Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS BUTIR TES HASIL BELAJAR

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu Bapak Ali Masudi, MSI

Disusun Oleh :

1. M. Fahrur Rozi Nur Huda (11910080)


2. Afida Rahmawati ( 11910081 )
3. Siti mahfiroh (11910071)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG

FAKULTAS TARBIYYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah
SWT yang telah memberikan kita Rahmat, Taufik serta Inayahnya sehingga kita
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Butir Tes Hasil Belajar”

Sholawat serta salam kita panjatkan kehadirat Nabi Agung Muhammad


SAW, Nabi yang kita tunggu syafaatnya di Yaumul Kiamah, amin

Kita pernah bahkan sering membaca buku-buku tentang evaluasi yang


didalamnya menjelaskan arti beberapa istilah yang hamper sama tetapi berbeda,
seperti evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes. Evaluasi lebih luas ruang
lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaiaan lebih terfokus pada aspek
tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Evaluasi dan
penilaian bersifat kualitatif, maka pengukuran bersifat kuantitatif yang diperoleh
dengan menggunakan satu alat ukur yang standar.

Tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan kami dalam penyusunan
makalah ini, masih banya kesalahan dan jauh dari keempurnaan. Untuk itu kami
menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun dalam melengkapi dan
menyempurnakan makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami sang penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada
umumnya.

Semarang, 11 Juni 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi
pembelajaran. Kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab
guru dalam pembelajaran, yaitu mengefaluasi pembelajaran termasuk di
dalamnya melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi
tersebut sejalan pula dengan instrument penilaian kemampuan guru, yang
salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Masih
banyak lagi model yang menggambarkan kompetensi dasar kompetensi
dasar yang harus dikuasai guru. Hal ini menunjukan bahwa pada pada
semua model kompetensi dasar guru harus selalu menggambarkan dan
mensyaratkan adanya kemampuan guru dalam mengefaluasi pembelajaran,
sebab kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran merupakan
kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki setiap guru atau calon guru.
2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini terdapat rumusan masalah, antara lain:
1. Apa yang di maksud dengan analisis butir test hasil belajar?
2. Apa yang di maksud dengan test klasik?
3. Apa karakteristik butir dalam teori test klasik?
4. Apa contoh pengujian karakteristik butir?
3. Tujuan Makalah
Dalam pembuatan makalah ini terdapat tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis butir tes hasil
belajar
2. Untuk mengetahui pengertian dari test klasik
3. Untuk mengetahui karakteristik butir teori test klasik
4. Untuk mengetahui contoh pengujian karakteristik butir
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Analisis Butir Test Hasil Belajar

Analisis butir test dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara
tergantung teori test yang digunakan. Teori test itu dapat berupa teori test
yang modern. Dewasa ini karena keterbatasan yang dimiliki oleh teori test
klasik maka dikembangkan teori test modern. Namun begitu, teori test
klasik masih lebih sering digunakan karena penggunaannya yang lebih
mudah, disamping teori test modern masih dalam proses pengembangan.
Oleh karena itu, pada bagian ini analisis butir test menggunkan teori klasik.

Pada analisi butir, butir akan dilihat karakteristiknya dan dipilih butir-
butir yang baik. Butir yang baik adalah butir-butir yang karakteristiknya
memenuhi syarat sebagai mana kriteria karakteristik butir yang baik.
Analisis butir dilakukan atas sejumlah banyak butir THB. Analisis butir
akan menggugurkan sebagian butir yang dianalisis karena karakteristiknya
tidak memenuhi syarat sebagai butir yang baik sehingga tidak mempunyai
kemampuan mengukur hasil belajar dengan baik. Bila jumlah butir yang
direncanakan akan ditulis tidak banyak maka pada suatu pokok bahasan
yang butirnya habis karena gugur menjadi tidak diukur hasil belajarnya. Bila
THB tidak mengukur sebagian pokok bahasan dalam suatu materi pelajaran
maka hasilnya tidak dapat dikatakan mengukur materi pelajaran yang diukur
hasil belajarnya.

2. Teori Test Klasik

Teori test klasik adalah teori mengenai analisis butir test dimana
analisis dilakukan dengan memperhitungkan kedudukan butir dalam suatu
kelas atau kelompok. Karakteristik atau kualitas butir sangan tergantung
pada kelompok dimana analisis butir dilakukan sehingga kualitas butir
terikat pada sampel responden atau siswa yang memberikan respons
(sample bounded). Karakteristik butir berhubungan dengan tingkat
kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh.

Teori test klasik mempunyai beberapa kelemahan.

a. Karakteristik butir yang sangat tergantung pada sempel siswa yang


mengerjakannya. Butir THB akan berubah karakteristiknya apabila
dikerjakan oleh sampel siswa yang berbeda.
b. Karakteristik siswa juga sangant tergantung kepada sampel butir THB
yang dikerjakan.

Kemampuan siswa dapat diinterpretasikan berbeda dalam sampel butir


yang berbeda. Seorang siswa yang pandai mendapatkan skor tinggi dalam
suatu THB dengan sejumlah sampel butir, mungkin akan menjadi tidak
pandai mendapat skor rendah pada THB dengan sejumlah sampel butir
lainnya. (Naga,1992).

Untuk mengatasi keterbatasan tes klasik maka dua hal yang harus
dipertimbangkan;

a. Kelompok uji coba hendaknya mempunyai karakteristik yang semirip


mungkin dengan karakteristik siswa yang hendak diukur hasil
belajarnya menggunakan THB tersebut.
b. Agar hasil analisis uji coba cermat dan stabil maka siswa uji coba yang
digunakan harus berjumlah banyak sehingga distribusi skor lebih
bervariasi.
3. Karakteristik Butir Dalam Teori Tes Klasik

Dalam teori test klasik ada sejumlah karakteristik butir yang diuji
yaitu tingkat kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh. Stiap butir
akan diperiksa mutunya dalam tiga karakteristik tersebut. Butir yang baik
adalah butir yang mempunyai tingkat kesukaran yang sedang, daya beda
yang tinggi dan pengecoh yang berfungsi efektif. Karakteristik butir itu diuji
dengan cara tertentu berdasarkan data hasil uji coba butir secara empiris
pada siswa uji coba.

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran (difficulty index) atau singkat TK dapat


didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar
( Crocker dan Algina, 1986;311).

Nilai TK butir merentang antara 0 sampai 1. TK sebuah butir


sama dengan nol terjadi bila semua peserta tidak ada yang menjawab
benar, sebaliknya TK sebuah butir akan sama dengan 1 apabila semua
peserta menjawab benar pada butir tersebut. Semakin tinggi indeks
TK maka butir soal semakin mudah. Dalam THB, TK butir-butir soal
diusahakan sedang. Kalau butir soal terlalu mudah atau terlalu sukar
bagi dua atau lebih peserta sekiranya dianatara mereka terdapat
perbedaan kemampuan. Oleh karenanya, butir sebaiknya mempunyai
TK yang sedang.

b. Daya Beda

Daya beda ( discriminating power ) atau kita singkat dengan DB


adalah kemampuan butir soal THB membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. DB berhubungan dengan
derajad kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku
pengambilan tes dalam tes yang dikembangkan. ( anastasi dan Urbina,
1997;179). DB harus diusahakan positif dan setinggi mungkin. Butir
soal yang mempunyai DB posistif dan tinggi berarti butir tersebut
dapat memebdakan dengan baik siswa kelompok atas dan bawah.
Siswa kelompok atas adalah kelompok siswa yang tergolong pandai
atau mencari skor total hasil belajar yang tinggi dan siswa kelompok
bawah adalah kelompok siswa yang bodoh atau memperoleh skor total
hasil belajar yang rendah.
Sebuah butir TTB yang baik adalah butir soal yang mempunyai
DB positif dan signifikan. DB akan positif apabila jumlah siswa
kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar lebih banyak dari
pada jumlah siswa kelompok bawah. DB yang signifikan
dimaksudkan sebagai mempunyai indeks minimal +0,30 yang artinya
pada butir yang baik jumlah siswa kelompok atas yang dapat
menjawab benar minimal 30% lebih banyak dari pada jumlah siswa
kelompok bawah yang dapat menjawab benar.

Perhitungan DB butir juga dapat dilakukan dengan


mengkorelasikan skor butir dengan skor total. Korelasi butir dengan
total menunjukkan kesejajaran nilai antara butir dengan total. Bila
skor butir bervariasi sejalan dengan variasi skor total maka butir
tersebut mampu membedakan dengan baik siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dan rendah. Butir dikatakan mempunyai DB yang
tinggi apabila korelasi butir itu dengan total minimal +0,30. Adapun
korelasi antara butir total dapat dilakukan menggunakan rumus
product moment, biserial, pointbiserial, phi atau tetrakorik.

c. Efektivitas Pengecoh

Analisi butir yang dilakukan dengan memperhatikan pengecoh.


Pengecoh ( distractor) yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau
penggoda adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci
jawaban. Pengecoh bukan sekedar pelengkap pilihan. Pengecoh
diadakan untuk menyesatkan siswa agar tidak mimilih kunci jawaban.
Pengecoh menggoda siswa yang kurang memahami materi pelajaran
untuk memilihnya. Agar dapat melakukan fungsinya untuk mengecoh
maka pengecoh harus dibuat semirip mungkin dengan kunci jawaban.

Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada


siswa yang terkecoh memilihnya. Pengecoh yang sama sekali tidak
dipilih tidak dapat melakukan fungsinya sebagai pengecoh karena
terlalu menyolok dan dimengerti oleh semua siswa sebagai pengecoh
soal. Pengecoh yang berdasarkan hasil uji coba tidak efektif
direkomendasikan untuk diganti dengan pengecoh yang lebih menarik.

4. Contoh Pengujian Karakteristik Butir

Sehubungan dengan analisis butir secara klasik dapat diberikan contoh


sebagai berikut;

THB uji coba adalah 10 butir soal tes objektif pilihan ganda dengan
empat pilihan. Jawaban 10 orang siswa uji coba dilaporkan hasilnya sebagai
berikut;

Butir Soal
SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  
A B D C D B B C A C D
B B C C A B A C A B C
C C D A B A D D B C B
D D B A A C B A A C A
E A C B B A C D C C B
F A D B A D B D B D B
G C D D C A D A A C A
H B D B A B C D A C D
I D D D B C B A C D B
J B D A B C D D A C B
Kunci B D C A A B D A C B

Dari sebaran jawaban tersebut, penghitungan skor uji coba dan


analisis butir dapat diringkaskan dalam table sebagai berikut :

Butir Soal Jumlah


SISWA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10  
A 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 6
B 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 4
C 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 5
D 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 4
E 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 3
F 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 6
G 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 4
H 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 6
I 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2
J 1 7 0 0 0 0 1 1 1 1 6
ƩB 4 7 2 4 3 3 5 6 7 5  
0,4 0,7 0,2 0,4 0,4 0,3 0,5 0,6 0,7 0,5
TK  
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0,2 0,6 0,2 0,2 0,6 0,6 0,2
DB 0 0 0  
0 0 0 1 0 0 0
EP E ET E E E E E E E E  
Keterangan :

SB = Jumlah siswa yang menjawab benar pada butir ke-I

TK = Tingkat kesulitan

DB = Daya beda

EP = Evektifitas pengecoh

E = Efektif

TE = Tidak efektif

Bila ditetapkan kriteria untuk memberikan penilaian butir adalah


sebagai berikut :

a. TK butir harus sedang yaitu antara 0,33 sampai 0,66.


b. DB harus tinggi yaitu minimal +0,30
c. Pengecoh paling tidak seorang siswa ada yang memilih.

Bedasarkan ringkasan analisis butir pada table di atas dan kriteria


penilaian butir yang baik maka dapat ditarik kesimpulan :

a. Butir 3, 5 dan 6 terlalu sukar


b. Butir 3,4,5,6,8 dan 10 tidak mampu membedakan kemapuan siswa
kelompok atas dan bawah
c. Pada butir 2 pengecoh A tidak efektif
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Sebagai sebuah alat ukur, THB harus memenuhi syarat alat ukur yang
baik yaitu validitas dan reabilitas. Sebelum pengujian syarat alat ukur yang
baik dilakukan, maka terlebih dahulu butir – butir THB harus diuji coba
menggunakan analisis butir. Analisis butr dapat dilakukan menggunakan
teori tes klasik atau modern. Oleh karena itu pertimbangan kepraktisan, tes
klasik lebih banyak digunakan dengan beberapa kekuranganya.

Dalam analisis butir mnggunakan teori tes klasik, karakteristik butir


yang diuji adalah tingkat kesukaran, daya beda dan efektivitas pengecoh.
Dalam pengujian ini keputusan butir yang tidak didasaekan oelh beberapa
kriteria yaitu tingkat kesukaran harus sedang, daya beda harus positif dan
tinggi, dan pengecoh harus dipilih paling tidak satu orng peserta tes.
DAFTAR PUSTAKA

Analisis, Anne dan Urbina, Susana (1997). Psychological testing. Upper Saddle
River, NJ: Prentice Hall International, Inc

Crocker, Linda dan Algina, James (1986), Introduction to classical and modern
test theory. Fort Worth:Holt, Rinehart and Winston, Inc

Gable, Robert K (1986). Intrrument development in the affective domain. Boston:


Kluwer-Nijhoff Publishing

Naga, Dali S(1992). Pengantar teori skor pada pengukuran pendidikan. Jakarta:
Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai