VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
oleh
Hera Wahdah Humaira
PBI Universitas Muhammadiyah Sukabumi
hera_humaira87@yahoo.co.id
ABSTRAK
Analisis Wacana Kritis Model Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar bertemakan “Pemilih Pemula
Dinilai Pasif” berisi tentang karakteristik dan pendekatan model Van Dijk yang menggambarkan tiga
aspek yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro hal yang penting yaitu 1. Analisis
Wacana Kritis menggambarkan Struktur makro pada surat kabar Republika, menggambarkan secara
umum tentang tema “Pemilih Pemula Dinilai Pasif” pada masing-masing topik berita, dan
didalamnya tedapat point-point penting yang merujuk kembali pada tema besarnya. 2. Superstruktur
wacana kritis, peneliti menginterpretasikan tema atau topik yang yang dikedepankan oleh media dan
skema atau urutan berita yang ditampilkan di dalam teks berita. Pada wacana berita pemilih pemula
dinilai pasif, posisi tema atau topik pada umumnya terletak di bagian judul berita. Sedangkan bagian
isi dan penutup media menyampaikan laporan mengenai situasi atau proses pemilu dalam teks berita.
3. Struktur mikro wacana kritis pada surat kabar Republika, Jumat 28 Oktober 2016, pada umumnya
mereprentasikan keterlibatan beberapa elemen wacana, yakni aspek semantik(latar, praanggapan,
detil dan maksud), aspek sintaksis (bentuk kalimat aktif dan pasif, kata ganti koherensdan
nominalisasi) aspek stilistik (leksikon) sedangkan aspek retoris (grafis, metafora dan ekspresi).
Sehingga berita surat kabar republika dari ketiga struktur wacana model Van Dijk yaitu struktur
makro, superstruktur dan micro berserta elemennya berkenaan dengan “Pemilih Pemula Dinilai
Pasif” tema tersebut diskemakan untuk situasi dan survei tentang pemilih pemula yang pasif, tetapi
ketika keseluruhan wacana dianalisis secara kritis maka dialek pada berita “Pemilih Pemula dinilai
Pasif: berhubungan dengan situasi, institusi dan struktur sosial yang membentuknya yang digunakan
untuk mempengaruhi dan menekankan hal-hal tertentu pada satu kelompok partai
32 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
kepentingan media turut serta. Hal tersebut disampaikan oleh media, yang dalam hal ini
memperlihatkan bahwa media “tidak netral” Analisis wacana kritis bertema tentang “
sewaktu mengkonstruksi realitas sosial. Media Analisis Wacana Kritis (AWK) Model Teun
mengikutsertakan perspektif dan cara pandang A. Van Dijk pada Pemberitaan Surat Kabar
dalam manafsirkan realitas sosial. Berita Republika. Media yang dianalisis yaitu
dalam media bukanlah representasi dari Republika tahun 2016 dengan sub tema
peristiwa semata-mata, akan tetapi di “Pemilih Pemula Dinilai Pasif”.
dalamnya memuat nilai-nilai lembaga media
yang membuatnya, Darma dalamTuchman Wacana
(2009:10). Wacana berasal dari bahasa Sansekerta,
Sering kita menemukan adanya yaitu vacana, yang berarti bacaan.
ketimpangan-ketimpangan yang terjadi, yang Selanjutnya, kata wacana itu (vacana) masuk
kita dapatkan jika kita membandingkannya. ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa
Tentu hal ini bisa membuat kita bingung dan Baru, yang berarti ‘bicara, kata, dan ucapan’.
bertanya-tanya, informasi manakah yang Kemudian, kata wacana dalam bahasa Jawa
benar-benar akurat. Tetapi dengan mencoba Baru itu diserap ke dalam bahasa Indonesia
menganalisis wacana tersebut, kita akan menjadi wacana, yang berarti “ucapan,
mengetahui motif atau ideologi yang percakapan, kuliah”. Selanjutnya,
tersembunyi di balik teks berita secara kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai
sederhana. Cara membaca yang lebih sebagai terjemahan kata discourse dalam
mendalam dan jauh ini disebut sebagai analisis bahasa Inggris. Kata discourse secara
wacana. etimologis berasal dari bahasa latin,
Analisis wacana kritis menurut Darma yaitu discursusus‘lari kian kemari’.
(2009: 49) adalah sebuah upaya atau proses Kata discourse itu diturunkan dari
(penguraian) untuk memberi penjelasan dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu
sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau merupakan gabungan
sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’.
dominan yang kecenderungannya mempunyai Lebih lanjut dinyatakan oleh Baryadi (2002:2)
tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang bahwa istilah wacana dan discourse dipakai
diinginkan. dalam istilah linguistik.
Menurut Yoce (2009:63) wacana dalam Wacana dapat pula beranjak dari
pendekatan semacam ini dipandang sebagai pandangan fungsional, yakni wacana
medium mana kelompok yang dominan dipandang sebagai bahasa dalam penggunaan.
mempersuasi dan mengonsumsi kepada Dengan cara pandang tersebut, wacana
khalayak produksi kekuasaan dan dominan dipahami sebagai peristiwa komunikasi, yakni
yang mereka miliki, sehingga paham ideologi perwujudan dari individu yang sedang
yang dikatakan van dick 1997 (dalam Yoce: berkomunikasi. Bahasa yang digunakan oleh
64) bahwa anggota komunikasi termasuk yang pembicara dipandang sebagai wujud dari
didominasi menganggap hal tersebut sebagai tindakan pembicaranya (Schiffrin, 2007:24).
kebenaran dan kewajaran. Pengertian wacana dalam pandangan Darma
Berdasarkan uraian di atas, Rumusan (2009:1), bahwa wacana adalah pembahasan
masalah dalam penelitian ini yaitu: bahasa dan tuturan yang harus ada dalam suatu
Bagaimanakah analisis wacana kritis model rangkaian kesatuan situasi. Dapat dikatakan
Teun A. Van Dijk terhadap pemberitaan bahwa wacana tidak bisa terlepas dari konteks
Pemilih Pemula dinilai pasif di surat kabar (situasi) yang melingkunginya. Hal itu sejalan
harian Republika edisi 28 oktober 2016?. dengan pernyataan Sobur (2009), bahwa
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini wacana adalah rangkaian ujaran atau
adalah untuk mengetahui analisis wacana kritis rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
model Teun A. Van Dijk terhadap pemberitaan suatu hal (subjek) yang disajikan secara
Pemilih Pemula dinilai pasif di surat kabar teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang
harian Republika edisi 28 oktober 2016. Hal koheren, baik dibentuk oleh unsur segmental
inilah yang membuat peneliti tertarik untuk maupun nonsegmental bahasa. Pada
menganalisis sesuatu dibalik wacana yang hakikatnya, unsur nonsegmental dalam sebuah
33 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
wacana berhubungan dengan situasi, tujuan, tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik
makna, dan konteks yang berada dalam sosial. Wacana sebagai praktik sosial
rangkaian tindak tutur. menyebabkan sebuah hubungan dialektis di
Sumarlam, dkk (2009:15) antara peristiwa diskursif tertentu dengan
menyimpulkan dari beberapa pendapat bahwa situasi, institusi, dan struktur sosial yang
wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi
dinyatakan secara lisan seperti pidato, menampilkan efek ideologi.
ceramah, khotbah, dan dialog, atau secara Dengan demikian, analisis wacana kritis
tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan merupakan teori untuk melakukan kajian
dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur empiris tentang hubungan-hubungan antara
lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, wacana dan perkembangan sosial budaya.
saling terkait dan dari struktur batinnya (dari Untuk menganalisis wacana, yang salah
segi makna) bersifat koheren, terpadu. satunya bisa dilihat dalam area linguistik
Suwandi (2008:145) mengemukakan dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang
bahwa analisis wacana pada hakikatnya terdapat dalam teks (novel) bisa menggunakan
merupakan kajian tentang fungsi bahasa atau teori analisis wacana kritis. Teori analisis
penggunaan bahasa sebagai sarana komunikasi wacana kritis memiliki beberapa karakteristik
Lukmana, dkk (2006: 12) mengatakan dan pendekatan.
bahwa analisis wacana kritis (Critical
Discourse Analysis) mempunyai ciri yang Surat kabar
berbeda dari analisis wacana yang bersifat Surat kabar merupakan salah satu ragam
“non-kritis”, yang cenderung hanya dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat
mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. kabar adalah lembaran tercetak yang memuat
Analisis wacana kritis (Critical Discourse laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-
Analysis) bertindak lebih jauh, diantaranya ciri terbit secara periodik, bersifat umum,
dengan menggali alasan mengapa sebuah isinya termasa dan aktual mengenai apa saja
wacana memiliki struktur tertentu, yang pada dan dimana saja di seluruh dunia untuk
akhirnya akan berujung pada analisis diketahui pembaca (Effendy,2005: 241).
hubungan sosial antara pihak-pihak yang Di Indonesia, surat kabar sering disebut
tercakup dalam wacana tersebut. Analisis juga dengan istilah koran. Dalam berbagai
wacana kritis (Critical Discourse Analysis) kamus memang sulit ditemukan asal bahasa
juga merupakan kritik terhadap linguistik dan dari koran ini. Namun dari penelitian seksama,
sosiologi. Tampak adanya kurang komunikasi bahasa yang mendekati kata “koran” adalah
diantara kedua disiplin ilmu tersebut. Pada “Quran” dari bahasa Arab yang berarti bacaan.
satu sisi, sosiolog cenderung kurang Selain itu, ada juga kata yang cukup dekat
memperhatikan isu-isu linguistik dalam pada kata “koran” yaitu “Courantos”,
melihat fenomena sosial meskipun banyak merupakan sebuah buletin yang terbit di
data sosiologis yang berbentuk bahasa. Jerman pada abad ke-16 masehi.
Analisis wacana kritis menyediakan Selain itu, kata koran juga berasal dari
teori dan metode yang bisa digunakan untuk dari bahasa Belanda yaitu “krant”, dan dari
melakukan kajian empiris tentang hubungan- bahasa Prancis, “Courant”. Adapun
hubungan antara wacana dan perkembangan defenisinya yakni suatu penerbitan yang
sosial dan kultural dalam domain-domain ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak
sosial yang berbeda (Jorgensen dan Philips, pada kertas berbiaya rendah yang disebut
2007: 114). Tujuan analisis wacana kritis kertas koran, yang berisi berita-berita terkini
adalah menjelaskan dimensi linguistik dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa
kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan politik, kriminal, olahraga, tajuk rencana,
proses perubahan dalam modernitas terkini ekonomi, sosial dan sebagainya. Surat kabar
(Jorgensen dan Philips, 2007: 116). juga biasa berisi kartun, TTS, dan hiburan
Fairlough dan Wodak dalam Eriyanto lainnya (Sumadiria, 2006: 5).
(2001: 7) berpendapat bahwa analisis wacana
kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam
34 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
35 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
36 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
37 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
38 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
39 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2|Nomor 1|April 2018
ANALISIS WACANA KRITIS (AWK) MODEL TEUN A. VAN DIJK
PADA PEMBERITAAN SURAT KABAR REPUBLIKA
HERA WAHDAH HUMAIRA
40 | J u r n a l L i t e r a s i
Volume 2 | Nomor 1 | April 2018