Anda di halaman 1dari 5

Nama: Debi Dwi Rohmatul Aini

Kelas/NIM: PBSI-C/22020074110

Video Pertama “Pengantar Analisis Wacana”

https://youtu.be/Y64c_Tn-Jgo?si=-aoKddnykBOVo_MB

Pada mulanya kata wacana itu sendiri dalam bahasa Indonesia fungsinya digunakan
untuk mengacu kepada suatu bahan bacaan, percakapan, dan juga suatu tuturan. Lambat laun
wacana itu mengarah pada pengertian segala hal yang bermula dari suatu serangkaian bahasa,
baik itu berupa tulisan maupun juga berupa suatu ucapan atau perkataan nya bukan lagi hanya
sekedar bahan bacaan percakapan atau tuturan sudah mulai merambah ke arah segala hal
dalam tuturan maupun tulisan. Apa itu analisis wacana? Wacana merupakan suatu upaya
atau suatu usaha dalam pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang
membuat wacana tersebut. Sehingga analisis wacana itu merupakan suatu upaya seseorang
untuk mengungkap makna yang disampaikan oleh penulis atau penutur dari teks atau tuturan
tersebut. Pengertian kedua dari analisis wacana adalah wacana berarti cara objek atau ide
diperbincangkan secara terbuka. Wacana itu adalah suatu subjek atau ide gagasan seseorang
yang sudah mulai atau yang sudah ada di ruang publik. Hal itu bisa menjadi perbincangan
secara terbuka yang mana di balik ide-ide yang disampaikan di ruang publik menimbulkan
suatu pemahaman tertentu oleh masing-masing orang yang membaca atau yang menangkap
dari teks tulisan atau tuturan dari ucapan tersebut.

Paradigma analisis wacana itu ada tiga:

1. Positivis Empires: wacana dipandang sebagai satuan bahasa di atas kalimat. Dengan
cara pandnag tersebut, wacana dipahami sebagai organisasi bahasa yang terbentuk
dari unsur-unsur yang secara hierarkis lebih kecil tatarannya, yakni berupa klausa dan
kalimat. Dengan demikian, mengkaji suatu wacana pada prinsipnya adalah mengkaji
hubungan potensial antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam
kaitannya dengan sintaksis dan semantik. Kaum atau kelompok positivis empiris ini
lebih menekankan menganalisis wacana itu dari sisi pengungkapan makna dari
susunan bahasa antarkalimat.
2. Konstruktivis atau fungsional: wacana dipahami sebagai peristiwa komunikasi, yakni
perwujudan dari individu yang sedang berkomunikasi. Jadi, bahasa yang digunakan
oleh pembicara dipandang sebagai wujud dari tindakan pembicaranya. Aliran atau
kelompok fungsional konstruktivis memahami wacana itu sebagai peristiwa
komunikasi interaksi antar orang dengan orang yang wujudnya berupa suatu wacana.
Bahasa tidak lagi dipandang sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan
yang dipisahkan oleh subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru
menganggap subjek sebagai faktor sentral atau faktor utama, faktor inti dalam
kegiatan wacana dan hubungan-hubungan sosial lainnya.
3. Kritis atau Dialektika: maksudnya adalah wacana itu dipandang sebagai ujaran, yakni
dipahami sebagai suatu kumpulan unit struktur bahasa yang tidak lepas dari konteks.
Dengan cara pandang yang seperti ini yaitu penekanan pada konteks keberadaan
kalimat dalam suatu wacana itu tidak sekedar dipandang sebagai sistem (langue), tapi
juga (parole). Pandangan ini ingin mengoreksi pandangan konstruktivisme yang
kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara
historis maupun institusional. Pandangan konstruktivisme dikatakan belum
menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana,
yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu beserta
perilaku-perilakunya. Kelompok kritis yang menyakini bahwa ketika menganalisis
wacana itu muncul bukan hanya berhenti pada pengungkapan bahasa dan juga penutur
tapi pengungkapan terhadap konteks secara utuh (komprehensif) yang berkaitan
dengan si penutur, si penulis, atau konteks sosial ketika teks itu diproduksi. Praktek
wacana kemungkinan menampilkan efek ideologi, misalnya dapat memproduksi
hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara kelas sosial, antara laki-laki dan
wanita atau kelompok mayoritas dan minoritas.

Karakteristik analisis wacana ada lima, tindakan, konteks, historis, kekuasaan,


dan ideologi. Lima karakteristik ini yang penting diperhatikan ketika menganalisis
teks menggunakan analisis wacana. Karakteristik yang pertama yaitu tindakan, prinsip
tindakan pada hakekatnya memandang suatu wacana sebagai sesuatu yang bertujuan,
baik bertujuan mempengaruhi, berdebat, membujuk, menanggapi, maupun
menyarankan dan tentunya masih banyak tujuan-tujuan lain yang ingin disampaikan
oleh penulis kepada pembaca melalui wacana yang dibuatnya. Sehingga perlu
diperhatikan karakteristik pertama yaitu tindakan dari teks atau penutur orang yang
memproduksi teks tersebut dengan melihat tindakan-tindakan yang berupa teks,
tulisan atau kepada suatu bahasa yang diucapkan atau yang diutarakan. Tindakan-
tindakan itu ternyata bersifat pengaruh, fungsinya bisa mempengaruhi maupun
menyarankan pada si pembaca atau penerima dari tuturan atau ucapan tersebut.
Dengan demikian berdasarkan prinsip yang pertama ini dengan tindakan maka
wacana dapat dipahami sebagai suatu interaksi komunikasi antara si penulis dengan
pembaca atau pendengar. Selain itu wacana dipahami sebagai sesuatu yang
diekspresikan secara sadar dan terkontrol bukan sesuatu yang diluar kendali atau
diekspresikan secara tidak sadar. Perlu dipahami bahwa teks yang muncul hasil
produksi dari orang atau penulis tertentu itu pasti dilakukan dalam tindakan yang
sadar yang mana adalah tindakan yang sadar itu pasti ada tujuan tertentu yang
sehingga dengan adanya tujuan tertentu dan dalam kondisi yang sadar maka sipenulis
atau penutup bisa mengontrol dirinya tidak keluar dari tujuan yang diinginkan ketika
menulis suatu teks tertentu. Karakteristik yang kedua yaitu konteks, konteks disini
bisa meliputi latar, situasi, peristiwa, dan kondisi ketika teks tersebut dikaji atau
diproduksi. Kajian kewacanaan dalam konteks meliputi topik, partisipan
(penulis/penutur dan pembaca/petutur), waktu dan tempat, saluran komunikasi, kode,
situasi komunikasi, budaya atau adat istiadat berkomunikasi. Fairclough dan Wodak
(dalam Yuris, 2008) berpendapat bahwa wacana itu dipandang, diproduksi,
dimengerti dan dianalisis dalam konteks tertentu. Dengan konteks tertentu inilah
peneliti atau pengkaji wajib atau seharusnya menguak atau membaca gimana konteks
yang ada ketika teks itu diproduksi. Memeriksa konteks dari komunikasi, nah caranya
itu dengan memeriksa siapa yang berkomunikasi dengan siapa dan mengapa;
khalayaknya siapa aja yang ditulis dalam teks tersebut, situasinya seperti apa, melalui
medium apa, bagaiman, perbedaan tipe dan perkembangan komunikasi, serta
hubungan masing-masing pihak. Karakteristik yang ketiga adalah historis, sebuah teks
dianalisis dengan pertimbangan bahwa wacana tersebut ketika diproduksi ada pada
konteks tertentu. Jadi, untuk menganalisis sebuah wacana perlu diperhatikan konteks
saat wajah tersebut diproduksi historis menempatkan wacana dalam konteks sosial
tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks (Fairclough dan
Wodak dalam Yuris, 2008). Historis lebih pada penekanan dari konteks etnik
sehingga yang dimaksud dengan proteksi itu bukan konteks saat pembaca memahami
suatu teks tapi juga melihat konteks saat teks itu diproduksi. Misalnya, kita
melakukan analisis wacana terhadap teks selebaran mahasiswa menentang Soeharto.
Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau bisa memberikan
konteks historis saat teks itu diciptakan, seperti bagaimana suasana politik saat itu.
Karakteristik yang terakhir yaitu, Ideologi dan kekuasaan, pada hakekatnya wacana
merupakan cermin dari hegemoni atau ideologi tertentu. Hegemonik menurut
Fairclough (dalam Arifin, Ed. 2004:12), “lebih menekankan pada teori kekuasaan
dengan pemahaman bahwa kekuasaan suatu komunitas yang dominan dapat
menguasai komunitas yang lain.” Wacana dalam bentuk teks, percakapan atau
apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tapi
merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Suatu medium untuk menunjukkan cara
kelompok dominan mempersuasi atau mengkomunikasikan kepada khalayak
mengenai kekuasaan yang mereka miliki sehingga absah dan benar.
Video Kedua “Discourse Analysis : Pengantar Kajian Analisis Wacana”

https://youtu.be/g7zVssQCj1c?si=yEL_TZ5NpLf9swPf

Video Ketiga “Sejarah Singkat Analisis Wacana Dari Para Ahli | Kuliah Analisis
Wacana ”

https://youtu.be/baXV7v1JrLc?si=VLE3pSbjdsbo99ou

Video Keempat “Sekilas Konsep Dan Contoh Analisis Wacana | Kuliah Analisis
Wacana”

https://youtu.be/I-fu8dvaAxw?si=q_gJ_LxNasHAeaPX

Anda mungkin juga menyukai