Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Gaya Kepempimpinan

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Menurut Tampubolon (2008; 15), gaya kepemimpinan adalah ciri

seorang pemimpin melakukan kegiatannya dalam mengarahkan,

mempengaruhi, menggerakan perilaku para pengikutnya atau bawahannya

kepada suatu tujuan tertentu. Perbedaan gaya kepemimpinan dalam

organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi

indivivu dan perilaku kelompok.

Menurut Hasibuan (2004: 76), gaya kepemimpinan pada dasarnya

mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari

seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.

Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.

Dengan kata lain pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang

dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya

kepemimpinan.

Menurut Hersey dan Blanchard (1992) dalam Handoko (2005: 45),

berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan 9

perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan,

serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa pimpinan adalah

seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk

4
melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan

tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan

mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan

mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis,

manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau

sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau

pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang

telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi,

bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses

tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini.

Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan

dengan secermat mungkin.

Situasi merupakan suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang

pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang

lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan

bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa

tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat

sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian,

ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu 10

pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu

dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan

kepemimpinan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka konsep

gaya kepemimpinan menurut Kepala Pekon Kubuliku Jaya adalah suatu

5
cara yang dikembangan oleh seorang pemimpin desa Kubuliku Jaya

dalam rangka menggerakkan para bawahan atau orang-orang yang

dipimpinnya untuk melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

2. Macam-Macam Tipe Kepemimpinan

a. Tipe Karismatik

Tipe kepemimpinan yang kharismatik ini pada dasarnya

merupakan tipe kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma

seseorang. Biasanya kharisma seseorang itu dapat mempengaruhi

orang lain. Dengan kharisma yang dimiliki seseorang, orang tersebut

akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang pemimpin yang

karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang

sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat

besar dan para pengikutnya.

Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-

sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya

diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang

amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang

jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula

tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin

itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang

menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan

bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib

6
(supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat

dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma.

b. Tipe Paternalistik/ Maternalistik

Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan

masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris.

Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang

tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua

atau seseorang yang dituakan. Seorang pemimpin yang tergolong

sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri

sebagai berikut :

1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa

2) Bersikap terlalu melindungi (overly protective)

3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil keputusan

4) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengambil inisiatif

5) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan daya kreasi dan fantasinya

6) Sering bersikap maha tahu.

c. Kepemimpinan Tipe Militeristik

Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim

digunakan dalam kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah

seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

7
1) Dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system

perintah

2) Dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat

dan jabatannya

3) Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan

4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

5) Sukar menerima kritikan dari bawahannya

6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan

d. Tipe Kepemimpinan Otokratik

Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian

karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang

negatif. Dengan istilah lain pemimpin tipe otokratik adalah seorang

yang egois. Dengan egoismenya pemimpin otokratik melihat

perananya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan

organisasional. Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang

pemimpin yang memiliki sikap sebagai berikut:

1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

2) Mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat

5) Tergantung pada kekuasaan formilnya

6) Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach

mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum

8
(Fattah, 2004: 169)

Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak

dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota-

anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh

membatah ataupun mengajukan saran (Afifuddin, 2005: 33). Dalam

kepemimpinan otokratik ini terlihat bahwa dalam melaksanakan

kepemimpinannya, pemimpin bertindak sebagai penguasa sehingga

segala tindakan dan keputusan atas suatu masalah sesuai dengan

kehendak pemimpin. Dalam tipe kepemimpinan yang seperti ini,

setiap bawahan harus taat dan patuh dengan aturan dan kebijakan yang

dibuat oleh pemimpinnya.

Dampak dari kepemimpinan otoriter yang dilaksanakan pada titik

ekstrim tertinggi pada kehidupan organisasi sebagaimana diuraikan di

atas adalah :

1) Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah,

tidak berani mengambil keputusan dalam memecahkan masalah.

2) Anggota organisasi tidak ikut berpartisipasi aktif bukan karena

tidak mempunyai kemampuan tetapi enggan menyampaikan

inisiatif, gagasan, ide, saran, dan pendapat karena merasa tidak

dihargai dan bahkan dinilai sebagai pembangkangan.

3) Kepemimpinan otoriter yang mematikan inisiatif, kreativitas dan

lain-lain

9
4) Pemimpin otoriter tidak membina dan tidak mengembangkan

potensi kepemimpinan anggota organisasinya dalam arti

pemimpin tidak melakukan kegiatan sehingga sulit memperoleh

pemimpin pengganti diantara anggota jika keadaan

mengharuskan.

5) Disiplin, rajin dan bersedia bekerja keras serta kepatuhan

dilakukan dengan berpura-pura, karena takut pada sanksi. Dalam

situasi tersebut kerap kali muncul tokoh pengambil muka atau

penjilat yang tidak disukai anggota organisasi.

6) Secara diam-diam muncul kelompok penantang yang menunggu

kesempatan untuk melawan, menghambat, menyabot, atau

melakukan tindakan-tindakan yang merugikan organisasi

terutama pimpinan.

7) Tidak ada rapat, diskusi atau musyawarah karena dianggap

membuang-buang waktu.

8) Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku, sehingga iklim keerja

menjadi tegang, saling mencurigai dan tidak mempercayai sesama

anggota organisasi.

9) Pemimpin cenderung tidak menyukai dan menghalangi

terbentuknya kelompok atau serikat pekerja yang dibentuk

organisasi.

10
e. Tipe Laisses Faire

Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin

otokrtatik. Jika pemimpin otokkratik selalu mendominasi organisasi

maka pemimpin laissez faire ini memberi kekuasaan sepenuhnya

kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat mengembangkan

sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan

tidak ada atau hanya sedikit (Afifuddin, 2005: 34). Adapun sifat

kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe

ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para

anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin

mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang

seluas-luasnya terhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat

berhasil. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin

dengan gaya laissez faire semata-mata disebabkan karena kesadaran

dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh

dari pemimpinnya (Sutikno, 2009: 157).

Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa tipe kepemimpinan

jenis ini menggambarkan pemimpin yang tidak mau berfikir keras. Hal

ini terlihat bahwa pemimpin jenis ini memberikan kuasa penuh kepada

bawahannya baik dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang ada

dalam organisasi itu, maupun memberikan kebebasan kepada

bawahannya dalam mengatasi masalah yang ada dalam organisasi,

termasuk organisasi pendidikan. Jika hal ini dibiarkan maka proses

11
pembelajaran yang akan berlangsung tidak akan ada yang

mengarahkannya karena setiap guru akan berbuat dan bertindak

sendiri-sendiri dalam melaksanakan proses pembelajarannya itu.

Tipe kepemimpinan yang seperti ini biasanya akan menimbulkan

rasa kurang memiliki terhadap lembaga tempat mereka bekerja karena

mereka akan bekerja sesuai dengan keinginan mereka sendiri bukan

berdasarkan kepada petunjuk atau pun keputusan dari pemimpin.

Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru,

karena demokrasi seolaholah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap

anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan

kebijakannya masing-masing.

f. Tipe Populistik

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai

masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan

serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini

mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

g. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang

mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.

Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan

administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika

modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem

administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe

12
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu

teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial

ditengah masyarakat.

h. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Dari kata “demokratis” ini tergambar bahwa apa yang akan kita

putuskan dan laksanakan itu disepakati dan dilakukan bersamasama.

Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam

organisasi akan dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan

bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang

dipimpin. Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa

organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan

secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi

tercapainya tujuan organisasi (Suryosubroto, 2010: 290).

Dalam tipe ini terlihat bahwa antara atasan yang dalam hal ini

pemimpin terhadap bawahannya sama-sama bekerja sama mulai dari

perencanaan sampai pada evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Ini

berarti bahwa setiap pemimpin mengambil keputusan dan

kebijakannya akan selalu mendiskusikan dengan bawahannya.

Bawahan akan selalu dimintai pendapat dan saran dalam pengambilan

berbagai keputusan dalam organisasi itu. Kepemimpinan demokrasi

selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya.

13
Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan

pimpinan. Ciri-ciri kepemimpinan demokratis antara lain :

1) Beban kerja organisasi menjadi tanggung jawab bersama personalia

Organisasi

2) Bawahan, oleh pimpinan dianggap sebagai komponen pelaksana

dan secara integral harus diberi tugas dan tanggung jawab,

3) Disipilin, tetapi tidak kaku dan memecahkan masalah secara

bersama

4) Kepercayaan tinggi terhadap bawahan dengan tidak melepaskan

tanggung jawab pengawasan

5) Komunikasi dengan bawahan bersifat terbuka dan dua arah

Dengan filsafat demokratis tersebut diimplementasikan nilai-nilai

demokratis di dalam tipe kepemimpinan, yang terdiri dari :

1) Mengakui dan menghargai manusia sebagai makhluk individual,

yang memiliki perbedaan kemampuan antara satu dengan yang

lain, tidak terkecuali antara para anggota di lingkungan sebuah

organisasi.

2) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu

sebagai makhluk sosial dalam mengekspresikan diri melalui

prestasi masing-masing di lingkungan organisasinya sebagai

masyarakat kecil.

14
3) Memberikan hak dan kesempatan yang sama pada setiap individu

untuk mengembangkan kemampuannya yang berbeda antara yang

satu dengan yang lain.

4) Menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan bersama dalam

kebersamaan melalui kerjasama yang saling mengakui, menghargai

dan menghormati kelebihan dan kekurangan setiap individu.

5) Memberikan perlakuan yang sama terhadap tiap individu

6) Memikulkan kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam

menggunakan hak masing-masing untuk mewujudkan kehidupan

bersana yang harmonis.

15

Anda mungkin juga menyukai