Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KERANGKA TEORITIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pembimbing : Denni Fransiska Helena M, S.Kp., M.Kep.

Disusun Oleh :
Widya Fauzira (191FK03081)
Riski Nurul Insani (191FK03082)
Deden Selamet Riyadi (191FK03083)
Dina Rosmawati (191FK03085)

Kelas: 3-F Keperawatan


Kelompok: 3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
MARET, 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat,
hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian yang berjudul “Kerangka Teoritis dan Penyusunan
Hipotesis” dalam bentuk makalah.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar


kita, yaitu Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang berjudul “Kerangka Teoritis dan
Penyusunan Hipotesis” ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian serta bantuan teman-teman
mahasiswa dalam pembuatan makalah ini.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bandung, 27 Maret 2022

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1. Definisi Telaah Pustaka.............................................................................3
2.2. Definisi Kerangka Teoritis........................................................................3
2.3. Definisi Teori............................................................................................5
2.4. Definisi Variable.......................................................................................7
2.5. Macam-macam Variable...........................................................................7
2.6. Hipotesis....................................................................................................9
2.7. Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis........................10
2.8. Karakteristik Hipotesis yang Baik...........................................................11
2.9. Klasifikasi Hipotesis................................................................................11
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
3.1. Kesimpulan..............................................................................................14
3.2. Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses Penelitian merupakan proses yang panjang, berawal pada
minat untuk mengetahui fenomena atau kejadian tertentu kemudian
berkembang menjadi sebuah gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan
metode penelitian yang sesuai, dan seterusnya. Hal penting bagi seorang
peneliti adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial atau
fenomena sosial tertentu. Minat tersebut adapat timbul dan berkembang
karena rangasangan, bacaaan, diskusi, seminar, pengamatan, atau campuran
semuanya itu.
Dalam penyusunan karya ilmiah diperlukan adanya sebuah proses
penelitian yang dimana mengaharuskan seorang Penulis membuat Hipotesis
Penelitian yang dimana menurut Sugiyono (2014: 99), Merupakan sebuah
jawaban sementara terhadap sebuah rumusan masalah penelitian, dimana
sebuah rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk sebuah
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang di peroleh melalui pengumpulan data.
Sebelum menyusun sebuah hipotesis, Penulis harus mengidentifikasi
sebuah variabel yang penting dalam sebuah situasi dan menetapkan
hubungan antarvariabel melalui pemikiran logis dalam kerangka teoretis.
Disini kita berada dalam posisi untuk menguji apakah hubungan yang
diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan
tersebut secara ilmiah melalui analisis statistik secara tepat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Telaah Pustaka?
2. Apa Definisi Kerangka Teoritis?
3. Apa Definisi Teori?
4. Apa Definisi Variable?

1
5. Apa Saja Macam-macam Variable?
6. Apa Definisi Hipotesis?
7. Bagaimana Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis?
8. Bagaimana Karakteristik Hipotesis Yang Baik?
9. Apa Saja Klasifikasi Hipotesis

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Definisi Telaah Pustaka
2. Untuk Mengetahui Definisi Kerangka Teoritis
3. Untuk Mengetahui Apa Definisi Teori
4. Untuk Mengetahui Apa Definisi Variable
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Macam-macam Variable
6. Untuk Mengetahui Apa Definisi Hipotesis
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Paradigma Penelitian, Rumusan
Masalah dan Hipotesis
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Hipotesis Yang Baik
9. Untuk Mengetahui Apa Saja Klasifikasi Hipotesis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Telaah Pustaka


Literature review sering terjemahkan menjadi tinjauan pustaka,
kajian pustaka atau telaah pustaka. Penggunaan istilah tersebut kadang-
kadang menjadi diskusi dan bahkan menjadi perdebatan, dengan
argumennya masing-masing.
Pada tulisan ini digunakan istilah telaah pustaka. Pada mungkin
bagian ini bukanlah suatu kegiatan membuat kliping. Dimana peneliti hanya
melakukan kombinasi berbagai kutipan teori dari beberapa buku teks atau
artikel dan juga beberapa hasil penelitian empiris. Tidak jarang bahkan
hanya sekedar copy dan paste tentang teori-teori dari berbagai tujuan dan
beberapa hasil penelitian empiris dari beberapa dan berbagai artikel.

2.2. Definisi Kerangka Teoritis


Menurut Wannbrod (1986), kerangka teori merujuk satu penyusunan
sistematik tentang idea-idea yang berhubung dengan fenomena yang sedang
dikaji atau penjelasan yang sistematik tentang perkaitan di kalangan satu
himpunan pemboleh ubah. Kerangka teori merupakan satu cara untuk
memfokuskan reka bentuk kajian dan prosedur menganalisis data serta
membekalkan struktur dan makna kepada interpretasi hasil kajian. Eisenhart
(1991) pula menganggap kerangka teori sebagai satu struktur yang
memandu penyelidikan.
Kerangka tersebut bergantung kepada satu teori formal yang
dibentuk dengan menggunakan penjelasan yang kukuh dan koheren tentang
fenomena dan saling hubungan yang tertentu. Misalnya, kerangka teori
dalam penyelidikan kuantitatif menentukan apa yang dikaji, bagaimana
pemboleh ubah ditakrifkan, apa kaedah kajian yang digunakan, bagaimana
data dikumpulkan, bagaimana data dianalisis, dan bagaimana hasil kajian
disintesiskan. Rajah 6 memaparkan hubungan mudah antara lapan unsur

3
utama dalam proses penyelidikan. Rajah tersebut juga menekankan proses
membulat dan peranan utama kerangka teori dalam aktiviti penyelidikan.
Dalam membincangkan struktur atau kerangka bagi mengkaji
sesuatu keadaan, Clark, Guba,dan Smith (1977) menganjurkan dua idea
yang berkait, iaitu struktur logik dan kerangka teori. Menurut mereka,
struktur logik membekalkan rasional atau alasan yang logik terhadap
penggunaan perspektif tertentu untuk mengkaji sesuatu masalah, manakala
kerangka teori pula membekalkan konsepsi atau menghuraikan teori yang
digunakan oleh pengkaji untuk mengkaji sesuatu masalah. Dengan kata lain,
kerangka teori merujuk satu himpunan idea dan saling hubungan yang
berfungsi sebagai acuan, kerangka, atau tapak bagi pengenal pastian dan
penelitian masalah kajian. Kerangka teori membekalkan perspektif kepada
pengkaji untuk meneliti masalah yang tertentu. Ia mempertajamkan fokus
kajian dan membantu pemahaman masalah yang dikaji. Kerangka teori
berbeza antara satu sama lain dari segi format dan tahap kecanggihan
(kekompleksan).
Ringkasnya, kerangka teori merupakan satu penjelasan yang umum
dan luas tentang saling hubungan antara konsep-konsep yang menjadi fokus
sesuatu kajian. Penjelasan tersebut adalah berlandaskan teori yang tertentu.
Kerangka teori dikenal pasti melalui sorotan kajian sebagai satu struktur
yang memandu penyelidikan. Garrison (2000) membezakan kerangka teori
dengan model dan konsep. Menurut beliau, kerangka teori merujuk satu
himpunan andaian dalam bentuk paradigma umum yang membekalkan
beberapa un sur teori yang relevan kepada masalah yang sedang dikaji, dan
bukan perincian keseluruhan unsur teori tersebut. Model pula merujuk teori
yang dinyatakan dalarn bentuk yang kurang abstrak dan ia menggambarkan
saling hubungan berstruktur di kalangan konsep-konsep penting. Biasanya,
model dipaparkan dalam bentuk visual, perwakilan grafik, atau perwakilan
berajah. Perlu ditegaskan bahawa penjelasan yang dimajukan oleh model
adalah lebih konkrit tetapi kurang kaya berbanding dengan penjelasan yang
dimajukan oleh teori. Seterusnya, konsep ialah blok binaan bagi teori dan ia
berkembang daripada idea-idea yang dijanakan dengan berasaskan

4
pengalaman langsung. Oleh itu, konsep kurang abstrak dan tidak
mempunyai ciri koheren yang sarna seperti yang dimiliki oleh kerangka
teori atau model.
Hirokawa dan Poole (1996) pula menegaskan bahawa model
merupakan perwakilan konsepsi ten tang suatu benda atau fen omena,
manakala teori pula merupakan penghuraian tentang sesuatu benda atau
fenomena. Dengan kata lain, model mewakilkan semula ciri-ciri penting
bagi suatu benda atau fenomena dan ia menunjukkan bagaimana bahagian-
bahagian tertentu berkait antara satu sama lain. Model mungkin berguna
untuk memahami teori, tetapi ia bukan satu perkara yang perlu bagi
pengembangan teori. Ringkasnya, model merujuk gambaran atau perwakilan
mudah tentang fenomena yang dikaji. Ia menunjukkan bagaimana konsep-
konsep atau pemboleh ubah-pemboleh ubah penting berkait antara satu sama
lain. Pengkaji boleh menggunakan pelbagai jenis model seperti model
berbahasa, model topologi, model ikon, model analogi, dan model
matematik untuk membentuk imej deskriptif bagi fenomena yang akan
dikaji.
Menurut Camp (2001), kerangka teori merujuk satu himpunan
andaian berasaskan teori tertentu yang menjelaskan saling hubungan di
kalangan satu himpunan fenomena. Kerangka teori yang baik mengandungi
sorotan kajian yang membawa kepada pembentukan landasan yang jelas
bagi kerangka teori; urutan yang logik dan ringkas tentang andaian
berasaskan teori tertentu bagi memastikan kekoherenan kerangka teori;
hubungan yang jelas antara andaian berasaskan teori yang tertentu dengan
tujuan, objektif atau soalan kajian; dan perkaitan yang bermakna antara hasil
kajian dengan kerangka teori. Beliau menegaskan bahawa tujuan utama teori
ialah untuk membantu pengkaji memahami realiti, dan tujuan utama
penyelidikan pula ialah untuk menghasilkan teori.

2.3. Definisi Teori


Punvadarminta (1976) mengartikan bahwa "teori sarna dengan
pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan rnengenai sesuatu

5
peristiwa, dan asasasas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar bagi ilmu
pengetahuan dan dijadikan sebagai cara dan atura--aturan dalam melakukan
sesuatu kegiatann. Menurut pernyataan John W. Best, (1982), bahwa "teori
pada dasarnya adalah berisi gambaran hubungan sebab akibat diantara
variabel-variabel. Didalam teori terkandung keunggulan untuk dapat
menjelaskan suatu gejala dan berkekuatan untuk memprediksi suatu gejalan.
Untuk lebih jelas lagi tentang pengertian dan fungsi teori ini, selanjutnya
kita rangkaikan dengan pendapat beberapa ahli lainnya, seperti yang
diungkapkan Siswoyo (1995) bahwa; 'Teori dapat diartikan sebagai
seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang
mencerminkan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menerangkan hubungan antara variable, dengan tujuan untuk menerangkan
dan meramalkan fenomena".
Surakhmad (1990) menyatakan bahwa "seorang ilmuwan tidak hanya
bertujuan menemukan prinsip-prinsip yang berada dibalik fakta. Prinsip
utama yang dicari adalah dalil, yakni generalisasi atau kesimpulan yang
berlaku umumn. Dari pengertian dan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa teori adalah sebagai pendapat yang telah teruji
kebenarannya secara empiris dan dibutuhkan sebagai pegangan pokok secara
umum. Oleh karena itu seorang calon peneliti dalam membuat proposal
penelitian-nya perlu mencari teori-teori atau prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Teori-teori dan prinsip-prinsip itu dapat
ditemukan dalam buku-buku, dokumen-dokumen dalam kepustakaan.
Dengan demikian maka peneliti harus banyak membaca dari berbagai
sumber dan yang tidak kalah pentingnya adalah membaca karya penelitian
yang relevan sebagai gambaran dan bandingan hasil yang akan dicapai
nantinya. Hasil-hasil penelitian terdahulu itu dapat ditemukan dari sumber
acuan khusus, yaitu berupa jurnal, bulletin, tesis, disertasi dan sumber
bacaan lain yang memuat laporan hasil penelitian.
Sandaran teori sangat perlu untuk ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kuat dan kokoh dan bukan sekedar coba-coba. Oleh
karena itu seorang peneliti hendaknya melakukan penelaahan pustaka,

6
karena teori-teori dapat ditemukan berdasarkan bacaan. Margono (1997:78),
menyatakan bahwa, "lebih dari 50% kegiatan.dalam seluruh proses
penelitian itu adalah membaca, oleh karena itu sumber bacaan merupakan
bagian penunjang penelitian yang esensialn.
Untuk dapat menyusun kajian teori yang baik, menurut Tatang.
(1990:64), "tidak ada jalan lain kecuali berusaha mengumpulkan sumber
bacaan yang relevan sebanyak-banyaknya". Sehubungan dengan itu Tatang
juga menyebutkan bahwa meskipun kajian teori yang disajikan itu
merupakan ringkasan dari teori-teori yang relevan, namun tidak berarti
kajiannya boleh dangkal, kajian tetap harus berbobotn.

2.4. Definisi Variable


Menurut Depdiknas (2008: 1605), variabel diartikan sesuatu yang
dapat berubah; faktor atau unsur yang ikut menentukan perubahan.
Variabel yang digunakan dalam sebuah penelitian pada dasarnya
adalah sesuatu hal yang dapat berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
dan kemudian ditarik kesimpulannya.

2.5. Macam-macam Variable


Berdasarkan cara pengukuran maka variabel (Ferdinand, 2006:12) dapat
dibedakan menjadi:
1. Variabel Laten (LatentVariable)
Variabel laten adalah sebuah variabel bentukan yang dibentuk melalui
indikator- indikator yang diamati dalam dunia nyata.
Namalainuntukvariabellatenadalah faktor, konstruk, atau unobserved
variable.
2. Variabel Terukur (MeasuredVariable)
Variabel terukur adalah variabel yangdatanya harus dicari melalui
penelitian lapangan, misalnya melalui survei. Namalain untuk variabel
terukur adalah observedvariable, indicator variable, atau manifest
variable.

7
Berdasarkan fungsi variable dalam hubungan antarvariabel (Indriantoro,
199:63-68), maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi:
1. Variabel Independen (Independent Variable)
Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen disebut pula
variabel yang diduga sebagai sebab (presumed cause variable). Variabel
independen juga dapat disebut sebagai variabel yang mendahului
(antecedentvariable).
2. Variabel Dependen (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen disebut juga variabel yang
diduga sebagai akibat (presumed effect variable). Variabel
dependenjugadapatdisebutsebagai variabel konsekuensi (consequent
variable).
3. Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel independen dengan
variabel dependen. Variabel moderating adalah variabel yang
mempunyai pengaruh terhadap sifat atauarah hubungan antar variabel.
Sifat atau arah hubungan antara variabel-variabelindependen dengan
variabel-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif tergantung
pada variabel moderating, oleh karena itu variabel moderating
dinamakan pula sebagai contigency variable.
4. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan
antara variabel- variabel independen dengan variabel-variabel dependen
menjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel interveningmerupakan
variabel yang terletak diantara variabel-variabel independen
denganvariabel-variabel dependen, sehinggavariabel independen tidak
langsung menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen.

8
2.6. Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka
berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus
merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat ekploratif dan sering juga
dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis. Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh
karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empiric. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian
kualitatif, tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis.
Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan
sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis
statistik. Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi
tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi
mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis
statistik. Ingat bahwa hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap
rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji ini dinamakan hipotesis
kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun
berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol
dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis nol. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis
nol dinyatakan dalam kalimat negatif. Contoh hipotesis kerja: “Ada
hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah
payung yang terjual” (hipotesis asosiatif, hipotesis kerja); "‘Tidak terdapat

9
hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah
payung yang terjual” (hipotesis asosiatif. hipotesis nol).
Dalam statistik juga tcrdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis
kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis altematif tidak sama dengan hipotesis
kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis
penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan
membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis ini signifikansi atau tidak,
maka diperlukan pengujian terhadap hipotesis statistik. Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis statistik ini adalah statistik inferensial.
Statistik yang bekerja dengan data populasi adalah statistik deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, karena
peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau
statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan
dengan populasi, dan statistik di sini ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
sampel.

2.7. Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis


Dengan paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai panduan
untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang selanjutnya
dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan analisis. Pada
setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah
penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini contohjudul penelitian,
paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
1. Judul Penelitian
Hubungan antara gaya kepemimpinan manager perusahaan dengan
prestasi kerja karyawan. (gaya kepemimpinan adalah variabel
independen (X) dan prestasi kerja adalah variabel dependen (Y).
2. Paradigma Penelitiannya, adalah: (X) (Y)
3. Rumusan Masalah
a. Seberapa baik gaya kepemimpinan manajer yang ditampilkan?
(bagaimana X?)

10
b. Seberapa baik prestasi kexja karyawan? (adakah hubungan antara X
dan Y?). a dan b adalah masalah deskriptif
c. Adakah hnbungan yang positif dan signifikan antara gaya
kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan? (adakah
hubungan antara X dan Y?). Butir ini merupakan masalah asosiatif.
d. Bila sampel penelitiannya golongan I, II dan III, maka rumusan
masalah komparatifnya adalah:
1) Adakah perbedaan persepsi karyawan Golongan I,II, dan III
tentang gaya kepemimpinan manajer?
2) Adakah perbedaan persepsi antara pegawai Gol I, II dan III
tentang prestasi kerja karyawan.

2.8. Karakteristik Hipotesis yang Baik


1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada umumnya hipotesis
deskriptif tidak dirumuskan.
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode
ilmiah.

2.9. Klasifikasi Hipotesis


1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis ini berisi dugaan sementara dari masalah deskriptif yang
berhubungan dengan variabel tunggal. Sebagai contoh, peneliti ingin
meneliti masalah kandungan zat berbahaya dalam makanan. Rumusan
masalahnya: apakah bakso yang dijual di Pasar Sumbersari mengandung
boraks?
Penelitian ini hanya punya satu variabel yakni bakso di pasar
Sumbersari. Penelitian ini bersifat deskriptif karena hanya menjelaskan
apakah ada kandungan boraks di dalam bakso atau tidak. Jadi dugaan

11
sementara ada 2 yakni bakso di Pasar Sumbersari mengandung boraks
(H1) atau bakso di Pasar Sumbersari tidak mengandung boraks (H0).
2. Hipotesis Komparatif
Jenis hipotesis selanjutnya, Hipotesis Komparatif. Dugaan semenara ini
berisi perbandingan antara ddua variabel penelitian. Misalnya kamu akan
meneliti antara perilaku penggemar Korean Pop (K-Pop) dan perilaku
penggemar Japanese Pop (J-Pop). Kamu hendak membandingkan dua
perilaku penggemar tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel.
Bentuk penelitiannya adalah perbandingan dua variabel tersebut.
Lantas, rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana perilaku dua
kelompok penggemar tersebut? Apakah terdapat persamaan dan
perbedaan perilaku? Maka hipotesisnya adalah:
a. Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang sama dengan perilaku
penggemar J-Pop atau
b. Penggemar K-Pop memiliki perilaku yang berbeda dengan perilaku
penggemar J-Pop.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis ini adalah dugaan atau jawaban sementara atas hubungan dua
variabel atau lebih. Saat meneliti hubungan (asosiasi) variabel-variabel
penelitian, maka hipotesis yang digunakan adalah Hipotesis Asosiatif.
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis Statistik adalah pernyataan matematis tentang populasi
yang diteliti. Hipotesis ini dinyatakan dalam simbol-simbol matematika.
Jadi pernyatan mengenai hubungan variabel digambarkan dalam simbol
matematika. Hipotesis Statistika terbagi menjadi Hipotesis Alternatif
(Ha) dan Hipotesis Nol (H0). Jenis ini serupa dengan hipotesis
deskriptif. Namun terdapat perbedaan dalam penyebutan hipotesisnya.
Ada dua jenis hipotesis ini yakni Hipotesis Alternatif (Ha) dan
Hipotesis Nol (H0). Hipotesis Alternatif adalah hipotesis yang
menyatakan perbedaan satu variabel dengan variabel lainnya. Akan
tetapi hipotesis ini juga bisa diartikan adanya hubungan satu variabel
dengan variabel lainnya. Sedangkan Hipotesis Nol kebalikan dari

12
Hipotesis Alternatif. Hipotesis Nol menyatakan tidak hubungan antar
variabel. Hipotesis ini juga dipakai untuk menyatakan tidak ada
perbedaan atau tidak pengaruh antar variabel.
Hipotesis Statistik juga dapat dibedakan menjadi Hipotesis Dua
Arah dan Hipotesis Satu Arah. Contoh Hipotesis Statistik:
Ha : m1≠ m2 (Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik)
Ha : m1 > m2 (Hipotesis satu-arah) (tepat dan spesifik)
5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini disebut juga Hipotesis Substantif, Karena hipotesis ini
berisi pernyataan mengenai relasi dua variabel atau lebih. Bila
diperhatikan, hipotesis ini sama dengan Hipotesis Asosiatif. Hipotesis ini
tidak dinyatakan dalam bentuk simbol matematika tapi dalam bentuk
kalimat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan


sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara
empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-
pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini diturunkan atau bersumber dari teori dan ditinjau literstur yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Merumuskan hipotesis akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori


yang menjelaskan fenomena yang diteliti, tidak mengembangkan proposisi
yang tegas tentang masalah penelitian atau tidak memiliki kemampuan
untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian, karena dasar penyusunan
hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori, tingkat ketepatan
hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu fenomena atau
peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh tingkat
ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam
kerangka teoritis. Karena itu baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada
keadaan relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut
hipotesis penelitian atau hipotesis kerja.

1.
2.
3.
3.1.
3.2. Saran
Diharapkan dalam menetukan suatu hipotesis penelitian seorang peneliti
harus bijak untuk menetukan focus permasalahanapa yang akan dijadikan

14
bahan penelitian, sehingga di dalam mengambil suatu hipotesis penelitian
maupun menghasilkan hipotesis penelitian dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya dank e validan data yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Empat Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Afabeta.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras

Liana, L. (2009). Penggunaan MRA dengan SPSS untuk menguji pengaruh


variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Dinamik, 14(2).

Samsuri, T. (2003). Kajian, Teori, Kerangka Konsep dan Hipotesis dalam


Penelitian.

Ramdhan, M. (2021). Metode Penelitian. Cipta Media Nusantara.

Warmbrod, J. R. (1986). The theoretical/conceptual framework: What is its


relevance toconclusions and recommendations? Kertas kerja dibentangkan
di mesyuarat tahunan.The American Educational Research Association,
Dallas, Texas.
Camp, W. G. (2001). Formulating and evaluating theoretical frameworks for
career and technical education research. Journal of Vocational Education
Research, 26 (1),4-25.
Hirokawa, R. Y, & Poole, M. S. (Eds.). (1996). Communication and group
decision-making (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage
Garrison, R. (2000). Theoretical challenges for distance education in the 21st
Century: A shift from structural to transactional issues. International Review
of Research in Open and Distance Learning, 1(1), June, 1-17.

15
Lampiran PPT

16

Anda mungkin juga menyukai