Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A.

VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA

oleh
Hera Wahdah Humaira
PBI Universitas Muhammadiyah Sukabumi
hera_humaira87@yahoo.co.id

ABSTRAK
Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar bertemakan “Pemilih Pemula
Dinilai Pasif” berisi tentang karakteristik dan pendekatan model Van Dijk yang menggambarkan tiga
aspek yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro hal yang penting yaitu 1. Analisis
Wacana Kritis menggambarkan Struktur makro pada surat kabar Republika, menggambarkan secara
umum tentang tema “Pemilih Pemula Dinilai Pasif” pada masing-masing topik berita, dan
didalamnya tedapat point-point penting yang merujuk kembali pada tema besarnya. 2. Superstruktur
wacana kritis, peneliti menginterpretasikan tema atau topik yang yang dikedepankan oleh media dan
skema atau urutan berita yang ditampilkan di dalam teks berita. Pada wacana berita pemilih pemula
dinilai pasif, posisi tema atau topik pada umumnya terletak di bagian judul berita. Sedangkan bagian
isi dan penutup media menyampaikan laporan mengenai situasi atau proses pemilu dalam teks berita.
3. Struktur mikro wacana kritis pada surat kabar Republika, Jumat 28 Oktober 2016, pada umumnya
mereprentasikan keterlibatan beberapa elemen wacana, yakni aspek semantik(latar, praanggapan,
detil dan maksud), aspek sintaksis (bentuk kalimat aktif dan pasif, kata ganti koherensdan
nominalisasi) aspek stilistik (leksikon) sedangkan aspek retoris (grafis, metafora dan ekspresi).
Sehingga berita surat kabar republika dari ketiga struktur wacana model Van Dijk yaitu struktur
makro, superstruktur dan micro berserta elemennya berkenaan dengan “Pemilih Pemula Dinilai
Pasif” tema tersebut diskemakan untuk situasi dan survei tentang pemilih pemula yang pasif, tetapi
ketika keseluruhan wacana dianalisis secara kritis maka dialek pada berita “Pemilih Pemula dinilai
Pasif: berhubungan dengan situasi, institusi dan struktur sosial yang membentuknya yang digunakan
untuk mempengaruhi dan menekankan hal-hal tertentu pada satu kelompok partai

Kata kunci: Analisis wacana kritis, surat kabar

PENDAHULUAN ditunjang oleh unsur lainnya, yaitu situasi


Manusia memiliki kelebihan dalam pemakaian dalam masyarakat.
kemampuan berbicara dibandingkan makhluk Kridalaksana (2008:259) menyatakan
lainnya. Kesempurnaan berbahasa yang bahwa “Wacana merupakan satuan terlengkap
dimiliki manusia dapat ditandai bagaimana dia dalam hierarki gramatikal tertinggi atau
berbahasa dengan manusia yang lainnya. terbesar”. Selanjutnya dijelaskan bahwa
Pateda (2011:6) Bahasa merupakan alat yang sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka
ampuh untuk menghubungkan dunia seseorang dalam wacana tersebut terdapat konsep,
dengan dunia yang ada di luar dirinya, dunia gagasan, pikiran atau ide yang yang utuh,
seseorang dengan lingkungannya, dunia sehingga bisa dipahami oleh pembaca (dalam
seseorang dengan alamnya bahkan dunia wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana
seseorang dengan Tuhannya. lisan).
Bila dipelajari lebih lanjut, bahasa Bahasa yang digunakan pada ragam
memegang peranan yang penting sebagai alat tulis adalah tulisan yang berisi informasi dari
komunikasi antar manusia untuk berbagai penulis. Tulisan yang dimaksud dapat berupa
keperluan dan tujuan. Bahasa meliputi tataran, rangkaian kata atau gambar yang memiliki
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan arti. Pada ragam tulis diperlukan kecermatan
wacana. Berdasarkan hirarkinya wacana dan ketelitian dalam penulisan, karena dalam
merupakan tataran bahasa terlengkap, terbesar ragam tulis tidak disertai dengan gerakan oleh
dan tertinggi. Wacana dikatakan terlengkap pemberi informasi. Teks di dalam media
karena mencakup tataran di bawahnya yakni adalah hasil proses wacana media. Di dalam
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan proses tersebut nilai-nilai, idiologi dan

32 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

kepentingan media turut serta. Hal tersebut disampaikan oleh media, yang dalam hal ini
memperlihatkan bahwa media “tidak netral” Analisis wacana kritis bertema tentang “
sewaktu mengkonstruksi realitas sosial. Media Analisis Wacana Kritis (AWK) Model Teun
mengikutsertakan perspektif dan cara pandang A. Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar
dalam manafsirkan realitas sosial. Berita Republika. Media yang dianalisis yaitu
dalam media bukanlah representasi dari Republika tahun 2016 dengan sub tema
peristiwa semata-mata, akan tetapi di “Pemilih Pemula Dinilai Pasif”.
dalamnya memuat nilai-nilai lembaga media
yang membuatnya, Darma dalamTuchman Wacana
(2009:10). Wacana berasal dari bahasa Sansekerta,
Sering kita menemukan adanya yaitu vacana, yang berarti bacaan.
ketimpangan-ketimpangan yang terjadi, yang Selanjutnya, kata wacana itu (vacana) masuk
kita dapatkan jika kita membandingkannya. ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa
Tentu hal ini bisa membuat kita bingung dan Baru, yang berarti ‘bicara, kata, dan ucapan’.
bertanya-tanya, informasi manakah yang Kemudian, kata wacana dalam bahasa Jawa
benar-benar akurat. Tetapi dengan mencoba Baru itu diserap ke dalam bahasa Indonesia
menganalisis wacana tersebut, kita akan menjadi wacana, yang berarti “ucapan,
mengetahui motif atau ideologi yang percakapan, kuliah”. Selanjutnya,
tersembunyi di balik teks berita secara kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai
sederhana. Cara membaca yang lebih sebagai terjemahan kata discourse dalam
mendalam dan jauh ini disebut sebagai analisis bahasa Inggris. Kata discourse secara
wacana. etimologis berasal dari bahasa latin,
Analisis wacana kritis menurut Darma yaitu discursusus‘lari kian kemari’.
(2009: 49) adalah sebuah upaya atau proses Kata discourse itu diturunkan dari
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu
sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau merupakan gabungan
sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’.
dominan yang kecenderungannya mempunyai Lebih lanjut dinyatakan oleh Baryadi (2002:2)
tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang bahwa istilah wacana dan discourse dipakai
diinginkan. dalam istilah linguistik.
Menurut Yoce (2009:63) wacana dalam Wacana dapat pula beranjak dari
pendekatan semacam ini dipandang sebagai pandangan fungsional, yakni wacana
medium mana kelompok yang dominan dipandang sebagai bahasa dalam penggunaan.
mempersuasi dan mengonsumsi kepada Dengan cara pandang tersebut, wacana
khalayak produksi kekuasaan dan dominan dipahami sebagai peristiwa komunikasi, yakni
yang mereka miliki, sehingga paham ideologi perwujudan dari individu yang sedang
yang dikatakan van dick 1997 (dalam Yoce: berkomunikasi. Bahasa yang digunakan oleh
64) bahwa anggota komunikasi termasuk yang pembicara dipandang sebagai wujud dari
didominasi menganggap hal tersebut sebagai tindakan pembicaranya (Schiffrin, 2007:24).
kebenaran dan kewajaran. Pengertian wacana dalam pandangan Darma
Berdasarkan uraian di atas, Rumusan (2009:1), bahwa wacana adalah pembahasan
masalah dalam penelitian ini yaitu: bahasa dan tuturan yang harus ada dalam suatu
Bagaimanakah analisis wacana kritis model rangkaian kesatuan situasi. Dapat dikatakan
Teun A. Van Dijk terhadap pemberitaan bahwa wacana tidak bisa terlepas dari konteks
Pemilih Pemula dinilai pasif di surat kabar (situasi) yang melingkunginya. Hal itu sejalan
harian Republika edisi 28 oktober 2016?. dengan pernyataan Sobur (2009), bahwa
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini wacana adalah rangkaian ujaran atau
adalah untuk mengetahui analisis wacana kritis rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
model Teun A. Van Dijk terhadap pemberitaan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
Pemilih Pemula dinilai pasif di surat kabar teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang
harian Republika edisi 28 oktober 2016. Hal koheren, baik dibentuk oleh unsur segmental
inilah yang membuat peneliti tertarik untuk maupun nonsegmental bahasa. Pada
menganalisis sesuatu dibalik wacana yang hakikatnya, unsur nonsegmental dalam sebuah

33 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

wacana berhubungan dengan situasi, tujuan, tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik
makna, dan konteks yang berada dalam sosial. Wacana sebagai praktik sosial
rangkaian tindak tutur. menyebabkan sebuah hubungan dialektis di
Sumarlam, dkk (2009:15) antara peristiwa diskursif tertentu dengan
menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa situasi, institusi, dan struktur sosial yang
wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi
dinyatakan secara lisan seperti pidato, menampilkan efek ideologi.
ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara Dengan demikian, analisis wacana kritis
tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan merupakan teori untuk melakukan kajian
dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur empiris tentang hubungan-hubungan antara
lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, wacana dan perkembangan sosial budaya.
saling terkait dan dari struktur batinnya (dari Untuk menganalisis wacana, yang salah
segi makna) bersifat koheren, terpadu. satunya bisa dilihat dalam area linguistik
Suwandi (2008:145) mengemukakan dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang
bahwa analisis wacana pada hakikatnya terdapat dalam teks (novel) bisa menggunakan
merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau teori analisis wacana kritis. Teori analisis
penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi wacana kritis memiliki beberapa karakteristik
Lukmana, dkk (2006: 12) mengatakan dan pendekatan.
bahwa analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis) mempunyai ciri yang Surat kabar
berbeda dari analisis wacana yang bersifat Surat kabar merupakan salah satu ragam
“non-kritis”, yang cenderung hanya dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat
mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. kabar adalah lembaran tercetak yang memuat
Analisis wacana kritis (Critical Discourse laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-
Analysis) bertindak lebih jauh, diantaranya ciri terbit secara periodik, bersifat umum,
dengan menggali alasan mengapa sebuah isinya termasa dan aktual mengenai apa saja
wacana memiliki struktur tertentu, yang pada dan dimana saja di seluruh dunia untuk
akhirnya akan berujung pada analisis diketahui pembaca (Effendy,2005: 241).
hubungan sosial antara pihak-pihak yang Di Indonesia, surat kabar sering disebut
tercakup dalam wacana tersebut. Analisis juga dengan istilah koran. Dalam berbagai
wacana kritis (Critical Discourse Analysis) kamus memang sulit ditemukan asal bahasa
juga merupakan kritik terhadap linguistik dan dari koran ini. Namun dari penelitian seksama,
sosiologi. Tampak adanya kurang komunikasi bahasa yang mendekati kata “koran” adalah
diantara kedua disiplin ilmu tersebut. Pada “Quran” dari bahasa Arab yang berarti bacaan.
satu sisi, sosiolog cenderung kurang Selain itu, ada juga kata yang cukup dekat
memperhatikan isu-isu linguistik dalam pada kata “koran” yaitu “Courantos”,
melihat fenomena sosial meskipun banyak merupakan sebuah buletin yang terbit di
data sosiologis yang berbentuk bahasa. Jerman pada abad ke-16 masehi.
Analisis wacana kritis menyediakan Selain itu, kata koran juga berasal dari
teori dan metode yang bisa digunakan untuk dari bahasa Belanda yaitu “krant”, dan dari
melakukan kajian empiris tentang hubungan- bahasa Prancis, “Courant”. Adapun
hubungan antara wacana dan perkembangan defenisinya yakni suatu penerbitan yang
sosial dan kultural dalam domain-domain ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak
sosial yang berbeda (Jorgensen dan Philips, pada kertas berbiaya rendah yang disebut
2007: 114). Tujuan analisis wacana kritis kertas koran, yang berisi berita-berita terkini
adalah menjelaskan dimensi linguistik dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa
kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan politik, kriminal, olahraga, tajuk rencana,
proses perubahan dalam modernitas terkini ekonomi, sosial dan sebagainya. Surat kabar
(Jorgensen dan Philips, 2007: 116). juga biasa berisi kartun, TTS, dan hiburan
Fairlough dan Wodak dalam Eriyanto lainnya (Sumadiria, 2006: 5).
(2001: 7) berpendapat bahwa analisis wacana
kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam

34 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

METODE setelah data diidentifikasi langkah


Metode yang digunakan untuk menggolongkan dan mengelompokkan data
mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tersebut untuk dapat interpretasi lebih
dua, yaitu dokumentasi dan telaah isi. mendalam yang berkenaan dengan unsur
Dokumentasi adalah mencari data wacana kritis.
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa 3. Interpretasi
catatan, transkip, majalah, agenda dan lainnya Tahap untuk membahas setiap data pada
(Arikunto, 2013: 265). Dalam hal ini proses setiap klasifikasi dengan merujuk pada konsep
dokumentasi diarahkan pada wacana berita yang diberikan oleh para ahli, dalam hal ini
surat kabar Republika dengan Tema “Pemilih interpretasi diberikan langsung setelah kutipan
Pemula dinilai Pasif”. data dan setiap unsurnya.
Melalui metode ini, data-data yang
termuat dalam wacana surat kabar Republika
dengan Tema “Pemilih Pemula dinilai Pasif” HASIL DAN PEMBAHASAN
dikumpulkan sebagai data untuk dapat Struktur makro
dipergunakan sebagai bukti atau keterangan Data struktur makro wacana kritis
dalam melakukan pengkajian,penelaahan atau No Elemen Kutipan Berita
selanjutnya data sudah terkumpul dan wacana
Struktur Pemilih Pemula Dinilai Pasif
teridentfikasi untuk dapat dievaluasi.
makro
Metode telaah merupakan metode (tematik)
pengumpulan data dengan mempelajari, a. Topik
menyelidiki, memeriksa isi dari teks wacana b. Sub Pemilih pemula merindukan
berita yang terdapat dalam surat kabar topik pemimpin yang baik
1. Paragraf 1, kalimat 1 :
republika. Metode ini digunakan untuk
Yogyakarta- Pemilih pemula
mendapatkan data tentang teks wacana, berita diindikasikan pasif terhadap
mana saja yang termasuk kedalam kajian pelaksanaan pilkada serentak
analisis wacana kritis. 2017 di Yogyakarta.
Analisis data kualitatif (Bogadan dan 2. Paragraf 2, kalimat 2:
Dari survei yang dilakukan
Biklen dalam Moleong, 2013: 248), secara acak terhadap 482
menyatakan bahwa upaya yang dilakukan responden ini, diketahui
dengan jalan bekerja dengan data, sebagian besar atau 73, 24
mengorganisasikan data, memilah-milah yang persen (353 responden)
mengaku tidak mengetahui
menjadi satuan yang dapat dikelola,
calon kepala daerah di
mensintesiskannya, mencari dan menemukan daerahnya yang maju pilkada.
pola, menemukan apa yang penting dan apa 3. Paragraf 3, kalimat 1 :
yang dipelajari, dan memutuskan yang dapat Responden ini merupakan
yang diceritakan kepada orang lain. pemilih pemula baik
mahasiswa maupun pelajar
Maka metode yang digunakan dalam dari berbagai daerah yang
penelitian ini adalah dekriptif tinggal di Yogyakarta,”
kualitatif untuk menafsirkan dan menjabarkan 4. Paragraf 4, a. kalimat 1:
suatu objek dengan menggunakan kata-kata Survei sendiri dilakukan
melalui teknik wawancara
atau kalimat adalah sebagai berikut, (Arikunto,
dengan responden. Survei
2013: 278). melibatkan 20 mahasiswa
1. Identifikasi CCE UAD dan dilakukan
Tanda kenal diri, bukti diri, penentu dan awal oktober 2016 lalu.
penetapan identitas sesorang, benda dan b. kalimat 2:
Survei sendiri digelar di
sebagainya dalam hal ini, terlebih dahulu Yogyakarta yang merupakan
mengumpulkan data yang berkenaan dengan kota pendidikan, yakni kaum
teori analisis wacana kritis agar dapat muda yang tinggal di
ditetapkan dan diklasifikasi. Yogyakarta berasal dari
berbagai daerah di Indonesia
2. Klasifikasi
dan terdidik.
Penggolongnan dan pengelompokan, 5. Paragraf 5, kalimat 1:
penyusunan berdasarkan sesuatu yang sesuai, Ini menandakan bahwa
pemilih pemula cenderung

35 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

acuh dan pasif terhadap Penggunaan kata berbagai daerah


pelaksanaan pilkada. menunjukan adanya penampikkan yang
6. Paragraf 6, kalimat 1:
Responden banyak beralasan
mencoba menjelaskan berbagai daerah yang
tidak ingin tahu terkait calon berada di yogyakarta yang berbanding lurus
kepala daerah dalam pilkada, dengan daerah kota yogyakarta dengan
tidak terkait dan bahkan ada beberapa nama daerah.
yang menjawab tidak peduli
Sekaitan subtopik di atas, penulis juga
terhadap pilkada..
7. Paragraf 7, kalimat 1: memberikan penjelasan lebih lanjut sebagai
Beberapa alasan yang penguat informasi agar kiranya subtopik yang
disampaikan responden ditampilkan pada topik berita sebelumnya
karena tidak tertarik terjun ke tidak menimbulkan persepsi dari pembaca
politik, antara lain politik
dilihat hanya mengedepankan
berita bahwa seakan-akan pada kesempatan itu
kekuasaan, banyak teks berita dianggap sebagai bentuk opini,
manipulasi, sarang korupsi, maka pada paragraf keempat pada kalimat
kejam dan penuh konspirasi. “Survei sendiri dilakukan melalui teknik
8. Paragraf 8, Kalimat 1: wawancara dengan responden. Survei
Dari hasil analisis awal,
menurut Hadi, sikap pasif melibatkan 20 mahasiswa CCE UAD dan
pemilih pemula ini banyak dilakukan awal oktober 2016 lalu. Sehingga
disebabkan perilaku elite ini dianggap sebagai teks berita yang memang
politik sendiri. diskenariokan untuk mendukung pernyataan
9.Paragraf 12, kalimat 1
Menurut dia, PDIP DIY terus
yang pertama.
berupaya mencari tahu Pada paragraf keenam itu dijelaskan
potensi penerimaan suara secara jelas bahwa responden banyak
dalam pilkada 2017 beralasan tidak ingin tahu terkait calon kepala
mendatang, termasuk para daerah dalam pilkada, tidak terkait dan bahkan
pemilah pemula.
10. Paragraf 13, kalimat 2: ada yang menjawab tidak peduli terhadap
Strategi untuk menggaet pilkada.. di dalam informasi yang dimuat, teks
pemilih muda, kata dia, berita menjelaskan bagaimana responden tidak
sedikit berbeda. mau peduli terhadap pilkada.
Paragraf ketujuh juga mendukung
pernyataan di atas yang menyatakan beberapa
Analisis data struktur makro wacana kritis alasan yang disampaikan responden karena
Berdasarkan analisis struktur di tidak tertarik terjun kepolitik antara lain politik
atas, Surat Kabar Republika “Pemilih Pemula dilihat hanya mengedepankan kekuasaan,
Dinilai Pasif”. Tema utama di atas banyak manipulasi, sarang korupsi, kejam dan
memaparkan informasi pembuka tentang penuh konspirasi.
indikasi kegiatan Pemilu 2017 Untuk Fakta selanjutnya terdapat pada paragraf
mendukung pilkada 2017 disajikan informasi- keduabelas PDIP DIY terus berupaya mencari
informasi pendukung dalam bentuk teks berita tahu potensi penerimaan suara dalam pilkada
yang disajikan lewat kalimat berita. 2017 mendatang, termasuk para pemilih
“Yogyakarta- Pemilih pemula pemula mengindikasikan pandangan secara
diindikasikan pasif terhadap pelaksanaan analisis sosial bahwa partai PDIP ingin
pilkada serentak 2017 di Yogyakarta”. berperan aktif pada kegiatan pemilu.
Dalam mendukung tema
utamanya Republika menempatkan subtopik Struktur Superstruktur
pada kalimat berita “Pemilih pemula Data struktur superstruktur wacana kritis
merindukan pemimpin yang baik” paragraf
ketiga, yaitu memaparkan informasi bahwa N Elemen Kutipan Berita
“Responden ini merupakan pemilih pemula o Wacana
2 Superstruktur
baik mahasiswa maupun pelajar dari berbagai (skematik) Pemilih Pemula Diniai Pasif
daerah yang tinggal di Yogyakarta. Hal disini a. Summary1.
ialah responden pemula di daerah Yogyakarta 1. Judul
dalam memilih calon kepala daerah.

36 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

2. Lead - manipulasi, sarang korupsi,


b. Story Pemilih pemula kejam dan penuh konspirasi.
1. Situasi merindukan pemimpin 2. Paragraf 8, Kalimat 1:
yang baik Dari hasil analisis awal,
1. Paragraf 1, kalimat 1 menurut Hadi, sikap pasif
dan 2: pemilih pemula ini banyak
Yogyakarta- Pemilih pemula disebabkan perilaku elite
diindikasikan pasif terhadap politik sendiri.
pelaksanaan pilkada serentak
2017 di Yogyakarta. Hal ini 3. Paragraf 12, kalimat 1
terlihat dari hasil survei yang Menurut dia, PDIP DIY
dilakukan clinic for terus berupaya mencari tahu
community empowerment potensi penerimaan suara
(CCE) Universitas Ahmad dalam pilkada 2017
Dahlan (UAD) Yogyakarta. mendatang, termasuk para
3. Paragraf 2, kalimat 2: pemilah pemula
Dari survei yang dilakukan 4. Paragraf 13, kalimat 3
secara acak terhadap 482 Bambang menyebutkan, yang
responden ini, diketahui bisa mendekati para pemilih
sebagian besar atau 73, 24 pemula hanya pemuda itu
persen (353 responden) sendiri, sehingga
mengaku tidak mengetahui pendekatannya pun akan
calon kepala daerah di disesuaikan.
daerahnya yang maju
pilkada.
3. Paragraf 3, kalimat 1 : Analisis data superstruktur
Responden ini merupakan
pemilih pemula baik Topik teks berita diatas, didukung pula
mahasiswa maupun pelajar dengan proses penyajian informasi berita yang
dari berbagai daerah yang skematik yaitu bagaimana bagian dan urutan
tinggal di Yogyakarta,” berita berita diskemakan dalam bentuk teks
5. Paragraf 4, a. kalimat 1:
Survei sendiri dilakukan
berita yang utuh. Dari segi skematik
melalui teknik wawancara (superstruktur) ini diawali dengan pemberiatan
dengan responden. Survei topik berita sebagai gambaran awal tentang
melibatkan 20 mahasiswa hasil survei yang dilakukan pada responden
CCE UAD dan dilakukan pemilih pemula di tahun 21016 sebagai
awal oktober 2016 lalu.
b. kalimat 2: indikasi pasif terhadap pelaksanaan pilkada
Survei sendiri digelar di serentak untuk tahun 2017 di Yogyakarta.
Yogyakarta yang merupakan Pemberian tema adalah sebuah kegiatan yang
kota pendidikan, yakni kaum mamang untuk mengaitkan alur cerita dari alur
muda yang tinggal di
Yogyakarta berasal dari
pertama sampai alur berita terakhir.
berbagai daerah di Indonesia Yogyakarta- Pemilih pemula
dan terdidik. diindikasikan pasif terhadap pelaksanaan
5. Paragraf 5, kalimat 1: pilkada serentak 2017 di Yogyakarta. Hal ini
Ini menandakan bahwa terlihat dari hasil survei yang dilakukan clinic
pemilih pemula cenderung
acuh dan pasif terhadap for community empowerment (CCE)
pelaksanaan pilkada. Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
6. Paragraf 6, kalimat 1: Yogyakarta.
Responden banyak beralasan Sebagai starategi urutan urutan berita,
tidak ingin tahu terkait calon
kepala daerah dalam pilkada,
teks berita diawali dengan ucapan Yogyakarta,
tidak terkait dan bahkan ada dan pada paragraf ketiga meyinggung tentang
yang menjawab tidak peduli responden pemula yang berlatar belakang
terhadap pilkada.. pendidikan mahasiswa maupun pelajar dari
2. Komentar 1. Paragraf 7, kalimat 1: berbagai daerah yang tinggal di Yogyakarta.
Beberapa alasan yang
disampaikan responden
“Responden ini merupakan pemilih pemula
karena tidak tertarik terjun ke baik mahasiswa maupun pelajar dari berbagai
politik, antara lain politik daerah yang tinggal di Yogyakarta,”
dilihat hanya mengedepankan Penulis juga memiliki ideologi tentang
kekuasaan, banyak pilkada di Yogyakarta dilihat dari

37 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

perbandingan survei dan upaya dari partai potensi penerimaan suara


PDIP yang menginginkan kegiatan pilkada dalam pilkada 2017
mendatang, termasuk para
lebih optimal dan tidak pasif lagi pada tahun pemilah pemula.
2017. Sehingga kesan yang ditampilkan dari
pilkada berjalan adil dan dapat memilih kepala 3. Detail 1. Paragraf 8, Kalimat 1:
daerah yang amanah. pendek Dari hasil analisis awal,
menurut Hadi, sikap pasif
Strukrtur mikro pemilih pemula ini banyak
disebabkan perilaku elite
Data struktur mikro wacana kritis politik sendiri.
N Elemen Kutipan Berita 2. Paragraf 12, kalimat 1
o wacana Menurut dia, PDIP DIY terus
Struktur mikro 1. Paragraf 1, kalimat 1 : berupaya mencari tahu
a. Semantik Yogyakarta- Pemilih pemula potensi penerimaan suara
1. Latar diindikasikan pasif terhadap dalam pilkada 2017
pelaksanaan pilkada serentak mendatang, termasuk para
2017 di Yogyakarta. pemilah pemula.
2. Paragraf 3, kalimat 1 : 3. Paragraf 13, kalimat 2:
Responden ini merupakan Strategi untuk menggaet
pemilih pemula baik pemilih muda, kata dia,
mahasiswa maupun pelajar sedikit berbeda.
dari berbagai daerah yang 4. Maksud 1. Paragraf 7, kalimat 1:
tinggal di Yogyakarta,” Beberapa alasan yang
3. Paragraf 4, a. kalimat 1: disampaikan responden
Survei sendiri dilakukan karena tidak tertarik terjun ke
melalui teknik wawancara politik, antara lain politik
dengan responden. Survei dilihat hanya mengedepankan
melibatkan 20 mahasiswa kekuasaan, banyak
CCE UAD dan dilakukan manipulasi, sarang korupsi,
awal oktober 2016 lalu. kejam dan penuh konspirasi.
b. kalimat 2: 2. Paragraf 8, Kalimat 1:
Survei sendiri digelar di Dari hasil analisis awal,
Yogyakarta yang merupakan menurut Hadi, sikap pasif
kota pendidikan, yakni kaum pemilih pemula ini banyak
muda yang tinggal di disebabkan perilaku elite
Yogyakarta berasal dari politik sendiri
berbagai daerah di Indonesia
dan terdidik.
2. Detail 1. Paragraf 6, kalimat 1:
panjang Responden banyak beralasan
tidak ingin tahu terkait calon b. Sintaksis 1.Kalimat Aktif berjumlah 5
kepala daerah dalam pilkada, 1. Bentuk kalimat
tidak terkait dan bahkan ada kalimat Contoh kalimat:
yang menjawab tidak peduli Paragraf 1, kalimat 1:
terhadap pilkada.. Yogyakarta- Pemilih pemula
2. Paragraf 7, kalimat 1: diindikasikan pasif terhadap
Beberapa alasan yang pelaksanaan pilkada serentak
disampaikan responden 2017 di Yogyakarta.
karena tidak tertarik terjun ke Paragraf 11 kalimat 1:
politik, antara lain politik “Perhitungan kami, pemilih
dilihat hanya mengedepankan pemula di kota Yogyakarta
kekuasaan, banyak dan kabupaten Kulon Progo,
manipulasi, sarang korupsi, mencapai 20 persen.
kejam dan penuh konspirasi. - 2. Kalimat pasif berjumlah 8
3. Paragraf 8, Kalimat 1: kalimat
Dari hasil analisis awal, Contoh kalimat:
menurut Hadi, sikap pasif Paragraf 5, kalimat 1:
pemilih pemula ini banyak Ini menandakan bahwa
disebabkan perilaku elite pemilih pemula cenderung
politik sendiri. acuh dan pasif terhadap
4. Paragraf 12, kalimat 1 pelaksanaan pilkada. .
Menurut dia, PDIP DIY terus 2. Koherens 1.Paragraf 7 kalimat 2
berupaya mencari tahu i Namun, responden juga

38 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

pengingk mengaku mendambakan Baryadi, P. 2002. Dasar-dasar Analisis


aran pemimpin yang rendah hati, Wacana dalam Ilmu Bahasa.
bertanggung jawab, jujur,
cerdas, bersahaja, ramah,
Yogyakarta. Pustaka Gondhosuli.
tidak haus kekuasaan, Darma, Y. 2009. Analisis Wacana Kritis.
berintegritas, menghargai Bandung. Yrama Widya.
rakyat, dan tidak diskriminatif Departemen Pendidikan Nasional.
3. Kata 1. Dia menjelaskan, akan 2001. Jakarta . Kamus Besar Bahasa
ganti melakukan…
Kata ganti orang kedua
Indonesia Edisi III. Jakarta. Balai
2. Perhitungan kami, Pustaka.
pemilih pemula…. Djajasudarma, T. F. 2006. Wacana :
Kata ganti orang pertama Pemahaman dan Hubungan
jamak dan orang
Antarunsur. Bandung. PT Refika
ketiga(nama)
c. Stilistika 1. Kepala daerah yang Aditama.
Leksikon akan maju Effendy, O. U. 2005. Ilmu Komunikasi Teori
Contoh: Melaju kencang dan Praktek. Bandung. Remaja Rosda
Terdepan Karya.
2. Responden tidak
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar
tertarik terjun
- Contoh: Turun langsung Analisis Teks Media. Yogyakarta.
- Observasi LKIS.
3. Figur dan teladan elite Jorgensen, M. W. dan Louise J. P. 2007.
politik menjadi penting Analisis Wacana Teori dan Metode.
- Contoh: Kebaikan
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
d. Retoris Pada berita “Pemilih Pemula
1. Grafis Dinilai Pasif” Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik.
Ditampilkan Gambar Kotak Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia
Suara Pemilu Pustaka Utama.
2. Metafora Ukuran huruf judul berita Lukman, dkk. 2006. Linguistik Indonesia.
yang lebih besar
Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Moleong. L. J. 2013. Meteodologi Penelitian
Analisis datastruktur mikro wacana kritis Kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Yogyakarta- Pemilih pemula Rosadakarya.
diindikasikan pasif terhadap pelaksanaan Paina. 2010. “Tindak Tutur Komisif Bahasa
pilkada serentak 2017 di Yogyakarta. Jawa: Kajian Sosiopragmatik”.
Pada tingkat mikro, teks berita diawali Disertasi. Yogyakarta. Universitas
dengan latar tempat kota Yogyakarta” bahwa Gadjah Mada.
nama daerah secara umum dapat dijadikan Pateda. 2011. Linguistik sebuah Pengantar.
tempat umum pilkada. Bandung. Angkasa
Dalam mendukung teks berita, penulis Rani, A, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah
memakai partai pemilu “PDIP DIY” sebagai Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
bentuk solusi untuk mengatasi permasalahan Malang. Bayu Media Publishing.
pada topik berita “Pemilih Pemula Dinilai Schiffrin, D. 2007. Ancangan Kajian Wacana.
Pasif”. Hal ini mengimplikasikan ideologi Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
media untuk mempengaruhi pandangan umum Sobur, A. 2009. Analisis Teks Media, Suatu
dengan menonjolkan kebaikan dan dominan Pengantar untuk Analisis Wacana,
pada satu kelompok partai. Analisis Semiotik dan Framing”.
Bandung. PT. Remaja Rosadakarya.
Sumadiria. H. 2006. Jurnalistik Indonesia,
Menulis Berita dan Feature, Panduan
Praktis Jurnalis Profesional.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Peneltian: Suatu Sumarlam, dkk. 2009. Teori dan Praktik
Pendekatan Praktis. Jakarta. PT. Analisis Wacana. Surakarta. Pustaka
Rineka Cipta. Cakra.

39 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA

Sumarlan. 2005. Analisis Wacana : Teori dan


Praktik. Surakarta. Pustaka Cakra
Suwandi, S. 2008. Serbalinguistik. Surakarta.
Sebelas Maret University Press.
Yulianingsih. 2016. Pemilih Pemula dinilai
Pasif. Republika. 28 Oktober 2016
Yoce, A. 2009. Analisis Wacana Kritis.
Bandung. Yrama
Zaimar, O. K. S, dkk. 2009. Telaah Wacana.
Jakarta. Intercultural Institut

40 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018

Anda mungkin juga menyukai