Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ANALISIS HASIL BELAJAR”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Ali Jusri Pohan, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok XII

Muhammad Hatta Lubis NIM: 21010039

Ahmad Zunaidi NIM: 21010031

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga saya berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Analisis Hasil
Belajar”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi
merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan-perbaikan. Usul
serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi menyempurnakan
makalah ini untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Panyabungan, Maret 2024

Kelompok XII

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN


A. Analisis Butir Soal Kuantitatif dan Kualitatif......................................3
B. Analisis Kuantitatif Soal Objektif........................................................6
C. Analisis Kuantitatif Soal Uraian..........................................................7
D. Analisis Kualitatif Soal Objektif..........................................................9
E. Analisis Kualitatif Soal Uraian...........................................................11
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Hamalik hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh
seseorang siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi
dapat berupa perubahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya
yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom,
ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu: knowledge
(pengetahuan/ hafalan/ ingatan), compherehension (pemahaman), application
(penerapan), analysis (analisis), syntetis (sintetis), evaluation (penilaian).
2. Ranah afektif
Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan mula-mula oleh David
R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul taxsonomy of
educational objective: affective domain. Ranah afektif adalah ranah yang
berkenaan dengan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang
telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan
Nampak pada murid dalam berbagai tingkahlaku seperti: perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasan
belajar dan hubungan sosial.
3. Ranah psikomotorik.

1
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil belajar ini tampak
dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Ada enam
tingkatan keterampilan, yakni: gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang
tidak sadar), keterampilan pada gerakgerak sadar, kemampuan perceptual,
termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motorik dan
lain-laian, kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketetapan, gerakan-gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang komplek, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Analisis Kuantitatif Soal Objektif?
2. Apa Pengertian Analisis Kuantitatif Soal Uraian?
3. Apa Pengertian Analisis Kualitatif Soal Objektif?
4. Apa Pengertian Analisis Kualitatif Soal Uraian?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Butir Soal Kuantitatif dan Kualitatif


Menurut Nitko A.J. dalam bukunya "Educational Assessment of Students",
analisis butir soal merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru terhadap hasil
pelaksanaan suatu tes untuk mengetahui apakah soal-soal (items) yang diberikan
memiliki kualitas yang baik.Kegiatan analisis meliputi proses pengumpulan,
peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan
tentang penilaian.

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan


kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Analisis ini biasanya
dilakukan sebelum soal digunakan atau diujikan. Aspek yang diperhatikan dalam
analisis secara kualitatif mencakup aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan
kunci jawaban. Ada beberapa teknik yang digunakan untuk menganalisis butir soal
secara kualitatif, yaitu teknik moderator dan teknik panel. Teknik moderator
merupakan teknik berdiskusi yang di dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.
Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama-sama dengan
beberapa ahli. Sedangkan teknik panel adalah teknik analisis butir soal berdasarkan
kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu di antaranya adalah materi, konstruksi, bahasa
atau budaya, kebenaran kunci jawaban. Adapun dalam analisis butir soal kuantitatif
terdapat aspek yang perlu diperhatikan, di antaranya:

1. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran butir soal adalah kemampuan peserta tes yang menjawab
benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir soal biasanya
dilambangkan dengan p. Makin besar nilai p berarti makin besar peserta yang
menjawab benar. Hal itu berarti semakin besar indeks tingkat kesukaran yang
diperoleh dari hasil perhitungan, berarti butir soal tersebut semakin mudah.

3
a. Sukar, Nilai p berkisar 0,00 - 0,25
b. Sedang, Nilai p berkisar 0,26 - 0,75
c. Mudah, Nilai p berkisar 0,76 - 1,00

Tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan


rumus:

TK = JB/n

TK = tingkat kesukaran

JB = banyak siswa yang menjawab benar

n = banyak siswa

2. Daya pembeda
Daya Pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan
antara siswa mampu mengerjakan materi soal (dalam hal ini terindikasi dia
belajar) dengan siswa yang tidak mampu mengerjakan (dalam hal ini tidak/kurang
belajar).

Daya pembeda soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan


rumus:

DP= 2(KA-KB)/ n

Keterangan:

DP = Daya Pembeda Soal

4
KA = Banyak Siswa Pada Kelompok Atas Yang Menjawab Benar

KB = Banyak Siswa Pada Kelompok Bawah Yang Menjawab Benar

n = Banyak Siswa

3. Distribusi jawaban
Jika dilihat dari konstruksi butir soal terdiri dari dua bagian, yaitu pokok soal
dan alternatif jawaban (kunci jawaban dan pengecoh). Penyebaran pilihan
jawaban dijadikan dasar dalam penelaahan soal. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Jawaban pengecoh
dikatakan berfungsi apabila banyak peserta tes yang memilih jawaban pengecoh
atau semakin sedikit peserta tes yang memilih jawaban pengecoh.
Setelah tingkat kesukaran soal diperoleh, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah menentukan penyebaran pilihan jawaban. Penyebaran pilihan
jawaban adalah proporsi siswa yang menjawab pilihan jawaban tertentu.
Penyebaran pilhan jawaban berkisar antara 0 sampai dengan 1. Dengan
diperolehnya penyebaran pilhan jawaban yaitu kunci dan pengecoh akan
diketahui berfungsi tidaknya sebuah pengecoh. Suatu pengecoh dikatakan
berfungsi bila pengecoh tersebut dipilih paling sedikit oleh 2,5% (≥ 0,025).
Penyebaran pilihan jawaban diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan
rumus:

PPJ = JPJ/ n

Keterangan:
PPJ = penyebaran jawaban untuk pilihan jawaban tertentu
JPJ = banyak siswa yang memilih pilihan jawaban tertentu
n = banyak siswa

5
B. Analisis Kuantitatif Soal Objektif
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif
ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-
mengajajar itu sendiri. Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian
pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki
kualitas yang memadai. Analisis soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-
soal yang baik,kurang baik, dan soal yang jelek. Sehingga dari identifikasi tersebut
dapat menjadi petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Penganalisisan terhadap butir-
butir item tes hasil belajar dapat dilakukan dari tiga segi, yaitu: (1) dari segi derajat
kesukaran itemnya, (2) dari segi daya pembeda itemnya, (3) dari segi fungsi
distraktornya.
Tujuan analisis terhadap items tes menurut Thorndike dan Hagen (1997)
yaitu: pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk
meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalan-kegagalan belajarnya, serta
selanjutnya untuk membimbing ke arah cara belajar yang lebih baik. Kedua, jawaban-
jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan soal-soal yang didasarkan
atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebik baik
untuk tahun berikutnya.
Analisis butir soal bisa dilakukan apabila suatu tes sudah selesai dilaksanakan dan
didapatkan jawaban terhadap butir-butir soal yang diteskan. Identifikasi terhadap
setiap butir item soal harus dilakukan untuk penyempurnaan kembali terhadap butir-
butir soal yang dibuat oleh guru, sehingga akan tersusun soal yang memiliki fungsi
sebagai alat pengukur hasil belajar dengan kualitas tinggi. Soal yang bermutu adalah
soal yang bisa memberikan informasi secara jelas mengenai peserta didik yang sudah
dan yang belum menguasai materi pembelajaran. Analisis butir soal sendiri bisa
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis butir soal secara kualitatif
berkaitan dengan isi dan bentuk soal (validitas isi dan validitas konstruk). Sementara
analisis butir soal kuantitatif berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya (pengukuran
validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran butir soal).

6
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau
respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau penskoran
jawaban/respons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara obyektif oleh
pemeriksa dan dapat menggunakan alat bantu.1 Tes Obyektif adalah salah satu jenis
tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab oleh testee
dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban
yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan
menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu
pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan.2 Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan
secara obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dari tes bentuk esai.3 Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya
dapat dilakukan secara objektif. Dalam penggunaan tes objektif jumlah soal yang
diajukan jauh lebih banyak daripada tes essay. Macam-macam tes objektif:
a. Tes benar-salah (true- false)
b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
c. Tes menjodohkan (matching test)
d. Tes isian (completion test)

C. Analisis Kualitatif Soal Objektif


Telaah item tes atau analisis kualitatif sering disebut analisis teoretik. Item tes
yang telah ditulis diperiksa kesesuaiannya dengan kisi-kisi yang diacunya dengan
memperhatikan substansi/isi materi, konstruksi, dan bahasa. Telaah item tes
dilakukan oleh (1) bukan oleh penulis item tes, dan (2) dilakukan oleh pakar yang
menguasai isi/materi yang diujikan. Dari kegiatan tersebut, penulis item tes dapat
1
Amin Tabin, Bentuk-Bentuk Tes, http://amintabin.blogspot.com/2010/11/bentuk-bentuk-
tes.html? m=1, akses tanggal 7 Maret 2012 pukul 16.54 WIB
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996),
hal.106-107
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hal.164-165

7
mengetahui validitas isi dari item tes yang disusun. Dalam melakukan analisis
kualitatif, setiap item ditelaah sesuai dengan persyaratan item yang bersangkutan.
Berikut disajikan tabel analisis kualitatif sesuai dengan bentuk tes. Cara
penggunaannya, penelaah memberi tanda silang (X) jika suatu persyaratan dari suatu
item dapat terpenuhi.
Dalam pengukuran ini peserta didik ditugaskan membuat sebuah karya.
Pengukuran kemampuan atau penguasaan didasarkan atau karya yang dihasilkan.
berbeda dengan ujian praktik dimana yang diamati adalah prosa demonstrasinya,
pengukuran atas dokumen dilakukan atas hasil demonstrasinya. Karya diukur
menggunakan lembar analisis dengan memberikan respons atas pilihan yang
disediakan berdasarkan pernyataan atau pernyataan yang mengukur kualitas karya
mahasiswa. Setelah meminta mahasiswa membuat karangan maka dosen
menganalisis karangan hasil karya mahasiswa menggunakan lembar analisis yang
telah disiapkan. (Arikunto, 2002). Berikut ini akan diuraikan beberapa petunjuk atau
kaidah penulisan butir tes yang perlu diperhatikan. Beberapa Tes Objektif yaitu Tes
Pilihan Ganda (Multiple Choice Test). Tes pilihan ganda pada umumnya terdiri atas
satu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan yang disebut dengan stem, dan
beberapa pilihan jawaban yang disebut alternative jawaban atau options. Analisis ini
dilakukan dengan berpedoman pada kaidah penulisan soal yang dilihat dari segi
materi, konstruksi, dan bahasa. Berikut ini adalah kaidah penulisan soal pilihan ganda
(Kualiatatif).

a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

8
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di
atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
8) berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, atau kronologisnya.
9) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
10) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional.
3) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian.

D. Analisis Kuantitatif Soal Uraian


Secara umum, tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan,
membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dari hasil
analisis kuantitatif soal uraian mencakup aspek daya pembeda soal, tingkat
kesukaran, dan penyebaran pilihan jawaban. Soal yang baik adalah soal yang dapat
membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan

9
rendah. Indeks yang dapat mengukur perbedaan itu adalah daya pembeda (item
discrimination). Dengan demikian daya pembeda soal sama dengan validitas soal.

Daya pembeda soal adalah selisih proporsi jawaban benar pada kelompok
siswa berkemampuan tinggi (kelompok atas) dan berkemampuan rendah (kelompok
bawah). Daya pembeda soal berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negatif
berarti kelompok siswa berkemampuan rendah yang menjawab benar soal tertentu
lebih banyak dari kelompok siswa berkemampuan tinggi. Sebuah soal mungkin dapat
membedakan kedua kelompok siswa dengan baik, tetapi dapat juga sebuah soal tidak
dapat membedakan kedua kelompok siswa (bila daya pembeda = 0). Soal yang baik
adalah soal dengan daya pembeda bertanda positif (+) untuk kunci berarti soal
tersebut dapat mengukur kemampuan secara tepat. Sedangkan daya pembeda untuk
pengecoh diharapkan negatif, karena diharapkan yang terkecoh adalah kelompok
bawah. Daya pembeda soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan
rumus:

DP= 2(KA-KB)/ n

Keterangan:

DP = Daya Pembeda Soal

KA = Banyak Siswa Pada Kelompok Atas Yang Menjawab Benar

KB = Banyak Siswa Pada Kelompok Bawah Yang Menjawab Benar

n = Banyak Siswa

10
E. Analisis Kualitatif Soal Uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Uraian bebas (free essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan
siswa itu sendiri karena pertanyaannya bersifat umum. Kelemahan tes ini ialah
guru sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan kriteria
penilaian, sangat subjektif karena tergantung pada gurunya sebagai penilai.
2. Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada
pembatasan tertentu. Pertanyaan sudah lebih spesifik pada objek tertentu.
3. Uraian berstruktur
Uraian berstruktur merupakan soal yang jawabannya berangkai antara soal
pertama dengan soal berikutnya, sehinga jawaban di soal pertama akan
mempengaruhi benar-salahnya jawaban di soal berikutnya. Data yang diajukan
biasanya dalam bentuk angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan
tertentu, diagram, dan lain-lain. Kebaikan-kebaikan tes uraian:
a. Mudah disiapkan dan disusun
b. Tidak banyak memberikan kesempatan untuk berspekulasi atau menduga-
duga
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalam bentuk kalimat yang bagus
d. Member kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan
gaya bahasa dan caranya sendiri
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.

Analisis kualiatatif ini dilakukan oleh ahli yang menguasai materi, teknik
penulisan soal, dan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Analisis ini dilakukan
dengan berpedoman pada kaidah penulisan soal yang dilihat dari segi materi,
konstruksi, dan bahasa. Berikut ini adalah kaidah penulisan soal uraian.

11
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus
jelas.
c. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah,
d. atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata
tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa,
uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah.
Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian,
misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang
hanya menuntut jawaban ya atau tidak.
b. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis.
d. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau
yang sejenisnya, harus disajikan dengan jelas dan berfungsi.
3. Bahasa
a. Rumusan soal menggunakan bahasa yang sederhana.
b. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung
perasaan siswa.
c. Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda atau salah pengertian.
d. Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Rumusan soal harus komunikatif.
f. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.

Berdasarkan telaah soal, soal-soal diperbaiki, kemudian dirakit menjadi


perangkat tes yang siap diujicobakan.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ranag Kognitif, Afektif dan ranah
keterampilan atau psikomotorik.
Adapun Analisis butir soal merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan guru
terhadap hasil pelaksanaan suatu tes untuk mengetahui apakah soal-soal (items) yang
diberikan memiliki kualitas yang baik.Kegiatan analisis meliputi proses
pengumpulan, peringkasan dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk
membuat keputusan tentang penilaian.

B. Saran
Di dalam pembuatan makalah kami ini masih banya kesalaha dan kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna utuk itu kami masih memohon kritikan dan
masukan yang sifatnya membangun untuk kedepan nya lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin Tabin, Bentuk-Bentuk Tes, http://amintabin.blogspot.com/2010/11/bentuk-


bentuk-tes.html? m=1, akses tanggal 16 Maret 2024 pukul 01.54 WIB

Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Suharsimi Arikunto. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Zulaiha, Rahma. 2012. Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: Puspendik.

Anda mungkin juga menyukai