Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur representasi, misrepresentasi,
marjinalisasi, dan delegitimasi dalam teks wacana cerpen Cinta Laki-laki Biasa karya
Asma Nadia. Guna mencapai tujuan tersebut analisis dilakukan dengan menggunakan
ancangan analisis wacana kritis model Foucault yang mencakupi unsur: (1) Representasi;
(2) Misrepresentasi; (3) Marjinalisasi; dan (4) Delegitimasi. Ideologi yang direfleksikan
pengarang dalam teks wacana cerpen yang ditulisnya diidentifikasi untuk menemukan
keempat unsur model wacana Foucault tersebut, sehingga dapat diketahui ide, gagasan,
sudut pandang, dan sikap apa yang ingin disampaikan penulis cerpen kepada
pembacanya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan
ancangan analisis wacana kritis yang menggunakan metode konten analisis (contents
analysis). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik konten analisis data
terhadap data hasil penelitian berupa teks penggalan wacana cerpen Natasha. Hasil
penelitian menunjukkan adanya unsur representasi; misrepresentasi yang mencakupi
ekskomunikasi dan eksklusi; marjinalisasi yang mencakupi eufemisme, disfemisme,
labelisasi,
PENDAHULUAN
tulisan. maupun tulisan. Hingga saat ini,
Berdasarkan fungsinya, bahasa bahasa dalam definisi fungsionalnya
adalah alat bagi manusia untuk semakin berkembang dan tidak hanya
berkomunikasi yang bersifat arbitrer dan sebagai alat alat komunikasi bagi
universal. Dengan bahasa, manusia manusia. Menurut Fairclough (1989
dapat mengekspresikan ide, pikiran, dan dalam Anggraini 2015) fungsi bahasa
perasaannya dengan menggunakan telah berkembang sebagai media
bahasa, baik secara lisan maupun perantara dalam menyampaikan ideologi
dari suatu pelaksanaan kekuasaan keseluruhan. Kajian atau analisis
seseorang atau sekelompok orang. terhadap sebuah wacana dapat
masyarakat. Lebih dari itu, bahasa juga dilakukan hanya pada satu atau dua
telah memiliki andil dalam proses unsur saja, sesuai dengan kebutuhan
dominasi terhadap orang lain oleh pihak yang diinginkan, penting dan perlunya
lain atau oleh suatu kelompok atas saja. Hal tersebut karena tingkat
kelompok lain. kuantitas dalam mengalisis sebuah
Dalam wacana, wacana wacana tidak bisa dijadikan sebagai
merupakan unsur kebahasaan yang acuan tingkat kualitas dari hasil
tergolong paling kompleks dan paling analisis wacananya. Mengacu pada
lengkap pada dasarnya juga merupakan pendapat Mulyana (2005:69), bahwa
unsur unsur bahasa yang bersifat kualitas dari sebuah analisis yang
pragmatis, oleh karena itu analisis dilakukan terhadap wacana dapat
wacana juga memiliki kedudukan yang dipengaruhi oleh: (1) kemampuan dan
paling tinggi dalam pendekatan bahasa. profesionalisme analis bahasa; (2)
Dengan demikian, jika penggunaan dan ketinggian analisis (high level
pemahaman wacana dalam komunikasi analysis); dan (3) teknik dan metode
memerlukan berbagai perangkat (tools) analisis yang digunakan.
yang cukup banyak, meskipun satuan Cakupan kegiatan analisis
satuan-satuan pendukung bahasa itu wacana terdiri atas dua jenis, yaitu
antara lain fonem morfem, kata, frasa, analisis wacana dan analisis wacana
klausa, kalimat, paragraf hingga kritis. Di dalam menganalisis wacana
karangan yang utuh. Oleh karena itu, secara kritis, wacana tidak semata-
materi tentang kajian wacana sudah mata dipahami sebagai studi tentang
selayaknya dimasukkan ke dalam suatu bahasa. Akan tetapi, pada akhirnya
proses pembelajaran bahasa. proses analisis wacana kritis menggunakan
pembelajaran bahasa. (Mulyana, bahasa dalam teks yang dianalisis,
2005:1). tetapi bahasa yang dianalisis dalam
Meski demikian, untuk analisis wacana kritis berbeda dengan
memahami sebuah wacana secara studi bahasa dalam pengertian
utuh, pengkajian terhadap satuan tradisional (discourse studies). (studi
wacana tidak harus dilakukan dengan wacana). Penggunaan bahasa yang
mengkaji unit wacana tersebut secara dianalisis dengan kegiatan wacana
kritis tidak hanya mendeskripsikan simpulan artikelnya yang berjudul
aspek-aspek bahasa saja, tetapi juga Produksi, Distribusi, dan Kontestasi
menghubungkannya dengan konteks Wacana Tradisi dan Modernitas dalam
dari wacana tersebut. Konteks dalam Cerpen Leteh karya Oka Rusmini
hal ini adalah bahasa yang digunakan mendeskripsikan bahwa tampak ada
untuk tujuan tertentu, termasuk di di upayaupaya memproduksi,
dalamnya tentang praktik kekuasaan mendistribusikan, kemudian
seseorang atau sekelompok orang memodifikasi wacana tradisi sebagai
(Rustono dan Mardikantoro, 2020: 5). wacana tandingan terhadap
Menurut Jaya (2016: 108), modernitas dalam cerpen Leteh karya
dapat dipahami bahwa wacana Oka Rusmini. Analisis Jaya ini
terkadang menjadi domain umum dari menggunakan model analisis Foucault
segala pernyataan, terkadang sebagai dari unsur eksklusi eksternal dan
pernyataan dari sekelompok individu, internal.
dan terkadang sejumlah praktik Analisis wacana kritis yang
kebijakan bagi beberapa pernyataan. dikembangkan Foucault sangatlah
Hal ini berarti bahwa wacana bisa beragam metodenya, tetapi landasan
merujuk ke segala pernyataan atau kajian wacana model Foucault yang
ungkapan yang dibuat yang memiliki disepakati para analis wacana tetap
makna dan efek. Pernyataan atau mengacu pada ciri khas metode sendiri
ungkapan tersebut dapat berupa ala Foucault, yakni archaeology/
sebuah pengelompokan; yaitu seperti genealogy. Analisis teks wacana pada
hal yang lebih umum, contohnya tulisan ini dilakukan pada sebuah karya
“maskulinitas”, jadi pernyataan atau sastra bentuk prosa, yaitu cerita
ungkapan tersebut tidak hanya pendek (cerpen) sebagai istilah umum
digolongkan kepada sebuah kalimat yang dapat dipahami dalam
saja. Akan tetapi yang ditekankan oleh pembelajaran kajian wacana yang
Foucault tentang wacana bukanlah dirumuskan oleh Rustono dan
teks (pernyataan atau ungkapan) Mardikantoro (2020). Dengan demikian
tersebut, tetapi bagaimana teks tujuan penelitian ini adalah untuk
tersebut diproduksi sehingga mendeskripsikan unsur representasi,
membentuk wacana yang kemudian misrepresentasi, marjinalisasi, dan
mempunyai kekuatan. Jaya dalam delegitimasi dalam teks wacana cerpen
“Cinta Laki-laki Biasa” karya Asma misrepresentasi, marjinalisasi, dan
Nadia (2016) dengan menggunakan delegitimasi dalam teks wacana cerpen
model analisis wacana Foucault. “Natasha” karya Putra Hidayatullah
Analisis wacana Foucault tersebut dengan menggunakan model analisis
mencakupi unsur: (1) Representasi; (2) wacana Foucault.
Misrepresentasi: ekskomunikasi dan
eksklusi; (3) Marjinalisasi: eufemisme, HASIL DAN PEMBAHASAN
disfemisme, labelisasi, dan stereotip;
dan (4) Delegitimasi. Menurut Rustono dan
Mardikantoro (2020: 3-4) wacana tidak
METODE PENELITIAN dipahami sebagai serangkaian kata
Penelitian ini merupakan jenis atau proposisi dalam teks saja, tetapi
penelitian deskriptif kualitatif dengan merupakan sesuatu yang
ancangan analisis wacana kritis yang memproduksi yang lain (gagasan,
menggunakan metode konten analisis konsep atau efek). Pengetahuan
atau content analysis (Mulyana 2005: memiliki hubungan dengan kekuasaan.
82). Sumber data dalam penelitian ini Kuasa tidak dimaknai dalam
berupa teks wacana pada cerpen ‘kepemilikan’ yang merupakan sumber
Natasha karya Putra Hidayatullah. kekuasaan tertentu, melainkan
Wujud data dalam penelitian ini berupa dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup
teks penggalan wacana yang memuat dan banyak posisi saling berkaitan,
hasil analisis wacana kritis model sifatnya individu. Kekuasaan selalu
Foucault yang mencakupi representasi, terakumulasikan lewat pengetahuan
misrepresenatsi, marjinalisasi, dan dan pengetahuan selalu punya efek
delegimitasi. Teknik pengumpulan data kuasa. Penyelenggaraan kekuasaan
dilakukan dengan teknik catat dari selalu memproduksi pengetahuan
sumber data tersebut yang dilakukan sebagai basis kekuasaan. Kontrol dan
dengan menggunakan instrumen pembentukan individu yang patuh dan
lembar pedoman pencatatan. Data disiplin adalah wujud kekuasaan yang
yang terkumpul kemudian dianalisis ada di mana-mana. Melalui wacana,
dengan teknik analisis konten untuk individu bukan hanya didefinisikan
mencapai tujuan analisis, yaitu tetapi juga dibentuk, di kontrol dan
mendeskripsikan unsur representasi, disiplinkan Ciri utama wacana menurut
Foucault, adalah kemampuannya emosi yang tidak terbendung dan
untuk menjadi suatu himpunan wacana selalu menggebu-gebu, hingga cara
yang berfungsi membentuk dan berpikir yang acapkali tidak
melestarikan hubungan kekuasaan mempertimbangkan segala
dalam masyarakat. Konsep gila, tidak konsekuensinya. Kemudian cerpen ini
gila, sehat, sakit, benar dan salah bercerita tentang seorang anak yang
bukan konsep abstrak yang datang selalu dihantui rasa penasaran yang
dari langit tetapi dibentuk dan tinggi, dengan tingkat cara berpikirnya
dilestarikan oleh wacana yang ia menjadi lebih berani dalam
berkaitan dengan bidang tertentu. mempertimbangkan urusan yang
Dalam suatu masyarakat terdapat menyangkut id, dan ego nya. Karakter
wacana yang berbeda. Kekuasaan dari dua remaja sejoli ini bagaikan dua
memilih dan mendukung wacana kutub magnet yang saling berlawanan.
tertantu sehingga wacana tersebut Meski, terkadang keduanya sering
menjadi dominan, sedangkan wacana menemui kata sepakat untuk segala
lain menjadi terpinggirkan. Model pilihan absurdnya.
analisis wacana kritis dari Foucault Cerita bermula ketika Justino,
tersebut mencakupi beberapa unsur, seorang remaja lelaki yang baru saja
yaitu representasi, misrepresentasi, memulai masa pubertasnya. Ia tumbuh
marjinalisasi, dan delegitimasi menjadi pribadi labil dan bertemu
(Rustono dan Mardikantoro 2020: 5). dengan Abilio yang akan menjadi
Cerpen Natasha karya Putra sahabatnya kelak. Pertemuan dua
Hidayatullah ini menceritakan tentang sejoli itu terjadi kala Abilio mulai
petualangan konyol antara Justino dan membela justino di sekolah. Saat itu
Abilio. Tidak hanya itu cerpen ini juga Justino menjadi korban bulliying yang
mengisahkan bagaimana dampak kerap dilakukan Octavio. Meskipun
masa pubertasnya para remaja laki- badannya kecil, Abilio mempunyai nyali
laki. Bagaikan digempur serangan yang besar, ia mampu menyingkirkan
senapan serbu. Pada masa-masa para pelaku bulliying tersebut.
pubertas banyak sekali hal-hal yang Kemudian, Pertemanan dua
terjadi. Yang dimana, ketika pubertas bocah itu semakin dekat. Meski,
remaja lelaki akan mengalami secara latar belakang sosial keluarga
perubahan secara psikis mulai dari mereka sangatlah jauh berbeda.
Justino dibesarkan oleh keluarga yang berlanjut hinggal mereka berdua mulai
konservatif. Orang tuanya selalu membuntutinya dari kejauhan.
mengajarkan nilai-nilai kejujuran.
Berbeda dengan Kawan karibnya, Analisis Representasi
Abilio. Ia dibesarkan ditengah keluarga
yang tidak saling peduli satu sama lain, Representasi menunjuk
Abilio tumbuh menjadi pribadi yang liar, gagasan atau pendapat tertentu
hingga selalu memaki pakaian yang aksentuasi dan bantuan foto macam
seolah merasakan nafsu yang tak bisa 2020: 6). Representasi dalam cerpen
Yaitu pada kata menjadi seperti itu yang karena Justino tidak paham bahwa yang
maknanya sama saja bahwa sosok Ibu diucapkan Abilio adalah perumpamaan