KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan
bimbing, tuntun. Kemudian lahirlah kata benda pemimpin, yakni orang yang
kepada suatu tindakan dalam pelaksanaan tugas memimpin (band. KBBI, 1995).
Yunani ada dua kata kerja yakni archien, artinya membimbing, menuntun, dan
(Jeanings, 1960). Dalam bahasa Inggris, kata “pemimpin” sudah dipakai lebih
dari 1000 tahun yang sedikit berubah dari bahasa Anglo Saxon, yakni dari akar
kata laedere, yang berarti pemandu petualangan (Bolman & Deal 1991). Dalam
bahasa modern, kata pemimpin tidak selamanya berarti sama. Dalam bahasa
21
Warren Bennis dan Burt Nanus (1997) melaporkan mereka telah
kelompok untuk mencapai tujuan yang dituju oleh pemimpin atau dipegang
konflik dengan orang-orang lain, orang dengan memberi motivasi dan tujuan
22
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dengan kekuatan pengaruh;
kesepakatan;
dibentuk dan dipengaruhi oleh kelompok dan lingkungannya. Pada sisi lain,
yang strategis. Jadi, ada hubungan saling mempengaruhi antara pemimpin sebagai
relasi dari suatu hubungan vital resiprokal, artinya individuality dan sociality
kepribadian atau sifat-sifat menonjol di dalam diri seorang pemimpin. Dengan itu,
23
menyangkut fungsi organisasi dengan pembagian kekuasaan dalam pengambilan
Mar’at (1985) kepemimpinan dapat dikatakan selalu ada dalam masyarakat dan
milik masyarakat. Hanya karena lokasi , zaman dan kebudayaan yang berbeda
maka terjadi corak-corak kepemimpinan yang bervariasi baik dari segi struktur
adalah pengaruh”. Dari arti kepemimpinan yang disebutkan diatas bahwa terlihat
terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki ciri-ciri
kepemimpinan (Yukl (2005). Walaupun belum ada kesatuan pendapat para ahli
mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan
sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-
24
2. Penguasaan emosional
4. Kecakapan berkomunikasi
dipimpinnya.
Setiap orang akan senang jika mereka merasa dipercaya dan banyak orang
kepercayaan kepada orang yang kita pimpin sesuai dengan kemampuan dan
wilayah kerjanya, namun sampaikan terlebih dahulu dengan jelas apa yang harus
dia lakukan.
Dengarkan dan perhatikan apa yang di sampaikan orang lain disekitar kita,
25
ketika hal tersebut dilakukan sesungguhnya kita membangun hubungan terhadap
orang lain dan mereka akan merasa dihargai. Karena pada dasarnya setiap orang
pasti ingin dirinya dihargai, maka berikanlah hal itu. Orang yang tidak pernah
menghargai orang lain, jangan pernah berharap dia akan dihargai apalagi dicintai.
orang melihat bahwa mereka dipahami, mereka akan merasa dimotivasi dan
dipengaruhi secara positif. Sesungguhnya cara paling halus dan jitu untuk
mempengaruhi dan mengambil hati orang lain adalah dengan memahami dan
mendengarkan apa yang dia sampaikan. Berikan sepenuhnya apa yang sudah
menjadi hak mereka tanpa harus melalaikan pendidikan untuk mereka sadar akan
Dengan mengarahkan orang lain kepada kesuksesan, tanpa kita sadari kita pun
telah melatih diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih sukses. Ilmu kita
atau jaringan kita bertambah dan kebaikan kita pun berlipat ganda.
orang lain tanpa menurunkan kemampuan pemimpin itu sendiri . Maksudnya jika
26
seorang pemimpin telah mampu mendelegasikan tugas dengan baik kepada
bawahannya, berarti ia telah membuat langkah cerdas dalam kerjanya, tugas yang
tercapai lebih banyak dan lebih cepat. Bawahannya semakin pintar dan pada
akhirnya tujuan bersama pun tercapai dengan hasil terbaik. Namun syarat sebelum
pendelegasian adalah berikan penjelasan dan ilmu sampai orang yang kita
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
kelompok kecil. Oleh sebab itu diantara para anggota kelompok tentulah
membutuhkan seseorang yang bisa memimpin kelompok itu, sebab jika tidak ada
diperlukan pemimpin yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik serta dapat
keputusan dan yang paling penting berwibawa dan bisa memimpin untuk
mencapai tujuan bersama. Sekarang sudah sangat sedikit orang yang mempunyai
kepemimpinan, padahal kedua hal tersebut berbeda. Pemimpin adalah orang yang
tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus
dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain,
27
dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut
Organisasi adalah sebagai alat dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perhatiannya pada fakta sosial yakni posisi dan peran. Dahrendorft mengatakan
dalam tesisnya bahwa otoritas (kekuasaan) tidak terdapat pada individu namun
pada posisi. Otoritas yang melekat pada posisi adalah elemen kunci. Otoritas
karakter psikologisnya.
dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika
seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika
menjadi pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak
28
dengan potensi kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari
adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang
pemimpin.
B. Faktor Jabatan
Jabatan tidak dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya
sama tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah
kepemimpinan. Disaat situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika
hadir seorang pemimpin yang karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit
untuk maju karena anggota organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka
Karena dalam suatu organisasi memiliki tujuan yang sama, pemimpin dan
anggota harus saling mendorong dan menasehati dalam hal kebaikan, dalam
29
halnya kasus yang lain jika seorang pemimpinnya saja sudah tidak baik
tegas dan jujur sangatlah dibutuhkan, agar tidak menyesatkan anggota yang
lainnya.
generalis, dan semakin besar tanggung jawab terhadap suatu kelompok atau
dirinya sendiri sebelum dia sibuk memperbaiki diri orang lain. Pemimpin bukan
hanya sekedar mendapatkan gelar atau jabatan yang diberikan dari luar namun
melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
30
Dalam memilih seorang pemimpin diharuskan mempunyai keahlian dan
pengetahuan yang sangat luas. Tidak hanya pengetahuan umum tetapi harus
daya manusia, keterampilan teknis. Seorang pemimpin harus memiliki adab dan
perilaku yang baik, karena seorang pemimpin menjadi panutan atau contoh untuk
rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang diamanahkan kepadanya.
komitmen terhadap norma moral dasar yang terdapat dalam kesadaran sosial.
dipelihara oleh adanya organisasi keagamaan. Tidak ada satu agama pun yang
dapat terus tanpa organisasi. Dalam hal inilah sangat jelas sekali pengaruh
31
antar anggota secara internal, maupun antar kelompok dalam masyarakat
(Djamari, 1993).
sangat kuat, maka kehidupan agamanya pun sangat berorientasi pada perempuan
begitu juga sebaliknya (Djamari, 1993) . Misalnya dalam masyarakat kecil dengan
masyarakat ini hanya berdasarkan usia dan jenis kelamin. Orangtua panutan yang
lebih muda dan perempuan. Gambaran seperti itu tampak pada struktur agama,
adalah bertani, tampak agama dan struktur masyarakat telah berubah. Beberapa
aturan-aturan insect tentang kepada siapa orang boleh atau tidak boleh kawin. Di
(anak mewarisi nama dan kekayaan dari garis ibu), matrilokal (suami diam dan
(anak mewarisi nama dan kekayaan dari garis ayah). Struktur masyarakat yang
galanya. Dan perempuan berada pada posisi yang lemah dan tidak berdaya.
32
2.2.1 Pengertian Pendeta
dipakai secara umum kepada pemuka atau pemimpin agama Hindu dan Protestan
dengan istilah pendeta. Defenisi umum, seperti dikemukan oleh Havilland (1988),
Dalam kitab Injil sebutan pendeta adalah gembala atau gembala sidang
adalah bawahan dari Yesus Kristus. Impilkasinya adalah di satu pihak jemaat
wajib taat kepada pendeta, di lain pihak pendeta atau pemimpin gereja harus
tunduk kepada Yesus Kristus yang merupakan pemimpin dari segala pemimpin
gereja.
• Pekerjaan Pendeta
Tugas utama adalah bersama dengan pelayan khusus atau majelis jemaat,
berdasarkan firman Tuhan. Tugas utama itu lebih jauh dapat dirinci sebagai
33
Alkitab, memngunjungi warga jemaat secara rutin maupun non rutin dalam
kaum bapa pemuda, dan anak-anak serta orang tua lanjut usia yang dilakukan
Gereja bersangkutan
sekurang-kurangnya 2 tahun
laki. Sebab perempuan hanyalah the second sex- seperti juga sering disebut
Konstruksi sosial yang telah menggambarkan dua wilayah kekuasaan yakni publik
34
Di Indonesia, hasil sensus tahun 2014 menunjukkan jumlah perempuan
masih tetap lebih banyak daripada laki-laki. Dari segi kuantitas, perempuan adalah
sumber daya manusia yang sama besarnya dengan laki-laki. Jika dilihat dari
publik. Kesenjangan gender yang senantiasa muncul dalam indikator sektor sosial
huruf yang tinggi pada orang dewasa yaitu sebesar 92 persen, namun perempuan
jumlahnya mencapai 63% dari 7,7 juta orang yang masih buta huruf. Tingkat
kematian ibu juga tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, yang masih
harapan hidup pada tahun 2008 adalah 71 tahun untuk perempuan dan 67 tahun
untuk laki-laki. Partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja masih 49 persen jika
pelayanan publik adalah sebesar 45,4 persen, keberadaan mereka sebagian besar
ada di eselon-eselon yang rendah (2, 3 dan 4). Hanya 9 persen dari mereka yang
menduduki jabatan sebagai pemimpin kepala desa, kepala kantor, kepala sekolah,
35
dibandingkan dengan populasi perempuan secara keseluruhan jauh lebih rendah
Padahal, sejarah telah mencatat dalam dunia modern ini bahwa sudah ada
beberapa bangsa yang dipimpin oleh perempuan seperti India, Pakistan, Israel,
Filipina, Inggris, Indonesia, dan lain-lain. Sejalan dengan gerakan emansipasi dan
gerakan kesetaraan gender yang intinya berusaha menuntut adanya persamaan hak
perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi setahap telah
dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang,
namun mereka bisa tampil di garis depan sebagai pemimpin yang sukses dalam
berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum laki-laki.
tidak akan jauh berbeda dengan kaum laki-laki. Kita mencatat beberapa tokoh
dijuluki sebagai “Si Wanita Besi”, Indira Gandhi di India, Cory Aquino di
jendral, menteri, duta besar, direktur ekssekutif, pendiri dan pimpinan surat
kabar, direktur bank, manajer dan sebagainya. Malah sejarah juga mencatat
seperti yang tersebut di sebelumnya ternyata prosentasi sangat kecil sekali. Ini
antara lain tantangan budaya patriarki dalam masyarakat secara umum. Dalam
36
budaya patriarki, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan
yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum laki-laki.
Akibatnya, jarang sekali perempuan untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena
Tidak saja budaya tapi juga dalam ajaran agama. Undang-undang Hindu
punya anak, maka ia harus mengikuti kerabat suaminya. Dalam agama Yahudi,
didominasi oleh kaum laki-laki. Sangat sedikit wanita yang menduduki posisi
37
pimpinan dalam Muhammadiyah. Kalaupun ada mungkin hanya di Majelis atau
Selain faktor agama dan budaya ternyata, kendala bukan dari luar saja
tetapi juga dari diri perempuan itu sendiri. Dari penelitian yang dilakukan
kesempatan yang tersedia baginya, terlebih lagi untuk kesempatan. Ini terdapat
dalam bias gender, maka pendeta perempuan masih banyak yang enggan
berperan dalam profesi mengajar, namun relatif sedikit dan jarang ada yang
Fakta lain terkait dengan proposi perempuan dalam angkatan kerja dan
usaha yang sejak dulu sampai sekarang ini, usaha perdagangan cukup diminati
2011) .
Hal yang tidak jauh berbeda di Gereja Masehi Injili Timor (GMIT) dalam
38
terhadap pendeta perempuan dan adanya superioritas dari pendeta laki-laki dan
tidak adanya kekonsistenan dari GMIT terhadap sistem gereja presbiterial sinodal
dimana hal ini dapat terlihat dari struktur gereja yang hirarkis. Sehingga, orang
dipolakan dalam satu aturan yang keras dan kaku. Berbagai hambatan yang
Pendeta perempuan akan dapat berperan dalam gereja jika ada kesempatan bagi
ketidaksetaraan gender yang kuat dipengaruhi budaya patriarki (Ratna, 2012). Ini
Bagian Barat (GPIB), karena tersubordinasi dalam bias gender, maka pendeta
nilai budaya Barat yang patriarkhi disosialisasikan lewat lembaga gereja dan
Padahal dalam budaya Toraja yang memiliki sistem kekerabatan yang bilateral
dan memiliki pula unsur-unsur matrifokal, yakni masyarakat di mana peranan ibu,
nenek, atau mertua wanita adalah sentral, baik secara struktural, budaya maupun
39
afektif dan dalam masyarakat tersebut wanita maupun pria merupakan pelaku-
pelaku yang sama penting dalam kehidupan ekonomi dan religi. Masyarakat
(Priyanti: 1998).
misalnya tidak tegas, lamban mengambil keputusan, dan lemah dipadukan dengan
merasuk sampai ke negara modern dan maju sekalipun seperti Jepang (Sihite,
1997).
Gender masih sering dipahami secara salah, yaitu sebagai ide ataupun
gender pertama sekali dibedakan oleh sosiolog asal Inggris yaitu Ann Oakley
yaitu ia membedakan antara gender dan sex. Perbedaan sex berarti perbedaan atas
atau sosial yang berpangkal pada perbedaan seks tetapi tidak selalu identik
dengannya. Gender adalah pembedaan peran, perilaku dan perangai laki-laki dan
40
perempuan oleh budaya/masyarakat melalui interpretasi terhadap perbedaan
biologis laki-laki dan perempuan. Jadi gender, tidak diperoleh sejak lahir tetapi
dikenal melalui proses (sosialisasi) dari masa anak-anak hingga dewasa. Oleh
perempuan (Elly, 2002). Isu gender sebagai suatu wacana dan gerakan untuk
2007).
tersebut bahkan sudah ada jauh sebelum kebanyakan perempuan lahir. Hal itu
berkontribusi secara aktif di luar rumah sehingga perannya tidak lebih dari
sekadar aktivitas dalam rumah. Di kemudian hari, terutama di dunia kerja, banyak
tidak pantas memimpin dalam pekerjaan karena dinilai sebagai makhluk yang
Pelekatan pembagian pekerjaan antara perempuan dan laki-laki sudah sejak lama
41
“sumur, dapur, kasur” yang hingga kini digugat eksistensinya. Wacana tersebut
dinilai sebagai wacana usang yang tidak dapat dibuktikan secara nyata karena
dilekatkan dengan “sumur, dapur dan kasur” dan belum mampu keluar secara utuh
BPS mencatat dari 100 penduduk yang bekerja sebagai: (a) tenaga
laki-laki; (b) bekerja dengan status berusaha dibantu buruh dibayar/tidak dibayar,
perempuan yang bekerja masih menempati posisi yang tidak strategis. Perempuan
sendiri dan berusaha dibantu buruh) dan buruh/pegawai/karyawan saat ini masih
42
Dalam masyarakat, pemimpin sering dilekatkan sebagai jabatan laki-laki,
laki. Namun secara kontekstual, pemahaman tersebut masih sangat dangkal, tabu
dan bekerja di ranah mitos. Struktur upah juga menunjukkan gejala yang sama.
sebagai sumberdaya yang lemah, kurang kompeten dan layak dibayar murah
sehingga mereka tidak tepat untuk menjadi pemimpin baik sebagai ketua
bahwa secara alamiah laki-laki adalah kaum unggul, tetapi karena sering
mengikuti kegiatan peningkatan karier ini, perempuan sangat sulit maju karena
43
harus meminta ijin dari suami. Bahkan persetujuan suami bersifat formal.
terbuka bagi perempuan sebenarnya tidak terbatas oleh waktu seperti malam,
sehingga malam hari tidak boleh berada di luar rumah, dan anggapan bahwa
perempuan yang bekerja di luar rumah pada malam hari adalah perempuan yang
tidak baik masih berkembang luas. Akibatnya, kesempatan mengejar karier bagi
perempuan terbatas.
yang bias. Dalam konteks itu pula, agama bisa memberikan inspirasi dan
keluarga) muncul pada waktu agama di Eropa menentukan bahwa kawin satu istri,
44
satu suami merupakan perkawinan yang diakui gereja. Aturan ini meresmikan
ini terus berkembang dari patriarchy private menjadi state patriarchy. Patriarki
perempuan. Sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk mengelola alam
dalam kerjasama itu mereka diciptakan setara. Hal ini terlihat jelas dalam kitab
Perjanjian Lama (kejadian) dan kitab Perjanjian Baru ( Galatia). Dalam kitab
hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang
merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu
Dari kedua ayat tersebut diatas yang tercantum dalam Alkitab terlihat
perempuan setara. Dalam Alkitab juga kita temukan tokoh-tokoh perempuan yang
menjadi pemimpin baik dalam keluarga, suku, ataupun bangsa: Hakim Debora,
Ratu Ester dan Ratu Wasti, Ruth dan Naomi, Abigail, Perempuan Bijak yang di
tuliskan dalam Amsal 31:10-31, Priskila, Maria, Febe, Eunike, Lidya, Dorkas dan
45
Beberapa perikop dalam kitab suci, ditafsirkan oleh Bapa Gereja dengan
berasal dari dunia Barat. Bahwa ciri utama teologia barat adalah teologia yang
didominasi oleh kaum laki-laki serta memandang perempuan lebih rendah dari
laki-laki. Ini juga tetap terlihat pada kaum reformator: Martin Luther, Johanes
pujian namun di pihak lain ia memandang perempuan lebih rendah daripada kaum
laki-laki.
Para pendukung Luther, dari abad XVI hingga sekarang melihat bahwa
serangan Luther terhadap hidup selibat dan penekanan kepada sisi positif
lebih lemah tubuh dan inteleknya. Keadaan perempuan yang lebih rendah dari
laki-laki, menurut Luther adalah inheren dalam keberadaannya dan telah berlaku
sejak penciptaan.
percaya. Perempuan dan laki-laki mengalami suatu kebebasan yang baru dari
sebagai warga gereja. Namun dalam banyak hal kebebasan yang baru muncul itu
kurang dialami oleh kaum perempuan dibandingkan oleh kaum laki-laki. Dalam
46
komentarnya atas Kejadian 2:18 yang menuliskan bahwa perempuan diciptakan
itu sepanjang zaman perempuan harus dikucilkan dari kepemimpinan publik. (J.
Dempsey Douglas, 1985: 53) Pendapat Johanes Calvin ini didasarkannya atas
menterjemahkan kata adam adalah manusia, man¸ laki-laki. Masih ada anggapan
bahwa karena laki-laki lebih dulu diciptakan dan perempuan hanyalah bagian dari
laki-laki (Kej. 1:27, 2:18, 21-22) maka laki-laki dianggap lebih penting, lebih
tinggi derajatnya sebab itu laki-laki mendominasi kehidupan. Bahkan ada yang
mengutip dari surat Rasul Paulus I Kor 14:34-35 yang melarang perempuan
Bersumber dari materi yang tertulis dari kitab suci, dibuat ajaran dan
yang berkuasa adalah laki-laki. Perempuan tidak boleh menjadi imam dan
pendeta perempuan. Namun kepemimpinan gereja tetap masih dikuasai oleh laki-
laki.
feminisme pada masyarakat Barat tidak terlepas dari sejarah masyarakat Barat
47
yang memandang rendah terhadap kedudukan perempuan, dan kekecewaan
memandang perempuan sebagai jelmaan setan atau alat bagi setan untuk
yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan laki-laki.
Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai
digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan
hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.
48
perkembangan manusia, namun lebih kepada upaya manusia untuk bertahan
di atas bahwa ada konstruksi sosial, bahwa pemimpin itu adalah laki-laki.
Perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan agama adalah warga kelas
sementara perempuan adalah pihak yang dikuasai dan hal ini adalah kodrat yang
Namun feminisme tidak hanya bersoal pada pemikiran dan konsep semata.
Pemikiran ini lahir dari pengalaman perempuan. Sebagai gerakan yang berawal
dari akar rumput, feminism memungkin setiap perempuan untuk berpikir dengan
pemikiran sendiri dan pada gilirannya pemikiran (teori atau ide) tersebut
49
melahirkan gerakan yang membebaskan perempuan dari belenggu patriarki sesuai
tahun 1800-an dan berkaitan dengan terjadinya revolusi Prancis, 1789. Feminis
kebebasan. Pada waktu itu muncul gerakan perempuan dan salah satu puncaknya
Kemudian gelombang kedua muncul dan berkembang pada awal tahun 1960-an
yang ditandai dengan beranjaknya gerakan feminis dari aktivitas yang bersifat
50
2. Mengapa situasi perempuan seperti sekarang ini?
(Ritzer dan Goodman, 2008). Ada delapan arus utama pemikiran tersebut:
membebaskan perempuan dari peran gender yang digunakan sebagai alasan atau
pembenaran untuk memberikan tempat yang lebih rendah atau tidak memberikan
serta Ekofeminisme yang lahir karena adanya kesadaran bahwa posisi subordinat
melainkan juga karena ia adalah perempuan dengan ras, kelas, agama, atau latar
belakang tertentu. Kedelapan arus utama pemikiran feminisme tersebut lahir dari
pengalaman yang berbeda namun menuju suatu gerakan yang sama yakni
51
2.4.2. Teologi Feminis: Teologi yang Membebaskan Perempuan
feminis. Teologi feminis adalah teologi perempuan yang tidak rela memahami
perempuan sebagai obyek melainkan sebagai subyek yang sedang mencari sejarah
dari jati dirinya sendiri. Teologi feminis dalam arti modern mulai berkembang di
Amerika dengan radikal. Penggagas teologia feminisn ini adalah Mary Daly
dan kesetaraan bagi perempuan dalam gereja. Pada tahun1948 dalam salah satu
Olive Wyon menulis dan menyampaikan sebuah laporan yang berkaitan denga
kehidupan dan pekerjaan perempuan dalam gereja. Sejak saat itu peran
Decade –Churches in Solidaritas with Woman yang berlangsung dari tahun 1988-
nasional dan regional maupun internasional. Dekade ini memberi pengaruh positif
Alkitab dan iman mereka dalam konteks realitas Asia dan pengalaman mereka
52
laki-laki, kurang berhak atas warisan, kedudukannya lemah, dibeli oleh suami
dengan mas kawin, dibayar murah dan patuh pada sektor industry modern,
multireligius serta terjajah dan miskin. Dalam konteks seperti inilah lahir
kesadaran akan kebebasan dari belenggu diminasi sosial, budaya, dan agama yang
patriarki. Dalam konteks ini pula, Kwok Pui-I (2000), menawarkan hermeneutik
konsep Allah dalam konteks keagamaan yang pluralistik di Asia, dan pengkajian
ulang atas pemahaman gereja atas Kristus dan penyelamatan dari dosa.
bahwa wajah setiap orang yang menderita karena ketidakadilan dan penindasan
adalah wajah Kristus yang disalibkan. Perempuan adalah yang dipaksa untuk
bungkam karena sistem, ajaran dan tradisi dalam gereja yang mengkondisikan hal
dalam gereja Katholik (Elizabeth, 1984). Dari buku Hasil-hasil Pertemuan Raya
Wanita Gereja Pra Sidang Raya PGI XIV PGI tahun 2004 di Kinasih dicatat dan
didiskusian berbagai diskriminasi dan kekerasaan yang masih terus dialami oleh
perempuan dan anak-anak sebagai kaum yang kehidupan didominasi oleh budaya
yang patriarki (lihat Hasil-hasil Pertemuan Raya Wanita Gereja Pra Sidang Raya
53
Mengamati perkembangan gerakan feminisme dan studi gender di
perempuan untuk lebih sejajar dengan laki-laki dalam semua aspek kehidupan.
menjadi isu yang mendunia di setiap negara. Perubahan perilaku sosial secara
global timbul karena adanya kesadaran kesetaraan laki-laki dan perempuan. Isu
masyarakat yang bebas dari penindasan, bebas dari ketidakadilan. Seringkali kita
pembebasan untuk semua orang. Tanpa pembebasan kaum perempuan, tidak ada
Anak perempuan dalam masyarakat Karo tidak dipandang sederajat denga anak
menyandang merga atau penerus silsilah dari orangtua laki-laki. Jika seorang
54
tidak mempunyai anak laki-laki maka orang tersbut dinamai masap atau terhapus,
dalam arti identitasnya hilang, karena tidak ada lagi penggantinya. Seorang yang
telah menikah tapi tidak dikarunia anak laki-laki-laki selalu berpoligami demi
tidak terlepas dari sejarah tumbuhnya dan kemajuan kaum perempuan GBKP
(Moria) juga hubungan oikumenis GBKP baik dalam negeri dalam Persekutuan
Injili Gereja-gereja di Tiga Benua Eropa (Jerman, Asia, Afrika /United Evanglical
dan perempuan. Untuk itu dibentuklah CMCM (Christellyke Meisjes Club Maju,
belajar alkitab, nyanyian Gereja, Koor, menjahit dan merajut wool. Juga membaca
kegiatan CMCM terhenti sewaktu Jepang menguasai Indonesia pada tahun 1942.
Nyonya Pendeta Neumann dan para suster Rumah Sakit yang selama ini giat
55
menjalankan program CMCM ditangkap Jepang dan dimasukkan dalam penjara
(Suenita, (ed),2008).
Pada akhir tahun 1949 di jemaat GBKP sudah ada beberapa jemaat yang
tangga. Pada sidang sinode di Tigabinanga tahun 1956, muncullah suatu usul
untuk membentuk wadah atau organisasi kaum Ibu untuk seluruh kaum Ibu jemaat
GBKP. Usul itu diterima dan pada tanggal 16 Oktober 1957 diadakan
musyawarah secara bulat memutuskan membentuk suatu organisasi kaum Ibu atau
GBKP.
mengangkat isu kesetaraan baik itu melalui seminar-seminar juga buku-buku PA,
yang dipakai dalam perkumpulan kaum Ibu tersebut setiap Minggunya. Moria
56
konteks Asia penahbisan perempuan sebagai pendeta merupakan persoalan yang
secara umum tidak memiliki pendidikan yang sepadan dengan laki-laki, oleh
karena itu refleksi teologis perempuan Asia sering kali diremehkan oleh laki-laki
(Kyung, 1990).
banyak memberi peluang bagi perempuan untuk berkarier, di gereja masih saja
Allah (Stephen (ed), 1995). Semestinya gereja sebagai sebuah komunitas alternatif
memberikan contoh yang lebih baik atas kesetaran perempuan sebagai pengambil
perempuan dalam gereja juga dipengaruhi oleh faktor sosiologis. Gereja yang
hidup dan melembaga di tengah masyarakat yang terikat oleh tempat dan
kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, nilai-nilai serta adat istiadat dalam
mengatakan bahwa gereja-gereja berbeda satu dengan yang lain, bukan terutama
57
gereja seperti GMIM (Gereja Masehi Injili di Minahasa) telah menerima
perempuan menjadi pendeta sejak semula.GMIM berdiri pada tahun 1934. Pada
tahun 2014 GMIM memiliki 925 gereja (majelis jemaat local) yang dibagi ke
dalam 85 wilayah pelayanann dengan kurang lebih 1 juta anggota jemaat yang
dilayani oleh 1050 pendeta, 65% diantaranya adalah pendeta perempuan. Namun
belum pernah ada pendeta perempuan yang menduduki jabatan ketua sinode.
Demikian juga dengan GMIT, yang berdiri sejak tahun 1947, perempuan
sudah diterima menjadi pendeta tahun 1958. Jumlah Pendeta Laki-laki 439 dan
sebagai wakil ketua dan wakil sekretaris. Menjadi Ketua klasis, pendeta
Pekabaran Injil ke daerah Karo dilakukan oleh Badan Pekabaran Injil dari
negeri Belanda. Pada tanggal 18 April 1890, tibalah pekabar Injil yang pertama
yakni H.C. Kruyt dan Pontoh dari Minahasa (Smith,1990). Mereka mempelajari
dan memahami budaya dalam masyarakat Karo. Injil yang di bawa masuk ke
laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga dan masyarakat. Sejak awal
kesetaraan laki-laki dan perempuan. Membuat upaya agar orangtua yang Kristen
58
bersekolah. Sekolah-sekolah yang dibuka Zending pada awal pekabaran Injil telah
menerima murid laki-laki dan perempuan walaupun jumlah anak laki-laki jauh
yang terbaik dan yang dikehendaki Tuhan. Gereja membuat ketetapan bahwa
semua laki-laki Kristen yang berpoligami dan semua anak perempuan Kristen
Gereja. Konsep monogamy diajarkan dalam katekisasi sidi, PA, dalam pesta-pesta
adat perkawinan, dalam pembinaan kaum laki-laki dan perempuan. Lambat laun
Awar, Pdt. H.C. Kruyt dan Nora Willemien de Light (1890-1892) dalam
pendekatan kepada orang Karo, mereka juga memberi perhatian kepada kaum
adanya Pembinaan Perempuan Karo oleh Nora Pdt. Van den Berg, Ny. Dr. de
Klijn, Suster Meyer, Nora Pdt. Neumann dan Nora Pdt. Vuurman . Pada tanggal
Nora Pdt. Neumann yang dihadiri lebih kurang 20 orang perempuan muda Karo
yang sudah berpendidikan dan yang sudah mengikuti pembinaan dari Nora-nora
guru seklah. Pada waktu itu dibentuk organisasi perempuan dengan nama
dalam jumlah maupun kegiatan mereka seperti belajar koor, membaca, menulis,
59
menjahit, Penelaahan Alkitab. Anggota bertambah bukan hanya pemudi saja,
mulai mengikuti pendidikan sekolah umum, pendidikan rohani dan gerejawi. Dari
sangat membatasi gerak hidup perempuan. Tapi tidaklah mudah untuk mencapai
keterlibatan , kehadiran dan peran aktif perempuan dalam gereja memakan waktu
yang tidak singkat. Namun proses ini berjalan maju. Dari latar belakang masuknya
dalam perkembangan Injil dan kehidupan gereja GBKP (Suenita (ed), 2008).
Hal ini nampak ketika Pdt. J.V. Mulywijk membuka Sekolah Guru dan
diantaranya adalah perempuan yakni Guru Agama Rahel br Sinuraya dan Guru
Agama Ruth br Tarigan (Gr. Ag. Rahel br Sinuraya terus bekerja sampai pensiun,
sedangkan Gr.Ag. Ruth br Tarigan berhenti ketika menikah dengan Gr.Ag. B.G.
Munthe). Sejak tahun 1960-an sudah ada pertua , diaken perempuan walaupun
60
Baru di akhir dekade 80-an, pertua, diaken perempuan mulai berani memimpin
(ed), 2008).
gereja-gereja berbeda satu dengan yang lain bukan terutama faktor denominasi
(dogma gereja) melainkan melalui faktor etnis dan kebudayaannya. GBKP adalah
Gereja yang lahir di tengah kehidupan suku Karo. Suku Karo merupakan salah
satu suku bangsa Indonesia yang mendiami sebuah dataran tinggi di wilayah
Sumatera bagian Utara. Masyarakat suku Karo adalah salah satu suku di Indonesia
mengikuti marga bapak menjadi marga anak) di mana setiap anak yang lahir
mengikuti garis keturunan bapak. Laki-laki menjadi kepala rumah tangga. Anak
laki-laki sebagai ahli waris dan penerus keturunan. Seperti yang ditulis oleh
Perempuan-perempuan tidak boleh mewarisi harta pusaka, yang ada adalah “hak
pakai” disebutkan buat perkataan halus tentang “tidak bolah mewarisi” (Tamboen,
sebagaian warisan kepadanya. Dalam perkawinan jika ada perceraian si istri tidak
61
berhak mendapat apa-apa dan tidak berhak mengasuh anak, pihak suamilah yang
rendah daripada laki-laki. Tidak ada kesetaraan gender antara laki-laki dan
perempuan. Beban kerja ganda ditimpakan kepada perempuan Karo, sebagai istri
ia harus bekerja keras, tidak hanya melayani suami , memasak dan mengurus anak
Identitas tersebut terwujud dalam kebudayaan yang diwarisi secara turun temurun,
inilah yang disebut adat istiadat Karo. Tatanan kehidupan masyarakat Karo diatur
Merga Si Lima (Lima Merga) dan Rakut si Telu (Ikatan yang tiga tapi satu).
ini berdasar pada hubungan kekerabatan yang patriakal dan patrilineal. Peran dan
Artinya, garis keturunan diambil dari marga ayah. Setiap anak yang lahir dalam
keluarga Karo baik laki-laki atau perempuan secara otomatis akan mewarisi
62
marga ayahnya. Garis keturunan patrilineal ini sudah mendarah daging dan
(anak-anak akan menerima beru ibunya sebagai bere-bere) baik laki-laki dan
perempuan, namun prinsip patriakhi tetap berlaku dalam sistem marga ini. Hal
tersebut karena bere-bere tersebut berasal dari beru ibu yang juga didapat dari
marga ayah.
(Risnawati , 1994). Identifikasi diri seperti ini secara sederhana dapat dilihat
dalam pertemuan keluarga besar dimana tidak semua orang saling mengenal
dengan dekat.
tukur (perempuan yang dibeli). Ada mahar yang dibayarkan oleh pihak penerima
istri oleh pihak pemberi istri. Istilah lain yang menggambarkan ketidakberdayaan
menanak nasi dan mempersiapkan segala keperluan laki-laki. Selain tidak bebas
63
Pada sistem kebudayan yang patriarki dan patrilineal ini kemudian
luar rumah), mengambil keputusan, mengatur rumah tangga , kepala keluarga dan
dan lain-lain. Pembagian kerja dalam masyarakat didasarkan pada jenis kelamin
dan hal ini dapat diterima sebagai sesuatu yang alamiah oleh masyarakat temasuk
namun peranannya hanya sebagai orang kedua, subordinat. Dalam hal ini
perempuan belum mendapatkan hak dan kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Perempuan tersubordinat.
Oleh karena itu, perempuan harus tunduk menaati pimpinan laki-laki, bukan
ada kalanya perempuan juga memiliki kualitas yang sama dengan laki-laki.
Keadaan ini dikemukan dalam perumpamaan yang bunyinya : “Bagi leto pingki,
rawan beruna asangken buganna” (Seperti burung puyuh pingki lebih kokoh,
Perempuan harus tunduk kepada suami, oleh karena itu perempuan tidak penting
64
mengikuti pendidikan akademis. Perempuan dianggap tidak memiliki
dalam acara adat hanya sedikit. Perempuan selalu akan diminta pendapat dan
pendapat perempuan akan selalu mengikuti laki-laki, sebab akan dianggap tidak
Dalam pesta adat, pembicara selalu dari laki-laki, belum pernah ada perempun.
Pada sisi lain, perempuan dilecehkan karena kesuburan rahimnya. Jika perempuan
sebagai barang yang tidak berharga lagi. Kondisi ini menjadikan posisi laki-laki
lebih dari seorang perempuan dan perempuan hanya boleh bersuamikan seorang
kebudayaan Karo seperti telah dijelaskan di atas, dapat juga dilihat dalam struktur
masyarakat Karo tradisional yang terdiri dari subdivisi yang disebut kuta (artinya
wilayahnya dari kerajaan) dan kerajaan. Ketiganya memiliki peran yang sangat
penting dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Sejak
subdivisi tersebut dipimpin oleh laki-laki (Risnawati, 1994). Hal ini terus
65
diwariskan dan diwarisi sehingga posisi-posisi penting dalam masyarakat Karo
Hal tersebut dia atas membuat sangatlah sulit bagi perempuan Karo
pemerintahan. Ini bisa kita pelajari dari masa lampau ada beberapa cerita tentang
perempuan yang berhikmat yakni, Beru Ginting Pase (Si Mberu Medanak), Putri
Hijau, Beru Rengga Kuning (Buku-buku hikayat Karo). Namun pada catatan
sejarah orang Karo, belum pernah ada perempuan Karo menjadi pucuk pemimpin
di Karo ataupun di tempat lain. Bahkan dari cerita Beru Rengga Kuning,
dalam penyamarannya tidak ada yang tahu kalau dia perempuan, dia bisa
desa ke desa yang lain. Akhirnya dia bisa menang dalam satu pertarungan di mana
Surbakti, 1983). Di antara roh-roh yang disembah terdapat roh-roh yang berjenis
kelamin perempuan, seperti Dewi Bru Tandang Karo dan Dewi Bru Tandang
Riah, yang dianggap ada dan berkuasa di Lau Debuk-debuk Berastagi (B. Putro,
dengan dunia roh orang mati serta kekuatan gaib lainnya. Ilmu gaib sering berkait
dengan dengan kegiatan pengobatan yang dilakukan oleh guru (dukun) berjenis
66
kelamin pria, sedang pada ritus keagamaan, pemimpin upacara biasanya adalah
perempuan yang disebut guru si baso. Jabatan ini diperoleh berdasarkan kharisma,
yang wujudnya nampak dalam bentuk pemilikan ketrampilan khusus, antara lain :
1993).
sepintas terlihat ada potensi kepemimpinan bagi kaum perempuan di suku Karo
terutama di bidang keagamaan. Agama pemena, sebagai agama yang dianut dalam
kegiatan agama dilakukan oleh kelompok sosial itu sendiri. Pemimpin agama
hanya berperan pada saat pelaksanaan ritus. Jadi, hubungan pemimpin agama
dengan para pengikutnya hanya terjalin selama upacara berlangsung. Sebab itu,
pembagian fungsi yang jelas. Perbedaan lainnya adalah tentang jenis kelamin
67
2.5.3. Pendeta Perempuan dan Tata Gereja GBKP
diawali pada tanggal 18 April 1890 oleh NZG di Buluh Awar dinyatakan sebagi
hari jadi GBKP. Sejak Sidang Sinode I pada tanggal 23 Juli 1941 di Sibolangit
GBKP disahkan menjadi sebuah lembaga gereja serta menerima hak dan tanggung
jawab berikut hak milik NZG untuk dijadikan perlengkapan menjalankan visi dan
misi Gereja.
yang tertuang dalam tata gereja Fungsi tata gereja adalah menciptakan suasana
sopan dan teratur dan menetapkan peraturan-peraturan yang harus diikuti untuk
Sejak berdirinya GBKP, sudah ada tata gereja yang mengatur dan menjadi
pedoman seluruh anggota Gereja.Tata Gereja I di dalam GBKP dibuat pada tahun
1941, diterjemahkan ke dalam bahasa Karo tahun 1943. Tata Gereja II disusun
pada tahun 1949, Tata Gereja III disusun pada tahun 1954, tata gereja IV disusun
pada tahun 1959, tata gereja V disusun pada tahun 1964 , tata Gereja VI disusun
pada tahun 1971. Dalam parketknya, Tata Gereja ditinjau kembali setiap lima
tahun dan dapat diubah empat tahun setelah pengesahannya (Cooley, 1976).
Karo, dalam tata gereja GBKP tidak menolak keikutsertaan perempuan dalam
pekabaran Injil dan pelayanan GBKP. Pdt J.V. Muylwijk membuka sekolah Guru
dan evangelis angkatan kedua pada tahun 1938-1940 di Kabanjahe. Sekolah itu
68
menerima enam belas murid dan enam diantaranya adalah perempuan. Tahun
keputuan atas perjalanan gereja masih belum terbuka. Ini terbukti dari fakta
bahwa di tahun 1970-an GBKP sudah ada 2 orang pendeta wanita, istri pendeta
GBKP, yang telah ditahbiskan sebagai Pendeta dalam gerejanya sebelum datang
ke Tanah Karo bersama suaminya (dari GMIM), tetapi GBKP tidak menerima
perubahan di antaranya perubahan atas tata gereja. Hal yang berkaitan dengan
XXIX, 5-11 November 1984 yang dilaksanakan di Jakarta, adalah tonggak sejarah
yang amat besar bagi perempuan. Pada sidang sinode inilah untuk pertama
69
jemaat.Keputusan ini dalam poin 4.12 : Pendeta Perempuan, Pandita Diberu.
kemampuannya;
4. Mengingat status perempuan dalam rumah tangga, jika dia sudah menikah,
sesuai dengan adat maka Pendeta Perempuan bisa menjalankan tugasnya dengan
penuh sebagai personalia GBKP , kalau dia bisa memenuhi ketentuan yang akan
diadakan. Hal ini kemudian diatur dalam aturan Tata Gereja GBKP yang
perempuan dan telah ditahbiskan serta melayani bukan berarti tanpa persoalan.
namun suami istri pendeta itu belum diterima. Tata Gereja GBKP tentang
jabatan pendeta menyatakan bahwa kalau ada suami- istri pendeta , maka salah
satu saja yang dapat difungsikan sebagai pendeta secara fungsional maupun
struktural. Dengan aturan tersebut, tidak dimungkinkan lagi ada pasangan suami
Dari data yang ada beberapa pendeta di GBKP yang secara sebelumnya
sudah ditahbiskan sebagai pendeta di gereja asal mereka dan menikah dengan
pendeta laki-laki dari GBKP (Pdt. Nr.J. P. Sibero dan Pdt. Nr. M. Sinulingga).
Karena peraturan yang ada mereka tidak melanjutkan pelayanan sebagai pendeta.
70
Dengan kata lain, suami mereka yang melanjutkan pelayanan sebagai pendeta
Dan ini juga mewarnai persidangan di GBKP sehingga kemudian aturan ini
berubah pada tata gereja tahun 1994, suami istri secara bersama-sama dapat
diangkat menjadi pelayan khusus penuh waktu , kecuali Penatua dan Diaken
(pasal 14:5). Sejak tata gereja yang ditetapkan tahun 1994, perempuan sudah
sangat diberi kesempatan untuk menjadi pendeta jemaat, baik itu suami ataupun
Indonesia baru pada tahun 1979. (Laporan Moderamen ke Sinode GBKP 1979)
Tapi rupanya belum ada kepastian status masa depannya. Sebab dalam laporan
kedudukan bagi mereka nantinya selain melayani kaum ibu. Pada sidang Sinode
GBKP di Cibubur 1984 usul untuk menerima perempuan menjadi Pendeta sudah
menjadi keputusan.
pertama ialah Rosmalia br Barus yang tamat dari Institut Theologia Makassar
dengan gelar Sarjana Muda Tehologia . Pada tahun yang sama yaitu 6 Desember
1987, 2 pendeta perempuan lagi ditahbiskan menjadi Pendeta ialah Pdt. Setia
Ulina br Tarigan, S.Th dan Pdt. Ratna br Sembiring yang tamat dari Fakultas
71
Theologia Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Demikian seterusnya
Juga sejak Tata Gereja periode 1995-2005 GBKP sudah menerima suami-
istri secara secara bersama-sama menjadi pendeta atau Guru Evangelis, hal ini
juga membuat beberapa nora pendeta yang sebelumnya sudah menjadi Pendeta di
gereja asal mereka. Namun Pdt Nr. J. P. Sibero dan Pdt. Nr. M. Sinulingga tidak
sempat lagi diproses menjadi pendeta di GBKP. Sedangkan Pdt Merry Tatuwo
S.Th. dari GKI Irja ( Nr. Pdt Ephenetus Tarigan ) sudah diterima menjadi pelayan
khusus penuh waktu di GBKP tahun 2000. Ini juga berlaku untuk pendeta-pendeta
yang suami istri yang GBKP, kemudian mereka ditahbiskan menjadi pendeta di
GBKP, antara lain Pdt. Dewi br Sembiring (Nr. Pdt. Rudi Sembiring); Pdt. DR.
banyak suami istri pendeta di GBKP. Hal ini juga membuat pertambahan pendeta
72
4. Bersama dengan Moderamen melakukan pembinaan Personalia,
B. Ketua Klasis
73
7. Bersama dengan Sekretaris mewakili Klasis dalam urusan ke dalam dan
ke luar
C. Ketua Runggun
Pelayanan dan Badan Usaha, Pertua dan Diaken dan Unit Pelayanan
lainnya
74
2.6 Kajian Fenomenologis
menampak, dan terbentuk dari akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya
sinar atau cahaya. Dari kata itu terbentuk kata kerja, tampak, terlihat karena
bercahaya. Dalam bahasa kita berarti cahaya. Secara harfiah fenomena diartikan
yang diperkenalkan pertama kali pada awal abad ke -20 oleh Edmund Hussrel
pandang yang diketahui dan diterimanya secara benar ( Afiyanti, 2014: 67). Van
di dunia, kepercayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya tentang sesuatu dari sudut
pandangnya.
universal yang dialami oleh seorang individu terhadap suatu fenomena yang
dialaminya dalam kehidupannya sehari hari. Dalam tesis ini adalah pengalaman
75
umat dalam gereja sekaligus sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan istri bagi
individu itu berbeda, dalam hal ini adalah respon-respon yang unik dan spesifik
yang dialami setiap individu termasuk interaksinya dengan orang lain, untuk
jumlah pendeta perempuan di GBKP yang semakin besar namun tidak berbanding
GBKP. Dominasi laki-laki sangat besar dalam organisasi GBKP. Latar belakang
GBKP sebagai gereja bagi suku Karo, yang memiliki budaya patriarki dan latar
belakang penginjilan ke Karo oleh para misionaris dari Belanda (NZG) yang
beraliran calvinis yang mengganggap perempuan adalah kelas kedua, namun para
misionaris sangat berjuang mengangkat harkat dan martabat perempuan Karo dan
pada awalnya posisi perempuan dalam agama tradisional Karo juga cukup
penting.
76
lembaga keagamaan yang berdiri di kehidupan masyarakat Karo. Analisis gender
struktural
77