientasi pada manusia, dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap inndividu mau mendengarkan
nasihat dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian spesialis
dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut
a) Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritikan dari
bawahannya.
b) Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas – luasnya kepada
bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudia diperbaiki
agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi
lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
c) Selalu lebih berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses
dari padanya. Dan berusaha mengembangkan kapasitas diri
pribadinya sebagai pemimpin.
Kesimpulan
Tipe-tipe kepemimpinan tersebut memiliki kekuatan dimana pada tipe
kepemimpinan karismatik merupakan tipe yang memiliki kekuatan energi sebagai
daya tarik untuk mempengaruhi orang lain serta memiliki keberanian dalam
melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. Berbeda dengan
tipe karismatik, tipe kepemimpinan paternalistis sering dianggap sebagai tipe
kepemimpinan yang kebapak-an. Kepemimpinan yang seperti kebapak-an ini
bersikap terlalu melindungi. Ada juga tipe kepemimpinan militeristis yang
merupakan tipe yang lebih banyak memerintah kepada bawahan dengan keras
secara otoriter dan kaku tetapi tipe ini seringkali bijaksana dalam memerintah
terhadap bawahan. Tipe kepemimpinan otokratis merupakan kekuasaan pada diri
seorang pemimpin yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin ini tidak pernah
memberikan informasi dalam pelaksanaan tugas kebijakan tanpa berkonsultasi
dengan bawahannya. Tipe kepemimpinan laissez faire ini merupakan tipe yang
hampir sama dengan tipe otokratik dimana seorang pemimpin sama sekali tidak
memimpin dalam sebuah organisasi. Tipe kepemimpinan populistis ini sangat
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Kepemimpinan
populistis kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang
luar negeri (asing). Tipe populistik ini terlihat berbeda dengan tipe kepemimpinan
administratif yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara
efektif. Tipe kepemimpinan ini mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Tipe kepemimpinan demokratis ini merupakan organisasi yang
segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada
di kantor.
DAFTAR PUSTAKA
Mattayang, B. (2019). Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan
Teoritis. JEMMA (Journal Of Economic, Management And
Accounting), 2(2), 45-52.
Suhendro, N. A., Rifai, M., & Aditya, I. (2022). Fenomena Authoritarian
Leadership Post-Democracy di Indonesia: Kajian Atas Latar Belakang,
Karakteristik dan Dampaknya. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 8(7),
166-171.
Sundari, A. (2020). Analisis Gaya Kepemimpinan Di Kantor Camat Benai
Kabupaten Kuantan Singingi. Juhanperak, 1(1), 87-98.
Supriatna, W. P. A. (2020). Analisis Gaya Kepemimpinan Soeharto Dan Lee
Kuan Yew (Doctoral Dissertation, Universitas Siliwangi).
Suwarno, S., & Bramantyo, R. Y. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Organisasi. Transparansi Hukum, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai