Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS WACANA DALAM CERPEN NATASHA KARYA PUTRA

HIDAYATULLAH BERDASARKAN PERSPEKTIF MICHEL


FOUCAULT

Chairul Erlangga Rohmawan


Della Mawardah
Janoval Rizki Aditiya
Melda Lestari
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Indonesia
Universitas Pamulang

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur representasi, misrepresentasi,
marjinalisasi, dan delegitimasi dalam teks wacana cerpen Cinta Laki-laki Biasa karya
Asma Nadia. Guna mencapai tujuan tersebut analisis dilakukan dengan menggunakan
ancangan analisis wacana kritis model Foucault yang mencakupi unsur: (1) Representasi;
(2) Misrepresentasi; (3) Marjinalisasi; dan (4) Delegitimasi. Ideologi yang direfleksikan
pengarang dalam teks wacana cerpen yang ditulisnya diidentifikasi untuk menemukan
keempat unsur model wacana Foucault tersebut, sehingga dapat diketahui ide, gagasan,
sudut pandang, dan sikap apa yang ingin disampaikan penulis cerpen kepada
pembacanya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
ancangan analisis wacana kritis yang menggunakan metode konten analisis (contents
analysis). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik konten analisis data
terhadap data hasil penelitian berupa teks penggalan wacana cerpen Natasha. Hasil
penelitian menunjukkan adanya unsur representasi; misrepresentasi yang mencakupi
ekskomunikasi dan eksklusi; marjinalisasi yang mencakupi eufemisme, disfemisme,
labelisasi,

Kata Kunci: delegitimasi, marjinalisasi, misrepresentasi, Foucault, representasi, Natasha.

PENDAHULUAN
tulisan. maupun tulisan. Hingga saat ini,
Berdasarkan fungsinya, bahasa bahasa dalam definisi fungsionalnya
adalah alat bagi manusia untuk semakin berkembang dan tidak hanya
berkomunikasi yang bersifat arbitrer dan sebagai alat alat komunikasi bagi
universal. Dengan bahasa, manusia manusia. Menurut Fairclough (1989
dapat mengekspresikan ide, pikiran, dan dalam Anggraini 2015) fungsi bahasa
perasaannya dengan menggunakan telah berkembang sebagai media
bahasa, baik secara lisan maupun perantara dalam menyampaikan ideologi
dari suatu pelaksanaan kekuasaan keseluruhan. Kajian atau analisis
seseorang atau sekelompok orang. terhadap sebuah wacana dapat
masyarakat. Lebih dari itu, bahasa juga dilakukan hanya pada satu atau dua
telah memiliki andil dalam proses unsur saja, sesuai dengan kebutuhan
dominasi terhadap orang lain oleh pihak yang diinginkan, penting dan perlunya
lain atau oleh suatu kelompok atas saja. Hal tersebut karena tingkat
kelompok lain. kuantitas dalam mengalisis sebuah
Dalam wacana, wacana wacana tidak bisa dijadikan sebagai
merupakan unsur kebahasaan yang acuan tingkat kualitas dari hasil
tergolong paling kompleks dan paling analisis wacananya. Mengacu pada
lengkap pada dasarnya juga merupakan pendapat Mulyana (2005:69), bahwa
unsur unsur bahasa yang bersifat kualitas dari sebuah analisis yang
pragmatis, oleh karena itu analisis dilakukan terhadap wacana dapat
wacana juga memiliki kedudukan yang dipengaruhi oleh: (1) kemampuan dan
paling tinggi dalam pendekatan bahasa. profesionalisme analis bahasa; (2)
Dengan demikian, jika penggunaan dan ketinggian analisis (high level
pemahaman wacana dalam komunikasi analysis); dan (3) teknik dan metode
memerlukan berbagai perangkat (tools) analisis yang digunakan.
yang cukup banyak, meskipun satuan Cakupan kegiatan analisis
satuan-satuan pendukung bahasa itu wacana terdiri atas dua jenis, yaitu
antara lain fonem morfem, kata, frasa, analisis wacana dan analisis wacana
klausa, kalimat, paragraf hingga kritis. Di dalam menganalisis wacana
karangan yang utuh. Oleh karena itu, secara kritis, wacana tidak semata-
materi tentang kajian wacana sudah mata dipahami sebagai studi tentang
selayaknya dimasukkan ke dalam suatu bahasa. Akan tetapi, pada akhirnya
proses pembelajaran bahasa. proses analisis wacana kritis menggunakan
pembelajaran bahasa. (Mulyana, bahasa dalam teks yang dianalisis,
2005:1). tetapi bahasa yang dianalisis dalam
Meski demikian, untuk analisis wacana kritis berbeda dengan
memahami sebuah wacana secara studi bahasa dalam pengertian
utuh, pengkajian terhadap satuan tradisional (discourse studies). (studi
wacana tidak harus dilakukan dengan wacana). Penggunaan bahasa yang
mengkaji unit wacana tersebut secara dianalisis dengan kegiatan wacana
kritis tidak hanya mendeskripsikan simpulan artikelnya yang berjudul
aspek-aspek bahasa saja, tetapi juga Produksi, Distribusi, dan Kontestasi
menghubungkannya dengan konteks Wacana Tradisi dan Modernitas dalam
dari wacana tersebut. Konteks dalam Cerpen Leteh karya Oka Rusmini
hal ini adalah bahasa yang digunakan mendeskripsikan bahwa tampak ada
untuk tujuan tertentu, termasuk di di upayaupaya memproduksi,
dalamnya tentang praktik kekuasaan mendistribusikan, kemudian
seseorang atau sekelompok orang memodifikasi wacana tradisi sebagai
(Rustono dan Mardikantoro, 2020: 5). wacana tandingan terhadap
Menurut Jaya (2016: 108), modernitas dalam cerpen Leteh karya
dapat dipahami bahwa wacana Oka Rusmini. Analisis Jaya ini
terkadang menjadi domain umum dari menggunakan model analisis Foucault
segala pernyataan, terkadang sebagai dari unsur eksklusi eksternal dan
pernyataan dari sekelompok individu, internal.
dan terkadang sejumlah praktik Analisis wacana kritis yang
kebijakan bagi beberapa pernyataan. dikembangkan Foucault sangatlah
Hal ini berarti bahwa wacana bisa beragam metodenya, tetapi landasan
merujuk ke segala pernyataan atau kajian wacana model Foucault yang
ungkapan yang dibuat yang memiliki disepakati para analis wacana tetap
makna dan efek. Pernyataan atau mengacu pada ciri khas metode sendiri
ungkapan tersebut dapat berupa ala Foucault, yakni archaeology/
sebuah pengelompokan; yaitu seperti genealogy. Analisis teks wacana pada
hal yang lebih umum, contohnya tulisan ini dilakukan pada sebuah karya
“maskulinitas”, jadi pernyataan atau sastra bentuk prosa, yaitu cerita
ungkapan tersebut tidak hanya pendek (cerpen) sebagai istilah umum
digolongkan kepada sebuah kalimat yang dapat dipahami dalam
saja. Akan tetapi yang ditekankan oleh pembelajaran kajian wacana yang
Foucault tentang wacana bukanlah dirumuskan oleh Rustono dan
teks (pernyataan atau ungkapan) Mardikantoro (2020). Dengan demikian
tersebut, tetapi bagaimana teks tujuan penelitian ini adalah untuk
tersebut diproduksi sehingga mendeskripsikan unsur representasi,
membentuk wacana yang kemudian misrepresentasi, marjinalisasi, dan
mempunyai kekuatan. Jaya dalam delegitimasi dalam teks wacana cerpen
“Cinta Laki-laki Biasa” karya Asma misrepresentasi, marjinalisasi, dan
Nadia (2016) dengan menggunakan delegitimasi dalam teks wacana cerpen
model analisis wacana Foucault. “Natasha” karya Putra Hidayatullah
Analisis wacana Foucault tersebut dengan menggunakan model analisis
mencakupi unsur: (1) Representasi; (2) wacana Foucault.
Misrepresentasi: ekskomunikasi dan
eksklusi; (3) Marjinalisasi: eufemisme, HASIL DAN PEMBAHASAN
disfemisme, labelisasi, dan stereotip;
dan (4) Delegitimasi. Menurut Rustono dan
Mardikantoro (2020: 3-4) wacana tidak
METODE PENELITIAN dipahami sebagai serangkaian kata
Penelitian ini merupakan jenis atau proposisi dalam teks saja, tetapi
penelitian deskriptif kualitatif dengan merupakan sesuatu yang
ancangan analisis wacana kritis yang memproduksi yang lain (gagasan,
menggunakan metode konten analisis konsep atau efek). Pengetahuan
atau content analysis (Mulyana 2005: memiliki hubungan dengan kekuasaan.
82). Sumber data dalam penelitian ini Kuasa tidak dimaknai dalam
berupa teks wacana pada cerpen ‘kepemilikan’ yang merupakan sumber
Natasha karya Putra Hidayatullah. kekuasaan tertentu, melainkan
Wujud data dalam penelitian ini berupa dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup
teks penggalan wacana yang memuat dan banyak posisi saling berkaitan,
hasil analisis wacana kritis model sifatnya individu. Kekuasaan selalu
Foucault yang mencakupi representasi, terakumulasikan lewat pengetahuan
misrepresenatsi, marjinalisasi, dan dan pengetahuan selalu punya efek
delegimitasi. Teknik pengumpulan data kuasa. Penyelenggaraan kekuasaan
dilakukan dengan teknik catat dari selalu memproduksi pengetahuan
sumber data tersebut yang dilakukan sebagai basis kekuasaan. Kontrol dan
dengan menggunakan instrumen pembentukan individu yang patuh dan
lembar pedoman pencatatan. Data disiplin adalah wujud kekuasaan yang
yang terkumpul kemudian dianalisis ada di mana-mana. Melalui wacana,
dengan teknik analisis konten untuk individu bukan hanya didefinisikan
mencapai tujuan analisis, yaitu tetapi juga dibentuk, di kontrol dan
mendeskripsikan unsur representasi, disiplinkan Ciri utama wacana menurut
Foucault, adalah kemampuannya emosi yang tidak terbendung dan
untuk menjadi suatu himpunan wacana selalu menggebu-gebu, hingga cara
yang berfungsi membentuk dan berpikir yang acapkali tidak
melestarikan hubungan kekuasaan mempertimbangkan segala
dalam masyarakat. Konsep gila, tidak konsekuensinya. Kemudian cerpen ini
gila, sehat, sakit, benar dan salah bercerita tentang seorang anak yang
bukan konsep abstrak yang datang selalu dihantui rasa penasaran yang
dari langit tetapi dibentuk dan tinggi, dengan tingkat cara berpikirnya
dilestarikan oleh wacana yang ia menjadi lebih berani dalam
berkaitan dengan bidang tertentu. mempertimbangkan urusan yang
Dalam suatu masyarakat terdapat menyangkut id, dan ego nya. Karakter
wacana yang berbeda. Kekuasaan dari dua remaja sejoli ini bagaikan dua
memilih dan mendukung wacana kutub magnet yang saling berlawanan.
tertantu sehingga wacana tersebut Meski, terkadang keduanya sering
menjadi dominan, sedangkan wacana menemui kata sepakat untuk segala
lain menjadi terpinggirkan. Model pilihan absurdnya.
analisis wacana kritis dari Foucault Cerita bermula ketika Justino,
tersebut mencakupi beberapa unsur, seorang remaja lelaki yang baru saja
yaitu representasi, misrepresentasi, memulai masa pubertasnya. Ia tumbuh
marjinalisasi, dan delegitimasi menjadi pribadi labil dan bertemu
(Rustono dan Mardikantoro 2020: 5). dengan Abilio yang akan menjadi
Cerpen Natasha karya Putra sahabatnya kelak. Pertemuan dua
Hidayatullah ini menceritakan tentang sejoli itu terjadi kala Abilio mulai
petualangan konyol antara Justino dan membela justino di sekolah. Saat itu
Abilio. Tidak hanya itu cerpen ini juga Justino menjadi korban bulliying yang
mengisahkan bagaimana dampak kerap dilakukan Octavio. Meskipun
masa pubertasnya para remaja laki- badannya kecil, Abilio mempunyai nyali
laki. Bagaikan digempur serangan yang besar, ia mampu menyingkirkan
senapan serbu. Pada masa-masa para pelaku bulliying tersebut.
pubertas banyak sekali hal-hal yang Kemudian, Pertemanan dua
terjadi. Yang dimana, ketika pubertas bocah itu semakin dekat. Meski,
remaja lelaki akan mengalami secara latar belakang sosial keluarga
perubahan secara psikis mulai dari mereka sangatlah jauh berbeda.
Justino dibesarkan oleh keluarga yang berlanjut hinggal mereka berdua mulai
konservatif. Orang tuanya selalu membuntutinya dari kejauhan.
mengajarkan nilai-nilai kejujuran.
Berbeda dengan Kawan karibnya, Analisis Representasi
Abilio. Ia dibesarkan ditengah keluarga
yang tidak saling peduli satu sama lain, Representasi menunjuk

atau bahasa gaulnya Broken home. bagaimana seseorang, kelompok,

Abilio tumbuh menjadi pribadi yang liar, gagasan atau pendapat tertentu

tidak suka diatur, dan selalu percaya ditampilkan dalam pemberitaan.

pada dirinya sendiri. Jika menatap Representasi, ditampilkan

fisiknya, terlihat dari rambutnya yang sebagaimana mestinya atau

gondrong, bibirnya yang ditindik, diburukkan. Dengan kata, kalimat,

hingga selalu memaki pakaian yang aksentuasi dan bantuan foto macam

kumal. Tetapi Abilio mempunyai sifat apa seseorang, kelompok atau

positif, yaitu apa adanya. gagasan ditampilkan dalam

Petualangan dari keduanya pemberitaan kepada khalayak.

semakin seru dan konyol. Hal itu Representasi atau misrepresentasi

bermula ketika Justino dengan rasa adalah peristiwa kebahasaan. Melalui

ingin tahunya yang besar mulai bahasa, representasi atau

terprovokasi oleh kawan karibnya. Hari misrepresentasi ditampilkan oleh

itu, Abilio berhasil membuat justino media (Rustono dan Mardikantoro

seolah merasakan nafsu yang tak bisa 2020: 6). Representasi dalam cerpen

disalurkan. Abilio memperkenalkan ini terlihat pada kutipan teks wacana

tetangganya yaitu, Natasha, wanita berikut ini:

seksi, mulus, aduhai, dari Uzbek pula.


Abilio seakan tidak mau menikmati “Tapi Natasha selalu datang ke
tempat ini dengan pakaian yang bisa
sendirian, ia pun menemui Justino dan membuat lelaki lupa pada istri mereka.
mengajak ke rumahnya untuk melihat Dia suka memakai baju tipis yang
menonjolkan bentuk buah dadanya.
sosok yang mereka berdua idam- Gerakan pinggulnya mirip kadal
idamkan. Sejak saat itu, sosok sedang memanjat perdu bambu.”

Natasha mulai merasuki pikiran dan


Pada kutipan teks tersebut
menarik hatinya. Kisah ini kemudian
menunjukan bagaimana sosok Natasha
dicitrakan. tubuhnya yang seksi dari
Natasha direpresentasikan atau dengan bagaimana seseorang atau
dibahasakan lewat ungkapan “Dia suka kelompok dikeluarkan dari
memakai baju tipis yang menonjolkan pembicaraan publik. Seseorang atau
bentuk buah dadanya.” Baju tipis yang kelompok tidak diperkenankan untuk
dipakai Natasha adalah gambaran berbicara. Misalnya pemberitaan
keindahan yang sangat disukai pria. tentang komunis di media. Eksklusi,
Sebab, sebagian besar pria merasa bagaimana seseorang dikucilkan
terpikat dengan wanita yang berpakian dalam pembicaraan. Ada suatu sikap
minim. Selanjutnya, bentuk buah dada yang diwakili oleh wacana yang
yang menonjol juga menjadi representasi menyatakan bahwa kita baik,
bahwa Natasha telah terbiasa sedangkan mereka buruk. Misalnya
memamerkan kemolekan tubuhnya dalam dunia kedokteran, eksklusi
hanya sekadar menarik perhatian pria. dilakukan terhadap pengobatan
Ungkapan “Gerakan pinggulnya mirip tradisional.
kadal sedang memanjat perdu bambu.” Misrepresentasi dalam teks
Merepresentasikan pinggul Natasha cerpen “Natasha” karya Putra
ketika berjalan selalu berlenggak-lenggok Hidayatullah ini dapat dilihat pada
sama halnya seperti kadal yang sedang ketidakbenaran penggambaran sosok
memanjat perdu bamboo. Rafli sebagai lelaki yang sederhana.
Berikut kutipannya.
Analisis Misrepresntasi
Rustono dan Mardikantoro “Beberapa hari kemudian aku
mendengar beberapa temanku yang
(2020:6) mendeskripsikan tentang
lain dilarang orang tuanya berteman
misrepresentasi merupakan dengan Abilio. Tapi bagi Abilio itu
bukan masalah. Ia mungkin tak
ketidakbenaran penggambaran,
menyadari atau kukira ia memang
kesalahan penggambaran. Seseorang, tidak mau tahu. Ia punya dunia sendiri,
lebih tepatnya kami. Kami punya dunia
kelompok pendapat, gagasan tidak
yang berbeda. Abilio temanku paling
ditampilkan sebagaimana mestinya setia. Ia selalu membelaku waktu
diganggu Otavio, ketua geng sekolah
tetapi digambarkan secara buruk. Misal
kami, meski tubuh Abilio lebih kecil.”
demo buruh, diberitakan hanya
membuat kemacetan. Misrepresentasi Pada kutipan ini sosok Abilio
mencakupi ekskomunikasi dan dibahasakan secara tidak benar oleh
eksklusi. Ekskomunikasi, berkenaan beberapa tetangganya. Dalam teks
tersebut penggambaran Abilio sebagai Dalam penggalan wacana
anak kecil pembawa masalah, selalu cerpen tersebut dapat dijelaskan
melakukan apapun yang menurut bahwa Abilio sudah tidak
pandangan orang lain salah. Namun, diperkenankan lagi dibicarakan.
dimata Justino gambaran Abilio tidak Bahkan ayah Justino menasehati
seperti apa yang orang lain katakan. anaknya agar tidak lagi berteman
Sebab, Justino sangat percaya bahwa dengan Abilio. Ayahnya telah
Justino memang mempunyai dunianya menganggap Abilio seorang bajingan
sendiri dan mungkin cara kerjanya kecil dan itulah mengapa Abilio selalu
sedikit berbeda dengan kebanyakan ditolak keberadaannya. Berikut ini
orang. Sehingga, banyak pandangan dapat dilihat efeknya secara eksklusi.
tidak benar yang dilemparkan
kepadanya. Justino juga percaya “Kau harus hati-hati, Justino!
Bukan tidak mustahil sebentar lagi
bahwa Abilio adalah temannya yang Bajingan kecil itu akan mengikuti jejak
paling setia. Ketika ia sendiri yang abangnya.”
menyaksikan bahwa hanya Abilio yang
Pada penggalan wacana diatas,
membelanya ketika megalami
sudah sangat jelas Ayah Justino tidak
perundungan.
menginginkan lagi adanya pembicaraan
tentang seorang Abilio yang memang
Ekskomunikasi dalam teks
bagi ayanya sudah tidak dapat lagi
cerpen ini dapat dilihat dalam kutipan
dibicarakan.
penggalan wacana berikut

Suatu hari karena melihat aku Analisis Marjinalisasi


semakin dekat dengan Abilio, ayah Marjinalisasi merupakan
memanggilku ke ruang tamu. Ia
membetulkan letak kacamata, melipat penggambaran buruk kepada pihak/
koran, dan mulai menceramahiku. kelompok lain tetapi tidak terjadi
Kata ayahku, ibu Abilio seorang
pelacur. Ibunya menjadi seperti itu pemilahan antara pihak kita dengan
semenjak ayah Abilio meninggal pihak mereka. Misalnya wanita dalam
dibacok orang. Dua abang Abilio
kemudian tumbuh menjadi preman di banyak wacana digambarkan secara
kota. Ayah bilang mereka memeras, buruk. Penggambaran tersebut tidak
dan kadang-kadang merampok atau
membunuh orang. disertai dengan pemisahan (seperti kita
laki-laki dan mereka wanita). Beberapa
penggunaan bahasa sebagai strategi baik tapi dengan pilihan kata yang baik
wacana dari marjinalisasi, yaitu (1) atau dihalus-haluskan, karena
Eufemisme: masyarakat dominan; (2) memang penuturnya berlatar belakang
Disfemisme: masyarakat bawah; (3) sosial masyarakat kelas atas.
Labelisasi: perangkat bahasa yang
digunakan oleh kelompok di kelas atas Beberapa perempuan berjalan
untuk menundukkan lawan-lawannya, terhuyung huyung bersama teman
misal petani: penggarap liar; (4) lelakinya. (mabuk)
Stereotip: penyamaan sebuah kata
yang menunjukkan sifat-sifat negatif Memarjinalkan sosok
atau positif (umumnya negatif) dengan perempuan melalui penghalusan
orang, kelas atau perangkat tindakan. bahasa yang maknanya tetap saja
Misalnya wanita distereotipkan sebagai bahwa perempuan itu adalah seorang
sosok yang tidak mandiri, terlalu pemabuk.
mementingkan perasaan. Laki-laki
distereotipkan sebaliknya (Rustono Selanjutnya kutipan teks cerpen
dan Mardikantoro 2020: 7). berikut ini merupakan penggalan
Peristiwa dalam teks cerpen wacana yang mengandung
tersebut diperkuat secara marjinalisasi disfemisme:
eufemisme dalam kutipan berikut ini:
“Itu perumpamaan, Bodoh!” Abilio
menepis sehelai daun bambu gading
"Ibunya menjadi seperti itu semenjak
yang menyentuh pipinya."
ayah Abilio meninggal dibacok orang."

pada kutipan teks cerpen di atas Kutipan teks cerpen di atas

sosok Abilio dimarjinalkan oleh keluarga menggambarkan tentang disfemisme.

Justino melalui penghalusan bahasa. Abilio mengakatan bahwa Justino bodoh

Yaitu pada kata menjadi seperti itu yang karena Justino tidak paham bahwa yang

maknanya sama saja bahwa sosok Ibu diucapkan Abilio adalah perumpamaan

Abilio adalah seorang pelacur. Bahasa


eufemisme memang menjadi ciri khas “Bangsat itu suka memukulku,
Justino. Ia tidak boleh kawin dengan
dari tuturan seseorang atau Natasha. Tidak boleh!”
sekolompok orang untuk
mengungkapkan sesuatu yang kurang
Kutipan teks cerpen di atas kutipan tersebut digambarkan
menggambarkan sebuah teks yang sosok abangnya Abilio yang sudah
membahaskan tentang disfemisme. identik
Ucapan Abilio kepada Justino yang dengan label sebagai preman dengan
menunjukan kepada abangnya Abilio gambaran wacana di atas merupakan ciri
yang suka memukulnya. Abilio tidak ciri dari seorang preman.
setuju jika abangnya menikah dengan
Natasha.
E. SIMPULAN
Labelisasi pada teks cerpen
Cerpen Natasha Biasa sangat luar
“Natasha” terepresentasikan dalam
biasa, karena sangat teratur gaya
penggalan wacana berikut ini:
penulisannya. Sebagaimana tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian
“Kau harus hati-hati, Justino!
Bukan tidak mustahil sebentar analisis wacana kritis ini, hasil analisis
lagi Bajingan kecil itu akan mengikuti menunjukkan adanya unsur
jejak abangnya.”
representasi; misrepresentasi yang
Kutipan teks di atas mencakupi ekskomunikasi dan
menggambarkan sosok Abang Abilio eksklusi; marjinalisasi yang mencakupi
yang identik dengan label kejahatannya eufemisme, disfemisme, labelisasi, dan
yang pernah membunuh seseorang stereotip; dan delegitimasi analisis
karena itu lah orang-orang melabeli terhadap teks wacana cerpen tersebut.
sosok Abang Abilio sebagai penjahat. Unsur representasi, misrepresentasi,
marjinalisasi, dan delegimitasi model
Malam semakin larut. Dingin Foucault secara teratur diterapkan
mencucuk hingga ke tulang. “Itu Putra Hidyatullah, sang penulis cerpen
abangmu!” aku berbisik pada Abilio. Aku
melihat seorang lelaki bertubuh tinggi dalam gaya penulisan dan
dan tegap turun dari sepeda motor penceritaannya, tampak sekali penulis
besar. Rambutnya pirangnya panjang
hingga ke bahu. Celana jinsnya sangat memperhatikan tiap detil mode
berlubang. Di bawah cahaya lampu, wacananya. Fenomena yang dialami
rantai yang bergantung dipinggangnya
memantul-kan sinar berwarna perak. Abilio dan Justino adalah satu dari
Kami menunduk. Napas kami tersengal. sekian banyak remaja yang mencoba
berani melakukan apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, E.A. (2015). Analisis


Wacana Kritis Norman
Fairclough. Quriocity
axiao18.wordpress.com/2015.

Dhona, H. R. (2020). Analisis Wacana


Foucault dalam Studi
Komunikasi. Artikel. “Journal
Communication Spectrum:
Capturing New Perspectives in
Communication” 9 (2), Hal. 189-
208.

Rustono dan Mardikantoro H.B. (2020).


“Kajian Wacana Kritis Model
Michel Foucault”. Materi 4.
Semarang: Program S3 Ilmu
Pendidikan Bahasa,
Pascasarjana UNNES.

Anda mungkin juga menyukai