Kerajaan Perlak.
Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Sumatra dan tanah air adalah Kerajaan Perlak
(Peureula). Kerajaan Perlak ini berdiri pada pertengahan abad IX dengan raja pertamanya
bernama Alauddin Syah. Perlak pada saat itu merupakan kota dagang penyedia lada paling
terkenal. Pada akhir abad XII Kerajaan Perlak akhirnya mengalami kemunduran.
Kerajaan Samudera Pasai.
Kerajaan Samudra Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir
timur laut Aceh Kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh Utara kini. Kemunculannya sebagai
kerajaan Islam diperkirakan awal atau pertengahan abad ke-13 M, pendiri dan raja pertama
kerajaan ini adalah Malik al-Saleh, sebagai hasil dari proses islamisasi daerah pantai yang
pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya.
Daerah yang diperkirakan masyarakatnya sudah banyak yang memeluk agama Islam adalah
Perlak, sepeti yang kita ketahui berita dari Marco Polo yang singgah di daerah itu pada tahun
1292.
Bukti berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M, itu didukung dengan
adanya nisan yang terbuat dari granit asal Samudra Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui
bahwa raja pertama itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan
bertepatan dengan tahun 1297 M.[3] Nisan kuburan itu didapatkan di Gampong Samudera
bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut. Keberadaan kerajaan ini dibuktikan dengan sumber
sejarah berupa penemuan batu nisan bertuliskan Sultan Malik as-Saleh dengan angka tahun
1297 yang juga merupakan raja pertama. Menurut sumber sejarah, kerajaan ini pernah
didatangi seorang utusan dari Sultan Delhi di India bernama Ibnu Batutah.
Kerajaan Aceh Darussalam.
Kerajaan Aceh berdiri pada tahun 1514. Sultan Ibrahim atau Ali Mugayat Syah adalah raja
pertama kerajaan ini. Kerajaan Samudra Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun
1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun,
kemudian tahun 1524 M dianekasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya kerajaan
Samudera Pasai di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam.
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarng dikenal dengan nama Kabupaten Aceh
Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Dan belum diketahui pasti kapan kerajaan ini berdiri.
Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing
kerajaan Lamuri, oleh Mujaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh
Darussalm. Puncak kejayaan Kerajaan Aceh terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda. Pada saat itu wilayah kekuasaan Aceh sangat luas. Kerajaan Aceh juga telah menjalin
hubungan dengan para pemimpin Islam di kawasan Arab sehingga dikenal dengan sebutan
Serambi Mekah. Puncak hubungan tersebut terjadi pada masa kekhalifahan Usmaniyah.
Kerajaan Demak.
Pajang adalah pelanjut atau sebagai pewaris kerajaan Demak. Sultan pertama kerajaan ini
adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak
ketiga Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang, setelah
dikawinkan dengan anak perempuannya. Setelah Raja Demak meniggal dunia Jaka Tingkir
memerintahkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi
raja yang paling berpengaruh di Pulau Jawa ia bergelar Sultan Adiwijaya. Sultan Adiwijaya
menghadiakan kota gede Yogyakarta dan mengangkat Ki Ageng Pemanahan menjadi adipati
di situ. Saat Ki Ageng Pemanahan meninggal, jabatan adipati digantikan oleh anaknya,
Sutawijaya. Sementara itu adipati Demak diserahkan kepada Pangeran Aria Pangiri.
Sutawijaya yang menjadi adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi raja dan berkuasa
atas seluruh pulau Jawa. Sebagai raja, Jaka Tingkir mendapat gelar Sultan Adiwijaya. Setelah
Sultan Adiwijaya wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh Arya Pangiri. Selanjutnya, dipimpin
oleh Pangeran Benowo.
Kerajaan Mataram Islam.
Kerajaan Mataram didirikan oleh Sutawijaya yang memiliki gelar Panembahan Senopati Ing
Alaga Sayidin Panatagama. Setelah naik tahta kerajaan pada tahun 1586, Sutawijaya bergelar
Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram mencapai masa
kejayaan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bergelar Sultan Agung
Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman Khalifatullah. Saat itu kekuasaan Mataram sangat luas
dan seluruhnya berhasil disatukan. Kerajaan yang dipimpin oleh Sutajaya ini adalah kerajaan
kedua yang kini bercorak Islam, sementara yang dulu bercorak Hindu. Namun letak Mataram
Islam berada di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu. Sementara itu, Pajang yang dulu
menjadi pusat kerajaan, msuk menjadi wilayah kekuasaan Mataram Islam, dan Pangeran
Benowo sebagai adipati Pajang.
Kerajaan Cirebon.
Kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di daerah Jawa Barat. Kerajaan ini
didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1448 M dan wafat pada
tahun 1568 M, dalam usia 120 tahun. Kedudukannya sebagai Wali Songo mendapatkan
penghormatan dari raja-raja di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon resmi
berdiri sebuah Kerajaan Islam yang merdeka dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran, Sunan
Gunung Jati berusaha meruntuhkan Kerajaan Pajajaran yang belum menganut ajaran Islam.
Dari Cirebon Sunan Gunung Jati, mengembnagkan ajaran Islam kedaerah-daerah lain
seperti Majalengka, Kuningan, Galuh, Sunda Kelapa dan Banten. Pada tahun 1525 M, ia
kembali ke Cirebon dan menyerahkan Bnten kepada anaknya yang bernama Sultan
Hasanuddin.
Sultan
inilah
yang
meruntuhkan
raja-raja
Banten.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang bergelar Pangeran Ratu
atau Panembahan Ratu. Panembahan wafat pada tahun 1650 M dan digantikan oleh putranya
yang bernama Panembahan Girilaya. Sepeninggalannya, Kesultanan Cirebon dipecah
menjadi dua pada tahun 1697 dan dipentahkan oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya
atau Panembahan Sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan Anom. Penembahan Sepuh
memimpin Kesultanan Kasepuhan yang bergelar Syamsuddin, semeentara Panembahan
Anom memimpin Kesultanan Kanoman yang bergelar Badruddin.
Kerajaan Banten.
Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang pentig di Muara Sungai Ciliwung. Kedudukannya lebih
penting dari pada dua kota pelabuhan Pajajaran lainnya, yakni Banten dan Cirebon. Setelah
Fatahillah yang juga menantu Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan Portugis di Sunda
Kelapa, Banten dikembangkan sebagai pusat perdagangan sekaligus tempat penyiaran agama.
Setelah Sunan Gunung Jati menaklukan Banten pada tahun 1525 M. Ia menyerahkan
kekuasaan kepada putranya yang bernama Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin kemudian
menikah dengan Putri Demak dan diresmikam menjadi Panembahan Bnten pda tahun 1552
M. Ia meneruskan usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu Kelampung dan
Sumatera Selatan. Pada tahun 1527 M, ia berhasil menaklukan Sunda Kelapa. Banten juga
berhasil merdeka dan melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Kerajaan Banten ini mengalami
kemajuan yang sangat penting pada masa kekuasaan Ki Ageng Tirtayasa.
Kerajaan Banjar.
Pada abad ke-16, di pedaleman Kalimantan terdapat Kerajaan Nagaradaha (Kerajaan Daha).
Banjarmasin merupakan slah satu wilayah kekuasaan kerajaan tersebut. Kerajaan Banjar
merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu yang dipimpin oleh Raja
Sukarama. Adipai Banjarmasi yang bernama Raden Samudera berhasil menaklukan kerajaan
Nagaradaha dengan bantuan Kerajaan Demak. Akhirnya berdirilah Kerajaan Banjar dengan
Raden Samudera sebagai rajanya. Setelah masuk Islam ia bergelar Sultan Suryanullah. Islam
pertama kali masuk ke Banjarmasin pada abad XVI. Saat itu proses islamisasinya sebagian
besar dilakukan oleh Kerajaan Demak. Dalam waktu yang tidak cukup lama, bahkan Islam
banyak dianut masyarakat dari suku Bugis di sungai bagian timur Kalimantan. Ulama yang
sangat terkenal di kerajaan tersebut adalah Syeh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan Raja
Mahkota, yaitu Tuan di Bandang, yang dikenal dengan Dato Ri Bandang dari Makasar dan
yang satunya adalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu Dato Ri Bandang
kembali ke Makasar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Raja Mahkota
tunduk kepada keimanan Islam, setelah itu segera dibanun sebuah masjid dan pengajaran
agama Islam dapat dimulai. Yang pertama mengikuti pengajaran itu adalah Raja Mahkota
sendiri, kemudian pangeran, para mentri, panglima dan hulubalang dan akhirnya rakyat biasa.
Sejak itu Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedang. Proses
Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyabaran
lebih jauh daerah-daerah pedalaman dilakukan terutama pada waktu puteranya Aji di
Langgar, dan pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah Muara Kaman.
Kerajaan Sukadana.
Pada tahun 1550 Islam telah diperkenalkan kepada Kerajaan Sukadana di wilayah barat
Pulau Kalimantan. Meskipun raja yang berkuasa pada saat itu belum sempat memeluk agama
Islam, penerus kerajaan tersebut selanjutnya memeluk agama Islam. Bahkan, pada tahun
1600 Islam menjadi agama yang sangat populer di sepanjang pesisir pantai pulau tersebut.
Kerajaan Ternate.
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13 di Maluku Utara, dengan ibu kotanya di Sampalu.
Rajanya bernama Sultan Zaenal Abidin, ia belajar agama Islam di Gegesik. Kerajaan Ternate
merupakan penghasil rempah-rempah yang besar di Nusantara. Pada abad ke-15, kerajaan
ternate menjadi kerajaan terpenting di Maluku. Kerajaan Ternate mencapai kejayaannya pada
masa pemerintahan Sultan Baabullah. Pada waktu itu wilayah kekuasaan Ternate sampai ke
Philipina Selatan. Untuk menjaga wilayah keamanannya, ia memiliki 100 kapal kora-kora
untuk menjaga wilayahnya. Pada masa itu Sultan Baabullah mendapat gelar seabagai Yang
Dipertuan di 72 pulau. Ia juga dikenal sebagai pahlawan yang gigih menentang penjajahan
Portugis. Dengan kegigiannya ia bersama rakyatnya nerhasil mengusir Portugis dari Maluku
pada tahun 1795.
Kerajaan Tidore.
Seperti halnya Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore pun merupakan penghasil cengkeh yang
besar. Berkat hasil cengkehnya itu kerajaan Tidore menjadi kerajaan yang maju. Raja yang
terkenal di Kerajaan Tidore adalah Sultan Nuku. Pada masanya, kekuasan Tidore meliputi
Halmahera, Seram, Kai, dan Irian Jaya. Pada mulanya kerajaan Ternate dengan Kerajaan
Tidore hidup damai berdampingan. Namun sejak kedatangan Portugis , kedua kerajaan ini di
adudombakan[25], setelah mengetahui bahwa Portugis ingin menguasai Maluku, akhirnya
dua kerajaan ini bersatu dan mengusir Bangsa Portugis dari Maluku.
Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan yang kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut
kerajaan Makasar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya Pulau Sulawesi. GowaTallo adalah kerajaan yang berpusat pemerintahan di Makasar (sekarang Ujung Padang),
yaitu di Simbaopu (Makasar). Selain itu pula terdapat kerajaan lain seperti Bone, Sopeng,
Wajo dan Luwu. Kerajaan Makasar merupakan kerajaan yang pertama di Sulawesi.
Sementara itu Bone, Waajo, dan Soppeng bersatu yang disebut Tellum Pottjo (Tiga Kerajaan).
Penguasa Kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1605 masuk agama Islam. Raja Tallo yaitu
Kraeng Matoaya sebagai Mangkubumi Kerajaan Gowa (Makasar), ia bergelar Sultan
Abdullah. Sedangkan penguasa Gowa yaitu Daeng Manrabia sebagai raja Gowa bergelar
Sultan Alaudin (1605-1639). Mereka berdua giat menyebarkan agama Islam. Mereka berdua
berusaha memperluas daerah kekuasaannya. Pada awalnya mereka mengajak Raja Bone,
Sopeng dan Wajo untuk memeluk agama Islam. Karena ditolak maka ketiga kerajaan tersebut
diperanginya dan akhirnya masuk Islam.
Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan
mempunyai lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke
laut, setelah (kali ini) sampai di istana kerajaan yang termashur.Pada tahun ke-22 dari tahta
Yang MUlia Raja Purnawarman yang terkilauan-kilauan karna kepandaian dan
kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (makna sekarang) beliau
memerintahkan pula mmenggali kali yang permai dan berair jernih, Gomati namanya, setelah
kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Sang
Purnawarman). pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tnaggal delapan paruh gelap bulan
Phalguna dan selesai pada tanggal 13 paroh tengah bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari
saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur(11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh
brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi
Kerajaan Majapahit
Setelah Singhasari jatuh, berdirilah Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, antara
abad ke-14 ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh
Kertarajasa Jayawaddhana (Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan
kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya
Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut
dalam kitab Pararaton sebagai hutannya orang Trik.Desa itu dinamai Majapahit, yang
namanya diambil dari buah maja, dan rasa pahit dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol
tiba, Raden Wijaya bersekutu degan paasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang
pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.
Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri.
Kondisi yang sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa
Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan citacitanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan
Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana nala Majapahit membentuk
angkatan laut yang sangat kaut. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh
perairan yang ada di Nusantara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk,
Majapahit mengalami kemajuan di berbagai bidang.
Menurut Kakawin Nagarakertagama puluh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan
Nusatenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagaian kepulauan
Pilipina. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Cempaka, Kamboja, Siam,
Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke
Tiongkok.
Kerajaan Kutai
Bicara tentang perkembangan Kerajaan Kutai, tidak akan lepas dari sosok Raja
Mulawarman, Anda perlu memahami keberadaan kerjaan Kutai, karna Kerajaan
Kutai ini dipandang sebagai kerajaan Hindhu-Budha yang petama di Indonesia.
Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di daerah Muarakaman di tepi
SungaiMahakam, Kalimantan Timur.
Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan memiliki beberapa
anak sungai, Daerah di sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam
dengan anak sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu.
Sungai Mahakam dapat dilayari dari pantai sampai masuk ke Muarakaman,
sehingga baik untk perdagangan. Inilah posisi yang sangat menguntungkan
untuk meningkatkan perekonmian masyarkat. Sungguh Tuhan Yang Maha Esa
menciptakan alam semesta dan tanah air Indonesia itu begitu kaya dan
strategis. Hal ini perlu kita syukuri.
untuk memahami perkembangan Kerajaan Kutai itu, tentu memerlukan sumber
sejarah yang dapat menjelaskannya. Sumbe sejarah Kutai yang utama adalah
prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa batu bertulis. Yupa juga sebagai tugu
peringatan dari upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan
Raja MUlawarman. Prasasti yupa ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa
sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para ahli berpendapat bahwa yupa
dibuat sekitar abad ke-5 M.
Hal menarik dalam prasasti itu adalah disebutkannya nama kakek Mulawarman
yang bernama Kudungga. Kudungga berarti penguasa lokal yang setelah terkena
pengaruh Hindu-Buddha daerahnya berubah menjadi kerajaan. Walaupun sudah
mendapat pengaruh Hindu-Budha namanya tetap Kudungga berada dengan
putranya yang bernama Aswawarman. Oleh karna itu yang terkenal sebagai
wamsakarta adalah Aswawarman. Coba pelajaran apa yang dapat kita peroleh
dari persoalan nama di dalam datu keluarga Kudungga itu?
Satu di antara yupa itu memberi informasi penting tentang silsilah Raja
Wulawarman. Diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra bernama
Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan seperti Dewa Ansuman (Dewa
Matahari). Aswawarman mempunyai tiga anak, tetapi yang terkenal adalah
Mulawarman. Raja Wulawarman dikatakan sebagai raja yang terbesar di Kutai.
Dia pemeluk agama Hindu siswa yang setia. Tempat sucinya dinamakan
Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat dekat dengan kaum
brahmana dan rakyat. Raja Wulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan
kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Oleh karna itu,
sebagai rasa terimakasih dan peringatan mengenai ucapan kurban, para
brahmana mendirikan sebuah yupa.
Kerajaan Singhasari
Ken Arok (1222 1227 M)
Setelah berakhirnya Kerajaan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan
Singhasari. Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di dekat kota malang,
Jawa Timur, Kerajaan ini didirikan oleh Ken Arok. Ken Arok berhasil tampil sebagai
raja, walaupun ia berasal dari kalangan rakyat biasa. Menutur kitab Pararaton,
Ken Arok adalah anak seorang petani dari Desa Pangkur, di sebelah timur
Gunung Kawi, daerah Malang. Ibunya bernama Ken Endok.
Diceritakan, bahwa pada waktu masih bayi, Ken Arok diletakan oleh ibunya di
sebuah makam. Bayi ini kemudian ditemukan oleh seorang pencuri, bernama
Lembong. Akibat dari didikan dan lingkungan keluarga pencuri, maka Ken Arok
tumbuh menjadi seorang penjahat yang sering menjadi buronan pemerintah
Kerajaan Kediri. Suatu ketika Ken Arok mengatakan ingin menjadi orang baikbaik. kemudian dengan perantaraan Lohgawe, Ken Arok diabdikan kepada
seorang Akuwu (bupati) Tumapel, bernama Tunggul Ametung.
Setelah beberapa lama mengabdi di Tumapel, Ken Arok mempunyai keinginan
untuk memperistri Ken Dedes, yang sudah menjadi istri Tunggul Ametung.
Kemudian timbul niat buruk dari Ken Arok untuk membunuh tunggul Ametung
agar Ken Dedes dapat diperistri olehnya. Ternyata benar, tunggul Ametung dapat
dibunuh oleh Ken Arok dengan keris Empu Gandring. Setelah tunggul Ametung
terbunuh, Ken Arok menggantikan sebagai penguasa di Tumapel dan
memperistri Ken Dedes. Pada waktu diperistri Ken Arok, Ken Dedes Sudah
mengandung tiga bulan, hasil perkawinan dengan tunggul Ametung.
Pada waktu itu Tumapel hanyalah daerah bawahan Raja Kertajaya dari Kediri, Ken
Arok ingin menjadi raja, maka ia merencanakan menyerang kediri. Pada tahun
1222 M Ken Arokn atas dukungan para pendeta melakukan serangan ke kediri.
Raja Kertajaya dapat ditaklukkan oleh Ken Arok dalam pertempurannya di
Ganter, dekat Pujon, Malang. Setelah Kediri berhasil ditaklukkan, maka sekuruh
wilayah Kediri dipersatukan dengan tumapel dan lahirlah Kerajaan Singasari.
Setelah berdiri Kerajaan Singhasari, Ken Arok tampil sebagai raja pertama. Ken
Arok sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. ken Arok
memerintah selam lima tahun. Pada tahun 1227 M Ken Arok dibunuh oleh
seorang pengalasan atau pesuruh dan Batil, atas perintah Anusapati. Anusapati
adalah putra Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Jenazah Ken Arok dicandikan
di Kangenengan dalam bangunan perpaduan Syiwa-Buddha. Ken Arok
meninggalkan beberapa putra. Bersama ken Umang. Ken Arok memiliki empat
putra, yaitu Panji Tohjoyo, Panji Sudatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Bersama
Ken Dedes, Ken Arok mempunyai putra bernama Mahesa Wongateleng.
Kerajaan Buleleng
Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Poli atau Dwa-pa-tan yang dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-patan sama dengan kebiasaan orang-orang Kalingga. Misalnya, penduduk biasa
menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi daun emas dan
ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan harum.
Kemudian mayat itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang.
Buleleng
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode Kerajaan
Majapahit. Pada waktu di jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali
juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya Gelgel, Klungkung, dan Buleleng
semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada
waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa
perkembangan kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirankan menjadi
salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya yanga
ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil
dari pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng.
Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas,
beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain
(daerah sebrang). Perdagangan dengan daerah seberang mengalami
perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak
Wungsu. Hal ini dapat dibbuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang
disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M.
Untuk memahami lebih lanjut kamu padat membaca buku Marwati Djoened
Poesponoro. Sejarah Nasional Indonesia jilid II; dan proyek Penelitian dan
Pencatatan Kebudayaan, Indoensia Sejarah Daerah bali.
Sistem Perdagangan ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah
dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar
(uang). misalnya ma, su dan piling.
Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di zaman kuno secara
ekonomis Buleleng memiliki peranan yang penting bagi pekembangan kerajaankerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.
Kerajaan Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dengan dagang antara, India dengan
Kepulauan Indonnesia sudah ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur
perdagangan yang ramai di kunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusatpusat perdagangan yang berkembnag menjadi pusat kerajaan. Kerajaan-kerajaan
kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke-7, antara lain
Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu , yang kemudian
berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya. Kerajaan
Melayu juga sempat berkembang, dengan pusatnya di Jambi.
Kerajaan Kediri
Kehidupan politik pada bagian awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang
saudara antara Samarawijaya yang berkuasa di Panjuan dan Panji Garasakan
yang berkuasa di Jenggala. Mereka tidak dapat hidup berdampingan. Pada tahun
1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah pihak.
Pada tahap pertama Panji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya, sehinga
Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala kemudian berkuasa raja-raja pengganti
Panji Garasakan. tahun 1059 M yang memerintah adalah Samaortsaha. akan
tetapi setelah itu tidak terdengar berita mengenal Kerajaan Panjalu dan Jenggala.
Baru pada tahun 1104 M tampil kerajaan Panjalu sebagai rajanya Jayawangsa.
Kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di
Daha.
Tahun 1117 M Bameswara tampil sebagai Raja Kediri Prasasti yang ditemukan,
antara lain Prasasti penting, yakni Prasasti Hantang atau Ngantang (1135M),
Talan (1136 M) dan Prasasti Desa Jepun (1144 M), Prasasti Hantang membuat
tulisan panjalu jayati, artinya panjalu menang, Hal itu untuk mengenang
kemenangan Panjalu atas Janggala. Jayabaya telah berhasil mengatasi berbagai
kekacauan di kerajaan.
Di kalangan masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat dikenal karena adanya
Ramalan atau Jangka Jayabaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya telah
digubah Kitab baratayuda oleh Empu Sedah dan kemudian dilanjutkan oleh
Empu Panuluh.
Perkambangan Politik, Sosial, dan Ekonomi
Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan
dengan Janggala terus berlangsung. Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil
memadamkan kekacauan itu. Sebagai bukti, adanya kata-kata Panjalu jayati
pada prasasti hantang. Setelah kerajaan stabil, Jayabaya menata dan
mengembangkan kerajaannya.
Disusun Oleh :
DINDA NAZWA IRAWAN
Kelas : IV B
SDN BOJONGGEDE
01
Disusun Oleh :
MUHAMAD ADAM.L
Kelas : IV B
SDN BOJONGGEDE 01
Disusun Oleh :
RANMA DZIKRI
Kelas : IV ( EMPAT ) B
SDN BOJONGGEDE 01
Disusun Oleh :
NATHYA AL-VIOLA
Kelas : IV ( EMPAT ) B
SDN BOJONGGEDE 01
Letak Kerajaan
Raja Raja
Tahun Berdiri
Bangunan bersejarah
z
Penyusun :
LAILANI HANIFFAH
Kelas : IV ( EMPAT ) B
SDN BOJONGGEDE 01
Dikutip dari berbagai sumber
Bogor, 14
Agustus 2016
Disusun Oleh :
OLIVIA SALSABILA
RIANA
Kelas : IV ( EMPAT ) B
SDN BOJONGGEDE 01
Disusun Oleh :
REFIYANA
Kelas : IV ( EMPAT ) B
SDN BOJONGGEDE 01