Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN MASA MUAWIYAH DAN ABASIYAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Islam

Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati,M.A.

Disusun Oleh:

1. Ummu Fatmawati 43020200031


2. Mohammad Fifin Aklis Muktafa 43020200054

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Kami juga panjatkan syukur karena ridho-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “KEPEMIMPINAN MASA MUAWIYAH DAN MASA
ABASIYAH”.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memperdalam
pembahasan dan pengetahuan tentang manajemen konflik organisasi maupun dalam
performansi kerja. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu dosen Khoirin Nisai Shalihati,M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kepemimpinan Islam.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak makalah ini
tidak akan terwujud dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan lebih
lanjut. Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Salatiga , 10 november 2021

Penulis
COVER........................................

KATA PENGANTAR..................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................

A. Latar belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Bagaimana kepemimpinan masa muawiyah..............................................


B. Bagaimana kepemimpinan masa abasiyah

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

Dinasti Umayyah di Damaskus dimulai setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib
meninggal dunia akibat dibunuh. Di bawah Dinasti Umayyah, derap penaklukan terus
berlanjut. Keunggulan pasukan laut dibangun di Mediterania timur, beberapa inovasi
administrasi, termasuk sistem pos di seluruh kerajaan.Sistem pos dioperasikan layaknya
sebuah pony express menggunakan kuda dan unta. Inovasi lain adalah standardisasi
pembuatan uang logam Arab dan penetapan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara.
Berbagai inovasi itu membantu menjaga keutuhan kerajaan.

Meski begitu, kata Benson Bobrick dalam The Caliph Splendor: Islam and the West
in the Golden Age of Baghdad, hasutan kaum Syiah, pemberontakan di Makkah dan
Madinah, kerusuhan di Basrah, kebencian yang membara di Persia, dan kambuhnya
permusuhan lama antarklan menggerogoti Pemerintahan Umayyah.

“Pada akhirnya, dua hal meruntuhkan kekuasaan Umayyah. Pertama, pembusukan


sistem kesukuan Arab tempat bergantungnya kekuatan militer mereka. Kedua, ketidakpuasan
terhadap pemerintah yang muncul dari kesalahannya mengelola Persia,” kata
Bobrick.Kekhalifahan Umayyah berganti empat kali hanya dalam satu tahun (743-744 M).
Sementara itu, kaum Syiah di Persia bersiap memberontak.Pada 747 M, setelah membentuk
sebuah koalisi besar kelompok-kelompok pemberontak, orang-orang Abbasiyah menaikkan
standar pemberontakan. Di bawah pimpinan Abu Muslim, seorang bekas budak
berkebangsaan Persia, tentara mereka menguasai Persia selatan dan Irak. Mereka berhasil
memukul mundur pasukan Umayyah dari Kufah ke Khurasan. Khalifah Umayyah terakhir
Marwan II melarikan diri ke Mesir. Ia kemudian tertangkap dan dibunuh.

Sebagai khalifah pertama Abbasiyah Abu al-Abbas mengawali pemerintahannya dengan


pembantaian yang mengerikan terhadap seluruh keluarga Umayyah. Meski awalnya
mengerikan, kekuasaan Abbasiyah terus bertahan melalui 37 khalifah selama masa 500
tahun. Saat Abu Ja’far Abdullah al-Manshur berkuasa, dia mengangkat bangsawan Suriah
menjadi pejabat. Manshur merupakan penguasa yang bijaksana dan paling dikenang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana masa kepemimpinan muawiyah?

2. Bagaimana masa kepemimpinan abbassiyah?

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui masa kepemimpinan muawiyah

2. Untuk mengetahui masa kepemimpinan abbassiyah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Masa Muawiyah

1. Biografi Muawiyah bin Abu Sufyan 40-60 H/ 660-680 M

Nama asli beliau adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayah bin Abd Syams.
Muawiyah bin Abi sufyan merupakan pendiri di bani umayah. Muawiyah masuk islam pada
saat peristiwa fatkhu makkah. Namun terdapat juga riwayat lain bahwa Muawiyah masuk
Islam pada peristiwa Umrah Qadha' menyembunyikan keislamannya sampai peritistiwa Fathu
Makkah. Di masa Rasulullah Saw, ia diangkat sebagai salah seorang pencatat wahyu setelah
bermusyawarah dengan Malaikat Jibril. Muawiyah diangkat menjadi salah seorang panglima
perang di bawah komando utama Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum Muslimin berhasil
menaklukkan Palestina, Syria (Suriah), dan Mesir dari tangan Imperium Romawi Timur.
Berbagai kemenangan ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khathab. Ketika Utsman
bin Affan menambahkan sebagai khalifah menggantikan Umar, Muawiyah diangkat sebagai
gubernur untuk wilayah Suriah dan Palestina yang berkedudukan di damaskus . Pada masa
pemerintahan Ali , beberapa konflik antara kaum Muslimin Di antaranya yaitu Perang
Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian.,
setelah tiga bulan kematian Ali , akhirnya Hasan mengumumkan diri dan menyerahkan
jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. serah terima jabatan itu berlangsung di
kota Kufah. Tahun inilah yang dalam sejarah dikenal dengan Amul Jama'ah (Tahun
Kesatuan). Dengan demikian, Muawiyah resmi menjadi khalifah.

B. Gaya Kepemimpinan

Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh bani Umayyah adalah Warisan Monarki.
Yaitu sistem pemerintahan kerajaan atau turun temurun, hal ini dibuktikan setelah
Muawiyah wafat ia menyerahkan kekuasaan kekholifahan kepada mereka yaitu Yazid bin
Muawiyah. Hal inilah yang menyebabkan pemberontakan yang dilakukan oleh Husain bin
Ali . Sehingga terjadi perang di padang Karba' Irak. Dalam perang ini Hasan beserta seluruh
riwayat kematian. Dalam menjalankan pemerintahan Muawiyah memang terkenal keras dan
otoriter. Namun gaya kepemimpinan inilah yang menjadikan pemerintahan Islam berjalan
stabil karena ia selalu berusaha menumpas para pemberontakan yang dilakukan oleh orang-
orang Syi'ah. Sejalan dengan watak dan prinsip-prinsip Muawiyah tersebut serta
pemikirannya yang perspektif dan inovatif, ia membuat berbagai pilihan dan keputusan
politik dalam dan luar negeri. Dan ini adalah awal dari penelitian para penggantinya dengan
penyempurnaan diantaranya :

1. pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini didasarkan


pada pertimbangan politik dan alasan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah pusat
kaum Syiah pendukung Ali, dan jauh dari Hijaz tempat tinggal mayoritas Bani Hasyim dan
Bani Umayah, sehingga bisa terhindar dari konflik yang lebih tajam antara dua bani itu dalam
memperebutkan kekuasaan. Lebih dari itu, Damaskus yang terletak diwilayah Syam (Suria)
adalah daerah yang berada di bawah gengaman pengaruh Muawiyah selama 20 tahun sejak ia
diangkat menjadi Gubernur di distirk itu sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab.

2. Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam perjuangannya


mencapai kekuasaan kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia mengangkat kembali menjadi
Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu'bah juga diangkat menjadi Gubernur diwilayah
Persia. Ia juga memperlakukan dengan baik dan mengambil baik para sahabat terkemuka
yang bersikap netral terhadap berbagai kasus pada saat itu sehingga mereka berpihak
kepadanya.

3. Menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya jika tidak bisa dibujuk
dengan harta dan kedudukan, dan menumpas kaum pemberontak la menumpas kaum
Khawarij yang merongsong wibawa kekuasaannya dan mengkafirkannya. Golongan ini
menunduhnya tidak mau berhukum kepada Al-Qur'an dalam mewujudkan perdamaian
dengan Ali diperang Shiffin melainkan mengikuti ambisi hawa nafsu politiknya

4. Membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angakatan, darat.laut dan kepolisian
yang tangguh dan loyal. Mereka diberi gaji yang cukup, dua kali lebih besar dari pada yang
diberi pada yang diberikan Umar kepada tentaranya. Ketiga angkatan ini bertugas menjamin
stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung kebijaksanaan politik luar negeri yaitu
memperluas wilayah kekuasaan.

5. Meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat. Perluasan wilayah
ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah, seperti Khalifah Abd al-Malik ke Timur,
Khalifah al-Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah Umar bin Abd al-Aziz.
Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua setelah ekspansi
besar pertama zaman Umar bin Khattab. Daerah-daerah yang dikuasai umat Islam dizaman
Dinasti ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak.
sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan,
Rurkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah,
sehingga Dinasti ini berhasil membangun Negara besar di zaman itu. Bersatunya berbagai
suku bangsa di bawah naungan Islam melahirkan benih-benih peradaban baru yang bercorak
Islam, sekalipun Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan
kebudayaan Arab, Benih-benih peradaban baru itu kelak berkembang pesat di zaman Dinasti
Abbasiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia selama berabad abad

6. Baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat yang berbeda dari zaman Khulafa al-
Rasyidin. Mereka merekrut orang-orang non musim sebagai pejabat-pejabat dalam
pemerintahan, seperti penasehat, administrator, dokter dan dikesatuan-kesatuan tentara. Tapi
di zamun Khulafaur Umar bin Abd al-Aziz semoga itu ia hapuskan. Karena orang-orang non
Muslim (Yahudi. Nasrani, Majusi) yang memperoleh hak istimewa di dalam.

7. Muawiyah mengadakan pembaharuan dibidang administrasi pemerintahan dan


melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang dipengaruhi oleh kebudayaan byzantium.

8. Mengubah sistem politik demokratis menjadi sitem monarki

C.Jasa Peninggalan Kholifah Muawiyah bin Abi Sufyan

Pada masa Umayyah, baitul Mal Lembaga administrasi yang mengurus masalah
keuangan Negara, beralih fungsi dari harta hak seluruh rakyat menjadi harta kekayaan pribadi
kholifah. Adapun kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah
Muawiyah antara lain adalah:

1. Pembentukan Diwanul Hijabah

Bertugas memberikan pengawalan khusus terhadap Khlifah, hal ini dikarenakan


kekhawatiran muawiyah melihat 3 kholifah sebelumnya meninggal karena terbunuhn

2. Diwanul Khatam
Bertugas mencatat semua kebijakan Kholifah mengantisipasi peristiwa pembunuhan Kholifah
Utsman yang disebabkan Surat misterius

3. Pembentukan Diwanul Barid

4. Departemen pos yung bertugas mengantarkan surat-surat resmi pemerintah

5. Shohibul Kharaj Pembentukan

Bertugas memungut pajak dari rakyat

KEPEMIMPINAN MASA ABASIYAH

A.Sejarah Lahirnya Dinasti Abasiyah

Abbasiyah berasal dari kata Al Abbas yaitu salah satu keturunan dari bani Hasyim yang
termasuk paman dari nabi muhammad saw. yakni Al-Abbas. Dinasti Abbasiyah berdiri pada
tahun 132 H/750 M yang mana khalifah pertama adalah Abdullah Ash-Shaffah ibnu
Muhammad ibnu Alin ibnu Al-Abbas. Dinasti Abbasiyah berdiri karena adanya musik
tampuk kepemimpinan dari Bani Umayyah kepada Bani Abbasiyah. Peralihan tersebut terjadi
setelah adanya gerakan pandangan antara keluarga Abbasiyah dan keluarga Alawiyin juga
didukung oleh Islam non arab (mawali). Adapun faktor-faktor yang memicu ini adalah:

a. Penindasan Bani Umayah terhadap pengikut Ali ibnu Abi Thalib (Syiah) khususnya,
terhadap bani Hasyim pada umumnya.

b. Diskriminasi terhadap umat Islam non arab (mawali), mereka tidak diberikan kesempatan
menduduki jabatan pemerintahan.

c. Bani Umayah dianggap telah melanggar norma-norma Islam dan hak-hak asasi

manusia dengan terang-terangan. Selain itu Abbasiyah juga mengklaim bahwa yang berhak
berkuasa untuk memegang kekuasaan Islam adalah Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Hal
ini timbul sejak wafatnya Rasulullah. Selain itu, sebelum berdirinya dinasti Abbasiyah
terdapat 3 poros utama yang menjadi pusat kegiatan antara satu dengan yang lainnya yang
memiliki kedudukan tersendiri dalam peluncuran untuk
B. Kepemerintahan Dinasti Abasiyah

Sistim pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan


perubahan politik, sosial, budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu,
para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode:

1. Periode pertama (132 H/ 750 M-232 H/ 847 M) disebut periode pengaruh persia pertama.

2. Periode kedua (232 H/ 847 M-334 H/ 945 M) disebut masa pengaruh Turki pertama.

3. Periode ketiga (334 H/945 M 447 H/1055 M) masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam
pemerintahan Khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga dengan masa pengaruh Persia
kedua

4. Periode keempat (447 H/ 1055 M-656 H/ 1194 M) masa kekuasaan Dinasti

Bani Seyuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua

5.Periode kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M) masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.²

Pada periode pertama, pemerintahan dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara
politis para kholifah Abbasiyah merupakan tokoh yang kuat dan menjadi pusat kekuasaan
politik serta agama. Disamping itu, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi,
bukan hanya itu saja pada periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Akan tetapi setelah berakhimya periode ini
kemunduran Dinasti Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan
ilmu pengetahuan terus berkembang. Adapun dinasti Abbasiyah berjumlah 37 Khalifah.

C. Kejayaan yang diperoleh pada masa dinasti abasiyah

Pada masa Khalifah Al-Manshur ibu kotanya dipindah dari al-Hasyimiyah dekat Hufah ke
Baghdad pada tahun 149 H/ 762 M. Ini dilakukan untuk menjaga stabilitas negara. Pemilihan
baghdad ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan dan telah melalui pemilihan yang
mendalam bahkan Al-Manshur menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti keadaan
udara, tanah, dan lingkungan. Dan di kota Baghdad inilah dijadikan kota peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.

Bagdad mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya
Al-makmun (813-833 M). Selama memerintah Harun ar-Rasyid membawa negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun masih ada pemberontak
dan meluaskan wilayah dari Afrika Utara hingga

D.Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas adalah :

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah semntara pusat dengan daerah sulit
dilakukan, bersamaan dengan itu tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan
pekasana pemerintahan sangat rendah.

2. Dengan profesionalisme angkatan bersenjata, ketergantungan Khalifah kepada mereka


sangat tinggi.

3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat
besar. Pada saat kekuatan militer menurun Khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman
pajak ke Baghdad.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Ketika Utsman bin Affan menambahkan sebagai khalifah menggantikan Umar, Muawiyah
diangkat sebagai gubernur untuk wilayah Suriah dan Palestina yang berkedudukan di
damaskus .

Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian., setelah tiga
bulan kematian Ali , akhirnya Hasan mengumumkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah
kepada Muawiyah bin Abi Sufyan.

Periode keempat (447 H/ 1055 M-656 H/ 1194 M) masa kekuasaan Dinasti Bani Seyuk
dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki
kedua 5.Periode kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M) masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.² Pada periode pertama,
pemerintahan dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasannya.

Kejayaan yang diperoleh pada masa dinasti abasiyah Pada masa Khalifah Al-Manshur ibu
kotanya dipindah dari al-Hasyimiyah dekat Hufah ke Baghdad pada tahun 149 H/ 762 M. Ini
dilakukan untuk menjaga stabilitas negara.

Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah semntara pusat dengan daerah sulit dilakukan,
bersamaan dengan itu tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pekasana
pemerintahan sangat rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Syalabi,Ahmad .1998.Sejarah dan Kebudayaan Islam.jilid 1

Pulungan,J Suyuthi,2002,Fiqh Siyash: ajaran , Sejarah, dan Pemikiran .PT.Raja Grafindo


Persada:Jakarta.

Muchtar Yahya dan Sanusi Latif : Pustaka Al-Husna:Jakarta.

Munir Amin Samsul,2010,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta:Sinar Grafika Offiset.

Yatim,Badri,2011: Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada

Marzuki , Tarikh dan Kebudayaan Islam,Yogyakarta:FIS UNY

Suntiah,Ratu&Maslani,2014,Sejarah Peradaban Islam,Bandung:Interest Media Foundation

Anda mungkin juga menyukai