AWK IDEOLOGI
AWK KONTEKS SOSIAL
BAB. I
A. Latar Belakang
Analisis wacana sebagai salah satu disiplin ilmu dengan metodologi yang eksplisit
dapat dikatakan sebagai ilmu baru karena perkembangannya baru dilihat pada awal tahun
70-an dan bersumber pada tradisi keilmuan Barat. Istilah analisis wacana muncul sebagai
upaya untuk menghasilkan deskripsi bahasa yang lebih lengkap sebab terdapat unsur-
unsur bahasa yang tidak cukup bila dianalisis dengan menggunakan aspek struktur dan
maknanya saja. Sehingga memalui analisis wacana dapat diperoleh penjelasan mengenai
korelasi antara apa yang diujarkan, apa yang dimaksud dan apa yang dipahami dalam
konteks tertentu.
Analisis wacana Kritis (AWK) adalah analisis bahasa dalam penggunaannya dengan
menggunakan bahasa kritis. Analisis ini dipandang sebagai oposisi terhadap analisis
wacana deskriptif yang memandang wacana sebagai fenomena teks bahasa semata, karena
analisis jenis ini selain berupaya memperoleh gambaran tentang aspek kebahasaan, juga
menghubungkannya dengan konteks, baik itu konteks sosial, kultural, ideologi dan domain-
domain kekuasaan yang menggunakan bahasa sebagai alatnya.
Dalam Analisis wacana kritis ini terdapat tokoh-tokoh yang memiliki sudut pandang
dan cara analisis yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Masing-masing pandangan
tersebut hanya ditujukan pada satu pokok permasalahan yaitu Analisis wacana Kritis
(Critical Discourse Analysis).
Dari sudut pandang para tokoh Analisis Wacana Kritis, terdapat pandangan bahwa
wacana adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya dan ilmu
pengetahuan. Untuk itu, dalam menganalisis wacana juga harus memperhatikan masalah
ideologi dan sosio kultural yang melatarbelakangi penulisan suatu wacana.
B. Target pembahasan makalah :
1. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh Analisis wacana kritis dan bagaimana
pandangan-pandangannya.
2. Untuk memahami bagaimana menganalisis wacana ideologi.
3. Untuk menjelaskan bagaimana menganalisis wacana berdasarkan konteks sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TOKOH-TOKOH ANALISIS WACANA KRITIS
Terdapat banyak tokoh AWK diantaranya adalah :
1. Michel Foucault
ü Lahir di Poitiers Perancis, tahun 1926.
ü Bidang ilmu yang digelutinya : filsafat, sejarah, psikologi dan psikopatologi.
ü Buku-buku hasil karyanya : Penyakit Mental dan Kepribadian, Sejarah Kegilaan, The Birth of
The Clinic, Archeology of Human Sciences, Disciplines and Punish dan trilogi The History of
Sexuality.
ü Karier : Sebagai staf pengajar pada Universitas Uppsala (Swedia) untuk bidang sastra dan
kebudayaan Perancis, Dosen di berbagai Universitas di Perancis, dan pendiri Universitas
Paris Vincenes.
ü Meninggal dunia dalam usia 57 tahun pada tahun 1984.
ü Inti Pemikiran Foucault :
a) Wacana
Wacana menurut Foucault bukan hanya sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks,
melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Sehingga dalam menganalisis
wacana hendakny memperimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa sebagai dua
segi yaitu segi arti dan referensi.
Wacana merupakan alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, diminasi budaya dan ilmu
pengetahuan. Dalam masyarakat, ada wacana yang dominan dan ada wacana yang
terpinggirkan. Wacana yang dominan adalah wacana yang dipilih dan didukung oleh
kekuasaan, sedangkan wacana lainnya yang tidak didukung akan terpinggirkan
(marginalized) dan terpendam (submerged).
b) Discontinuitas
Foucault menolak teori mengenai sejarah yang berjalan linier dan kontinyu “contonuous
history”, karena itu dia mengajukan konsep discontinuitas sejarah. Foucault lebih tertarik
pada kejadian biasa atau peristiwa kecil yang diabaikan oleh ahli sejarah, daripada analisis
sejarah tradisional yang cenderung mempertanyakan strata dan peristiwa mana yang harus
diisolasi dari yang lain, jenis hubungan yang harus dikonstruksi serta kriteria periodisasi.
Biasanya analisis tradisional hanya menyoroti sejarah “orang-orang besar.”
c) Kuasa dan Pengetahuan
Menurut Foucault, kekuasaan dan pengetahuan adalah dua hal yang selalu berkaitan.
Menurutnya, kekuasaan selalu terakumulasi melalui pengetahuan, dan pengetahuan selalu
punya efek kuasa. Konsep ini membawa konsekuensi untuk mengetahui bahwa untuk
mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang
melandasi kekuasaan. Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi
melalui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif,
melainkan dengan cara positif dan produktif.
d) Episteme
Foucault membedakan tiga jaman episteme yaitu : Abad Renaisan yang menekankan pada
resemblance (kemiripan), Abad Klasik yang menekankan pada representastion
(representasi) dan Abad Modern yang menekankan pada signification (signifikasi) atau
pemaknaan.
2. Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Trew (Fowler dkk)
ü Fowler, Hodge, Kress dan Trew adalah sekelompok pengajar di Universitas Eart Anglia (aliran
Linguistik Eropa Kontinental). Karya mereka adalah sebuah buku yang berjudul Language
and Central (1979) dengan pendekatan Critical Linguistic yang memandang bahwa bahasa
dikenal sebagai praktik sosial. Pendekatan ini dikembangkan dari teori linguistik para
peneliti yang melihat bagaimana tata bahasa (grammar) tertentu menjadikan kata tertentu
(diksi) membawa implikasi dan ideologi tertentu (Darma
ü Dalam membangun model analisisinya, mereka mendasarkan pada penjelasan Halliday
mengenai struktur dan fungsi bahasa yang menjadi struktur tata bahasa.
ü Dalam praktik penggunaan tata bahasa, maka kosa kata merupakan pilihan kata (diksi)
untuk mengetahui praktik ideologi. Adapun fungsi kosa kata diantaranya sebagai berikut :
1. Kosakata
Karena bahasa merupakan sistem klasifikasi, maka bahasa yang berbeda itu akan
menimbulkan realitas yang berbeda pula ketika diterima oleh khalayak.
2. Kosakata : membuat klasifikasi
Bahasa pada dasarnya menyediakan klasifikasi, sehingga dapat dibedakan antara realitas
yang satu dengan yang lainnya. Klasifikasi ini bermakna bagaimana suatu peristiwa itu
dilihat dari suatu sisi sehingga memaksa kita untuk bagaimana memahami realitas.
3. Kosakata : Membatasi Pandangan
Menurut Fowler dkk, bahasa pada dasarnya bersifat membatasi. Kosakata berpengaruh
terhadap bagaimana kita memahami dan memaknai suatu peristiwa. Sehingga ketika suatu
kosakata tertentu, akan dihubungkan dengan realitas tertentu.
4. Kosakata : Pertarungan wacana
Kosakata haruslah dipahami dalam konteks pertarungan wacana. Setiap pihak memiliki
pendapat sendiri-sendiri dalam suatu masalah, sehingga selalu berusaha supaya hanya
pendapatnya saja yang paling benar. Dalam upaya memenangkan opini publik, masing-
masing pihak menggunakan kosakata sendiri-sendiri dan berusaha memaksakan agar
kosakata itulah yang lebih diterima oleh publik.
5. Kosakata : marginalisasi
Kosakata membawa nilai ideologis, kata bukan sesuatu yang netral, tetapi membawa
ideologi tertentu.
6. Tata Bahasa
Fowler dkk menyatakan bahwa minimal ada dua hal yang harus diperhatikan yakni efek
bentuk kalimat pasif dan efek nominalisasi. Kedua efek ini cenderung menghilangkan
pelaku dalam sebuah teks.
Kognisi sosial
Grup pengetahuan
Sikap kelompok
Ideologi grup
II. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu masukan-
masukan dan kritik yang konstruktif sangat kami perlukan sebagai bahan perbaikan dan
penyempurnaan ke depan. Namun demikian, kami sangat mengharapkan bahwa makalah
ini nantinya bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Darma, Yoce, A. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung : PT. Refika Aditama.