Anda di halaman 1dari 4

Jalan Cinta Para Istri

Rubrik: Pendidikan Keluarga | Oleh: Ochikohumaira. - 19/11/13 | 21:22 | 15 Muharram 1435 H

 Ada 4 komentar
 4574 hits
 2 email

Ilustrasi. (salamstock.com/hassanstudio)

dakwatuna.com – Menikah. Semendadak dan sekilat apapun proses menuju pernikahan,


menikah tentu tetap butuh persiapan dan kesiapan ilmu. Saat lajang dulu beragam teori
pernikahan dan rumah tangga kerap mampir dalam pikiran. Kajian-kajian pra nikah dan
madrasah thulabiyah terkait rumah tangga islami hampir tak terlewatkan. Namanya juga cari
ilmu. Apalagi mendengar kisah sukses para keluarga baik yang baru nikah muda, selalu ikut
bahagia sambil berharap segera ketiban sampur. Kisah keluarga yang sudah hidup puluhan tahun
pun tak kalah menakjubkannya. Bertahan dan terus merawat cinta dalam rumah tangga, alangkah
indahnya.

Setelah melewati berbagai kajian, training, membaca buku-buku (motivasi) pernikahan sampai
mendengar kisah para keluarga tersebut saya mengambil kesimpulan dengan yakin bahwa SAYA
PASTI BISA MENJADI ISTRI SHALIHAH. Lha wong Cuma taat pada perintah suami, apa
susahnya coba?

Sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim menyatakan bawa, “Istri-istri
kalian yang menjadi ahli surga, yaitu istri yang besar cintanya pada suami, melahirkan banyak
anak, dan taat penuh pada suami, yang kalau dimarahi oleh suaminya, ia datang kepadanya
dengan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya seraya berkata ‘Saya tak mau makan
sebelum engkau ridha pada saya’”
Nyatanya? Tidak semudah membalik telapak tangan! Taat pada suami untuk mengandung
beragam konsekuensi turunan. Menjadi istri shalihah yang menyejukkan pandangan sekaligus
menenangkan hati sungguh sukar kecuali bagi para istri yang mau berusaha menggapainya.

***

Pertama mentaati perintah suami.

Seorang istri seyogianya menyenangkan ketika dipandang dan tidak menolak ketika dimintai
bantuan oleh suami. Dalam hal-hal esensial, para istri cenderung mentaati suami namun mentaati
suami dalam perkara sederhana seringkali sukar dikerjakan. Biasanya kita akan mendapati bahwa
para istri zaman sekarang adalah sosok-sosok yang ngeyel terhadap perkara remeh temeh. Punya
pendapat sendiri dan maunya begitu. Misalkan punya hobi yang suami kurang suka tapi tetap
dipertahankan, punya gamis yang suami kurang sreg tapi tetap dikenakan, atau malah ngambek
ketika diingatkan sesuatu. Yang susah memang kadang begitu, bukan pada hal-hal esensial tapi
hal-hal kecil yang bagaimanapun bisa mengurangi keharmonisan.

Dalam sebuah kajian seorang akhwat bertanya tentang sikap suaminya yang ‘merepotkannya’
dengan selalu memintanya mengambilkan sesuatu yang ringan. Minta ambilin minum, ambilin
hp, nyalain lampu sekalian, ambilin buku dll. Kata sang ustadz, yaah… layani saja. Justru hal-hal
seperti itu yang akan menumbuhkan sakinah, ketenangan dalam rumah tangga. Jadi kalau pada
suka diperlakukan ‘semena-mena’ jadi juru ambil ini itu, nikmati saja kemanjaan suami.
Adakalanya mereka butuh lebih manja dari para istri.

Kedua berdiam diri di rumah dan tidaklah keluar kecuali atas izin suami.

Perkembangan dan tuntutan zaman yang menempatkan perempuan pada kemungkinan untuk
mengembangkan potensi dan karir di luar rumah tentu bukan hal baru bagi kita. Kuliah, bekerja
ataupun aktivitas sosial lain yang membuat para istri keluar dari rumah tetap harus berlandaskan
pada keridhaan suami, pun jika peran istri di luar sangat dibutuhkan. Suami memiliki otoritas
akan hal ini. Namun suami yang bijak pun tak lantas mengekang istrinya dari aktivitas sosial
apalagi dakwah. Meski sungguh, dengan taat dan berdiam di rumah saja, istri sudah pahala akan
ketaatannya.

Kalaupun keluar rumah, akan lebih baik jika urusan dalam rumah telah terpenuhi haknya.
Minimal rumah tak berbentuk kapal karam saat ditinggalkan, atau masakan telah terhidang untuk
hari itu. Jika memenuhi standar mengurus rumah tangga masih kacau saat kita keluar rumah.
Mungkin kita perlu lebih mempertimbangkan banyak hal. Strategi pengaturan waktu dan tenaga
sampai memikirkan ulang kepergian kita.

Ketiga taat pada suami ketika diajak ke ranjang

Nah, untuk tema ini, para istri pasti sudah hafal hadits yang menyatakan bahwa malaikat akan
melaknat istri yang menolak ‘panggilan’ suami sampai subuh. Kecuali jika istri memiliki udzur
seperti sakit dan kelelahan. Bahkan saat istri sibuk di dapur bukan berarti ia boleh menolak
permintaan suami lho. Terus bagaimana baiknya? Ya, taat saja!
Pasangan suami-istri bisa berkomunikasi lebih terkait ini agar masing-masing saling mengerti
keluangan waktu satu sama lain hingga ibadah akan terasa lebih indah. Pahala taat karena
memenuhi panggilan suami dapat, pahala sedekah karena ‘beribadah’ insya Allah juga dapat.

Keempat tidak mengizinkan orang lain masuk kecuali diizinkan suami

Para suami adalah makhluk pencemburu, bagaimanapun mereka berusaha menyembunyikannya


dari hadapan istrinya (sementara para istri terang-terangan cemburu secara berlebihan) maka
sudah seharusnya jika kedatangan orang lain mendapat izin terlebih dulu dari suami, terutama
tamu lain jenis. Ini juga terkait dengan cara para istri membalas sapaan, sms atau obrolan dengan
lawan jenis yang bukan mahramnya.

Istri yang baik tentu tak membiarkan suaminya larut dengan kekhawatiran dan cemburu hingga
memilih taat dan tidak membuka peluang munculnya hal-hal yang berlebihan dalam
interaksinya.

Kelima tidak berpuasa sunah kecuali atas izin suami

Ini terkait dengan hak suami atas istrinya. Suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan
istrinya setiap hari. Maka menunaikan hak suami lebih utama daripada menjalankan kebaikan
yang sifatnya sunah.

***

Well, sampai sekarang saya masih suka baca buku-buku tentang pernikahan. Ini itu yang sudah
tahu pun ketika dibaca lagi menimbulkan semangat untuk mengaplikasikannya lagi. Usai
membaca tentang kewajiban istri, jadi lebih semangat berbenah ketika di rumah. Merawat agar
tetap segar dan menarik saat di rumah, disukai suami, dapat pahala pula.

Tidak ada salahnya juga baca bareng suami, lebih romantis malah. Saya suka membacakan
beberapa hal yang menurut saya penting pada suami, baru deh dia mau ikutan baca kalau tahu
ada yang penting. Atau menghadiri kajian tantang rumah tangga bersama-sama. Meski kadang,
kami suka saling tuding saat mendengarkan kajian bersama. Saat suami yang sedang dibicarakan,
saya dengan semangat bilang “Tuuuh…”, suami juga gitu. Atau saat peran suami sedang dipuji-
puji, suami yang jumawa sambil bilang “Tuuuh…kaan…”

Bagaimanapun, itu semua mengasyikkan. Lebih afdhal lagi kalau ilmu yang sudah kita pelajari
kita aplikasikan dengan menurunkan derajat kengeyelan dan saling mengalah untuk kebaikan
bersama. Insya Allah akan lebih indah.

Ketaatan seorang istri pada suami termasuk sebab yang menyebabkannya masuk surga.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat
lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga
kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada
wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang
engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/11/19/42413/jalan-cinta-para-istri/#ixzz2mdH6GyyU
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai