Disusun Oleh :
Kelompok 8
Ishak boksan
Faradila aprilia langi
Penyusun
Kelompok 8
Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1 Teknik analisis derajat kesukaran item.............................................................................2
2.2 Teknik analisis daya pembeda item...................................................................................3
2.3 Teknik analisis fungsi distraktor.......................................................................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................8
Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas penting yang acapkali dan bahkan pada umumnya dilupakan oleh staf
pengajar (guru, dosen, dan lain-lain) adalah tugas melakukan evaluasi terhadap alat pengukur
yang telah digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar dari para peserta didiknya (murid,
siswa, mahasiswa, dan lain-lain). Alat pengukur dimaksud adalah tes hasil belajar, yang
sebagaimana telah kita maklumi, batang tubuhnya terdiri dari kumpulan butir-butir soal (=
item).
Kenyataan seringkali menunjukkan bahwa apabila tes hasil belajar dimana hampir seluruh
peserta tes jatuh, dalam arti: nilai-nilai hasil belajar itu membentuk kurva a-simetrik miring
ke kiri, maka tester (guru, dosen, dan lain-lain) segera menimpakan kesalahan itu kepada
testee (murid, siswa, mahasiswa, dan lain-lain) dengan menyatakan bahwa testee memang
terdiri dari anak-anak yang bodoh.
Pernyataan yang dikemukakan oleh tester seperti yang telah dikemukakan mungkin benar
tetapi mungkin juga belum tentu tepat. Sebaliknya tidak jarang terjadi dalam tes hasil belajar
dimana testee hampir seluruhnya berhasil meraih nilai-nilai hasil tes yang sangat tinggi,
sehingga distribusi frekuensi dari nilai-nilai hasil tes tersebut membentuk kurva a-simetrik
miring ke kanan, maka tester segera merasa puas dan bangga karena ternyata tingkat
penguasaannya terhadap materi tes tersebut sangat tinggi dan dengan segera tester
menyatakan bahwa testee adalah terdiri dari anak-anak yang hebat.
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
Angka indek kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
P = NP
N
Dimana :
P = Proporsi = angka indek kesukaran item
NP = Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang
bersangkutan.
N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.
Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap angka indek
kesukaran item, Robert L.Thorndike dan Elizabeth Hagen mengemukakan sebagai berikut :
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30 0,70 Cukup ( sedang )
Lebih dari 0,70 Terlalu mudah
Page 2
Tabel 2. Perhitungan – perhitungan untuk memperoleh P, dalam rangaka analisis derajat
kesukaran dari 10 butir item dalam tes hasil bekajar yang di ikuti oleh orang / tesee
10 P = = = =0,6 Cukup/sedang
14 P = = ==0,4 Cukup/sedang
Page 3
testee Skor untuk butir item nomor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
B 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0
C 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1
D 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
E 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
F 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0
G 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0
H 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1
I 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
J 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1
10= 2 9 1 8 7 2 1 4 9 6 6 1 8 4 1 6 5 8 2 4
N
N N
p p
=JS = =
B B
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka atau
bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang
dimiliki oleh sebutir item.
Page 4
Besarnya Angka Indeks Klasifikasi Interpretasi
Diskriminasi Item (D)
Kurang dari 0,20 Poor Butir item yang bersangkutan
daya pembedanya lemah
sekali (jelek), dianggap tidak
memiliki daya pembeda yang
baik.
0,20 0,40 Satisfactory Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang).
0,40 0,70 Good Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda
yang baik.
0,70 1,00 Excellent Butir item yang bersangkutan
telah memiliki daya pembeda
yang baik sekali.
Bertanda negatif - Butir item yang bersangkutan
daya pembedanya negatif
(jelek sekali).
Untuk mengetahui besar kecilnya angka indek diskriminasi item dapat dipergunakan rumus :
D = PA - P B
Dimana :
D = Discriminatory power (angka indeks diskriminasi item).
PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir item yang
bersangkutan. PA dapat diperoleh dengan rumus: PA = BA / JA
BA = Banyaknya testee kelompok atas (the higher group) yang dapat menjawab dengan benar
butir item yang bersangkutan.
JA = Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas.
PB = Proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir item yang
bersangkutan . PB dapat diperoleh dengan rumus: PB = BB / JB
BB = Banyaknya testee kelompok bawah (the lower group) yang dapat menjawab dengan
benar butir item yang bersangkutan.
JB = Jumlah peserta yang termasuk dalam kelompok bawah
Langkah Pertama :
Page 5
Membagi (mengelompokkan) testee yang jumlahnya 10 orang itu, menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok atas (pandai), dan kelompok bawah (bodoh). Dalam hal ini yang dimaksud
kelompok atas adalah testee yang mempunyai skor tinggi, sedangkan yang dimaksud
kelompok bawah adalah testee yang memiliki skor skor rendah.
testee Skor untuk butir item nomor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
A 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8
B 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 9
C 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 12
D 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
E 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8
F 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 11
G 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 11
H 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 10
I 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7
J 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7
10=
N
2 9 1 8 7 2 1 4 9 6 6 1 7 4 1 5 4 8 2 3 90
=JS
Jika urutan skor – skor hasil tes itu kita urutkan dari atas kebawah dan kita lakukan pembagian
testee atas dua kelompok – yaitu kelompok atas dan bawah – maka keadaannya adalah sebagai
berikut :
Kelompok Atas
Testee Skor
C 12
F 11
G 11
H 10
B 9
Page 6
Kelompok bawah
Testee Skor
A 8
E 8
I 7
J 7
D 6
Langkah kedua : menuliskan atau memberikan kode kode terhadap hasil pengelompokkan
testee atas dua kategori tersebut diatas. Skor 1 yang berada diantara dua tanda kurung adalah
skor yang jawabannya betul dimiliki oleh testee kelompok atas, skor 1 yang tidak ditubuhi
tanda kurung adalah skor yang jawabannya betul yang dimiliki oleh testee kelompok bawah,
adapun skor 0 adalah skor jawaban salah.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
A 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8 bawah
B 0 (1) (1) 0 (1) 0 0 0 (1) 0 (1) 0 (1) 0 0 (1) 0 (1) (1) 0 9 atas
C 0 (1) 0 (1) (1) 0 0 0 (1) (1) (1) 0 (1) (1) 0 (1) (1) (1) 0 (1) 12 atas
D 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6 bawah
E 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8 bawah
F 0 (1) 0 (1) (1) 0 0 (1) (1) (1) (1) 0 (1) (1) 0 (1) 0 (1) 0 0 11 atas
G (1) (1) 0 (1) 0 0 0 (1) (1) (1) (1) 0 (1) (1) 0 0 (1) (1) 0 0 11 atas
Page 7
Testee Skor untuk butir item nomor Skor kelompok
Total
I 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7 bawah
J 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7 bawah
Nomor
butir
= =
item
D= -
1 1 1 5 5 0,2 0,2 0
6 1 1 5 5 0,2 0,2 0
10 3 3 5 5 0,6 0,6 0
Page 8
Nomor
butir
= =
item
D= -
19 1 1 5 5 0,2 0,2 0
Daya pembedanya
4,8, 11, 14, 17, dan 0,4 Satisfactory
cukup
18
Daya pembedanya
2,3,5,7,9,12,15,16,20
0,2 Poor lemah sekali ( jelek)
Page 9
2.3 Teknik Analisis Fungsi Distraktor
Pada tes obyektif bentuk multiple choice, setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes
hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban (= option atau
alternatif). Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah.
Salah satu dari option atau alternatif itu merupakan jawaban yang benar (= kunci jawaban)
dan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban yang salah itu biasa dikenal dengan istilah
distractor atau pengecoh.
Jika kita ingin mengetahui daya pembeda itemnya, maka tabel analisis diatas perlu dibuat
lebih rinci, yaitu kita harus membagi testee dalam dua kelompok yaitu kelompok atas dan
kelompok bawah, seperti berikut :
Bertitik tolak dari pola penyebaran jawaban tersebut di atas, maka dapat kita tentukan daya
pembeda dari butir item nomor 1 sampai 10 :
Page
10
Sebagai tindak lanjut atas hasil pengenalisian terhadap fungsi distraktor tersebut yang sudah
dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes tes yang akan datang,
sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau
diganti dengan distraktor lain.
Page
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu cara mengantisipasi keadaan yang tidak normal itu adalah dengan jalan
melakukan penganalisisan terhadap hasil tes belajar yang telah dijadikan alat pengukur dalam
rangka mengukur keberhasilan belajar dari para peserta tes tersebut. Disini tester perlu
melakukan penelusuran dan pelacakan dengan cermat, terhadap butir-butir soal atau item
yang merupakan bagian tak terpisahkan dair tes hasil belajar sebagai suatu totalitas.
Pernyataan tester seperti terlihat pada kurva a-simetrik miring ke kanan mungkin benar,
tetapi mungkin juga belum tentu tepat. Suatu hal yang patut diperhatikan oleh tester dalam
keadaan dimana nilai-nilai hasil tes hasil belajar yang dicapai oleh testee membentuk kurva a-
simetrik seperti kurva a-simetrik miring ke kiri ialah, bahwa dalam menghadapi kenyataan
seperti itu tester hendaknya tanggap bahwa distribusi frekuensi nilai-nilai hasil tes yang
membentuk kurva a-simetrik itu terjadi karena ada sesuatu yang kurang beres , sehingga
perlu dilakukan antisipasi.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
Page
12