KERAJAAN MATARAM
DISUSUN OLEH
WAHYU RAMADHAN PRAMANA PUTRA (31)
X BC 2
Penulisan Sejarah telah disusun dan diselesaikan berdasarkan beberapa ketentuan yang telah
diberikan, serta telah disetujui dan disahkan sebagai hasil dari tugas penulisan ini oleh guru
mata pelajaran Sejarah Indonesia Tahun Pelajaran 2022/2023.
1
KATA PENGANTAR
Kerajaan Mataram kuno terletak di Jawa Timur. Sebuah kerajaan Hindu Buddha yang berdiri
pada abad ke 8 Masehi di daerah di daerah sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Penulis berharap semoga hasil penyusunan laporan ini mampu menambah wawasan pembaca
dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
2
Daftar Isi
Halaman pengesahan……………………………………………….1
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2
Pembahasan 6
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan……………………………………………………14
3.2 Saran…………………………………………………………..17
Daftar Pustaka..................................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Peninggalan bangunan suci dari keduanya, antara lain Candi Gedong Sanga,
Kompleks Candi Dieng, dan Kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang
Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha, antara lain Candi Kalasan,
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.
1.4 Manfaat
Manfaatnya antara lain yaitu mengetahui peninggalan sejarah kerajaan
Mataram serta mengetahui aspek kesejahteraan pada masa Kerajaan Mataram
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
pun memulai pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan
(Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh
Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi
masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara
keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak
terjadi perang saudara.
Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam
karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia
menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti
Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan
Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal
(732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran
Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang
menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman
kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di
Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di
Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah
putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang
merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa,
raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa
meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di
tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan
Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya
memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari
Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan
ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang
dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan
(778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah
Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya
seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai
Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi
takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa
Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat
ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno,
7
wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa
Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai
persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-
sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai
adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada
satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan
keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui
penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa,
sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti
Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam
prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan
Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak
di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak
di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya
memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar
pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan
kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya,
artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna,
memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram.
Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya,
diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah
mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang
meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta.
Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini
sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia
masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang
juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke
Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti
Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812),
puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja
Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan
bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan),
kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun
pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen
Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari
hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama
Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di
Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di
Sriwijaya.
8
Kehidupan Rakyat Mataram Kuno
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di
Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan
Walunggaluh sebagai pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu
Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan
sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M
sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa
Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus,
prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun
Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh
Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
9
Peninggalan Kerajaan Mataram
Candi Borobudur Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini
sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah
ada. Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal
dari ke 8 Masehi.
10
Candi Mendut merupakan candi peninggalan Agama Budha yang
diperkirakan dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari
Dinasti Syailendra. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Candi Pawon Jika Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya
terletak di satu garis lurus. Inilah yang membuat para ahli merasa keheranan. Candi
pawon masih belum diketahui secara jelas asal-usulnya karena bukti sejarah yang
ditemukan masih sangat terbatas.
Candi Puntadewa Candi yang terletak di kompleks candi Arjuna ini juga
merupakan candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Candi bercorak Hindu ini
mempunyai ukuran kecil tapi terlihat tinggi.
11
Prasasti Kerajaan Mataram
Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7) Prasasti berbahasa Melayu Kuno
yang ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa
Syailendra adalah penganut agama Budha. Prasasti Sojomerto
Prasasti Kalasan (778 M) Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja
Dinasti Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan
suci untuk Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.
Prasasti Ratu Boko (856 M) Prasasti ini berisi berita kekalahan Balaputra
Dewa dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam
perebutan kekuasaan.
12
Prasasti Nalanda (860 M) Prasasti ini berisi tentang asal-usul Balaputra
Dewa yang adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja Samarottungga.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah
aliran sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa
Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal.
Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada
awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan
dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja
Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu
Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti
tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya
yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk
memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung.
Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari
pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.
14
Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan
kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban
(Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun
(732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara,
yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita
Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran
dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa
Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada
tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana
memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai
akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama
Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan
Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta
mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di
Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua
wangsa sa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang
beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh
Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra
cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa
Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa
Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui
secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa
Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai
adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini.
Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa
Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah
anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui
penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada
mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi
penganut Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti
Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari
keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad
ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di
Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya)
umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran
atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga
baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat
pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna
15
wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna
adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan
Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu
kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi
Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa
kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh,
sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain
untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang
meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan
berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan
berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan
Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi
ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan
Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan
meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan
kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto
didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra
(782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara,
puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak
jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut
dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla
(Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa
tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja
Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha
terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa
Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga
memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama
Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka
selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di
Sriwijaya.
3.Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian.
Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang
saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak
masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-
tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah
mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari
besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang
anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau,
sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.
16
4. Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang
mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi
yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi
rusak.
2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik
yang terjadi tahun 927-929 M.
3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan
dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang
subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan
strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali
merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan
daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.
B. Saran
Kerajaan Mataram kuno mempunyai banyak peninggalan seperti
Candi ataupun Prasasti.Selain itu dapat mengetahui lebih dalam tentang
kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia khususnya Kerajaan
Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga
peninggalan-peninggalannya.
17
Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_mataram
http://vracarsa.blogspot.co.id/2016/06/sejarah-kerajaan-mataram-
kerajaan-mataram.html?m=1
http://viliakartika.blogspot.co.id/2014/04/makalah-kerajaan-
mataram-.html
http://rifdakamila05.blogspot.co.id/2015/04/kerajaan-mataram-tallo-
lengkap.html
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/12/15-peninggalan-kerajaan-
mataram-kuno.html
18