Anda di halaman 1dari 93

Thursday, 15 January 2015

SOFT TISSUE TUMOR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Q DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST OPERASI SOFT TISSUE TUMOR DI RUANG SEKAR JAGAD
RSUD BENDAN

Disusun oleh
Aofa Abdillah P17420313004
Aqifah Muna P17420313006
Atika Nurul Karomah P17420313007
Annisa Resiana P17420313050
Arif Alama P17420313051
Bagus Alwibowo P17420313052
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN 2014

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. Q DENGAN DIAGNOSA MEDIS


POST OPERASI SOFT TISSUE TUMOR DI RUANG SEKAR JAGAD
RSUD BENDAN

Yang akan diseminarkan pada

Hari / Tanggal : Jumat, 4 Desember 2014

Waktu : Pukul 09.30 WIB

Tempat : Ruang Basement, RSUD Bendan.

Disetujui oleh :
PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Ns. Taadi S.Kp M.HKes Yurotul Mahfudah AMK

NIP. 19720119 199803 1 008

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat

Ridho Nya, kami akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah seminar yang

berjudul "Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Soft Tumor Tissue Di

Ruang Sekar Jagad RSUD Bendan.

Penyusunan laporan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas praktek

klinik keperawatan. Dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak sedikit kesulitan

dan hambatan yang kami alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari

orang terdekat, sehingga kami mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns. Taadi S.Kep M.HKes selaku dosen pembimbing klinik.

2. Ibu Yurotul Mahfudah AMK selaku CI di ruang Sekar Jagad RSUD Bendan

3. Ibu dan ayah kami telah mendidik, mendoakan, mendampingi, sampai

membiayaiku hingga saat ini.

4. Dan semua teman seangkatan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan balasan yang setimpal kepada

mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini

sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Pekalongan, 1 Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Ruang Lingkup 1
D. Sistematika 1
BAB II TINJAUAN TEORI 2
A. Definisi 2
B. Etiologi 2
C. Tanda dan gejala 2
D. Patofisiologi 3
E. Komplikasi 3
F. Penatalaksanaan 4
G. Konsep dasar asuhan keperawatan 4
BAB III TINJAUAN KASUS 7
A. Pengkajian 7
B. Diagnosa Keperawatan 15
C. Rencana Keperawatan 17
D. Tindakan Keperawatan 19
E. Evaluasi 25
BAB IV PEMBAHASAN 26
BAB V PENUTUP 27
A. Kesimpulan 27
B. Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Soft Tissue Tumor (STT) atau tumor jaringan lunak merupakan salah satu kasus yang
jarang dijumpai di rumah sakit. Dari sekian banyak klien bedah di RSUD Bendan
Pekalongan ruang sekarjagad, hanya ditemukan satu klien kasus Soft Tissue Tumor ini.
Maka dari itu kami mengangkat kasus ini untuk dibahas secara detail.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengupas dan membahas
tentang asuhan keperawatan pada klien post operasi Soft Tissue Tumor (STT).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
keperawatan klinik Keperawatan Medikal Bedah II.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada laporan Soft Tissue Tumor ini adalah Ruang Sekarjagad kelas II
di RSUD Bendan Pekalongan.
D. Sistematika
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah sebagai berikut. BAB I berisi
pendahuluan yang meliputi : latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika.
Kemudian pada BAB II berisi tinjauan teori meliputi : pengkajian, diagnose yang
mungkin muncul, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi.
Untuk BAB III berisi tinjauan kasus yang meliputi langkah- langkah dalam asuhan
keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV berisi pembahasan. Dan yang
terakhiir adalah BAB V penutup yang berisi simpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. (Brunner and Suddart. 2001)
Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif,
dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (Price, Sylvia Anderson. 1995)
Kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

B. Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana
tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan
pada saraf-saraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh
lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau
menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau
bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena
dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa
sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.

D. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan
30% di badan.

PATHWAYS

E. Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani menggunakan prosedur
pembedahan komplikasi yang dapat muncul adalah :
1. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak
2. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai dengan kematian
F. Penatalaksanaan
1. Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumor. Jika
memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan
sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin yang aman dari jaringan yang
sehat disekitarnya
2. Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink
Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal.
3. Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi
untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa, mengkaji riwayat kesehatan klien. Mengkaji dengan menggunakan PQRST
b. Mengumpulkan data objektif dari klien
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Melakukan pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan luka post operasi
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat post operasi
c. Gangguan pola aktifitas berhubungan dengan luka post operasi
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi
3. Perencanaan
Dx 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan luka post operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan perfusi jaringan teratasi.
Dengan kriteria hasil :
Ds. klien mengatakan sudah lebih membaik
Do. - Klien tampak tenang
- Klien tampak sehat
Intervensi
- Kaji TTV dan observasi keluhan utama
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
- Atur posisi nyaman

Dx 2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat post


operasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan perfusi jaringan teratasi.
Dengan kriteria hasil :
Ds. Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi
Do. - skala nyeri berkurang (skala 2)
- klien bisa melakukan teknik relaksasi mandiri
Intervensi
- Kaji nyeri PQRST
- Observasi keluhan utama
- Manajemen nyeri
- Atur posisi nyaman
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Dx 3. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan luka post operasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat
beraktivitas dengan normal lagi,
Dengan kriteria hasil :
Ds. Klien mengatakan sudah sedikit bisa berjalan
Do. - klien tampak tenang
- klien bisa berpakaian sendiri
- klien dapat berpindah sendiri
Intervensi
- Observasi keluhan utama
- Atur posisi nyaman
- Ajarkan teknik relaksasi
- Ajarkan ROM aktif dan pasif
Dx 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan cemas klien
dapat berkurang
Dengan kriteria hasil :
Ds. Klien mengatakan memahami tentang penyakitnya
Do. - klien tampak tenang
Intervensi
- Atur posisi nyaman
- Motivasi klien
- Berikan penkes tentang penyakit yang diderita

Dx 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko infeksi
pada klien dapat teratasi.
Dengan kriteria hasil :
Ds. Klien mengatakan sudah lebih baik
Do. - klien tampak tenang
Intervensi
- Atur posisi nyaman
- Observasi keluhan utama
- Lakukan tindakan medikasi
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Ruang/RS : SEKAR JAGAD / RSUD BENDAN
No Register : D52562
Tanggal Masuk : 23 November 2014
Tanggal Pengkajian : 24 November 2014. Jam 13.00
Diagnosa Medis : Soft Tissue Tumor (STT)

I. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. Q
Umur : 65 Th
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Banyu Urip, Pekalongan.
b. Identitas penangguang jawab
Nama : Tn. B
Umur : 34 Th
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dg klien : Jawa/Indonesia
Alamat : Banyu Urip, Pekalongan.

II. Status kesehatan


a. Persepsi kesehatan/manajemen kesehatan
1. Alasan masuk rumah sakit
Klien mengatakan ada benjolan yang semakin membesar dipaha sebelah kiri, dan salah
satu anggota keluarganya menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit.

2. Riwayat kesehatan sekarang


Klien datang ke RSUD Bendan pada tanggal 23 November 2014 dengan masalah
adanya benjolan di paha sebelah kiri.
3. Keluhan utama saat pengkajian
Klien mengatakan adanya luka bekas operasi
Pengkajian PQRST
P : Paha sebelah kiri bekas luka pembedahan
Q: Nyeri tusuk
R : Paha sebelah kiri
S : Skala 6 (nyeri sedang)
T : Sewaktu-waktu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit HIV, Hepatitis B,
TBC dan lainnya.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa tiga tahun yang lalu dirinya pernah menjalani operasi serupa
di RS Swasta yang ada di Pekalongan.

b. Nutrisi dan metabolik


Klien tidak memiliki diet tertentu,
Sebelum sakit
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jumlah : 1 porsi setiap makan
Jenis makanan : nasi putih, lauk, sayur
Keluhan : tidak ada
Minum
Frekuensi : 7 8 gelas (1600 cc)
Jenis minuman : air putih, teh.
Keluhan : tidak ada
Selama sakit
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jumlah : 1 porsi setiap makan
Jenis makanan : nasi putih/bubur, lauk, sayur
Keluhan : tidak ada
Minum
Frekuensi : 7 8 gelas (1600 cc)
Jenis minuman : air putih, teh.
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : * tidak ada *

c. Eliminasi
BAB
Sebelum sakit
Frekuensi : 2 hari sekali
Konsistensi : Lunak
Bau : Khas
Keluhan : Tidak ada
Selama sakit
Frekuensi : 2 hari sekali
Konsistensi : Lunak
Bau : Khas
Keluhan : Tidak ada

BAK
Sebelum sakit
Frekuensi : 4 6 x sehari
Bau : Khas
Keluhan : Tidak ada
Selama sakit
Frekuensi : 5 6 x sehari
Bau : Khas
Keluhan : Tidak ada
d. Aktivitas
Sebelum sakit
Duduk : Mandiri
Berdiri : Mandiri
Toileting : Mandiri
Personal Hygiene : Mandiri
Selama sakit
Duduk : di bantu orang lain
Berdiri : di bantu orang lain
Toileting : di bantu orang lain
Personal Hygiene : di bantu orang lain
Masalah keperawatan : *Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan luka post
operasi*

e. Kebutuhan istirahat dan tidur


Klien tidak mengalami gangguan tidur.
Sebelum sakit : klien tidur 5 7 jam/hari
Selama sakit : klien tidur 5 8 jam/hari
Masalah keperawatan : * tidak ada *

f. Persepsi/kognitif
Tingkat kesadaran klien composmentis, klien tidak memiliki keluhan ingatan (pikun
ataupun amnesia). Klien tidak menggalami gangguan dalam berbicara. Klien
merasakan nyeri
P : luka post op. soft tissue tumor
Q : Nyeri tusuk
R : Paha sebelah kiri bagian posterior
S : Skala 6 (nyeri sedang)
T : Sewaktu-waktu
Masalah keperawatan : nyeri berhubungan dengan luka post operasi

g. Persepsi diri
Klien mengatakan dirinya seorang hamba Allah yang sedang terkena cobaan dan akan
selalu sabar dalam menghadapi. Klien mengharapkan kesembuhan dan ber doa agar
tidak terjadi masalah seperti ini lagi. Klien merasa cemas saat akan dilakukan tindakan
pembedahan, namun setelah dilakukan tindakan pembedahan rasa cemas klien hilang.
Masalah keperawatan : * tidak ada *

h. Hubungan sosial
Orang terdekat anak dan keluarga, Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat
baik. Yang membantu/merawat klien seusai dari rumah sakit adalah keluarga
terdekatnya. Tidak ada hambatan yang berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : * tidak ada *

i. Seksualitas/rproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan memiliki 4 orang anak. Klien
sudah dalam masa menopause.
Masalah keperawatan : * tidak ada *

j. Mekanisme koping
Klien mengatasi stress yang dialaminya dengan cara tabah berserah diri dan lebih
mendekatkan diri pada sang Maha pencipta.
Masalah keperawatan : * tidak ada *

k. Spriritual
Klien beragama islam, dan selalu menjalankan perintah agama dengan baik. Klien
sering membantu sesama umat.
Masalah keperawatan : * tidak ada *

III. Pemeriksaan penunjang


a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 , m : 6 , v : 5 , mata : 4
2. TTV
TD : 150/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,50C
RR : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik head to toe
1. Kepala dan Rambut
Inspeksi : bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, rambut berwarna hitam dan
beruban.
2. Mata
Inspeksi : letak mata simetris, konjung tidak anemis, reflek pupil isokor.
3. Telinga
Inspeksi : bentuk simetris (kanan dan kiri), keadaan bersih tidak ada serumen
4. Mulut
Inspeksi : mukosa mulut lembab, tidak ada sekret di tenggorokan.
5. Leher
Inspeksi : keadaan bersih
Palpasi : tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis, reflek
menelan baik.
6. Dada
a) Paru paru
Inspeksi : nafas teratur, tidak menggunakan otot bantu nafas.
Auskultasi : suara paru vesikuler
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
b) Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis
Auskultasi : bunyi jantung lup dup
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan
Auskultasi : bising usus 3-15x per menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
8. Genitalia dan anus
Inspeksi : klien berjenis kelamin perempuan, tidak terpasang kateter, bersih tidak
ada lesi
9. Kulit
Inspeksi : warna kulit kuning langsat, tidak ada alergi dan lesi.
Palpasi : turgor kulit baik (kembali kurang dari 2 detik)
10. Ekstremitas atas
a) Dextra
Inspeksi : bentuk tangan kanan simetris, tidak terdapat kelainan, tepasang infus
Ringer Laktat 20 tpm
b) Sinistra
Inspeksi : bentuk tangan kiri simetris,tidak ada kelainan
11. Ekstemitas bawah
a) Dextra
Inspeksi : bentuk kaki kanan simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan,
tidak ada edema.
b) Sinistra
Inspeksi : pada bagian posterior terdapat luka post operasi sepanjang 20 cm,
dengan 17 jahitan, keadaan luka bersih tanpa pus dan luka terpasang drain,
pergerakan kurang bebas .
Palpasi : nyeri tekan skala 6 area luka.

c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tanggal : 23 November 2014

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


a. Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin 8,5 g/dl 11,5 16,5
Hematokrit 26,7 % 35,0 47,0
Lekosit 8,01 10^3 /ul 4,0 10,0
Trombosit 173 10^3/ul 150 500
Eritrosit 2,95 10^6/ul 4,4 6,0
b. Index eritrosit
MCV 90,5 Fl 79,0 99,0
MCH 20,8 pg 27,0 31,0
MCHC 31,8 g/dl 33,0 37,0
RDW CV 16,7 % 11,5 14,5
RDW SD 51,3 fL 33 47
PDW 8,5 fL 9 13
MPV 8,5 fL 7,9 11,1
PLCR 12,1 % 15,0 25,0

d. Terapi
Terapi yang diberikan pada tanggal 24 November 2014
Infus Ringer Laktat 20 tpm
Infus Natrium Clorida 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram
Injeksi Ketorolac 3 x 1 ampul
Oral Astranex 3 x 500 mg
Oral Vitamin K 1 x 1 tablet
Oral Vitamin C 1 x 1 tablet
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Q
Ruang/No Reg :Sekar Jagad / D52562
Diagnosa Medis :Post Operasi Soft Tissue Tumor
N Problem/ Diagnosa
Tanggal Data Fokus Etiologi
o Masalah Keperawatan
1. 24 Nov 2014 Ds. Nyeri Terputus- Nyeri b.d
Klien mengata-kan nya konti- terputusnya
nyeri di paha nuitas jari- kontinuitas
P : luka post op. ngan jaringan luka
Q : nyeri tekan post operasi
R : Paha kiri
S : Skala nyeri 6
T : sewaktu -waktu

Do.
Klien tampak lemas
2. 24 Nov 2014 Ds. Resiko Luka post Resiko tinggi
Klien menga-takan Infeksi operasi infeksi b.d
ada luka post luka post
operasi di pahanya. operasi

Do.
Luka post operasi.
Di pahanya ter-
pasang drainase
3. 24 Nov 2014 Ds. Ganggu- luka post Gangguan
Klien menga-takan an pola operasi pola aktivitas
tidak dapat aktivitas berhubungan
melakukan aktivi- dengan luka
tas secara bebas post operasi

Do.
Aktivitasnya di
bantu orang lain
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Q
Ruang/No Reg : Sekar Jagad / D52562
Diagnosa Medis : Post Operasi Soft Tissue Tumor
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Tanggal Intervensi Paraf
o Keperawatan hasil
1. 24 Nov 2014 Nyeri b.d Setelah dilakukan tin-1. Atur posisi
terputusnya dakan keperawatan nyaman
kontinuitas selama 3 x 24 jam2. Ajarkan teknik
jaringan luka diharapkan masalah relaksasi
post operasi nyeri dapat teratasi3. Pantau TTV
dengan kriteria : 4. Memberi-kan
Ds. Klien mengata-kan obat analgetik
nyerinya ter-kontrol

Do.
P : posisi semi fowler
Q : nyeri tekan ringan
R : paha kiri
S : skala nyeri 2
T : Hilang
2. 24 Nov 2014 Resiko tinggi Setelah dilakukan tin-1. Atur posisi
infeksi b.d dakan keperawatan nyaman
luka post selama 3 x 24 jam2. Lakukan
operasi diharapkan resiko tindakan
tinggi infeksi dapat medikasi
diminimalkan dengan3. Pantau TTV
kriteria : 4. Memberi-kan
obat analgetik
Ds.
Klien mengata-kan
lukanya membaik.
Klien mengatakan
tidak merasa nyeri
pada area luka post op

Do.
Luka tampak bersih
Luka tampak kering
Tidak ada pembeng-
kakan

3. 24 Nov 2014 Gangguan Setelah dilakukan tin-1. Observasi


pola aktivitas dakan keperawatan keluhan utama
berhubungan selama 3 x 24 jam2. Atur posisi
dengan luka diharapkan resiko nyaman
post operasi tinggi infeksi dapat3. Ajarkan teknik
diminimalkan dengan relaksasi
kriteria : 4. Ajarkan ROM
Ds. aktif dan pasif
Klien mengatakan
tidak dapat melaku-
kan aktivitas secara
bebas

Do.
Aktivitasnya di bantu
orang lain

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Q
Ruang/No Reg :Sekar Jagad / D52562
Diagnosa Medis :Post Operasi Soft Tissue Tumor
Tindakan
Tanggal Jam Dx Respon Klien Paraf
Keperawatan
26 Nov 2014 10.00 1,2,3 Mengatur posisi Ds.
semi fowler Klien mengatakan
nyaman

Do.
Klien tampak tenang

1,3 Mengajarkan tek- Ds.


nik nafas dalam, Klien mengatakan
dan mengalihkan sudah sedikit tenang
perhatian dengan Do.
mengajak ber- Klien tampak tenang
bincang Klien dapat melakukan
teknik nafas dalam

Ds.
1,2 Mengukur teka- Klien kooperatif
nan darah klien, Do.
dan mengobser- TD : 150/90 mmHg
vasi cairan yang Jumlah cairan yang
keluar dari luka masuk ke penampungan
post. Operasi drainase sebanyak 25 cc

Ds.
Klien kooperatif
Do.
1,2 Melakukan tinda- Tidak ada syok
kan pemberian Tidak ada alergi pada
obat : obat
Injeksi
Ceftriaxone
1x1gr
Ketorolac 3 x 1
amp

Oral
Vitamin K 1 x 1
tablet
Vitamin C 1 x 1 Ds.
tablet Adanya nyeri post op
Do.
3 Observasi P: Paha sebelah kiri
keluhan utama bekas luka pembedahan
Q: Nyeri tusuk
R: Paha sebelah kiri
S: Skala 6 (nyeri
sedang)
T: Sewaktu-waktu

Ds.
Klien kooperatif
Do.
Klien dapat berge-rak
3 Ajarkan ROM perlahan
aktif dan pasif Pergerakan kurang
bebas

27 Nov 2014 10.00 1,2,3 Mengatur posisi Ds.


semi fowler Klien mengatakan
nyaman
Do.
Klien tampak tenang

1,3 Mengajarkan tek- Ds.


nik nafas dalam, Klien mengatakan
dan mengalihkan sudah sedikit tenang
perhatian dengan Do.
mengajak ber- Klien tampak tenang
bincang Klien dapat melakukan
teknik nafas dalam

Ds.
1,2 Mengukur teka- Klien kooperatif
nan darah klien, Do.
dan mengobser- TD : 140/90 mmHg
vasi cairan yang Jumlah cairan yang
keluar dari luka masuk ke penampungan
post. Operasi drainase sebanyak 15 cc

Ds.
Klien kooperatif

1,2 Melakukan tinda- Do.


kan pemberian Tidak ada syok
obat : Tidak ada alergi pada
Injeksi obat
Ceftriaxone
1x1gr
Ketorolac 3 x 1
amp
Oral
Vitamin K 1x1
tablet
Vitamin C 1x1 Ds.
tablet Adanya nyeri post op
Do.
3 Observasi P: Paha sebelah kiri
keluhan utama bekas luka pembedahan
Q: Nyeri tusuk
R: Paha sebelah kiri
S: Skala 6 (nyeri
sedang)
T: Sewaktu-waktu

Ds.
Klien kooperatif
Do.
Klien dapat berge-rak
3 Ajarkan ROM perlahan
aktif dan pasif Pergerakan lebih bebas

28 Nov 2014 10.00 1,2,3 Mengatur posisi Ds.


semi fowler Klien mengatakan
nyaman
Do.
Klien tampak tenang

1,3 Mengajarkan tek- Ds.


nik nafas dalam, Klien mengatakan
dan mengalihkan sudah sedikit tenang
perhatian dengan Do.
mengajak ber- Klien tampak tenang
bincang Klien dapat melakukan
teknik nafas dalam

Ds.
1,2 Mengukur teka- Klien kooperatif
nan darah klien, Do.
dan mengobser- TD : 130/80 mmHg
vasi cairan yang Jumlah cairan yang
keluar dari luka masuk ke penampungan
post. Operasi drainase sebanyak 5 cc

Ds.
Klien kooperatif
Do.
1,2 Melakukan tinda- Tidak ada syok
kan pemberian Tidak ada alergi pada
obat : obat
Injeksi
Ceftriaxone
1x1gr
Oral
Vitamin K 1x1
tablet
Vitamin C 1x1 Ds.
tablet Klien kooperatif
Do.
2 Melakukan tinda- Luka kering
kan medikasi Tidak terdapat pus
luka post operasi Tidak ada tanda infeksi

Ds.
Adanya nyeri post op
Do.
P: Paha sebelah kiri
3 Observasi bekas luka pembedahan
keluhan utama Q: Nyeri tusuk
R: Paha sebelah kiri
S: Skala 3 (nyeri
ringan)
T: Sewaktu-waktu

Ds.
Klien kooperatif
Do.
Dapat beraktivitas
secara mandiri
3 Ajarkan ROM
aktif dan pasif

E. EVALUASI
Nama Klien : Ny. Q
Ruang/No Reg :Sekar Jagad / D52562
Diagnosa Medis :Post Operasi Soft Tissue Tumor
No Tanggal Jam Dx Evaluasi Paraf
1. 28 Nov 2014 11.00 1 S : klien mengatakan nyerinya sudah ber -
kurang dan terkontrol.
O : - TD = 130/80
- Skala nyeri 3
- Jumlah yang keluar dari luka post operasi
5 cc
- Klien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
11.30 2 S : klien mengatakan sudah lebih tenang
O : - TD = 130/80
- Jumlah yang keluar dari luka post operasi
5 cc
- Klien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
12.00 3 S : klien mengatakan sudah dapat berakti-
vitas secara mandiri
O : - Dapat duduk sendiri
- Tidak ketergantungan dengan orang lain
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Di dalam tinjauan teori terdapat lima diagnosa keperawatan tetapi pada tinjauan
kasus penyusun hanya mencantumkan dua diagnosa hal tersebut dikarenakan :
Pada diagnosa cemas behubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya,
penyusun tidak mencantumkan hal tersebut dikarenakan klien sudah pernah
mengalami hal serupa tiga tahun yang lalu, dan sudah melakukan operasi untuk
menagani STT. Hal tersebut menjadikan mental klien lebih kuat dan klien sudah
benar-benar paham dengan penyakitnya tersebut untuk itu klien tidak merasa cemas.
Pada diagnosa gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan post operasi,
penyusun tidak mencantumkan diagnosa tersebut dikarenakan pada saat pengkajian
klien tidak ada keluhan mengenai perfusi jaringan.
Pada intervensi dengan diagnosa resiko tinggi infeksi, terdapat tindakan medikasi
pada perencanaan. Akan tetapi pada saat pelaksanaan dari rencana keperawatan yang
telah dibuat tindakan ini hanya dilakukan hari ketiga. Seharusnya tindakan medikasi
dilakukan selama 3 x 24 jam. Hal ini dikarenakan pada klien post operasi jika
dilakukan tindakan medikasi secara langsung, dapat memperlambat proses
pemulihan/pengeringan luka operasi.
Pada tinjauan teori terdapat beberapa rencana keperawatan salah satunya adalah
kolaborasi dengan pemberian analgetik, pada tinjauan kasus di dalam rencana
keperawatan penyusun tidak mengkolaborasi namun penyusun hanya mengikuti advis
dari dokter untuk memberikan analgetik. Hal tersebut dibuktikan dengan
tercantumnya injeksi ketorolac (analgetik) dalam kolom terapi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian tinjauan kasus di atas, didapatkan 3 diagnosa keperawatan,
antara laian nyeri dan resiko infeksi. Pada tinjauan teori terdapat 5 diagnosa, namun
pada tinjauan kasus hanya muncul 3 diagnosa.
Rencana dan tindakan keperawatan berupa tindakan individu dan kolaborasi
dengan dokter sebagai berikut : mengatur posisi semi fowler, mengajarkan teknik nafas
dalam dan pengalihan perhatian, mengukur tekanan darah dan cairan yang keluar,
melakukan medikasi, melakukan tindakan pemberian obat, mengkaji keluhan ,dan
latihan ROM,
Dengan hasil catatan perkembangan terakhir semua masalah teratasi.

B. Saran
1. Pada tinjauan teori medikasi dilakukan selama 3 x 24 jam, namun pada tinjauan kasus,
medikasi hanya dilakukan pada hari ketiga saja. Hal tersebut di karenakan luka post
operasi belum kering. Apabila medikasi dilakukan pada hari pertama maka akan
memungkinkan resiko pada luka jahitan tidak tertutup secara sempurna. Untuk itu
medikasi dilakukan pada saat luka sudah mengering.
2. Dalam rangka mengurangi resiko tinggi infeksi, klien diharapkan untuk dapat
menjaga kebersihan tubuhnya (personal hygiene).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. . Jakarta

: EGC

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :

EGC

Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

Rahmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskletal.

Banjarbaru: Akper Depkes.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I. Jakarta :

Salemba Medika

Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 3.

Jakarta : EGC
1.2

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai tumor jaringan lunak atau tumor soft tissuemelalui definisi, angka
kejadian, etilogi, klasifikasi menurut tempat asalnya tumor, gambaranklinik, pemeriksaan penunjang,
diagnosis, pencegahan dan pengobatan.
1.3

Manfaat Penulisan
1.

Agar dapat mendiagnosis dini adanya gejala dan gambaran klinis dari tumor jaringanlunak

2.

Agar dapat mencegah maupun memberi terapi yang cepat dan tepat

3.

Agar dapat mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut menuju ke arah tumor ganas

A. PENDAHULUANTumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi


dalam artian khusustumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis,
tumor dibedakan atasgolongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau
kanker terjadi karena timbuldan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga
sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker,
karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup(infiltrative) ke jaringan sekitarnya sambil
merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagianlain tubuh, dan umumnya fatal jika
dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegasdan tidak menyusup, tidak merusak,
tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya(ekspansif), dan umumnya tidak
bermetastasis, misalnya lipoma.Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dansel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik ini
tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang relatif jinak sampai ke
yang paling ganas. Pada satu organ dapattimbul satu atau lebih neoplasma yang sifatnya
berlainan.Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas darikendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk danstrukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya
penyimpangan dalam pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi
danmenyebabkan metastasis.B. TUMOR DAN KANKER JARINGAN LUNAK Bila kulit diatas
benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa borok, kemungkinan benjolantersebut
berasal dari bawah kulit yaitu dari jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa jugadari
tulang iga, namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila
pembesarannyarelatif cepat dalam waktu yang singkat.Jaringan lunak adalah bagian dari
tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong
jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial
(jaringan di sekitar persendian)Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh
mulai dari ujung kepala sampai ujungkaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada
yang ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan
lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS) .Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang
ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1%dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang
dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua
kelompok umur. Pada anak-anak paling sering padaumur sekitar 4 tahun dan pada orang
dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.Lokasi yang paling sering ditemukan adalah
pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46%dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di
daerah paha
Tuesday, 3 February 2015
ASKEP CA TULANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek, tetapi jika benjolan itu terdapat pada
bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, mungkin itu merupakan pertanda awal
terjadinya kanker tulang.
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung.Apabila sel
kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe,
biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya.Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka
sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru.
Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi
tempat metastasis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan kanker tulang secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien kanker tulang.
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien kanker tulang.
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul
pada pasien kanker tulang.
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan kanker
tulang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu)
menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila
tulang menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau
payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan
tumor primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang
dapat dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 )

2. Etiologi
Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :

- Prostat ( paling sering bagi pria )


- Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.
- Paru-paru, 1/3 dari kasusmenunjukkan metastasis ke tulang.
- Ginjal
- Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap, nyeri
pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak. Gejala umum
anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.
- Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis . Gambaran ini bisa
berbentuk lubang-lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah
radiolusen yang berbatas tegas.
Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling sering tulang
belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.

3. Klasifikasi
Keganasan tulang primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan
yang mendasarinya.Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan
vaskular.

Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan
kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel
kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang
sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar
ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker tulang.

Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-
tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada
tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti
kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.

Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang
berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

4. Patofisiologi
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :

- Perluasan secara langsung


- Mengikuti aliran darah balik vena
- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada
tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler
tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat.
Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti
prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) dan
, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan
resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut
osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.

Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan
pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh
proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih
mudah patah.

5. Pathway Kanker Tulang

Zat karsinogen

Timbulnya sel kanker

Bermetastase melalui PD

Sumsum tulang

Mengalami kerusakan yang luas

Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat perkembangan sel kanker di tulang

Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik


Pembelahan sel Oksigenasi sel kurang pengetahuan tindakan operasi

yang abnormal

Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh

jumlah sel meningkat ansietas gangguan harga diri

Transport nutrisi ke sel tubuh

Menekan saraf nyeri koping tidak efektif

Gangguan Nutrisi

Nyeri Akut

6. Manifestasi Klinik
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan
biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan
periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih
terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.

b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko
untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah yang
sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.

c. Penekanan medula spinalis


Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan
medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas,
gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.

d. Peninggian kadar kalsium dalam darah


Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.Peninggian kalsium
dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.

e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah
yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet,
dapat menyebabkan perdarahan.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto tulang konvensional
Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.

b. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat
ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

c. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis
lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering
soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.

d. Scintigraphy ( nuclear medicine )


Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai
metastasis ke tulang.

e. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)


Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah pemeriksaan
semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey
dapat memberikan gambaran klinik yaitu:

- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ tertentu.
- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
- Jenis tulang yang terkena.
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode
seefektip mungkin :

- Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi


- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk
mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat
metastasis.

- Kemoterapi dan terapi hormonal


Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat
diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas
hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.

Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area
metastasis.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga
dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament
untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis ).
Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status, agama,
hubungan dengan klien ).
b. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan
nyeri).
Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami
sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan. (Riwayat
pernah mengalami penyakit kanker).

Riwayat penyakit keluarga


Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada
hubungannya dengan penyakit herediter.

c. Pola aktivitas sehari hari


Aktivitas /Istirahat
- kelemahan dan atau keletihan.
- Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
Sirkulasi
- palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
- Perubahan pada TD.
Integritas Ego
- Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya merokok,
minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
- Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan.
d. Eliminasi
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi
urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
e. Makanan/Cairan
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.
f. Neurosensori
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
g. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
h. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
i. Seksualitas
Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.
Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
j. Interaksi Social
Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
Pemeriksaan fisik
- Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
- Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
- Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit :Mungkin hebat atau dangkal, sering hilang dengan posisi
flexi, anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat.
- Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Agen cedera biologi Nyeri Akut

DO :

- teraba massa tulang

- adanya nyeri tekan pada


sisi yang sakit

- pembengkakan di atas
tulang dan persendian.
- Adanya peleberan vena.

2. DS : Status hipermetabolik berkenaan Nutrisi kurang dari


dengan kanker. kebutuhan tubuh
DO :

- keletihan

- berkeringat pada malam


hari

- anorexia

3. DS : Rasa takut tentang ketidaktahuan, Koping tidak efektif


persepsi tentang proses penyakit,
DO :
dan sistem pendukung tidak adekuat.
- cemas

- kurang pengetahuan

4. DS : Hilangnya anggota tubuh Gangguan harga diri

DO :

- lemah

- kehilangan alat gerak

- moblisasi terbatas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.
- Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses
penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
- Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
3. INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Tujuan :klien - Kaji status nyeri 1. Memberikan data


berhubungan mengalami ( P, Q, R, S, T ) dasar untuk
dengan agen pengurangan nyeri menentukan dan
cedera biologi mengevaluasi intervensi
KH :
yang diberikan.
- Skala nyeri 3-0
- Wajah tampak rileks
- Tidak menahan nyeri 2. meningkatkan
relaksasi klien.

Berikan lingkungan
yang nyaman, dan
aktivitas hiburan

( misalnya : musik,
televisi ).

3. meningkatkan
relaksasi yang dapat
3. Ajarkan teknik menurunkan rasa nyeri
manajemen nyeri klien
seperti teknik
relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.

Kolaborasi :

4. Berikan analgesik
4. mengurangi nyeri dan
sesuai kebutuhan
untuk nyeri. spasme otot

2. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan


1. Mengidentifikasi
dari kebutuhan makanan setiap hari. kekuatan atau defisiensi
Mengalami
tubuh nutrisi.
peningkatan asupan
berhubungan
nutrisi yang adekuat
dengan status
hipermetabolik KH: 2. Mengengidentifikasi
2. Ukur tinggi, berat
berkenaan keadaan malnutrisi
KH : penambahan berat badan, ketebalan kulit
dengan kanker. protein kalori
badan, bebas tanda trisep setiap hari.
khususnya bila berat
malnutrisi, nilai
badan dan pengukuran
albumin dalam batas
antropometrik kurang
normal ( 3,5 5,5 g%
dari norma.
)

3. Memenuhi kebutuhan
metabolik jaringan.
Asupan cairan adekuat
3. Berikan diet TKTP
untuk menghilangkan
dan asupan cairan
produk sisa.
adekuat.

4. membantu
mengidentifikasi
derajat malnutrisi

Kolaborasi :

1) Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.

3. Koping tidak Tujuan : 1. Motivasi pasien dan


1. memberikan
efektif keluarga untuk kesempatan pada
Mendemonstrasikan
berhubungan mengungkapkan pasien untuk
penggunaan
dengan rasa perasaan. mengungkapkan rasa
mekanisme koping
takut tentang takut serta kesalahan
efektif dan partisipasi
ketidak tahuan, konsep tentang
aktif dalam aturan
persepsi diagnosis
pengobatan
tentang proses
penyakit, dan KH :
sistem 2. membina hubungan
- Pasien tampak rileks
pendukung saling percaya dan
2. Berikanlingkungan
tidak adekuat - Melaporkan membantu pasien
yang nyaman dimana
berkurangnya untuk merasa diterima
pasien dan keluarga
ansietas dengan kondisi apa
merasa aman untuk
adanya
- Mengungkapkan mendiskusikan
perasaan mengenai perasaan atau
perubahan yang menolak untuk
terjadi pada diri klien berbicara.

3. Pertahankan kontak
sering dengan pasien
3. Memberikan
dan bicara dengan keyakinan bahwa
menyentuh pasien. pasien tidak sendiri
atau ditolak.
4. Berikan informasi
akurat, konsisten
mengenai prognosis.
4. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan pasien
membuat ke-putusan
atau pilihan sesuai
realita.

4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan dengan


1. Membantu dalam
harga diri orang terdekat memastikan masalah
mengungkapan
berhubungan pengaruh diagnosis untuk memulai proses
perubahan
dengan dan pengobatan pemecahan masalah.
pemahaman dalam
hilangnya terhadap kehidupan
gaya hidup tentang
bagian tubuh pribadi pasien dan
tubuh, perasaan
keluarga.
tidak berdaya, putus
asa dan tidak
mampu.

KH :
2. Motivasi pasien dan
Mulai keluarga untuk
2. Membantu dalam
mengembangkan mengungkapkan
pemecahan masalah
mekanisme koping perasaan tentang efek
untuk menghadapi kanker atau
masalah secara pengobatan.
efektif.

3.
Pertahankan kontak
mata selama interaksi
dengan pasien dan
3.
keluarga dan bicara Menunjukkan rasa
dengan menyentuh empati dan menjaga
pasien. hubungan saling
percaya dengan pasien
dan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan
nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi
lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker tulang(Metastasis) ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGCDonges
Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3.
Jakarta. EGC

Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .Edisi 4. Jakarta.
EGC
Tuesday, 3 February 2015
ASKEP CA TULANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek, tetapi jika benjolan itu terdapat pada
bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, mungkin itu merupakan pertanda awal
terjadinya kanker tulang.
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung.Apabila sel
kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe,
biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya.Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka
sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru.
Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi
tempat metastasis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan kanker tulang secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien kanker tulang.
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien kanker tulang.
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul
pada pasien kanker tulang.
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan kanker
tulang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu)
menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila
tulang menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau
payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan
tumor primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang
dapat dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 )

2. Etiologi
Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :

- Prostat ( paling sering bagi pria )


- Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.
- Paru-paru, 1/3 dari kasusmenunjukkan metastasis ke tulang.
- Ginjal
- Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap, nyeri
pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak. Gejala umum
anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.
- Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis . Gambaran ini bisa
berbentuk lubang-lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah
radiolusen yang berbatas tegas.
Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling sering tulang
belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.

3. Klasifikasi
Keganasan tulang primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan
yang mendasarinya.Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan
vaskular.

Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan
kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel
kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang
sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar
ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker tulang.

Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-
tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada
tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti
kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.

Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang
berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

4. Patofisiologi
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :

- Perluasan secara langsung


- Mengikuti aliran darah balik vena
- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada
tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler
tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat.
Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti
prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) dan
, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan
resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut
osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.

Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan
pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh
proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih
mudah patah.

5. Pathway Kanker Tulang

Zat karsinogen

Timbulnya sel kanker

Bermetastase melalui PD

Sumsum tulang

Mengalami kerusakan yang luas

Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat perkembangan sel kanker di tulang

Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik


Pembelahan sel Oksigenasi sel kurang pengetahuan tindakan operasi

yang abnormal

Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh

jumlah sel meningkat ansietas gangguan harga diri

Transport nutrisi ke sel tubuh

Menekan saraf nyeri koping tidak efektif

Gangguan Nutrisi

Nyeri Akut

6. Manifestasi Klinik
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan
biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan
periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih
terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.

b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko
untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah yang
sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.

c. Penekanan medula spinalis


Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan
medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas,
gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.

d. Peninggian kadar kalsium dalam darah


Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.Peninggian kalsium
dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.

e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah
yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet,
dapat menyebabkan perdarahan.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto tulang konvensional
Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.

b. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat
ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

c. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis
lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering
soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.

d. Scintigraphy ( nuclear medicine )


Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai
metastasis ke tulang.

e. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)


Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah pemeriksaan
semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey
dapat memberikan gambaran klinik yaitu:

- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ tertentu.
- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
- Jenis tulang yang terkena.
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode
seefektip mungkin :

- Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi


- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk
mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat
metastasis.

- Kemoterapi dan terapi hormonal


Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat
diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas
hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.

Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area
metastasis.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga
dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament
untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis ).
Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status, agama,
hubungan dengan klien ).
b. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan
nyeri).
Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami
sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan. (Riwayat
pernah mengalami penyakit kanker).

Riwayat penyakit keluarga


Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada
hubungannya dengan penyakit herediter.

c. Pola aktivitas sehari hari


Aktivitas /Istirahat
- kelemahan dan atau keletihan.
- Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
Sirkulasi
- palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
- Perubahan pada TD.
Integritas Ego
- Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya merokok,
minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
- Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan.
d. Eliminasi
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi
urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
e. Makanan/Cairan
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.
f. Neurosensori
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
g. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
h. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
i. Seksualitas
Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.
Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
j. Interaksi Social
Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
Pemeriksaan fisik
- Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
- Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
- Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit :Mungkin hebat atau dangkal, sering hilang dengan posisi
flexi, anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat.
- Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Agen cedera biologi Nyeri Akut

DO :

- teraba massa tulang

- adanya nyeri tekan pada


sisi yang sakit

- pembengkakan di atas
tulang dan persendian.
- Adanya peleberan vena.

2. DS : Status hipermetabolik berkenaan Nutrisi kurang dari


dengan kanker. kebutuhan tubuh
DO :

- keletihan

- berkeringat pada malam


hari

- anorexia

3. DS : Rasa takut tentang ketidaktahuan, Koping tidak efektif


persepsi tentang proses penyakit,
DO :
dan sistem pendukung tidak adekuat.
- cemas

- kurang pengetahuan

4. DS : Hilangnya anggota tubuh Gangguan harga diri

DO :

- lemah

- kehilangan alat gerak

- moblisasi terbatas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.
- Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses
penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
- Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
3. INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Tujuan :klien - Kaji status nyeri 1. Memberikan data


berhubungan mengalami ( P, Q, R, S, T ) dasar untuk
dengan agen pengurangan nyeri menentukan dan
cedera biologi mengevaluasi intervensi
KH :
yang diberikan.
- Skala nyeri 3-0
- Wajah tampak rileks
- Tidak menahan nyeri 2. meningkatkan
relaksasi klien.

Berikan lingkungan
yang nyaman, dan
aktivitas hiburan

( misalnya : musik,
televisi ).

3. meningkatkan
relaksasi yang dapat
3. Ajarkan teknik menurunkan rasa nyeri
manajemen nyeri klien
seperti teknik
relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.

Kolaborasi :

4. Berikan analgesik
4. mengurangi nyeri dan
sesuai kebutuhan
untuk nyeri. spasme otot

2. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan


1. Mengidentifikasi
dari kebutuhan makanan setiap hari. kekuatan atau defisiensi
Mengalami
tubuh nutrisi.
peningkatan asupan
berhubungan
nutrisi yang adekuat
dengan status
hipermetabolik KH: 2. Mengengidentifikasi
2. Ukur tinggi, berat
berkenaan keadaan malnutrisi
KH : penambahan berat badan, ketebalan kulit
dengan kanker. protein kalori
badan, bebas tanda trisep setiap hari.
khususnya bila berat
malnutrisi, nilai
badan dan pengukuran
albumin dalam batas
antropometrik kurang
normal ( 3,5 5,5 g%
dari norma.
)

3. Memenuhi kebutuhan
metabolik jaringan.
Asupan cairan adekuat
3. Berikan diet TKTP
untuk menghilangkan
dan asupan cairan
produk sisa.
adekuat.

4. membantu
mengidentifikasi
derajat malnutrisi

Kolaborasi :

1) Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.

3. Koping tidak Tujuan : 1. Motivasi pasien dan


1. memberikan
efektif keluarga untuk kesempatan pada
Mendemonstrasikan
berhubungan mengungkapkan pasien untuk
penggunaan
dengan rasa perasaan. mengungkapkan rasa
mekanisme koping
takut tentang takut serta kesalahan
efektif dan partisipasi
ketidak tahuan, konsep tentang
aktif dalam aturan
persepsi diagnosis
pengobatan
tentang proses
penyakit, dan KH :
sistem 2. membina hubungan
- Pasien tampak rileks
pendukung saling percaya dan
2. Berikanlingkungan
tidak adekuat - Melaporkan membantu pasien
yang nyaman dimana
berkurangnya untuk merasa diterima
pasien dan keluarga
ansietas dengan kondisi apa
merasa aman untuk
adanya
- Mengungkapkan mendiskusikan
perasaan mengenai perasaan atau
perubahan yang menolak untuk
terjadi pada diri klien berbicara.

3. Pertahankan kontak
sering dengan pasien
3. Memberikan
dan bicara dengan keyakinan bahwa
menyentuh pasien. pasien tidak sendiri
atau ditolak.
4. Berikan informasi
akurat, konsisten
mengenai prognosis.
4. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan pasien
membuat ke-putusan
atau pilihan sesuai
realita.

4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan dengan


1. Membantu dalam
harga diri orang terdekat memastikan masalah
mengungkapan
berhubungan pengaruh diagnosis untuk memulai proses
perubahan
dengan dan pengobatan pemecahan masalah.
pemahaman dalam
hilangnya terhadap kehidupan
gaya hidup tentang
bagian tubuh pribadi pasien dan
tubuh, perasaan
keluarga.
tidak berdaya, putus
asa dan tidak
mampu.

KH :
2. Motivasi pasien dan
Mulai keluarga untuk
2. Membantu dalam
mengembangkan mengungkapkan
pemecahan masalah
mekanisme koping perasaan tentang efek
untuk menghadapi kanker atau
masalah secara pengobatan.
efektif.

3.
Pertahankan kontak
mata selama interaksi
dengan pasien dan
3.
keluarga dan bicara Menunjukkan rasa
dengan menyentuh empati dan menjaga
pasien. hubungan saling
percaya dengan pasien
dan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan
nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi
lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker tulang(Metastasis) ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGCDonges
Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3.
Jakarta. EGC

Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .Edisi 4. Jakarta.
EGC
Tuesday, 3 February 2015
ASKEP CA TULANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek, tetapi jika benjolan itu terdapat pada
bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, mungkin itu merupakan pertanda awal
terjadinya kanker tulang.
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung.Apabila sel
kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe,
biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya.Apabila sel berjalan melalui peredaran darah, maka
sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru.
Proses ini disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi
tempat metastasis.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan kanker tulang secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian menyeluruh pada pasien kanker tulang.
b. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada pasien kanker tulang.
c. Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul
pada pasien kanker tulang.
d. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan kanker
tulang.

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu)
menimbulkan nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila
tulang menjadi lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau
payudara).Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara periosteal (bila dibandingkan dengan
tumor primer).Yang paling penting, hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda.Jarang
dapat dikenali tumor primer dari mana metastase berasal.( Tucker.1993 )

2. Etiologi
Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :

- Prostat ( paling sering bagi pria )


- Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan metastasis ke tulang.
- Paru-paru, 1/3 dari kasusmenunjukkan metastasis ke tulang.
- Ginjal
- Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis nyeri yang menetap, nyeri
pinggang yang kadang-kadang disertai radikuler serta kelemahan gerak. Gejala umum
anemia,anoreksia, muntah-muntah.dan gangguan psikis.
- Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat osteoporosis . Gambaran ini bisa
berbentuk lubang-lubang pukulan yang kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah
radiolusen yang berbatas tegas.
Lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan menyebar ketulang lain, paling sering tulang
belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.

3. Klasifikasi
Keganasan tulang primer diklasifikasikan secara histologis berdasarkan jenis sel atau jaringan
yang mendasarinya.Tipe tersebut termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan
vaskular.

Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker tulang sekunder dan
kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel
kanker yang berasal dari organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang
sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker paru-paru yang menyebar
ke tulang kemudian berkembang menjadi kanker tulang.

Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker menyebar pada tulang-
tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada
tubuh, jenis kanker yang paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti
kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.

Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang
berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada tulang.

4. Patofisiologi
Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :

- Perluasan secara langsung


- Mengikuti aliran darah balik vena
- Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.
Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada
tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler
tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat.
Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti
prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) dan
, Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan
resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut
osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.

Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan
pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh
proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih
mudah patah.

5. Pathway Kanker Tulang

Zat karsinogen

Timbulnya sel kanker

Bermetastase melalui PD

Sumsum tulang

Mengalami kerusakan yang luas

Aktivitas hematopoetik Pembentukan substrat perkembangan sel kanker di tulang

Plasma tdk matang Anemia proses penyakit gangguan ortopedik


Pembelahan sel Oksigenasi sel kurang pengetahuan tindakan operasi

yang abnormal

Gangguan metabolic persepsi tentang penyakit hilangnya anggota tubuh

jumlah sel meningkat ansietas gangguan harga diri

Transport nutrisi ke sel tubuh

Menekan saraf nyeri koping tidak efektif

Gangguan Nutrisi

Nyeri Akut

6. Manifestasi Klinik
a. Nyeri tulang
Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan
biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan
periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor.Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih
terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.

b. Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko
untuk mengalami fraktur.Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejala-gejala lainnya.Daerah yang
sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra.

c. Penekanan medula spinalis


Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan
medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas,
gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen.

d. Peninggian kadar kalsium dalam darah


Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang.Peninggian kalsium
dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan
kesadaran.

e. Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah
yang terkena.Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah.Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet,
dapat menyebabkan perdarahan.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto tulang konvensional
Foto tulang konvensional digunakan untuk menentukan karakter metastasis ke tulang.

b. Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang susah atau tidak dapat
ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

c. MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk mendeteksi suatu metastasis
lebih sensitif daripada penggunaan skintiscanning.
Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih (kebanyakan/lebih sering
soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis dari pada rangkaian.

d. Scintigraphy ( nuclear medicine )


Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk menilai
metastasis ke tulang.

e. Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)


Bone Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radio-grafik konvensional adalah pemeriksaan
semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey
dapat memberikan gambaran klinik yaitu:

- Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis atau pada organ-organ tertentu.
- Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
- Jenis tulang yang terkena.
- Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan ganas dengan metode
seefektip mungkin :

- Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi


- Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(2500-3000ml/hari) unutuk
mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
- Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan tulang yang berlebihan akibat
metastasis.

- Kemoterapi dan terapi hormonal


Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam tubuh.Kemoterapi dapat
diberikan per-oral maupun intravena.Terapi hormon digunakan untuk menghambat aktivitas
hormon dalam mendukung pertumbuhan kanker.

Radioterapi
Radioterapi berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol pertumbuhan tumor di area
metastasis.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.Biasanya pembedahan juga
dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam pembedahan mungkin ditambahkan beberapa ornament
untuk mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.

b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan
bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).

2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan
secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.

3. Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan
radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.Antiemetika dan teknik relaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal.Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.

4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
(Smeltzer. 2001)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis ).
Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,status, agama,
hubungan dengan klien ).
b. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan
nyeri).
Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka
kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah dialami
sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan proses keperawatan. (Riwayat
pernah mengalami penyakit kanker).

Riwayat penyakit keluarga


Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada
hubungannya dengan penyakit herediter.

c. Pola aktivitas sehari hari


Aktivitas /Istirahat
- kelemahan dan atau keletihan.
- Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
- Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
Sirkulasi
- palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
- Perubahan pada TD.
Integritas Ego
- Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya merokok,
minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
- Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa
bersalah, kehilangan.
d. Eliminasi
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi. Perubahan eliminasi
urinearius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
e. Makanan/Cairan
Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif, dan bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya massa otot.
f. Neurosensori
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
g. Pernafasan
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan asbes.
h. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
i. Seksualitas
Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan.
Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan herpes genital.
j. Interaksi Social
Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan). Masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Observasi dan Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.
Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )
Pemeriksaan fisik
- Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
- Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
- Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit :Mungkin hebat atau dangkal, sering hilang dengan posisi
flexi, anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek
berat.
- Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

ANALISA DATA

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Agen cedera biologi Nyeri Akut

DO :

- teraba massa tulang

- adanya nyeri tekan pada


sisi yang sakit

- pembengkakan di atas
tulang dan persendian.
- Adanya peleberan vena.

2. DS : Status hipermetabolik berkenaan Nutrisi kurang dari


dengan kanker. kebutuhan tubuh
DO :

- keletihan

- berkeringat pada malam


hari

- anorexia

3. DS : Rasa takut tentang ketidaktahuan, Koping tidak efektif


persepsi tentang proses penyakit,
DO :
dan sistem pendukung tidak adekuat.
- cemas

- kurang pengetahuan

4. DS : Hilangnya anggota tubuh Gangguan harga diri

DO :

- lemah

- kehilangan alat gerak

- moblisasi terbatas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.
- Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi tentang proses
penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
- Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
3. INTERVENSI

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KH INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Tujuan :klien - Kaji status nyeri 1. Memberikan data


berhubungan mengalami ( P, Q, R, S, T ) dasar untuk
dengan agen pengurangan nyeri menentukan dan
cedera biologi mengevaluasi intervensi
KH :
yang diberikan.
- Skala nyeri 3-0
- Wajah tampak rileks
- Tidak menahan nyeri 2. meningkatkan
relaksasi klien.

Berikan lingkungan
yang nyaman, dan
aktivitas hiburan

( misalnya : musik,
televisi ).

3. meningkatkan
relaksasi yang dapat
3. Ajarkan teknik menurunkan rasa nyeri
manajemen nyeri klien
seperti teknik
relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan
bimbingan imajinasi.

Kolaborasi :

4. Berikan analgesik
4. mengurangi nyeri dan
sesuai kebutuhan
untuk nyeri. spasme otot

2. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Catat asupan


1. Mengidentifikasi
dari kebutuhan makanan setiap hari. kekuatan atau defisiensi
Mengalami
tubuh nutrisi.
peningkatan asupan
berhubungan
nutrisi yang adekuat
dengan status
hipermetabolik KH: 2. Mengengidentifikasi
2. Ukur tinggi, berat
berkenaan keadaan malnutrisi
KH : penambahan berat badan, ketebalan kulit
dengan kanker. protein kalori
badan, bebas tanda trisep setiap hari.
khususnya bila berat
malnutrisi, nilai
badan dan pengukuran
albumin dalam batas
antropometrik kurang
normal ( 3,5 5,5 g%
dari norma.
)

3. Memenuhi kebutuhan
metabolik jaringan.
Asupan cairan adekuat
3. Berikan diet TKTP
untuk menghilangkan
dan asupan cairan
produk sisa.
adekuat.

4. membantu
mengidentifikasi
derajat malnutrisi

Kolaborasi :

1) Pantau hasil
pemeriksaan
laboratorium sesuai
indikasi.

3. Koping tidak Tujuan : 1. Motivasi pasien dan


1. memberikan
efektif keluarga untuk kesempatan pada
Mendemonstrasikan
berhubungan mengungkapkan pasien untuk
penggunaan
dengan rasa perasaan. mengungkapkan rasa
mekanisme koping
takut tentang takut serta kesalahan
efektif dan partisipasi
ketidak tahuan, konsep tentang
aktif dalam aturan
persepsi diagnosis
pengobatan
tentang proses
penyakit, dan KH :
sistem 2. membina hubungan
- Pasien tampak rileks
pendukung saling percaya dan
2. Berikanlingkungan
tidak adekuat - Melaporkan membantu pasien
yang nyaman dimana
berkurangnya untuk merasa diterima
pasien dan keluarga
ansietas dengan kondisi apa
merasa aman untuk
adanya
- Mengungkapkan mendiskusikan
perasaan mengenai perasaan atau
perubahan yang menolak untuk
terjadi pada diri klien berbicara.

3. Pertahankan kontak
sering dengan pasien
3. Memberikan
dan bicara dengan keyakinan bahwa
menyentuh pasien. pasien tidak sendiri
atau ditolak.
4. Berikan informasi
akurat, konsisten
mengenai prognosis.
4. Dapat menurunkan
ansietas dan
memungkinkan pasien
membuat ke-putusan
atau pilihan sesuai
realita.

4. Gangguan Tujuan : 1. Diskusikan dengan


1. Membantu dalam
harga diri orang terdekat memastikan masalah
mengungkapan
berhubungan pengaruh diagnosis untuk memulai proses
perubahan
dengan dan pengobatan pemecahan masalah.
pemahaman dalam
hilangnya terhadap kehidupan
gaya hidup tentang
bagian tubuh pribadi pasien dan
tubuh, perasaan
keluarga.
tidak berdaya, putus
asa dan tidak
mampu.

KH :
2. Motivasi pasien dan
Mulai keluarga untuk
2. Membantu dalam
mengembangkan mengungkapkan
pemecahan masalah
mekanisme koping perasaan tentang efek
untuk menghadapi kanker atau
masalah secara pengobatan.
efektif.

3.
Pertahankan kontak
mata selama interaksi
dengan pasien dan
3.
keluarga dan bicara Menunjukkan rasa
dengan menyentuh empati dan menjaga
pasien. hubungan saling
percaya dengan pasien
dan keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja.Biasanya (tidak selalu) menimbulkan
nyeri local.Tumor metastasik biasanya dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi
lemah.Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat atau payudara).
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari tempat
asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari
suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui peredaran
darah ataupun aliran limfe.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Asuhan Keperaatan Kanker tulang(Metastasis) ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian
sangat saya perlukan guna kesempurnaan laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGCDonges
Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8.Vol 3.
Jakarta. EGC

Price Sylvia,A (1994),Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 .Edisi 4. Jakarta.
EGC

Anda mungkin juga menyukai