Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SKI

Peran Kerajaan Islam di Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 2 :


1. Berta
2. Akmal
3. Rena
4. Windy
Kelas : XII IPS 2

MAN BENGKULU SELATAN


TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebelum penjajah Belanda datang ke Indonesia, di Indonesia telah berdiri kerajaan-
kerajaan besar seperti : Samudera Pasai dan Aceh Darussalam (Sumatera), Pajang, Demak,
Mataram, Cirebon, dan Banten (Jawa),  Banjar dan Kutai (Kalimantan), Gowa-Tallo, Bone,
Wajo, Soppeng, dan Luwa (Sulawesi).
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang
merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kerajaan Aceh
terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Di sini pula
terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas
Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke 15 M, di atas puing-puing
kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497).
Sedangkan di Pulau Jawa juga berdiri kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden
Patah, kemudian berdiri pula Kesultanan Pajang yang dipandang sebagai pewaris kerajaan
Islam Demak. Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di jawa Barat. Kerajaan ini
didirikan oleh Sultan Gunung Jati.
Di Kalimantan juga berdiri dua buah kerajaan yaitu kerajaan Banjar yang rajanya
bernama Sultan Suruiansyah, dan kerajaan Kutai yang salah satu rajanya bernama Tuan di
bandang atau lebih dikenal dengan sebutan Dato’ Ri Bandang.

B.     Rumusan Masalah
 Bagaimana awal Islam di Indonesia?
 Kerajaan Islam apa sajakah yang ada di Indonesia?
 Apa peran kerajaan islam pada masa pra kemerdekaan Indonesia dan pada masa
setelah kemerdekaan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Awal Islam di Indonesia


Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-tujuh/kedelapan
Masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang
bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M.
sedangkan menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi
Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada 1345 M, Agama Islam yang
bermazhab syafi’I telah mantap disana selama seabad. Oleh karena iu, berdasarkan bukti ini,
abad XIII biasanya dianggap sebagai masa awal masuknya agama Islam ke Indonesia.
Adapun daerah pertama yang dikunjungi adalah pesisir Utara pulau Sumatera. Mereka
membentuk masyarakat Islam pertama di Peureulak Aceh Timur yang kemudian meluas
sampai bisa mendirikan kerajaan Islam pertama di Samudera Pasai, Aceh utara.
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di Malaka, pusat rute
perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya ke wilayah-wilayah
Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah bisa menjejakkan kakinya ke
Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota perdagangan di pesisir Utara pulau Jawa yang
selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Majapahit. Dalam waktu
yang tidak lama yakni permulaan abad XVII, dengan masuk Islamnya penguasa kerajaan
Mataram yaitu Sultan Agung, kemenangan agama tersebut hampir meliputi sebagian besar
wilayah Indonesia.
Berbeda dengan masuknya Islam ke negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan
kekuatan militer, masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai di sertai dengan jiwa
toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan penganut-
penganut agama lama (Hindu-Budha).
Sejak pertengahan abad XIX, agama Islam Indonesia secara bertahap mulai
meninggalkan sifat-sifatnya yang sinkretik setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan
hubungan dengan Makkah dengan cara melkukan ibadah haji. Apalagi setelah transportasi
laut yang makin membaik, semakin banyaklah orang Indonesia yang melakukan haji bahkan
sebagian mereka ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya untuk mempelajari ajaran
Islam dari pusatnya, dan ketika kembali ke Indonesia mereka menjadi penyebar aliran Islam
yang ortodoks.
B.     Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Indonesia
a.      Kerajaan Islam pertama di Sumatra
1.      Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesi adalah kerajaan Samudera dan Pasai yang merupakan
kerajaan kembar. Kerajar ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai
kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari
proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim
sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad
ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dari
nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan
tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja
adalah Merah Sile atau Merah Selu. Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh
Ismail, seorang utusan Syarif Mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-
Shaleh.
Merah Selu adalah putra Merah Gaja. Nama Merah merupakan gelar bangsawan yang
lazim di Sumatera Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata sungkala yang aslinya berasal
dari Sanskrit Chula. Kepemimpinannya yang menonjol menempatkan dirinya menjadi raja.
Dari hikayat itu, terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai pusat kerajaan
Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peusangan, sebuah sungai yang cukup panjang dan
lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu dan apal-kapal
menggayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Ada dua kota yang terletak
berseberangan di muara sungai Peusangan itu, Pasai dan Samudera. Kota Samudera terletak
agak lebih ke pedalaman, sedangkan kota Pasai terletak lebih ke muara.
Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. pada tahun 1524 M,
kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian
tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya, kerajaan Samudera
Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Badar Aceh Darussalam.
2.      Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh
Besar. Di sini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini
sebenarnya berdiri.
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar
Al-Qahar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis, ia menjalin hubungan persahabatan
dengan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam yang lain. Dengan bantuan Turki
Usmani tersebut, aceh dapat membangun angkatan perangnya dengan baik.
Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat
Sumatera. Dari Aceh, Tanah gayo yang berbatasan di Islamkan, juga Minangkabau. Hanya
orang-orang kafir dari Btak yang berusaha menangkis kekuatan-kekuatan Islam yang datang,
bahkan mereka melangkah begitu jauh sampai meminta bantuan Portugis. Sultan Iskandar
tidak terlalu bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk
mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda
dan Inggris.

b.       Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa


1.      Kerajaan Demak
Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat
Raden Fatah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan
gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden
Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama,
dibantu oleh para ulama, Wali Songo. Sebelumnya Demak yang bernama Bintoro merupakan
daerah vassal Majapahit yang diberikan raja Majapahit kepada Raden Patah. Daerah ini
lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali.
Pemerintah Raden Fatah berlangsung kira-kira diabad ke-15 hingga awal abad ke-16.
Ia digantikan oleh anaknya, Sambrang Lor, dikenal juga dengan nama Pati Unus. Saat Pati
Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahnya sekitar tahun 1507, tidak lama
setelah naik tahta, ia merencanakan suatu serangan terhadap Malaka.
Pada akhir tahun 1512, artinya setahun Portugis menduduki Malaka, Patih Unus
menyiapkan 90 buah jong dengan 12000 tentara Islam dari jawa, menuju Malaka hendak
melepaskan negeri itu dari tangan musuhnya, dan pada bulan Januari 1513 sampailah
angkatan laut Demak itu diperairan Malaka dan terjadilah pertempuran yang hebat diantara
kedua angkatan itu.[4] Namun sayangnya tentara Demak mengalami kekalahan besar.
Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai Sultan oleh Sunan
Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul ‘Arifin. Ia memerintah pada tahun 1624-
1546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah dikembangkan ke seluruh tanah Jawa,
bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Penaklukan Sunda Kelapa berakhir pada tahun 1527
yang dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhilah
Khan. Majapahit dan Tuban jatuh kebawah kekuasaan kerajaan Demak diperkirakan pada
tahun 1527 itu juga. Selanjutnya pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun,
Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535). Dan antara tahun 1541-1541 Lamongan,
Blitar, Wirasaba, dan Kediri (1544). Palembang dan Bnajarmasin mengakui kekuasaan
Demak. Sementara daerah Jawa Tengah bagian Selatan sekitar Gunung Merapi, Pengging,
dan Pajang berhasil dkuasai berkat pemuka Islam, Syaikh Siti Jenar dan Sunan Tembayat.
Pada tahun 1546 dalam pemyerbuan ke Blambangan, Sultan Trenggoo terbunuh. Ia
digantikan adiknya, Prawoto. Pada masa pemerintahannya tidak berlangsung lama karena
terjadi pemberontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan Demak. Sunan Prawoto sendiri
kemudian dibunuh oleh Aria Penangsang dai Jipang pada tahun 1549. Dengan demikian
Kerjaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh Kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang
berhasil mengalahkan Aria Penangsang.

c.       Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi


1.      Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan ini muncul ketika terjadi peristiwa pertentangan dalam keluarga istana, antara
Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaann Daha, dengan pamannya yang bernama
Pangeran Tumenggung. Ketika Raja Sukarama hampir tiba ajalnya, Ia berwasiat agar yang
menggantikannya adalah cucunya Raden Samudera. Keempat putranya tentu tidak menerima
wasiat itu.[5]
Pertentangan itu menimbulkan keluarnya Pangeran Samudera dari kerajaan dan berkelana
sampai ke kerajaan Demak. Ia meminta bantuan disana, dan akhirnya kerajaan Demak mau
membantu pangeran Samudera asalkan dia mau menganut ajaran Islam dan akhirnya berhasil
dan kerajaan itu berkembang menjadi kerajaan Islam.
2.      Kerajaan Islam di Maluku
Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1406, Raja Ternate memeluk Islam, nama raja itu
adalah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan Ningrat Jawa. Namun raja yang
benar-benar memeluk agama Islam adalah raja yang bernama Zayn Al-Abidin pada tahun
1486-1500 M.

3.      Kerajaan Islam Sulawesi
Kerajaan Goa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya
disebut dengan kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di semenanjung barat daya pulau
Sulawesi. Kerajaan tersebut menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri yang tersebar
dalam proses Islamisasi diseluruh nusantara.
Kemudian kerajaan kembar Goa-Tallo menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-
kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan Bone.

C.     Peran Kerajaan pada masa pra kemerdekaan dan setelah Kemerdekaan


1.      Pada masa pra kemerdekaan
Dalam memperjuangkan kemerdekaan di Indonesia, kerajaan-kerajaan Islam
mempunyai peran dalam membantu kemerdekaan tersebut, yaitu ikut mengusir para penjajah
demi mempertahankan daerah masing-masing dengan melakukan berbagai peralawanan
dengan cara peperangan, diantaranya yaitu:
a.        Perlawanan Pattimura (1817)
Belanda melakukan monopoli perdagangan dan memaksa rakyat Maluku menjual
hasil rempah-rempah hanya kepada Belanda, menentukan harga rempah-rempah secara
semena-mena, melakukan pelayaran hongi, dan menebangi tanaman rempahrempah milik
rakyat. Rakyat Maluku berontak atas perlakuan Belanda. Dipimpin oleh Thomas Matulessi
yang nantinya terkenal dengan nama Kapten Pattimura, rakyat Maluku melakukan
perlawanan pada tahun 1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok, Philip Latumahina,
Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanitaChristina Martha Tiahahu. Perang
melawan Belanda meluas ke berbagai daerah di Maluku, seperti Ambon, Seram, Hitu,
danlain-lain.
Belanda mengirim pasukan besarbesaran. Pasukan Pattimura terdesak dan bertahan di
dalam benteng. Akhirnya, Pattimura dan kawan-kawannya tertawan. Pada tanggal 16
Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di depan Benteng Victoria di Ambon.
b.      Perang Banjarmasin (1859-1863)
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli perdagangan
dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari.
Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah. Pada tahun 1862 Hidayatullah ditahan Belanda
dan dibuang ke Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Setelah itu
perang meletus kembali. Dalam perang itu Pangeran Antasari luka-luka dan wafat.

c.       Perang Aceh (1873-1906)


Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869, kedudukan Aceh makin penting baik dari
segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak tahun
1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah pemimpin-
pemimpin Aceh antara lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku Ibrahim, Teuku
Umar,dan Cut Nyak Dien. Meskipun sejak tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh,
namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai pejuang-pejuang Aceh. Perang gerilya
membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda menyiasatinya denganstelsel konsentrasi,
yaitu memusatkan pasukan supaya pasukannya dapat lebih terkumpul.
Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje untuk mempelajari sistem kemasyarakatan
penduduk Aceh. Dari penelitian yang dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan
Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat siasat
perang yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk mengejar dan
menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda berhasil mematahkan
serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di
Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan dan mengadakan perlawanan
juga dapat dilumpuhkan.

a.       Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia


Dalam perkembangannya, kerajaan islam ini memiliki peran yang sangat besar dalam
penyebaran agama Islam di tanah air.
Beberapa peran kerajaan islam yang dianggap penting diantaranya tersebut ialah:
1. Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di kerajaan tersebut. Hal ini sangat
berpengaruh, karena dalam sistem kerajaan, agama pilihan seorang raja pasti akan dianut
oleh rakyatnya. Dengan demikian penyebaran agama Islam dianut oleh raja dan keluarga
istana. Masarakat juga semakin bergairah untuk mengamalkan agamanya karena tak perlu
merasa takut dicap sebagai pengganggu ketertiban hanya karena berbeda keyakinan
dengan raja.
2. Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur
Tengah. Pada saat itu, para pedagang dari Gujarat kerap berkelana hingga daerah yang
jauh untuk berdagang . dan dengan adanya kerajaan Islam, maka ada kesamaan budaya
dari kedua belah pihak sehingga lebih memudahkan dalam menjalin hubungan.
3. Mengubah budaya upeti yang banyak digunakan kerajaan sebelumnya. Sehingga hal
ini memberikan kemudahan pada rakyat karena tidak lagi mendapatkan beban membayar
upeti kepada penguasa secara berlebihan. Kalaupun kerajaan membutuhkan penggalangan
dana, maka nilainya menjadi berbeda karena dalam Islam menyumbang kepada pihak lain
merupakan tindakan yang mulia, dan hanya Allah SWT yang akan membalas dengan cara
yang tak pernah diketahui bahkan tak pernah dibayangkan oleh orang yang memberi
shodaqoh tersebut.
4.  Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa yang ada pada ajaran
Islam. Islam sebagai agama baru dengan mudah diterima karena tata nilai dan sistem di
dalamnya terasa lebih adil. Masing-masing individu memiliki kesempatan yang sama
untuk menempati derajat yang tinggi dimata Tuhan, tanpa membedakan latar belakang
budaya, suku dan keturunan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Awal Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad ke-
tujuh/kedelapan Masehi. Kerajaan Islam yang ada di Indonesia anara lain: kerajaan Samudera
Pasai dan Aceh Darussalam, kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi. Peran
kerajaan islam pada masa pra kemerdekaan, dengan cara melakukan peperangan melawan
penjajah, diantaranya yaitu: perlawanan pattimura, perang paderi, perang diponegoro, perang
banjar masin, perang Aceh. Peran kerajaan Islam setelah kemerdekaan, yaitu: mengenalkan
ajaran Islam kepada penduduk di kerajaan tersebut, memudahkan transaksi perdagangan
dengan para pedagang dari kawasan Timur Tengah, mengubah budaya upeti yang banyak
digunakan kerajaan sebelumnya, menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan
apa yang ada pada ajaran Islam.
B.     Saran
Kita, sebagai generasi penerus perjuangan islam, tidaklah pantas menelantarkan
sejarah, karena dengan sejarah kita bisa belajar dari pejuang-pejuang masa lampau untuk di
jadikan pelajaran dan pengalaman dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.  Dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Anda mungkin juga menyukai