Anda di halaman 1dari 21

Jauh sebelum Indonesia resmi merdeka para masyarakat kuno nusantara telah mengenal sistem

pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Kerajaan di Nusantara didirikan oleh para pedagang dari negri
tetanga dan negri lainya seperti China, India, dan Arab. Indonesia yang saat itu menjadi jalur strategis
pelayaran menjadi salah satu faktor para pedagang masuknya aliran Hidu-Budha yang dibawa oleh
pedagang dari Cihna yang menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan di Indonesia.

Kerajaan Hindu di Indonesia

Diperkirakan Hindu masuk ke Indonesia pada awal abad ke-2 Masehi yang dibawa oleh pedagang dari
China dan India. Masuknya ajaran Hindu menjadi awal berdirinya kerajaan di Indonesia.

1. Kerajaan Salakanegara

Kerajaan Salakanegara diyakini sebagai kerajaan pertama di Indonesia dengan adanya bukti dari naskah
Wangsekerta, pada naskah tersebut disebutkan bahwa kerajaan Salakanegara terletak di Jawa Barat dan
didirikan pada tahun 130 Masehi oleh Dewawarman yang merupakan duta bangsawan yang datang dari
Calankanaya bersama rombonganya pada tahun 128 Masehi. Dewawarman menikahi putri dari Datu
Tirem penguasa Teluk Lada yang bernaman Dewi Pwahaci Larasati. Setelah Datu Tirem meninggal padah
tahun 130 Masehi Dewawarman mengambil alih kekuasaan Teluk Lada dan mendirikan sebuah kerajaan
Salakanegara dan sekaligus menjadi raja pertama Salakanegara yang diberi gelar Prabu Darmalokapala
Dewawarman Aji Raksa Gapuran dan istrinya Dewi Dwani Rahayu.

2. Kerajaan Kutai

Kerajaan kutai didirikan di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur pada tahun 400 Masehi. Terdapat
tujuh buah yupa atau tugu batu yang dibuat oleh para brahmanan atas kedermawanan Mulawarman
raja dari kerajaan kutai saat itu yang memberikan 2.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Masa
kejayaan kerajaan kutai berakhir saat raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma tewas saat
perperangan melawan kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan rajanya yang ke-13 yaitu Pangeran
Anum panji Mendapa.

3. Kerajaan Tarumanegara

Sejarah Kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 450 Masehi di Jawa Barat. Tarumanegara dari dua
kata yaitu Taruma dan Nagara. Kata Tarum diambil dari nama sungai Citarum yang terletak di Jawa Barat
sedangkan Nagara berarti kerajaan atau negara. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman yang sekaligus menjadi raja pertama yang memipin Tarumanegara sampai tahun 382
Masehi. Raja Tarumanegara yang paling terkenal ialah Purnawarman yang memerintahkan penggalian
sungai Gomati dan Candrabaga. Bukti keberadaan Tarumanegara adalah ditemukanya 7 buah prasasti
batu.

4. Kerajaan Galuh

Kerajaan galuh adalah sebuah kerajaan yang terletak di Ciamis yang berdiri pada abad ke 8 Masehi. Kata
galuh berasala dari bahasa sansekerta yang berarti permata. Raja pertama dari kerajaan galuh adalah
Rahiangan Sri Medangjati yang memimpin kerajaan Galuh selama 15 Tahun.

5. Kerajaan Mataram Kuno

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 Masehi terletak di Jawa Tengah. Raja pertama
dari kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Bukti
peninggalan sejarah dari kerajaan mataram kuno adalah candi, diantaranya adalah candi Dieng, dan
Candi Prambanan.

6. Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan bercorak hindu yang terletak di Jawa Barat dan saat itu Kerajaan
Pajajaran Beribukota di Bogor. Kerajaan Pajajaran didirikan tahun 923 Masehi oleh Sri Jayabuphati.

7. Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri terletak di Jawa Timur yang berdiri pada tahun 1042 M dan berpusat di kota Daha yang
sekarang bernama Kota Kediri. Kerajaan Kediri runtuh pada tahun 1222 M karena ditaklukan oleh Ken
Arok. Banyak peninggalan Kerajaan Kediri yang menjadi bukti sejarah kerajaan kediri.

8. Kerajaan Singasari

Sejarah Kerajaan Singasari disebut juga dengan Kerajaan Tumapel didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222 Masehi dan terletak di daerah Singosari, Malang. Pada tahun 1222 M terjadi perseteruan antara
Kertajaya dari kerjaan Kediri melawan Ken Arok. Kemudian kaum brahmana bergabung dengan Ken Arok
dan mengangkatnya menjadi raja pertama kerajaan Singasari. Raja terakhir dari kerajaan Singasari
adalah Kertanegara yang sekaligus menjadi raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Singasari. Pada tahun
1929 M terajadi pembrontakan yang dipimpin oleh Jayakatawang yang menyebabkan terbunuhnya
Kertanegara dan menjadi akhir dari perjalanan Kerjaan Singasari.

9. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293 M dan mencapai puncak kejayaannya dibawah
kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada pada tahun 1293-1500 M. Pada abad ke-
14 Masehi kejayaan majapahit mulai memudar puncaknya saat terjadi perang saudara (Perang Paregreg)
pada tahun 1405-1406 M.

10. Kerajaan Bali

Raja Wangsa Warmadewa adalah salah satu raja terkenal yang pernah memerintah di kerajaan bali.
Peninggalan kerajaan bali salah satunya adalah 28 prasasti yang tersebar di Goa Gajang, Gunung Kawi,
Panulisan, dan Sangit. Prasasti tersebut merupakan peninggalan dari era pemerintahan Anak Wungsu
yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Bali.

Kerajaan Budha di Indonesia

Ajaran Budha masuk ke Indonesia beriringan dengan masuknya ajaran Hindu ke Indonesia.
Perkembangan agama Budha di Indonesia ditandai dengan berdirinya Kerajaan-Kerajaan yang bercorak
Budha di indonesia.

1. Kerajaan Holing

Kerajaan Holing disebut juga dengan kerajaan Kalingga terletak di Kabupaten jepara, Provinsi Jawa
Tengah yang didirikan pada tahun 674 M. Raja yang memerintah kerajaan Holing. Salah satu raja yang
pernah memimpin kerajaan Holing adalah Ratu Sima dan pendetanya yang terkenal adalah Jhanabhadra.

2. Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terkuat di Sumatera beridiri pada abad ke-7 M. Nama Sriwijaya
sendiri diambil dari bahasa sansekerta yaitu Sri yang berarti cahaya, dan Wijaya yang berarti
kemenangan. Mencapai masa kejayaanya pada abad ke-9 sampai abad ke-10 Masehi dengan menguasai
hampir seluruh kerajaan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja
Rajendra Chola dari Kerajaan Cholamandala melakukan persaingan dalam hal perdagangan dengan
Kerajaan Srwijaya yang menyebabkan melemahnya perekonomian Sriwjaya dan Runtuhnya armada
perangnya. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain adalah Prasasti Kedudukan Bukit, Prasasti Talang
Tuo, Prasasti Kota Kapur, Prasasti Karang Birahi, dan Prasasti Talang Batu.

Kerajaan Islam di Indonesia

Islam merupakan merupakan agama mayoritas di Indonesia. Tapi Islam bukanlah ajaran yang pertama
masuk ke Indonesia. Banyak teori yang menjelaskan proses masuknya Islam ke Indonesia salah satunya
adalah teroi Gujarat. Pada teori Gujarat islam dipercayai masuk ke indonesia pada abad ke-13 M yang
dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Gujarat. Berikut adalah Kerajaan di Indonesia yang dikenal
sebagai sejarah kerajaan islam di indonesia:

1. Kerajaan Perlak

Kerajaan Perlak merupakan Kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 840 Masehi
dan berlokasi di Aceh. Raja Pertama dari Kerajaan Perlak adalah Syed Maulana Abdul Azis Syah. Masa
kejayaan Perlak adalah saat kepemimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II
Jouhan Berdaulat tahun 1225 sampai 1262 M. Kerjaan perlak runtuh akibat terjadi nya perang saudara
yang puncaknya terjadi pada tahun 1292 M.

2. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera pasai didirikan oleh Sutan Malik Al Saleh pada tahun 1267 Masehi di Lhouksmawe,
Aceh. Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam kedua di Indonesia. Pada masa pemerintahanya Sutan
Malik AlSaleh berhasil menggabungkan 2 kota yaitu Samudera dan Pasai. Kerajaan ini mencapai masa
kejayaannya pada masa pemerintah Sutan Malik Tahir dan berkembang menjadi pusat perdagangan
internasional.

3. Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka atau Kesultanan Malaka adalah sebuah kerajaan yang berdiri di Malaka, Malaysia.
Pendiri sekaligus Raja Pertama dari Kesultanan Malaka adalah Iskandar Syah. Walaupun berpusat di
Malaysia Kesultanan Malaka berjasil menduduki sebagian wilayah Sumatera, Kepulauan Riau, Indragiri,
dan Tanjung Pura.

4. Kerajaan Aceh

Kerajaan aceh muncul pada abad ke-16 oleh Sultan Ali Mughayat Syah Setelah jatuhnya kesultanan
Malaka ke tangan Portugis. Para pedagang yang tidak menerima jatuhnya Kesultanan Malaka ke tangan
Portugis memindahkan jalur perniagaan ke Aceh dan menjadikan kesultanan aceh sebagai pusat
perdagangan internasional menggantikan Kesultanan Malaka. Kerajaan Aceh mencapai masa kejayaanya
pada tahun 1607-1636 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dimana kerajaan Aceh berhasil
menduduki kembali wilayah Malaka yang sebelumnya diduduki Portugis. Sultan Iskandar Muda wafat
pada tahun 1630 kemudian ia digantikan oleh Sultan Iskandar Thani. Dibawah Kepemimpinanya
kerajaanAceh mengalami kemudran dan terjadi pertikaian antara kaum agama dan bangsawan yang
menyebakan perekenomian semakin melemah.

5. Kesultanan Demak

Sejarah Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang didirikan oleh Raden
Patah. Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia saat itu yang menjadikan
kerajaan demak memegan peran penting dalam perdangangan antar pulau. Salah satu peninggalan
Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak.

6. Kerajaan Panjang

Kerajaan panjang muncul setelah rutnuhnya Kesultanan Demak. Kerajaan Panjang didirikan oleh Jaka
Tingkir di daerah Panjang pada abad ke-14 Masehi. Pada awal berdiri wilayah kekuasaan Kerajaan
Panjang hanya meliputi daerah Jawa Tengah saja. Dibawah kepemimpinan Sultan Hadi Wijaya kerajaan
Panjang mencapai puncak kejayaan nya dan melakukan ekspansi ke beberapa wilayah termasuk daerah
Jawa Timur. Setelah meninggalnya Sultan Hadi Wijaya kerajaan panjang mulai mengalami kemunduran
dan terjadinya perebutan kekuasaan antara anak dan menantu dari Sultan Hadi Wijaya yaitu Pangeran
Benawa dan Arya Pangiri.

7. Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam atau biasa juga disebut Kesultanan Mataram didirikan pada abad ke 17 Masehi.
Kerajaan ini awalnya adalah daerah kekuasaan dari Kerajaan Panjang yang diberikan kepada Ki Ageng
Pemanahan atas jasanya. raja pertama dari Kerajaan Mataram Islam adalah Suta Wijaya putra dari Ki
Ageng Pemanahan. Pada masa kejayaanya Kerajaan Mataram Islam berhasil menyatukan Jawa-Madura
dan Melakukan perlawanan terhadap VOC yang pada masa itu memonopoli perdagangan di Indonesia.

8. Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon adalah sebuah kerajaan bercorak Islam didirikan oleh Pangeran Walangsungsang pada
abad ke 15 Masehi dan terletak di pantai Utara Jawa yang menjadi perbatasan antara Jawa Tengah dan
Jawa Barat. Kerajaan Cirebon atau Kesultanan Cirebon memiliki perbaduan antara dua budaya yaitu
budaya Jawa dan budaya Sunda.

9. Kerajaan Banten

Kerajaan banten adalah kerajaan bercorak Islam yang terletak di wilayah pesisir barat pulau Jawa. Raja
pertama dari Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati. Runtuhnya kerajaan
banten merupakan akibat dari terjadinya perang saudara antara Sultan Ageng dengan putranya sendiri
yaitu Sultan Haji.

10. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan Gowa-Talo adalah salah satu kerajaan terbesar di Sulawesi. Kerajaan Gowa-Tallo berdiri pada
tahun 1605. Kerajaan Gowa-Tallo merupakan hasil penggabungan dari dua kerajaan yaitu kerajaan
Gowa yang dipimpin oleh Daeng Manrabia dan Kerajaan Tallo yang dipimpin oleh Karaeng Matoaya.
Daeng Manrabia kemudian mengganti namanya menjadi Sultan Alaudin dan menjadi raja pertama dari
kerajaan Gowa-Tallo dan Karaeng Matoaya mengganti namanya menjadi Sultan Abdullah yang menjadi
Perdana Mentri saat itu. Setelah Sultan Alaudin wafat ia digantikan oleh putranya Sultan Muhammad
Said dan terjadi perseteruan dengan VOC. Tahun 1653 ia digantikan oleh putranya yang bernama
Hasanudin. Pada masa pemerintahan Hasanudin perseteruan dengan VOC semakin memanas.

11. Kerajaan Ternate dan Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Raja pertamanya adalah Syahadati alias
Muhammad Naqal. Kerajaan Ternate Tidore menjadi kerajaan Islam setelah rajanya yang ke 9 Ciriliyah
memeluk agama Islam. Ciriliyah kemudian mendapat gelar Sultan Jamalludin.

12. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar terletak di Banjarmasin dan berdiri pada tahun 1520. Raja pertama dari kerajaan Banjar
adalah Samudera yang bergelar Sultan Suriansyah.

Jadi itulah kerajaan di indonesia yang menjadi asal mula indonesia. Kerajaan di indonesia ini
meninggalkan banyak peninggalan bersejarah yang bisa dijadikan sebagai sumber sejarah.

https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/kerajaan-di-indonesia/amp

Perlawanan Rakyat Indonesia

Menurut sejarahnya, Indonesia telah dijajah oleh banyak Negara. Yaitu, Portugis,
spanyol, VOC dan Belanda. Selama dijajah oleh bangsa tersebut, rakyat Indonesia tidak
tinggal diam. Rakyat Indonesia juga melawan. Berikut selengkanya:

Perlawanan Rakyat Terhadap Portugis

a) Perlawanan Rakyat Minahasa


Perjuangan perlawanan Rakyat Perserikatan Minahasa melawan Portugis telah
berlangsung dari tahun 1512-1560, dengan gabungan perserikatan suku-suku di Minahasa
maka mereka dapat mengusir Portugis. Portugis membangun beberapa Benteng
pertahanan di Minahasa diantaranya di Amurang dan Kema.
b) Perlawanan Rakyat Malaka
Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan
Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513
mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun
1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat menguasai
Banten,Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh
Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta
yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.
c) Perlawanan Rakyat Maluku
Setelah Portugis pada tahun 1511 berhasil menduduki Malaka, Portugis melanjutkan misi
dagangnya menuju Maluku. Di kepulauan Maluku terdapat Kerajaan Ternate dan
Kerajaan Tidore yang menghasilkan remah-rempah. Portugis diperbolehkan mendirikan
benteng sebagai kantor dagang. Akan tetapi terjadi penyimpangan, Portugis menjadikan
benteng itu sebagai basis pertahanan untuk menguasai dan menjajah daerah Ternate.
Portugis memaksa Sultan Ternate, yaitu Sultan Hairun untuk menerima kekuasaan
Portugis, dan hanya menjual cengkih dan pala kepada Portugis. Selain itu, Portugis
melarang Sultan Ternate menjul rempah-rempahnya kepada pedagang lain. Tentu saja
sikap seperti ini sangat ditentang oleh Sultan Hairun. Ketika Sultan Hairun akan
membicarakan masalah perdagangan dengan Portugis ini, beliau dibunuh secara licik.

Terbunuhnya, Sultan Hairun jelas memancing kemarahan rakyat Ternate. Sultan


Baabullah yang menggantikan Sultan Hairun bersumpah akan mengusir Portugis dari
Ternate. Untuk itu, Sultan Baabullah mengerahkan tentara dan segenap kekuatannya
mengepung benteng Portugis, hingga akhirnya Portugis menyerah dan dipaksa
meninggalkan Ternate tahun 1575. Setelah terusir dari Ternate, kemudian Portugis ke
Ambon hingga dikalahkan oleh Belanda pada tahun 1605.

d) Serangan Kerajaan Aceh terhadap Portugis

Sejak kedatangan orang Portugis di Malaka pada tahun 1511, telah terjadi persaingan
yang berbuntut permusuhan antara Portugis dan Kesultanan Aceh. Sultan Aceh pada
waktu itu diperintah oleh Sultan Ali Mughayat Syah (1514- 1528), menganggap bahwa
orang Portugis merupakan saingan dalam politik, ekonomi, dan penyebaran agama.
Untuk itulah, Kesultanan Aceh tetap pada pendiriannya, bahwa Portugis harus segera
diusir dari Malaka. Itulah sebabnya, ketika terjadi penyerangan Kerajaan Demak ke
Malaka, Aceh membantunya dengan sekuat tenaga.
Sejak Kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), perjuangan
mengusir Portugis mencapai puncaknya. Untuk mencapai tujuannya, Sultan Iskandar
Muda menempuh beberapa cara untuk melumpuhkan kekuatan Portugis, seperti blokade
perdagangan. Sultan Aceh melarang daerah-daerah yang dikuasai Aceh menjual lada dan
timah kepada Portugis. Cara ini dimaksudkan agar kekuatan Portugis benar-benar
lumpuh, karena tidak memiliki barang yang harus dijual di Eropa. Upaya ini ternyata
tidak berhasil sepenuhnya, sebab raja-raja kecil yang merasa membutuhkan uang secara
sembunyi-sembunyi menjual barang dagangannya kepada Portugis. Gagal dengan taktik
blokade ekonomi, Sultan Iskandar Muda menyerang kedudukan Portugis di Malaka pada
tahun 1629. Seluruh kekuatan tentara Aceh dikerahkan. Namun, upayaitu mengalami
kegagalan. Pasukan Kesultanan Aceh dapat di pukul mundur oleh pasukan Portugis.
Perlawanan Rakyat Terhadap Spanyol

Kedatangan Spanyol ke Maluku dianggap melanggar hak monopoli Portugis,maka timbul


persaingan.
Portugis diijinkan membuat benteng di Ternate : benteng Sao Paulo.
Spanyol diterima degan baik di Tidore.
Persaingan Portugis-Ternate dengan Spanyol-Ternate menimbulkan perang.
Dimenangkan oleh Portugis-Ternate.

Persaingan selanjutnya diselesaikan dengan :


Perjanjian Saragosa (1529) :
‐Maluku menjadi wilayah perdagangan Portugis dan Filipina menjadi wilayah
perdagangan Spanyol

Perang Minahasa lawan Spanyol


Para pelaut awak kapal Spanyol berdiam di Minahasa dan bahkan membaur dengan
masyarakat. Mereka menikah dengan wanita-wanita Minahasa, sehingga keturunan
mereka menjadi bersaudara dengan warga pribumi.
Tahun 1643 pecah perang Minaesa Serikat melawan kerajaan Spanyol. dalam suatu
peperangan di Tompaso, pasukan spanyol dibantu pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minaesa, dikejar hingga dipantai
tapi
Tahun 1694 dalam suatu peperangan di Tompaso, pasukan Raja Loloda Mokoagouw II
dipukul kalah, mundur oleh gabungan pasukan serikat Minahasa, dikejar hingga ke pantai
tapi dicegah dan ditengahi oleh Residen V.O.C. Herman Jansz Steynkuler. Pada tahun
1694 bulan September tanggal 21, diadakanlah kesepakatan damai, dan ditetapkan
perbatasan Minahasa adalah sungai Poigar. Pasukan Serikat Minaesa yang berasal dari
Tompaso menduduki Tompaso Baru, Rumoong menetap di Rumoong Bawah,
Kawangkoan mendiami Kawangkoan bawah, dan lain sebagainya.

Pada pasa pemerintahan kolonial Belanda maka daerah ini semula masih otonom tetapi
lama kelamaan kelamaan kekuasaan para raja dikurangi dengan diangkatnya raja menjadi
pejabat pemerintahan Belanda, sehingga raja tinggal menjadi pejabat wilayah setingkat
'camat'.

3. Perlawanan Rakyat Terhadap V.O.C

Perlawanan Mataram (1631 - 1645 )


Perlawanan ini diimin oleh Sultan Agung. Sebab perlawanan adalah Mataram ingin
mengusir VOC, VOC memonopoli perdagangan mataram, dan VOC tidak megakui
kerajaan Mataram.
Akhir perlawanan berupa :
1. Serangan I dan II gagal karena kurang persediaan makanan, persenjataan kurang
lengkap, jarak mataram dengan Batavia sangat jauh
2. Mataram terpecah berdasarkan Perjanjian Giyanti (th 1755) dan Perjanjian Salatiga
(1757).
Kegagalan serangan-serangan tersebut disebabkan:

Kalah persenjataan.

Kekurangan persediaan makanan, karena lumbung-lumbung persediaan makanan yang


dipersiapkan di Tegal, Cirebon, dan Kerawang telah dimusnahkan oleh Kompeni.

Jarak Mataram - Batavia terlalu jauh.


Datanglah musim penghujan, sehingga taktik Sultan Agung untuk membendung sungai
Ciliwung gagal.

Terjangkitnya wabah penyakit yang menyerang prajurit Mataram.

b ) Perlawanan Pattimura (1817).


Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon.
Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :

Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC

Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali


penyerahan wajib dan kerja wajib

Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda

Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan Thomas
Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan
membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat
menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng
berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.

Sebagai balasan atas kekalahan nya, belanda mendatangkan bantuan yang lebih banyak
lagi dengan senjata yang lengkap. Akhirnya benteng duurstede dapat direbut kembali.
Pattimura ditangkap oleh Belanda. Belanda membujuk pattimura untuk bekerja sama, tapi
ia menolaknya dengan tegas. Pattimura dihukum gantung!

c) Perlawanan Kerajaan Banten (1651 – 1683)

Pemimin perlawanan ini adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Awal nya, VOC berniat
menguasai kerajaan benten karma memiliki pelabuhan yang penting untuk perdagangan.
Sehingga VOC menggunakan cara Devide et Imera atau Adu Domba. Mereke membujuk
putra sultan ageng tirtayasa, yaitu Sultan Haji untuk memberontak Sultan Ageng dan
bekerjasama dengan VOC.
Sehingga terjadilah perang antara sultan haji (dibantu oleh VOC) dan Sultan Ageng (
dibantu Pangeran Purboyo). Sultan Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak ke
luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng Tirtoyoso berhasil di tawan oleh VOC sampai
wafat ada tahun 1692; sedangkan Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah
Priangan. Pada tahun 1682 Sultan Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu
perjanjian yang isinya :

VOC mendapat hak monopoli dagang di Banten dan daerah pengaruhnya.

Banten dilarang berdagang di Maluku.

Banten melepaskan haknya atas Cirebon.

Sungai Cisadane menjadi batas wilayah Banten dengan VOC.

Sejak adanya perjanjian ini, maka penguasa Banten sebenarnya ialah VOC

d) Perlawanan Kerajaan Makassar (1654 – 1669)


Dipimpin oleh Sultan Hassanudin. Sebab perlawanan :
~VOC menguasai pelabuhan Sombaopu sebagai penghubung Malaka-Jawa-Maluku
~VOC menuntut kerajaan Makasar menutup pelabuhan bagi kapal asing kecuali VOC
dan memberi hak monopoli dagang kepada VOC

Akhir Perlawanan : Sultan Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani


perjanjian BONGAYA pada tanggal 18 November 1667, yang isinya :

Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.

Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.

Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya.

Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang yang kemudian
diganti dengan nama Benteng Roterrdam.

Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.

e) Perlawanan Untung Suropati (1868-1706)

Untung Suropati adalah pejuang yang malang melintang dari Jawa barat – Jawa timur.
Perlawanan mulai dikobarkan di Jawa Barat pada tahun 1686, kemudian keJawa Tengah
dan Jawa Timur. Untung Suropati berhasil mengalahan pasukan Belanda dan membunuh
KAPTEN TACK.
Pada tahun 1706, dengan bantuan pasukan mataram yang waktu itu diperintah oleh Paku
Buwana I, Belanda menyerang kota Bangil. Untung suriopati terluka parah dan kemudian
gugur!

f) Perlawanan Kerajaan Maluku. (1635 – 1650)


Dipimpin oleh Kakiali, Telukabesi dan Saidi.
Sebab perlawanan :
~VOC memonopoli perdagangan di Maluku
~Pelayaran Hongi dan hak Ekstirpasi yang diterapkan VOC menyebabkan penderitaan
rakyat
Akhir perlawanan : semua serangan kerajaan Maluku terhadap VOC mengalami
kegagalan

Pada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut
benteng Portugis di Ambon. Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi
menimbulkan kesengsaran rakyat. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku
terhadap VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke
berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van
Diemen dari Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan
kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, Kompeni
menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh
Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali.

Dengan gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan


perlawanan rakyat Maluku, sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-
orang Hitu di bawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada
tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi.
Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak Belanda
agak terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655 bala bantuan
datang di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit di
Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi tertangkap dan dihukum mati, maka patahlah
perlawanan rakyat Maluku.
Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir
abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan
Jamaluddin, namun segera dapat ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Sri Langka).
Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari
tangan VOC. Akan tetapi setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai
kembali wilayah Tidore.

g) Perlawanan Trunojoyo (1674-1680)


Trunojoyo, seorang keturunan bangsawan dari Madura tidak senang terhadap
Amangkurat I, karena pemerintahannya yang sewenang-wenang dan menjalin hubungan
dengan Kompeni. Perlawanan Trunojoyo di mulai pada tahun 1674, dengan menyerang
Gresik. Dengan berpusat di Demung (dekat Panarukan), Trunojoyo melakukan
penyerangan dan dalam waktu singkat telah berhasil menguasai beberapa daerah di Jawa
Timur dan Jawa Tengah bahkan sampai pusat Mataram di Plered (Yogyakarta). Dalam
perlawanan ini, Trunojoyo dibantu oleh Raden Kajoran, Macan Wulung, Karaeng
Bontomarannu, dan Karaeng Galesung.

Pada tanggal 2 Juli 1677, pasukan Trunojoyo telah berhasil menduduki Plered, .
Amangkurat I yang sering sakit bersama putra mahkota, Adipati Anom melarikan diri
untuk minta bantuan kepada Kompeni di Batavia. Dalam perjalanan, Amangkurat I
meninggal di Tegal Arum (selatan Tegal), sehingga dikenal dengan sebutan Sultan Tegal
Arum. Adipati Anom kemudian menaiki takhta dengan gelar Amangkurat II. Untuk
menghadapi Trunojoyo, Amangkurat II minta bantuan Kompeni, akan tetapi tidak ke
Batavia namun ke Jepara. Pimpinan Kompeni (VOC) Speelman menerima dengan baik
Amangkurat II dan bersedia membantu dengan suatu perjanjian (1678) yang isinya:

VOC mengakui Amangkurat II sebagai raja Mataram.

VOC mendapatkan monopoli dagang di Mataram.

Seluruh biaya perang harus diganti oleh Amangkurat II

Sebelum hutangnya lunas, pantai utara Jawa digadaikan kepada VOC.

Mataram harus menyerahkan daerah Kerawang, Priangan, Semarang dan sekitarnya


kepada VOC.

Setelah perjanjian ini ditandatangani penyerangan di mulai. Pada waktu itu Trunojoyo
telah berhasil mendirikan istana di Kediri dengan gelar Prabu Maduretno. Tentara VOC
di bawah pimpinan Anthonie Hurdt, yang dibantu oleh tentara Aru Palaka dari Makasar,
Kapten Jonker dari Ambon beserta tentara Mataram menyerang Kediri. Dengan mati-
matian tentara Trunojoyo menghadapi pasukan gabungan Mataram-VOC, tetapi akhirnya
terpukul mundur. Pasukan Trunojoyo terus terdesak, masuk pegunungan dan
menjalankan perang gerilya. Demi keselamatan sebagian pengikutnya, pada tanggal 25
Desember 1679 menyerah dan akhirnya gugur ditikam keris oleh Amangkurat II pada
tanggal 2 Januari 1680. Dengan gugurnya Trunojoyo, terbukalah jalan bagi VOC untuk
meluaskan wilayah dan kekuasaannya di Mataram.

Perlawanan Rakyat Terhadap Belanda

1) Perang Saparua di Ambon


Merupakan perlawanan rakyat Ambon dipimpin Thomas Matulesi (Pattimura). Dalam
perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda tersebut, seorang pahlawan wanita
bernama Christina Martha Tiahahu melakukan perlawanan dengan berani. Perlawanan
Pattimura dapat dikalahkan setelah bantuan pasukan Hindia Belanda dari Jakarta datang.
Pattimura bersama tiga pengikutnya ditangkap dan dihukum gantung.

2) Perang Paderi di Sumatra Barat


Merupakan perlawanan yang sangat menyita tenaga dan biaya sangat besar bagi rakyat
Minang dan Pemerintah Hindia Belanda. Bersatunya Kaum Paderi (ulama) dan kaum
adat melawan Pemerintah Hindia Belanda, menyebabkan Belanda kesulitan
memadamkannya. Bantuan dari Aceh juga datang untuk mendukung pejuang Paderi.
Pemerintah Hindia Belanda benar-benar menghadapi musuh yang tangguh.
Belanda menerapkan sistem pertahanan Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit
tinggi dan Benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya.
Dengan siasat tersebut akhirnya Belanda menang ditandai jatuhnya benteng pertahanan
terakhir Paderi di Bonjol tahun 1837. Tuanku Imam Bonjol ditangkap, kemudian
diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga wafat tahun
1864.

3) Perang Diponegoro 1825-1830


Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar perlawana terhadap Pemerintah
Hindia Belanda. Latar belakang perlawanan Pangeran Diponegoro diawali dari campur
tangan Belanda dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta. Beberapa tindakan Belanda
yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-nilai budaya masyarakat menjadi
penyebab lain kebencian rakyat kepada Belanda.
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalan baru pada bulan Mei 1825. Mereka
memasang patok-patok pada tanah leluhur Diponegoro. Terjadi perselisihan saat pengikut
Diponegoro Patih Danureja IV mencabuti patok- patok tersebut. Belanda segera
mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Perang tidak dapat
dihindarkan, pada tanggal 20 Juli Tegalrejo sebagai basis pengikut Diponegoro direbut
dan dibakar Belanda.

Pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia mengadakan perundingan dengan


Belanda di Magelang, Jawa Tengah. Perundingan tersebut hanya sebagai jalan tipu
muslihat karena ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian ke
Makasar hingga wafat tahun 1855. Setelah berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak
lagi muncul perlawanan yang lebih berat di Jawa

4) Perang Aceh

Semangat jihad (perang membela agama Islam) merupakan spirit perlawanan rakyat
Aceh terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di
depan masjid Baiturrahman Banda Aceh. Kohler meninggal dekat dengan pohon yang
sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi stelsel dengan sistem bertahan
dalam benteng besar oleh Belanda tidak berhasil. Belanda semakin terdesak, korban
semakin besar, dan keuangan terus terkuras.
Pemerintah Hindia Belanda sama sekali tidak mampu menghadapi secara fisik
perlawanan rakyat Aceh. Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck
Hurgroje yang memakai nama samaran Abdul Gafar seorang ahli bahasa, sejarah ,dan
sosial Islam untuk mencari kelemahan rakyat Aceh. Setelah lama belajar di Arab, Snouck
Hugronje memberikan saran-saran kepada Belanda mengenai cara mengalahkan orang
Aceh. Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan dengan kekerasan, sebab
karakter orang Aceh tidak akan pernah menyerah, jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba antara golongan
Uleebalang (bangsawan) dengan ulama. Pemerintah Hindia Belanda menjanjikan
kedudukan pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak Uleebalang
yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda memberikan tawaran kedudukan kepada
para Uleebalang apabila kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898 kedudukan
Aceh semakin terdesak. Belanda mengumumkan perang Aceh selesai tahun 1904. Namun
demikian perlawanan sporadis rakyat Aceh masih berlangsung hingga tahun 1930-an.

5) Perlawanan Sisingamangaraja di Sumatra Utara


Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda di Sumatra Utara dilakukan
Sisingamangaraja XII, perlawanan di Sumatra Utara berlangsung selama 24 tahun.
Pertempuran diawali dari Bahal Batu sebagai pusat pertahanan Belanda tahun 1877.

Untuk menghadapi Perang Batak (sebutan perang di Sumatra Utara), Pemerintah Hindia
Belanda menarik pasukan dari Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah
Kapten Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja di Pakpak.
Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur, sehingga seluruh
Tapanuli dapat dikuasai Belanda.

6) Perang Banjar

Perang Banjar berawal ketika Pemerintah Hindia Belanda campur tangan dalam urusan
pergantian raja di Kerajaan Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran
Tamjid Ullah yang tidak disukai rakyat. Pangeran Antasari dengan kekuatan 300 prajurit
menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron pada tanggal 25 April 1859.
Selanjutnya peperangan demi peperangan dilakukan oleh Pangeran antasari di seluruh
wilayah Kerajaan Banjar. Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura,
Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke
Puruk Cahu dengan dibantu para panglima dan prajuritnya yang setia.
Pemberontakan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran Hidayat. Pada tahun
1859, Pangeran Antasari memimpin perlawanan setelah Prabu Anom tertangkap Belanda,
dengan bantuan pasukan dari Belanda, pasukan Pangeran Antasari dapat didesak. Tahun
1862 Pangeran Hidayat menyerah dan berakhirlah perlawanan Banjar di pulau
Kalilmantan. Perlawanan benar- benar dapat dipadamkan pada tahun 1866.

7) Perang Jagaraga di Bali


Perang Jagaraga berawal ketika Pemerintah Hindia Belanda dan kerajaan di Bali
bersengketa tentang hak tawan karang. Hak tawan karang berisi bahwa setiap kapal yang
kandas di perairan Bali merupakan hak penguasa di daerah tersebut. Pemerintah Belanda
memprotes Raja Buleleng yang menyita dua kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak
menerima tuntutan Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya, persengketaan ini
menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap kerajaan Buleleng tahun 1846.
Belanda berhasil menguasai kerajaan Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke
Jagaraga dibantu oleh Kerajaan Karangasem.

Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Pemerintah Hindia Belanda melanjutkan


ekspedisi militer tahun 1849. Dua kerajaan Bali, Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran
Belanda. Tahun 1906, seluruh kerajaan di Bali jatuh ke pihak Pemerintah Hindia Belanda
setelah rakyat melakukan perang habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan Perang
Puputan

SEJARAH INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN (1945-1959)


1. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia)

Pemberontakan besar pertama setelah Indonesia merdeka adalah pemberontakan PKI yang berlangsung
pada 18 September 1948 di Madiun. Pemberontakan yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso ini
bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet Indonesia yang berideologi komunis.

Namun, pemberontakan PKI akhirnya digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah Presiden
Soekarno. Bahkan, Muso selaku pimpinan PKI tewas ditembak dan tokoh-tokoh lainnya berhasil
ditangkap.

2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

Kemudian pada 7 Agustus 1949, terjadi pemberontakan DI/TII yang dilakukan untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar negara dengan syari’at islam, bahkan sempat didirikan Negara Islam Indonesia (NII) atau
Darul Islam.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Sekarmaji Marjian Kartosuwiryo, seorang politisi Muslim. Upaya
menumpas pemberontakan ini memakan waktu yang cukup lama. Kartosuwiryo dan para pengikutnya
baru berhasil ditangkap pada 4 Juni 1962.

3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)


Tujuan dari pemberontakan RMS yaitu untuk membentuk negara sendiri yang didirikan pada 25 April
1950, yang meliputi pulau-pulau seperti Ambon, Buru, dan Seram. Pada tahun yang sama, tepatnya di
bulan November, pemberontakan yang dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil ini dapat
dikalahkan oleh tentara Indonesia. Namun, pemberontakan di pulau Seram masih berlanjut hingga
Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian
mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda tahun 1966.

4. Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) atau Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta)

Pemberontakan yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual pada 1957-1958 ini
terjadi di Sumatera dan Sulawesi.

Tujuan dari pemberontakan PRRI adalah untuk mengoreksi pemerintah pusat yang dipimpin oleh
Presiden Soekarno, karena pada saat itu Presiden Soekarno tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam
menjalankan pemerintahan. Pemerintah dianggap telah melanggar undang-undang, ditambah adanya
pemerintahan yang tersentralisasi mengakibatkan pembangunan di daerah menjadi terabaikan dan
terjadi ketimpangan sosial.

5. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

APRA adalah milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond Westerling pada 15 Januari 1949, ini
merupakan gerakan yang bertujuan untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan
memiliki tentara sendiri bagi negara-negara RIS.

Pemberontakan APRA terjadi pada 23 Januari 1950 di Bandung dan berhasil menguasai markas Staf
Divisi Siliwangi. Bahkan pemberontakan ini hampir menyerang sampai Jakarta. Namun akhirnya
pemberontakan ini berhasil digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan dari wilayah Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Berkat peristiwa ini juga, pembubaran RIS (Republik Indonesia Serikat) menjadi lebih
cepat dan kembali ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.

https://www.brainacademy.id/blog/sejarah-penerapan-pancasila-saat-masa-awal-kemerdekaan

MASA ORDE LAMA (1966 - 1998)

A. Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Lahirnya orde baru ditandai TRITURA atau Tri Tuntutan Rakyat yang merupakan ide perjuangan
Angkatan 66/KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia). TRITURA terdiri dari tiga tuntutan yaitu
pembubaran PKI, perombakan Kabinet Dwikora, dan penurunan harga.
TRITURA semakin panas karena sikap Presiden Soekarno yang bertolak belakang dengan aksi-aksi
mereka. Hingga terjadi peristiwa G30S/PKI yang membuat rakyat Indonesia menurunkan
kepercayaannya terhadap pemerintahan Soekarno.

Peristiwa G30S/PKI adalah salah satu penyebab menurunnya kredibilitas Soekarno dan membuatnya
mengeluarkan Surat Perintah kepada Letjen Soeharto yang disebut Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar).

Dalam Surat Perintah tersebut Soekarno menunjuk Soeharto untuk melakukan segala tindakan demi
keamanan, ketenangan, dan stabilitas politik. Supersemar menjadi titik awal berkembangnya
kekuasaan Orde Baru.

B. Sistem Pemerintahan pada Masa Orde Baru

Pemerintahan orde baru menggunakan konsep Demokrasi Pancasila. Visi utama pemerintahan orde
baru adalah menerapkan nilai Pancasila dan UUD 1945, secara murni serta konsekuen dalam aspek
kehidupan masyarakat Indonesia.

Di masa orde lama, komunisme dan gagasan yang bertolak belakang dengan Pancasila sempat
meluas. Hal ini membuat Soeharto di masa jabatannya melakukan indoktrinasi Pancasila. Beberapa
metode indoktrinasi yang dilakukannya yaitu:

Menerapkan pengajaran P4 (Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) di


sekolah

Soeharto mengizinkan masyarakat membentuk organisasi dengan syarat menggunakan asas pancasila

Melarang kritikan yang menjatuhkan pemerintah dengan alasan stabilitas negara.

Sistem pemerintahan pada masa orde baru adalah presidensial dengan bentuk pemerintahan
Republik dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi yang berlaku. Dalam periode masa orde baru, terjadi
banyak perubahan-perubahan politik dan ekonomi.
Ekonomi Indonesia berkembang pesat walaupun dibarengi dengan praktik korupsi yang merajalela.
Lewat beberapa kebijakannya, politik dan ekonomi negara juga semakin kuat. Namun kondisi ini
menurun ketika di tahun 1997 saat terjadi krisis moneter.

Krisis inilah yang membuat pemerintah kehilangan kepercayaan rakyat sehingga Soeharto sebagai
presiden mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998 yang mengakhiri kekuasaan Orde Baru.

C. Penyebab Jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

Meski selama masa tersebut perekonomian Indonesia melaju pesat dan pembangunan infrastruktur
yang merata untuk masyarakat, namun perkembangan tersebut diikuti dengan praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme.

Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan terhadap Presiden Soeharto dan memicu aksi demo
mahasiswa dan masyarakat umum. Demonstrasi semakin gencar setelah pemerintah menaikkan
harga BBM di tanggal 4 Mei 1998.

Belum lagi terjadi Tragedi Trisakti yaitu tertembaknya 4 mahasiswa di depan Universitas Trisakti yang
semakin mendorong masyarakat menentang kebijakan pemerintah. Tahun 1997-1998 merupakan
periode orde baru yang menjadi masa kelam bagi rakyat Indonesia.

Perekonomian yang tadinya melesat langsung mengalami penurunan disusul dengan berakhirnya
rezim orde baru. Besarnya gelombang demonstrasi di berbagai daerah, membuat Presiden Soeharto
mundur pada 21 Mei 1998. Setelah tiga dasawarsa lebih menjabat, orde baru ambruk akibat krisis
ekonomi yang melanda negeri sejak tahun 1997.

https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/edu/detikpedia/d-6042076/masa-orde-baru-latar-
belakang-sistem-pemerintah-dan-penyebab-jatuhnya/amp

Anda mungkin juga menyukai