Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HEPATITIS

KELOMPOK III

ADITYANI FEBIOLA NINGRUM


DANI PRABOWO
DIAN LESTARI EFFENDI
LISA ANGLIA SARI
MIFTAHUL JANNAH
NIA
YUNI FITRIANI
SUWANTO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN


STIkes PEKANBARU MEDICAL CENTER
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Terima kasih
kami ucapkan pada dosan pembimbing mata kuliah Komunitas II, Ns. Haria Prima Hendra, S.
Kep yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEPATITIS

Tidak lupa juga kami ucapkan pada teman-teman yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari
makalah ini tidak lepas dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun
dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah-makalah berikutnya.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat.

Pekanbaru, Desember 2015

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan
oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala
sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 :
429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan
kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru
terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa
hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh
kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15
persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10
persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala
sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang
lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang
ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang
dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)

3
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini
haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga
klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui
rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi
masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian
makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat
diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi
resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu
menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air
bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum,
mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan
teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat,
disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi
penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

B. Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Rencana Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Hepatitis.

4
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 : 93)

Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati.


Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai
nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokomia serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)

Hepatitits adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat obatan serta bahan bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)

5
TIPE-TIPE HEPATITIS

Type A Type B Type C Type D Type E

Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral Parenteral Fekal-oral


transmisi melalui seksual, jarang seksual, perinatal,
orang lain perinatal orang ke memerlukan
orang, koinfeksi dengan
perinatal type B

Keparah-an Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama


dan luas, dapat insiden kronis dan dengan D
asimto- berkem-bang gagal hepar akut
matik sampai kronis

Sumber Darah, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah,


virus feces, semen, sekresi melalui darah feces,
saliva vagina saliva

B. Jenis Hepatitis
a) Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui
kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran
cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6
minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi paling sering
terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). HAV menular
melalui makanan/ minuman yang tercemar kotoran (tinja) dari seseorang
yang terinfeksi masuk ke mulut orang lain. HAV terutama menular melalui
makanan mentah atau tidak cukup dimasak, yang ditangani atau disiapkan
oleh seseorang dengan hepatitis A (walaupun mungkin dia tidak mengetahui
dirinya terinfeksi). Minum air atau es batu yang tercemar dengan kotoran
adalah sumber infeksi lain, serta juga kerang-kerangan yang tidak cukup
dimasak. HAV dapat menular melalui rimming (hubungan seks oral-anal,

6
atau antara mulut dan dubur). HAV sangat jarang menular melalui hubungan
darah-ke-darah. Hepatitis A adalah bentuk hepatitis yang akut, berarti tidak
menyebabkan infeksi kronis.

b) Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). HBV adalah virus
nonsitopatik, yang berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan
langsung pada sel hati. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang
oleh sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan
kerusakan pada hati. Seperti halnya dengan virus hepatitis A, kita dapat
divaksinasikan terhadap HBV untuk mencegah infeksi. Cara penularan HBV
sangat mirip dengan HIV. HBV terdapat dalam darah, air mani, dan cairan
vagina, dan menular melalui hubungan seks, penggunaan alat suntik narkoba
(termasuk jarum, kompor, turniket) bergantian, dan mungkin melalui
penggunaan sedotan kokain dan pipa crack. Perempuan hamil dengan
hepatitis B juga dapat menularkan virusnya pada bayi, kemungkinan besar saat
melahirkan. Jumlah virus (viral load) hepatitis B dalam darah jauh lebih tinggi
daripada HIV atau virus hepatitis C, jadi HBV jauh lebih mudah menular
dalam keadaan tertentu (misalnya dari ibu-ke-bayi saat melahirkan). Seperti
hepatitis A, hepatitis B dapat menyebabkan hepatitis akut bergejala. Tetapi
berbeda dengan hepatitis A, hepatitis B dapat menjadi infeksi kronis
(menahun). Ini berarti bahwa sistem kekebalan tubuh tidak mampu
memberantas virus dalam enam bulan setelah terinfeksi. Dengan kata lain,
virus tersebut terus berkembang dalam hati selama beberapa bulan atau tahun
setelah terinfeksi. Hal ini meningkatkan risiko kerusakan hati dan kanker hati.
Lagi pula, seseorang dengan HBV kronis dapat menularkan orang lain.
Kurang dari 10 persen orang dewasa yang terinfeksi HBV mengalami infeksi
HBV kronis. Sebaliknya, kurang lebih 90 persen bayi yang terinfeksi HBV
saat lahir mengalami infeksi HBV kronis. Ada obat yang dapat diberikan pada
bayi setelah lahir untuk membantu mencegah hepatitis B. Anak muda yang
terinfeksi HBV mempunyai risiko 25-50 persen mengalami hepatitis B kronis.
Pada orang dewasa, kemungkinan menjadi HBV kronis tergantung pada
sistem kekebalan tubuhnya. Misalnya, orang dengan sistem kekebalan yang
lemah karena pencangkokan organ, melakukan cuci darah karena masalah

7
ginjal, menjalankan kemoterapi, menerima terapi steroid untuk menekan
sistem kekebalan, atau akibat infeksi HIV lebih mungkin menjadi HBV kronis
dibandingkan dengan orang dengan sistem kekebalan yang sehat. Penelitian di
AS menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen orang dengan HIV pernah
terinfeksi dengan HBV pada suatu waktu dalam kehidupannya, dan 15 persen
terinfeksi HBV kronis. Keadaan di Indonesia belum jelas, tetapi Depkes
menyatakan bahwa 3-33 orang Indonesia terinfeksi HBV. Masa inkubasi
mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.

c) Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab
tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial.
HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui
transfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna obat
injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko terhadap
pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat yang terpajan pada
darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari. Hepatitis C disebabkan
oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini dapat mengakibatkan infeksi seumur
hidup, sirosis hati, kanker hati, kegagalan hati, dan kematian. Belum ada
vaksin yang dapat melindungi terhadap HCV, dan diperkirakan 3 persen
masyarakat umum di Indonesia terinfeksi virus ini. Infeksi HCV umum
dijumpai di antara orang dengan HIV, dan kegagalan hati disebabkan oleh
infeksi HCV sekarang adalah salah satu penyebab utama kematian Odha.
Infeksi HCV dapat menyebabkan perjalanan penyakit hati lebih cepat pada
orang yang juga terinfeksi HIV. Oleh karena ini, beberapa pihak menganggap
hepatitis C sebagai infeksi oportunistik, walaupun infeksi HCV bukan kriteria
untuk AIDS. Pengguna narkoba suntikan (IDU) yang memakai jarum suntik
dan alat suntik lain secara bergantian berisiko paling tinggi terkena infeksi
HCV. Antara 50 dan 90 persen IDU dengan HIV juga terinfeksi HCV. Hal ini
karena kedua virus menular dengan mudah melalui hubungan darah-ke-darah.
HCV dapat menyebar dari darah orang yang terinfeksi yang masuk ke darah
orang lain melalui cara yang berikut:
1. Memakai alat suntik (jarum suntik, semprit, dapur, kapas, air) secara
bergantian

8
2. Kecelakaan ketusuk jarum
3. Luka terbuka atau selaput mukosa (misalnya di dalam mulut, vagina,
atau dubur)
4. Produk darah atau transfusi darah yang tidak diskrining.
Berbeda dengan HIV, umumnya dianggap bahwa HCV tidak dapat menular
melalui air mani atau cairan vagina kecuali mengandung darah. Ini berarti
risiko terinfeksi HCV melalui hubungan seks adalah rendah. Namun masih
dapat terjadi, terutama bila berada infeksi menular seksual seperti herpes atau
hubungan seks dilakukan dengan cara yang meningkatkan risiko luka pada
selaput mukosa atau hubungan darah-ke-darah, misalnya akibat kekerasan.

Diusulkan orang dengan HCV melakukan seks lebih aman dengan


penggunaan kondom untuk melindungi pasangannya. Perempuan dengan HCV
mempunyai risiko di bawah 6 persen menularkan virusnya pada bayinya
waktu hamil atau saat melahirkan, walaupun risiko ini meningkat bila viral
load HCV-nya tinggi. Kemungkinan HCV tidak dapat menular melalui
menyusui. Bila kita belum dites HCV, atau tidak mengetahui apakah kita
pernah dites, kita sebaiknya membicarakannya dengan dokter. Tes HCV
sangat disarankan untuk siapa pun yang HIV-positif.

d) Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah
parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang
mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila
individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius melalui infeksi HDV.
Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, hemofili,
resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu yang telah mempunyai
HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan
kematian.

9
e) Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air
yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup
pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi
buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.

f) Kemungkinan Hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun
hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.

C. Manifestasi klinis

Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan saja
jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya secara pasyi masih
diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah penderita.gejala penderita hepatitis virus mula
mula badanya terasa panas, mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air
seninya berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh
kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan.
Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan penderita
hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E belum dapat di ketahui
sevara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil
(kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita hepatitis B yang
menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis), dan ada
pula yang berubah menjadi kanker hati.

10
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis yaitu :
1. Stadium prodromal
Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai
dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut
praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum
dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
Malese umum
Anoreksia
Sakit kepala
Rasa malas
Rasa lelah
Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
Mialgia (nyeri otot)

2. Stadium ikterus

Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini
ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal
Pembesaran dan nyeri hati
Splenomegali
Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit

11
3. Stadium pemulihan
Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
Gejala-gejala mereda termasuk ikterus
Nafsu makan pulih
Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil

D. Pencegahan

Upaya Pencegahan dan pengobatan untuk hepatitis dapat dilakukan dengan pemberian
vaksinasi atau imunisasi hepatitis bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix atau bentuk
kombinasi dengan vaksin hepatitis (twinrix). Imunisasi juga diberikan kepada balita dan
anak-anak mulai dari usia 2-18 tahun sebanyak satu kali.
Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan dengan imunisasi ulang (booster) setelah 6-12
bulan imunisasi pertama. Pemberian imunisasi ini dapat bertahan 15-20 tahun. Apabila
seseorang telah di imunisasi dapat terjangkit kembali hepatitis kemungkinan disebabkan
karena terinfeksi VBA yang terjadi anatara 2-4 minggu setelah di imunisasi, karena pada saat
itu tubuh belum menghasilkan anti bodi dalam jumlah yang cukup.
Pemberian imunisasi lengkap pada penderita hepatitis ini dapat mencegah infeksi VHB
selama 15 tahun. Imunisasi hepatitis B ini dilakukan sebanyak 3 kali, yakni imunisasi
pertama dan kedua diberikan dalam jarak 1 bulan.
Sedangkan imunisasi ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kedua. Sebaiknya pemberian
imunisasi hepatitis B ini dilakukan sedini mungkin yakni ketika bayi lahir dan setelah
beberapa hari diberi vaksin atau imunisasi sebelum pulang dari rumah bersalin.
Hindari air, termasuk es, yang mungkin tercemar kotoran
Hindari kerang-kerangan yang mentah atau kurang masak
Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah ke kamar mandi, mengganti popok bayi, dan
sebelum menyiapkan atau makan makanan
Memakai penghalang lateks (dental dam) untuk seks oral- anal

12
E. Pengobatan

Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :

Istirahat sesuai keperluan


Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap
infeksi. Imunitas ini bersifet sementara
Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini
dibuat dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini
96% efektif setelah pemberian satu dosis.
Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang
termasuk dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-
orang yang terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk
divaksinasi dalah orang-orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum
homoseksual atau heteroseksual yang aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan
bayi.
Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA
rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval interval yang telah ditentukan. Dosis
pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.

13
Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin

Hipertermi Inflamasi pada hepar Peregangan kapsula hati

Gangguan suplay darah normal pada


Perubahan kenyamanan Hepatomegali
sel-sel hepar
Perasaan tidak nyaman di kuadran
Gangguan metabolisme karbohidrat Kerusakan sel parenkim, sel hati dan
kanan atas
lemak dan protein duktulii empedu intrahepatik

Nyeri Anoreksia
Gglikogenesis Glukoneogenesis
menurun menurun

Perubahan Nutrisi :
Glikogen dalam hepar berkurang
Kurang Dari Kebutuhan
Glikogenolisis menurun

Glukosa dalam darah berkurang

Cepat lelah Keletihan

Kerusakan sel parenkim, sel hati dan


duktuli empedu intrahepatik

Obstruksi Kerusakan konjugasi


Gangguan eksresi Kerusakan sel eksresi
empedu Bilirubin tidak sempura dikeluarkan
Retensi bilirubin melalui duktus hepatikus

Regurgitasi pada duktuli


Bilirubin direk meningkat
empedu intra hepatik
Ikterus
Bilirubin direk
meningkat

Peningkatan garam Ikterus Larut dalam air


empedu dalam darah

Pruritus Perubaha Eksresi ke Billirubinuria dan kemih


14
kenyamanan dalam kemih berwarna gelap
F. Komplikasi
1.Hepatitis Fulminan
Yaitu suatu sindrom klinis akibat nekrosis masif sel-sel hati, sehingga
terjadi gagal hati yang berat secara mendadak. Keadaan ini ditandai dengan
ensefalopati yang progresif, hati menciut, bilirubin meningkat cepat, waktu
pembekuan memanjang dan koma hepatikum.

2.Hepatitis kronik persisten


Yaitu perjalanan penyakit yang mermanjang 4 8 bulan. Terjadi pada
5-10% pasien. Meskipun terlambat pasien-pasien hepatitis kronis persisten
akan selalu sembuh kembali.

3.Hepatitisrelaps
Yaitu kekambuhan setelah serangan awal akibat minum alkohol atau
aktivitas fisik berlebih. Ikterik biasanya tidak terlalu nyata. Tirah baring akan
segera diikuti kesembuhan.

4.Hepatitis kronik aktif


Kerusakan hati permanen berlanjut menjadi sirosis. Terapi
kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati tapi prognosis tetap
buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun.

5.Kanker hati(karsinoma hepatoseluler)


Merupakan komplikasi lanjut yang cukup bermakna. Penyebab
utamanya adalah infeksi HBV kronik dan sirosis

6.Sirosis hepatis
7.Hepatomegali

15
Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen
1) Bilirubin direk normal < 0,4 pasien hepatitis 2,72
2) Bilirubun serum total normal <1,2 pasien hepatitis 3,92
3) Bilirubin urine
4) Urobilinogen urine
5) Urobilinogen feses
6) Leukosit normal 5-10 ribu pasien hepatitis 5,3

b. Pemeriksaan protein
1) protein totel serum
2) albumin serum
3) globulin serum
4) HbsAG

c. Waktu protombin
1) respon waktu protombin terhadap vitamin K

d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase


1) AST atau SGOT
Normal wanita : 0 - 35 U/L jika pasien hepatitis 73 U/L
Normal laki-laki : 0 - 50 U/L
2) ALT atau SGPT
Normal laki-laki : 0 - 50 U/L Jika pasien hepatitis 325 U/L
Normal wanita : 0 - 35 U/L
3) LDH
4) Amonia serum

2. Radiologi
1) Foto rontgen abdomen
2) Pemindahan hati denagn preparat technetium
3) Kolestogram dan kalangiogram

16
4) Arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
1) Laparoskopi
2) Biopsi hati

17
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS

1. Pengkajian

1. Keluhan Utama

Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise,
demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan
hilang daya rasa lokal untuk perokok.

2. Pengkajian Kesehatan

a. Aktivitas

Kelemahan
Kelelahan
Malaise

b. Sirkulasi

Bradikardi (hiperbilirubin berat)


Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c. Eliminasi

Urine gelap
Diare feses warna tanah liat

d. Makanan dan Cairan

Anoreksia
Berat badan menurun
Mual dan muntah
Peningkatan oedema
Asites

18
e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang


Cenderung tidur
Letargi
Asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen
Nyeri tekan pada kuadran kanan
Mialgia
Atralgia
Sakit kepala
Gatal (pruritus)

g. Keamanan

Demam
Urtikaria
Lesi makulopopuler
Eritema
Splenomegali
Pembesaran nodus servikal posterior

h. Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan


untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan

19
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks
viseral), empedu tertahan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.

Kriteria Hasil :

Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk


meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

Intervensi :

Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
Awasi glukosa darah.

20
Berikan obat sesuai indikasi
Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.

2. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Kriteria Hasil :

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

Intervensi :

Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk
intensitas nyeri.
Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berakhir, bila diketahui.
Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.

3. Diagnosa Keperawatan 3 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan


cairan intra abdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

Kriteria Hasil :

Pola nafas adekuat

Intervensi :

Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan


Auskultasi bunyi nafas tambahan

21
Berikan posisi semi fowler
Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
Berikan oksigen sesuai kebutuhan

22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera
ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan hepatitis.
Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah, saliva, semen, alat-
alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan secara tidak sengaja.
Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan horizontal dalam keluarga
atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di masyarakat berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan
kontak dengan darah dan material penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan
melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan
dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.
Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif
atau kronik aktif dimana terjadi kerusaklaan hati seperti digerogoti ( piece meal ) dan
berkembang sirosis. Kondisi ini dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati.
Terapi kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cedera hati, namun prognosis tetap
buruk. Kematian biasanya terjadid alam 5 tahun akibat gagal ginjal atau komplikasi sirosis.
Hepatitis kronik aktif dapat berkembang pada hampir 50 % pasien dengan HCV; sedangkan
troporsinya pada penderita HBV jauh lebih kecil ( sekitar 1 3 %). Sebaiknya hepatitis
kronik umumnya tidak menjadi komplikasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus hepatitis
kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat-obatan yang dapat terlibat dalam
patogenesis kelainan ini termasuk alfametildopa ( aldomet, isoniazid, sulfonamide dan
aspirin).

Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan secepatnya agar


tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati. Dan perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien yang belum megetahui bahaya dan
cara pencegahan hepatitis sedini mungkin.

23
B. Saran

Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis ini,
tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui cara
penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan supaya
terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan terutama lewat suntikan, maka
setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya steril. Yang praktis adalah penggunakan
jarum baru atau disposibel ( sekali pakai buang). Dan yang paling penting adalah melakukan
vaksinasi, vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita
dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan zat anti ( antibody) terhadap
antigen tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.

Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.

Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.

Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai