Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DAYA DEDA DAN TARAF KESULITAN SOAL


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu : Ali Furrofi, S.Pd,I.,

Disusun Oleh:

1. Zullailatul Masruroh (23010190217)


2. Farah Amalia Khusna (23010190200)
3. Ammara Zahra Zakiya (23010190212)

Kelas : L

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Daya Beda dan Taraf
Kesulitan Soal ” ini tanpa suatu halan aupun rintangan yang berarti.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah “Evaluasi Pembelajaran PAI” serta
bantuan teman-teman mahasiswa dalam pembuatan makalah ini.
Penulis bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas Evaluasi Pembelajaran PAI dengan judul “Daya Beda dan Taraf
Kesulitan Soal”. Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
terhadap makalah ini karena masih terdapat kekurangan sehingga kedepannya
dapat kami perbaiki menjadi lebih baik.

Salatiga, 26 Oktober 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Taraf Kesukaran Butir Soal 3


B. Daya Pembeda Butir Soal. 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, yang mana berkisar antara
0,00 sampai 1,00.
Dalam evaluasi pendidikan baik tes maupun nontes, keduanya
merupakan instrumen atau alat bantu pengumpulan dan pengolahan data
tentang variabel-variabel yang diteliti. Ciri-ciri/karakteristik instrumen
yang baik sebagai alat evaluasi adalah memenuhi persyaratan validitas dan
reliabilitas. Inilah alasan mengapa alat evaluasi yang baik dapat dilihat dari
beberapa segi antara lain: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4)
praktikabilitas, (5) daya pembeda, (6) taraf atau derajat kesukaran, (7)
efektivitas option, (8) efisiensi.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi
jumlah soal kategorimudah, sedang dan sukar. Pertimbangannya adalah
adanya keseimbangan, yakni jumlah samauntuk kategori tersebut. Artinya
soal mudah, sedang, sukar jumlahnya seimbang. Misalnyates objektif
pilihan berganda dalam pelajaran pendidikan agama Islamdisusun
sebanyak 60pertanyaan. Hal ini di maksudkan sebagian besar soal berada
dalam kategori sedang, sebagianberada dalam kategori mudah dan sukar
dengan proporsi yang seimbang.Berdasarkanuraian tersebut maka,dalam
penulisan makalah inipenulis inginmengupas sedikit dan menjelaskan
tentang apa yang dimaksud dengantaraf kesukaran butirsoal dan daya
pembeda butir soal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Taraf Kesukaran Butir Soal?

1
2. Bagaimana Daya Pembeda Butir Soal?
C. Tujuan
1. Agar pembaca mengerti tentang Taraf Kesukaran Butir Soal.
2. Agar pembaca mengetahui Daya Pembeda Butir Soal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Daya Pembeda Butir Soal


Untuk mengetahui intensitas sebuah soal dalam hal kesukaran
dibutuhkan sebuah daya pembeda, yaitu kemampuan antara butir soal dapat
membedakan antara peserta didik yang menguasai materi yang diujikan dan
peserta didik yang belum menguasai materi yang diujikan. Menurut Zainul,
daya beda butri soal ialah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir
soal membedakan kelompok yang berprestasi tinggi dari kelompok yang
berprestasi rendah diantara para peserta tes. Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Yang berkisar antara 0,00
sampai 1,00. Pada indeks ini kemungkinan adanya tanda negatif manakala
suatu tes terbalik menunjukkan kualitas tes yaitu anak pandai disebut tidak
pandai dan sebaliknya.1
Menurut Anas Sudijono (2011: 385), daya pembeda item adalah
kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara
testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah.
Mengetahui daya pembeda item sangat penting, sebab salah satu dasar
pegangan untuk menyusun butir tes hasil belajar adalah adanya anggapan
bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain berbeda-
beda. Selain itu, butir tes hasil belajar harus mampu memberikan hasil tes yang
mencerminkan adanya perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan testee
tersebut. Daya pembeda item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi item.
Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan
yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discrimination power) yang
dimiliki oleh sebutir item. Sama halnya dengan menganalisis tingkat
kesukaran, dalam menganalisis daya pembeda soal bentuk objektif dan bentuk
uraian dilakukan dengan cara yang berbeda. Tes bentuk objektif dalam

1 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2009), hal. 44.

3
menghitung daya pembeda dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
D =𝐴 - 𝑃
Keterangan:
D = angka indeks diskriminasi
PA =𝐵𝐴/𝐽𝐴= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = 𝐵𝐵/𝐽𝐵= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.2

Untuk soal bentuk uraian, teknik yang digunakan untuk menghitung


daya pembeda yaitu:
DP = 𝑋̅ 𝐾𝐴− 𝑋̅𝐾𝐵
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠
Keterangan:DP = daya pembeda
𝑋̅𝐾𝐴 = rata-rata dari kelompok atas
𝑋̅𝐾𝐵 = rata-rata dari kelompok bawah

Kualitas tes dan butir soal terdapat manfaat daya pembeda butir soal
sebagaimana dikutip berdasarkan pendapat Karjono Natar berikut ini:
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah
butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila
suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu,
maka butir soal itu dapat dicurigai “kemungkinannya” seperti berikut ini:
a) Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat
b) Butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar
c) Kompetensi yang diukur tidak jelas
d) Pengecoh tidak berfungsi
e) Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menebak
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal. 214.

4
f) Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir
ada yang salah informasi dalam butir soalnya.
Butir soal yang baik juga harus dapat menunjukan daya
oembedanya. Sebagaimana pendapat Arikunto diatas, "daya beda adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai.3
Menurut Anastasi dan Urbin dalam Purwanto, daya beda
berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik
perilaku pengambiltes dalam tes yang dikembangkan. Soal dapat
dikatakan mempunyai daya pembeda jika soal tersebit dapat dijawab oleh
siswa berkemapuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa
berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh siswa pintar
maupun kurang, berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda,
demikian juga jika soal tersebut tidak dapat dijawab oleh siswa pintar dan
siswa kurang, berarti soal tersebut tidak baik, sebab tidak mempunyai daya
pembeda.4
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

D = 𝐵𝐴/𝐽𝐴-𝐵𝐵/𝐽𝐵= 𝑃𝐴 – 𝑃𝐵

Keterangan:
D = angka indeks diskriminasi
J = jumlah peserta tes
Ja = banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah
Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA =𝐵𝐴/𝐽𝐴= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = 𝐵𝐵/𝐽𝐵= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk mengintepretasikan terhadap angka indeks diskriminasi
butir soal digunakan klasifikasi yaitu:
3 Ibid., hal 211.
4 Purwanto, Op.cit., hal 102.

5
a. D : 0,00 – 0,19 : jelek (poor)
b. D : 0,20 – 0,39 : cukup (satisfactory)c
c. D : 0,40 – 0,69 : baik (good)
d. D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
e. D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Butir-butir soal yang
baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,40
sampai 0,69.

B. Taraf Kesukaran Butir Soal


Taraf kesulitan soal adalah seberapa mudah dan seberapa sulitnya suatu
soal bagi siswa.5 Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal
yang tidak terlalu sulit. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index) yang diberi simbol P atau singkatan dari
proporsi. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah, jadi semakin
mudah soal itu, maka semakin besar bilangan indeksnya.
Berikut ini rumus untuk mencari nilai indeks kesukaran, yaitu:

Keterangan:
P: indeks kesukaran
B: banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS: jumlah seluruh siswa

5 Nani Hanifah, Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal


dan Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata
Pelajaran Ekonomi, Jurnal Sosio e-Kons, Vol.6 No.1, 2014, hal. 46

6
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Soal sukar: soal dengan P = 0,00 – 0,30.
2. Soal sedang: soal dengan P = 0,30 – 0,70.
3. Soal mudah: soal dengan P = 0,70 – 1,00.6

Taraf kesulitan butir soal memiliki dua kegunaan, yaitu untuk guru dan
untuk pengujian atau pengajaran. Berikut ini kegunaan untuk guru, yaitu:
1. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada peserta didik tentang hasil belajar mereka.
2. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias.

Adapun kegunaan taraf kesulitan butir soal bagi pengujian dan


pengajaran, antara lain:
1. Pengenalan konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang.
2. Tanda-tanda terhadap kelebihan dan kelemahan pada kurikulum sekolah.
3. Memberi masukan kepada siswa.
4. Tanda-tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias.
5. Merakit tes yang memiliki ketepatan data soal.

6 Dwi Ivayana Sari, Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran, Hal. 79, Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://stkippgri-bkl.ac.id/wp-
content/uploads/2015/11/EVALUASI-PEMBELAJARAN-
MATEMATIKA.pdf&ved=2ahUKEwjP-
eHOkujzAhUDy4sKHV6zD3gQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw0CZkgwNiUtqrKEa7U_
1iOF, pada 21 Oktober 2021, pukul 21.10.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee yang berkemampuan rendah. Mengetahui daya pembeda
item sangat penting, sebab salah satu dasar pegangan untuk menyusun
butir tes hasil belajar adalah adanya anggapan bahwa kemampuan antara
testee yang satu dengan testee yang lain berbeda-beda.
Tingkat kesulitan soal adalah seberapa mudah dan seberapa
sulitnya suatu soal bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa dengan lapang dada
menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah maupun kepenulisan berikutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.
Hanifah, Nani. 2014. Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir
Soal dan Reliabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda
Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Sosio e-Kons.Vol.6 No.1.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, Dwi Ivayana. Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran. Diakses dari
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://stkippgri-bkl.ac.id/wp-
content/uploads/2015/11/EVALUASI-PEMBELAJARAN-
MATEMATIKA.pdf&ved=2ahUKEwjP-
eHOkujzAhUDy4sKHV6zD3gQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw0CZkgw
NiUtqrKEa7U_1iOF pada 26 Oktober 2021, pukul 21.10

Anda mungkin juga menyukai