Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dasar Teori,
Kerangka Berpikir dan Hipotesis” dengan baik. Makalah ini kami susun guna melengkapi
tugas matakuliah Metodologi Penelitian. Selain itu makalah ini tidak hanya sekedar wacana,
namun dapat menjadi pembelajaran dan pengetahuan kami dalam studi.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Dalam kesempatan ini kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.
L Rini Sugiarti,M.Si., selaku dosen Pembina mata kuliah ini.

Dengan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan
demi perbaikan penyusunan selanjutnya. Akhirnya penulis tetap berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

26 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ............................................................................................................. 2

Daftar Isi ...................................................................................................................... 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan .....................................................................................................4

D. Manfaat Penulisan....................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Teori ............................................................................................................5

B. Tingkatan dan Fokus Teori…………………….................................................... 6

C. Kegunaan Teori dalam Penelitian...........................................................................6

D. Kerangka Berpikir .................................................................................................7

E. Hipotesis................................................................................................................9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................13

Daftar Pustaka ..............................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasar teori, kerangka berfikir dan hipotesis merupakan satu kesatuan yang utuh dalam
pembuatan karya ilmiah. Dan ketiga unsur tersebut sangatlah penting sehingga apabila salah
satu dihilangkan, maka dalam karya ilmiah akan kurang sempurna.
Menurut Sugiyono (2008) dasar teori terbagi menjadi fungsi, yaitu :
Digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang
akan diteliti. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena
hipotesis itu adalah pernyataan yang bersifat prediktif. Digunakan untuk membahas hasil
penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya
memecahkan masalah.
Dan menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono,2008) mengatakan bahwa kerangka
berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai factor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata “hupo” artinya
sementara dan “thesis” artinya pernyataan. Karena hipotesis merupakan pernyataan
sementara yang masih lemah kebenaranya, maka perlu diuji kebenaranya. Kemudian para
ahli menafsirkan arti hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan dua variable atau lebih.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban atau dugaan
sementara yang harus diuji kebenaranya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dasar teori?


2. Apa yang dimaksud kerangka berpikir?
3. Apa yang dimaksud hipotesis?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu dasar teori


2. Untuk mengetahui apa itu kerangka berpikir
3. Untuk mengetahui apa itu hipotesis

D. Manfaat Penulisan

Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat di gunakan sebagai bahan pengajaran untuk
penulis dan pembaca agar lebih memahami tentang Metodologi Penelitian mengenai Dasar
Teori, Kerangka Berfikir, Dan Hipotesis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Kata teori sendiri memiliki arti yang berbeda-beda pada setiap bidang pengetahuan, hal
itu tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.Secara umum,teori merupakan analisis
hubungan antara fakta(fenomena) yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-
fakta.
Menurut Neuman 2003 (dalam Sugiyono,2012) teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
Menurut (Sugiyono,2012) fungsi teori secara umum adalah:
1. Menjelaskan (explanation)
Digunakan untuk mempejelas dan mepertajam ruang lingkup,atau konstruk variabel
yang akan diteliti. Misalnya: Mengapa air yang mendidih pada suhu 100°C bisa
menguap, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
2. Meramalkan (prediction)
Digunakan untuk merumuskan hipotesis dan menyusun intrumen penelitian, karena
hipotesis itu adalah pernyataan yang bersifat prediktif.
Misalnya,bilaair didihkan pada suhu 100°C berapa besar penguapannya, dapat dijawab
dengan teori yang berfungsi meramalkan/memperkirakan.
3. Pengontrol(control)
Digunakan untuk membahas hasil penelitian sehingga selanjutnya digunakan untuk
memberikan saran dalam upaya untuk memecahkan masalah.
Misalnya,berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan  kondisi
iklim indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak terganggu, dapat dijawab dengan
teori yang berfugsi mengendalikan.

Pembuatan landasan yang baik dan benar dalam sebuah penelitian menjadihal yang
penting karena landasan teori ini menjadi sebuah pondasi serta landasan teori yang baik dan
benar. Berikut langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.


Mencari sumber-sumber bacaan (buku,kamus,ensiklopedia,jurnal ilmia,laporan
penelitian,sekripsi,tesis,disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan relevan.
2. Lihatlah daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel
yang akan diteliti.
3. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan
antara satu sumber dengan umber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan
penelitian yang akan diadakan.
4. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan
analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber
data yang dibaca.

5
5. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk
tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan
sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

B. Tingkatan dan Fokus Teori

a. Tingkatan Teori
Terdapat tiga tingkatan teori menurut Neuman,2003 (dalam Sugiyono, 2011 : 56) yaitu:
 Teori tingkatan mikro adalah sedikit ruang waktu, tempat atau urutan orang-
orang.Konsep tersebut pada umumnya bukan abstrak.
 Teori tingkatan meso adalah mengukur suatu teori yang mencoba untuk
menghubungkan tingkatan mikro dan makro pada suatu tingkatan dasar.
 Teori tingkatan makro adalah perhatian operasi lebih besar dari jumlah keseluruhan
seperti sistem kultur dan gerakan social.
b. Fokus Teori
Selanjutnya Neuman, 2003 (dalam Sugiyono, 2011 : 56) juga membedakan fokus teori
menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan middle range theory.
 Subtantif theory dikembangkan untuk suatu keprihatinan sosial, seperti hubungan
RAS.
 Formal theory dikembangkan untuk suatu konseptualyag luas di dalam teori umum,
seperti alat perlengkapan sosialisasi.
 Middle range theory adalah seditik lebih abstrak disbanding penyamarataan empiris
atau hipotesis spesifik. Middle mencakup teori khusus digunakan dalam sosiologi
untuk pemeriksaan empiris. Namun yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang
akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif karena lebih focus berlaku
untuk objek yang akan diteliti.

C. Kegunaan Teori dalam Penelitian

Secara ringkas,menurut Borg dan Gall (1989: 114-119),dan Latief (2012: 43-50) dalam
Website Prof.Dr.Mudjia Raharjo,M.Si menjelaskan setidaknya ada enam (6) alasan mengapa
kajian pustaka / Teori harus dilakukan,sebagaimana uraian berikut:

1. Sangat bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan,


sehingga besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah peneliti
membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti lebih luas
daripada sebelumnya.Dengan demikian,rumusan masalah,terutama dalam penelitian
kualitatif,bersifat tentatif.Tidak sedikit penelitian gagal karena masalah yang diteliti terlalu
luas.Rumusan masalah yang spesifik dan dalam lingkup yang kecil jauh lebih baik
daripada yang luas dan umum.Umumnya, rumusan masalah yang tidak jelas berakibat
pada data yang diperoleh juga tidak jelas,sehingga antara masalah  yang hendak dijawab
dan data yang ada tidak sambung.Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat dari data,

6
tetapi pendapat pribadi peneliti.Tentu ini tidak bisa dibenarkan.Hal demikian bisa
dihindari melalui kajian pustaka dengan serius.
2. Kajian pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang
lain,tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti sebelumnya.
3. Untuk melihat bahwa pendekatan penelitian  yang kita lakukan steril dari pendekatan-
pendekatan lain.Sebab,pada umumnya kajian pustaka justru menyebabkan peneliti meniru
pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai orang lain, sehingga tidak menghasilkan
temuan yang berarti.Mencoba pendekatan baru — walau mungkin salah — lebih baik
daripada mengulang hal yang sama berkali-kali walau benar. Pengulangan justru
menunjukkan peneliti tidak cukup melakukan pembacaan literatur secara memadai.
Kesalahan metodologis akan disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya,sehingga
menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang.Karena itu, dalam ilmu pengetahuan
kesalahan bukan sesuatu yang aib.Proses demikian oleh Polanyi disebut sebagai
falsifikasi.
4. Memperoleh pengetahuan (insights) mengenai metode,ukuran,subjek,dan pendekatan
yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan penelitian yang
kita lakukan.Rancangan penelitian,lebih-lebih untuk penelitian kualitatif,bukan sesuatu
yang sekali jadi,melainkan terus diperbaiki agar diperoleh metode yang tepat untuk
memperoleh data dan menganalisisnya.Kenyataan di lapangan ditemukan racangan
penelitian kualitatif seragam dari satu proyek penelitian ke yang lain.Padahal,walaupun
berangkat dari paradigma yang sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari
penelitian ke penelitian lainnya,karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau
fenomena tertentu.
5. Melalui kajian pustaka,bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-
saran bagi peneliti selanjutnya.Informasi ini tentu sangat penting karena rekomendasi atau
saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah melakukan penelitian.Usai
penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan rekomendasi atau saran bagi peneliti
selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil manfaat dari peneliti sebelumnya.Karena
itu, rekomendasi atau saran yang baik bukan sembarang saran,melainkan usulan yang
secara spesifik bisa diteliti.
6. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang
akan kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman diskusi
mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi kekurangan
atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena dia telah memperoleh
pengalaman lebih dahulu.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang dikembangkan yang dapat mendasari
perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban
terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variable
berdasarkan pembahasan teoritis.

7
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis
yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun
hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan
kerangka berfikir.

Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus
menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono(2011 : 60) mengemukakan bahwa “Kerangka


berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka
kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang
lainnya,sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.”

Penyusunan kerangka berfikir yaitu argumentasi yang menjelaskan hubungan yang


mungkin terdapat antara berbagai factor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasrkan premis-premis ilmiah
yang telah terujji kebenaranya dengan memerhatikan factor-faktor empiris yang baik.
Penyusunan kerangka berpikir menurut Sugiyono (2011:62)
1.        Menetapkan variabel yang diteliti
2.        Membaca buku dan hasil penelitian
3.        Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian
4.        Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian
5.        Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian
6.        Sintesa kesimpulann
7.        Kerangka berpikir
8.        Hipotesis

Contoh: yang akan diteliti adalah masalah Prestasi belajar dalam hubungannya


dengan Gaya Belajar,maka penyajiannya dimulai dari Prestasi belajar lalu dikaitkan
dengan teori BelajarKeterkaitan dua variabel tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan
teori atau penelitian terdahulu yang dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang
menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antar keduanya.Pada bagian akhir kerangka
berpikir umumnya disajikan hubungan antara keseluruhan variabel dilengkapi dengan bagan
yang menggambarkan hubungan antar variabel penelitian.
Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara  ilmiah (memadukan
antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel) dengan benar, maka
peneliti harus intens dan eksten menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan
kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, sehingga uraian yang
dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan logika. Untuk itu, dalam
menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti merujuk pada literatur atau referensi serta

8
laporan-laporan penelitian terdahulu. Selanjutnya secara sederhana penyusunan kerangka
berpikir dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Menentukan  paradigma atau kerangka teoretis yang akan digunakan,kerangka konseptual
dan kerangka operasional variabel yang akan diteliti.
2. Memberikan penjelasan secara deduktif mengenai hubungan antarvariabel penelitian.
Tahapan berpikir deduktif meliputi tiga hal yaitu:
a) Tahap penelaahan konsep (conceptioning), yaitu tahapan menyusun konsepsi-
konsepsi (mencari konsep-konsep atau variabel dari proposisi yang telah ada, yang
telah dinyatakan benar).
b) Tahap pertimbangan atau putusan (judgement),yaitu tahapan penyusunan ketentuan-
ketentuan (mendukung atau menentukan masalah akibat pada konsep atau variabel
dependen).
c) Tahapan penyimpulan (reasoning),yaitu pemikiran yang menyatakan hal-hal yang
berlaku pada teori,berlaku pula bagi hal-hal yang khusus.
3. Memberikan argumen teoritis mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.Argumen
teoritis dalam kerangka pemikiran merupakan sebuah upaya untuk memperoleh jawaban atas
rumusan masalah.Dalam prakteknya,membuat argumen teoritis memerlukan kajian teoretis
atau hasil-hasil penelitian yang relavan.Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi
pelaksanaan penelitian.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen teoritis
sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah,maka hasil dari argumen
teoritis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian.Sehingga pada
akhirnya produk dari kerangka pemikiran adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan
masalah (hipotesis).
4. Merumuskan model penelitian.Model adalah konstruksi kerangka pemikiran atau
konstruksi kerangka teoretis yang diragakan dalam bentuk diagram dan atau persamaan-
persamaan matematik tertentu.Esensinya menyatakan hipotesis penelitian.Sebagai suatu
kontruksi kerangka pemikiran,suatu model akan menampilkan:
a) Jumlah variabel yang diteliti.
b) Prediksi tentang pola hubungan antar variabel
c) Dekomposisi hubungan antar variabel
d) Jumlah parameter yang diestimasi.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka piker. Kerangka piker pada
umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif
kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung
oleh penulis.Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak padar efleksi,
baik pada peneliti maupun pada partisipan.Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang
dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.

E. Hipotesis

Semula istilah hipotesis berasal dari bahasaYunani ,terdiri dari dua kata yaitu “hupo”
yang artinya sementara dan “thesis” yang .Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang
masih lemah kebenaranya,untuk itu perlu diuji kebenaranya. Para ahli menafsirkan arti
hipotesis adalah dugaan terhadap hubungan antara dua atau lebih dari variable

9
Berdasar uraian diatas maka, dapat diartikan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang
harus diuji kebenaranya.
Perumusan hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap pertanyaan yang diajukan
yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berfikir yang dikembangkan. Pengujian
hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang
diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak.
Karakteristik hipotesis yang baik:
 Merupakan dugaan variable mandri (bebas),perbandingan keadaan variable pada berbagai
sampel, merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih.
 Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.

Setiap orang bisa membuat hipotesis,entah hipotesis dalam penelitian maupun hipotesis
untuk hal-hal yang lebih sederhana dalam berbagai gejala di kehidupan sehari-hari. Meskipun
begitu,ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghasilkan suatu hipotesis
yang baik. Menurut Moh.Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:

1. Harus menyatakan hubungan


2. Harus sesuai dengan fakta
3. Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan
4. Harus dapat diuji
5. Harus sederhana
6. Harus bisa menerangkan fakta
Dengan demikian, untuk membuat sebuah hipotesis yang baik,seorang peneliti harus
mempertimbangkan fakta-fakta yang relevan,masuk akal dan tidak bertentangan dengan
hukum alam.Selain itu,hipotesis juga harus bisa diuji sebagai langkah verifikasi dalam
penelitian.

1. Macam Hipotesis
Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian,yaitu:
a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah bakso di restoran Bakso Idola Malang
mengandung boraks atau tidak.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah bakso di restoran
Bakso Idola Malang mengandung boraks?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel tunggal yakni bakso di
restoran Bakso Idola Malang, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif. Ada
dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia
gunakan, yakni:
Ho : Bakso di restoran Bakso Idola Malang mengandung boraks
Atau
H1 : Bakso di restoran Bakso Idola Malang tidak mengandung boraks

10
b) Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara pendukung club
sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan sikap loyal pendukung club
sepakbola Chelsea. Apakah pendukung memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah
berbeda?
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah pendukung club
sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki tingkat loyalitas yang sama?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama
adalah loyalitas club sepakbola Manchester United, sedangkan variabel kedua adalah
loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal
perbandingan antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis
komparatif. Ada dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:
Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang sama dengan
pendukung club Chelsea
Atau
H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang tidak sama (berbeda)
dengan pendukung club Chelsea

c) Hipotesis Asosisatif
Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel penelitian.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak Jalanan”
memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah sinetron berjudul
“Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor?
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak. Variabel pertama
adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan variabel kedua adalah gaya remaja laki-
laki dalam mengendarai motor. Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan
antara dua variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada dua
pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar teori yang ia gunakan,
yakni:
Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor.
Atau
H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam
mengendarai motor

11
2. Fakta Ilmiah Sebagai Acuan Perumusan Hipotesis
Selain menggunakn teori sebagai acuan, dalam merumuskan hipotesis dapat pula
menggunakan acuan fakta. Secara umum, fakta dapat didefinisikan sebagai kebenaran yang
dapat diterima oleh nalar dan sesuai dengan kenyataan yang dapat dikenali dengan panca
indera.
Fakta Ilmiah sebagai acuan perumusan hipotesis dapat diperoleh dengan berbagai cara,
misalnya :
1. Memperoleh dari sumber aslinya
2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan dan menafsirkannya dari sumber
yang asli.
3. Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya dalam
bentuk abstract reasoning (penalaran abstrak).
Selain teori dan fakta ilmiah,hipotesis dapat pula dirumuskan berdasarkan beberapa sumber
lain,yaitu:
1. Kebudayaan dimana ilmu atau teori yang relevan dibentuk
2. Ilmu yang menghasilkan teori yang relevan
3. Analogi
4. Reaksi individu terhadap sesuatu dan pengalaman

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori merupakan suatu konseptualisasi yang umum, yang diperoleh melalui jalan yang
sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya. Kerangka pikir merupakan model kenseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Sedangkan hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis
adalah rumusan masalah dan kerangka pikir berdasarkan landasan teori. Jadi dapat diketahui
bahwa ketiga hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dilepaskan satu sama lain dalam
penelitian. Karena itu peneliti harus memahami lebih dalam tentang hal tersebut sebagai
pedoman dalam penelitian, Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori
yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan
yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dan
upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori, dan
kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian.

13
Daftar Pustaka

Hadi.S.Yunus.2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:Pustaka


Pelajar.
Hasan.M.Iqbal.2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:Bumi Aksara.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Siregar,Sofiyan.2013. MetodePenelitianKuantitatif. Jakarta:Kencana
Moleong, Lexy.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kinayati, Djojosuroto & M.L.A Sumaryati.2004. Prinsip-prinsip Penelitian Bahasa dan
Sastra. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
http://ciputrauceo.net/blog/2016/1/11/pengertian-hipotesis-dan-langkah-perumusan-
hipotesis

14
15

Anda mungkin juga menyukai