Disusun Oleh:
Kelas : L
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Daya Beda dan Taraf
Kesulitan Soal ” ini tanpa suatu halan aupun rintangan yang berarti.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua
jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah
terbesar bagi seluruh alam semesta. Makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah “Evaluasi Pembelajaran PAI” serta
bantuan teman-teman mahasiswa dalam pembuatan makalah ini.
Penulis bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas Evaluasi Pembelajaran PAI dengan judul “Daya Beda dan Taraf
Kesulitan Soal”. Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran
terhadap makalah ini karena masih terdapat kekurangan sehingga kedepannya
dapat kami perbaiki menjadi lebih baik.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
kurang pintar (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan
besarnya daya beda disebut indeks diskriminasi, yang mana berkisar antara
0,00 sampai 1,00.
Dalam evaluasi pendidikan baik tes maupun nontes, keduanya
merupakan instrumen atau alat bantu pengumpulan dan pengolahan data
tentang variabel-variabel yang diteliti. Ciri-ciri/karakteristik instrumen
yang baik sebagai alat evaluasi adalah memenuhi persyaratan validitas dan
reliabilitas. Inilah alasan mengapa alat evaluasi yang baik dapat dilihat dari
beberapa segi antara lain: (1) validitas, (2) reliabilitas, (3) objektivitas, (4)
praktikabilitas, (5) daya pembeda, (6) taraf atau derajat kesukaran, (7)
efektivitas option, (8) efisiensi.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi
jumlah soal kategorimudah, sedang dan sukar. Pertimbangannya adalah
adanya keseimbangan, yakni jumlah samauntuk kategori tersebut. Artinya
soal mudah, sedang, sukar jumlahnya seimbang. Misalnyates objektif
pilihan berganda dalam pelajaran pendidikan agama Islamdisusun
sebanyak 60pertanyaan. Hal ini di maksudkan sebagian besar soal berada
dalam kategori sedang, sebagianberada dalam kategori mudah dan sukar
dengan proporsi yang seimbang.Berdasarkanuraian tersebut maka,dalam
penulisan makalah inipenulis inginmengupas sedikit dan menjelaskan
tentang apa yang dimaksud dengantaraf kesukaran butirsoal dan daya
pembeda butir soal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Taraf Kesukaran Butir Soal?
1
2. Bagaimana Daya Pembeda Butir Soal?
C. Tujuan
1. Agar pembaca mengerti tentang Taraf Kesukaran Butir Soal.
2. Agar pembaca mengetahui Daya Pembeda Butir Soal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menghitung daya pembeda dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
D =𝐴 - 𝑃
Keterangan:
D = angka indeks diskriminasi
PA =𝐵𝐴/𝐽𝐴= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = 𝐵𝐵/𝐽𝐵= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.2
Kualitas tes dan butir soal terdapat manfaat daya pembeda butir soal
sebagaimana dikutip berdasarkan pendapat Karjono Natar berikut ini:
1. Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya.
Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah
butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah
memahami atau belum memahami materi yang diajarkan guru. Apabila
suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu,
maka butir soal itu dapat dicurigai “kemungkinannya” seperti berikut ini:
a) Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat
b) Butir soal itu memiliki dua atau lebih kunci jawaban yang benar
c) Kompetensi yang diukur tidak jelas
d) Pengecoh tidak berfungsi
e) Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang
menebak
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal. 214.
4
f) Sebagian besar siswa yang memahami materi yang ditanyakan berpikir
ada yang salah informasi dalam butir soalnya.
Butir soal yang baik juga harus dapat menunjukan daya
oembedanya. Sebagaimana pendapat Arikunto diatas, "daya beda adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai.3
Menurut Anastasi dan Urbin dalam Purwanto, daya beda
berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik
perilaku pengambiltes dalam tes yang dikembangkan. Soal dapat
dikatakan mempunyai daya pembeda jika soal tersebit dapat dijawab oleh
siswa berkemapuan tinggi dan tidak dapat dijawab oleh siswa
berkemampuan rendah. Jika suatu soal dapat dijawab oleh siswa pintar
maupun kurang, berarti soal tersebut tidak mempunyai daya beda,
demikian juga jika soal tersebut tidak dapat dijawab oleh siswa pintar dan
siswa kurang, berarti soal tersebut tidak baik, sebab tidak mempunyai daya
pembeda.4
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
D = 𝐵𝐴/𝐽𝐴-𝐵𝐵/𝐽𝐵= 𝑃𝐴 – 𝑃𝐵
Keterangan:
D = angka indeks diskriminasi
J = jumlah peserta tes
Ja = banyaknya peserta tes kelompok atas
JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah
Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
PA =𝐵𝐴/𝐽𝐴= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = 𝐵𝐵/𝐽𝐵= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Untuk mengintepretasikan terhadap angka indeks diskriminasi
butir soal digunakan klasifikasi yaitu:
3 Ibid., hal 211.
4 Purwanto, Op.cit., hal 102.
5
a. D : 0,00 – 0,19 : jelek (poor)
b. D : 0,20 – 0,39 : cukup (satisfactory)c
c. D : 0,40 – 0,69 : baik (good)
d. D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
e. D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Butir-butir soal yang
baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0,40
sampai 0,69.
Keterangan:
P: indeks kesukaran
B: banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS: jumlah seluruh siswa
6
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Soal sukar: soal dengan P = 0,00 – 0,30.
2. Soal sedang: soal dengan P = 0,30 – 0,70.
3. Soal mudah: soal dengan P = 0,70 – 1,00.6
Taraf kesulitan butir soal memiliki dua kegunaan, yaitu untuk guru dan
untuk pengujian atau pengajaran. Berikut ini kegunaan untuk guru, yaitu:
1. Sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan memberi
masukan kepada peserta didik tentang hasil belajar mereka.
2. Memperoleh informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai
terhadap butir soal yang bias.
6 Dwi Ivayana Sari, Buku Diktat Evaluasi Pembelajaran, Hal. 79, Diakses dari
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://stkippgri-bkl.ac.id/wp-
content/uploads/2015/11/EVALUASI-PEMBELAJARAN-
MATEMATIKA.pdf&ved=2ahUKEwjP-
eHOkujzAhUDy4sKHV6zD3gQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw0CZkgwNiUtqrKEa7U_
1iOF, pada 21 Oktober 2021, pukul 21.10.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil
belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi
dengan testee yang berkemampuan rendah. Mengetahui daya pembeda
item sangat penting, sebab salah satu dasar pegangan untuk menyusun
butir tes hasil belajar adalah adanya anggapan bahwa kemampuan antara
testee yang satu dengan testee yang lain berbeda-beda.
Tingkat kesulitan soal adalah seberapa mudah dan seberapa
sulitnya suatu soal bagi siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Soal yang mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa dengan lapang dada
menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah maupun kepenulisan berikutnya.
8
DAFTAR PUSTAKA