Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HUBUNGAN KERANGKA TEORI DAN KERANGKA


BERFIKIR VARIABEL ,TEORI HIPOTESIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Mata Kuliah: Metodologi Penelitian

Dosen Pembimbing:
Dr. Muhammad Habibi M.Pd

Disusun Oleh:
Amenlia Fitri 12210923495
Asiah 12210922386
Putri astrik anggraini 12210921701

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2024 - 2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 24 Maret 2024

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................2

C. Tujuan...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori......................................................................................3

1. Definisi............................................................................3

2. Peran Teori......................................................................4

3. Fungsi Teori....................................................................6

4. Kajian Teori dan Studi Kepustakaan..............................7

B. Pengembangan Hipotesis......................................................9

1. Ciri-Ciri Hipotesis.........................................................10

2. Kegunaan Hipotesis......................................................12

3. Jenis-Jenis Hipotesis.....................................................12

4. Bentuk Perumusan Hipotesis........................................12

5. Menggali dan Merumuskan Hipotesis..........................13

6. Cara Menguji Hipotesis................................................14

C. Pengertian dan Jabaran Kerangka berfikir..........................14

D. Tinjauan Pustaka.................................................................15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................18

B. Saran...................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini penelitian merupakan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari teori. Penelitian harus selalu disandarkan pada teori-teori
yang relevan, tidak hanya pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan
teori atau keterkaitan teori, bahkan penelitian yang bertujuan untuk
mengungkap atau menciptakan teori baru sekalipun, harus tetap berpijak
kepada teori-teori yang telah ada sebelumnya. (Susilana, t.t.)
Setiap penelitian harus memiliki landasan teori yang kuat. Secara
eksplisit teori-teori yang melandasi suatu penelitan harus dijelaskan dalam
laporan, yakni dalam bab tersendiri tentang landasan teori. Mengingat
pentingnya teori untuk melandasi kegiatan penelitian, diperlukan
kemampuan para peneliti untuk memahami dan memaparkan teori yang
digunakannya sebagai landasan. Melalui pengkajian terhadap berbagai teori
yang ada, peneliti diharapkan mampu menemukan dan merumuskan
landasan teori secara tepat.(Susilana, t.t.)
Salah satu contoh konkret pentingnya teori dalam kegiatan penelitian
adalah untuk perumusan hipotesis. Sebagai jawaban sementara atas hasil
penelitian, hipotesis harus dirumuskan dengan benar. Jawaban-jawaban
sementara tersebut tentunya tidak dirumuskan secara asal, melainkan
dirumuskan dengan bersandarkan pada teori-teori yang telah ada. Dengan
kata lain hipotesis hanya akan dapat dirumuskan dengan tepat jika peneliti
telah mengkaji teori secara benar. (Susilana, t.t.)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dasar teori?
2. Bagaimana pengembangan hipotesis?
3. Bagaimana ciri-ciri, kegunaan dan jenis-jenis hipotesis?

1
2

4. Bagaimana bentuk perumusan hipotesis?


5. Bagaimana menggali dan merumuskan hipotesis?
6. Bagaimana cara menguji hipotesis?
7. Bagaimana Pengertian kerangka berfikir

C. Tujuan
1. Mengetahui Konsep dasar teori
2. Mengetahui pengembangan hipotesis
3. Mengetahui ciri-ciri, kegunaan dan jenis-jenis hipotesis
4. Mengetahui bentuk perumusan hipotesis
5. Mengetahui menggali dan merumuskan hipotesis
6. Mengetahui cara menguji hipotesis
7. Mengetahui Pengertian kerangka berfikir
BAB II
PEMBAHASAN
A Teori
1. Definisi Teori
Istilah teori telah banyak diungkap oleh beberapa ahli. Sukmadinata
menyatakan bahwa “teori merupakan suatu set atau sistem pernyataan (a set
of statement) yang menjelaskan serangkaian hal”. 1 Teori merupakan abstraksi
dari pengetahuan pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut
Kerlinger dalam Nazir menyatakan bahwa teori adalah sebuah set konsep
atau construct yang berhubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari
proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dan fenomena.2
Menurut Sukmadinata ada tiga kelompok karakteristik utama sistem
pernyataan suatu teori. Pertama, pernyataan dalam suatu teori bersifat
memadukan (unifying statement). Kedua, pernyataan tersebut berisi kaidah-
kaidah umum (universal preposition). Ketiga, pernyataan bersifat neramalkan
(predictive statement). Rose dalam Sukmadinata menyatakan bahwa
karakteristik pernyataan (set of statement) tersebut meliputi definisi, asumsi,
dan kaidah-kaidah umum. Dalam rumusan yang lebih kompleks, teori ini juga
menyangkut hukum-hukum, hipotesis, dan deduksi-deduksi yang logis-
sistematis. Teori harus mampu menjangkau ke depan, bukan hanya
menggambarkan apa adanya tetapi mampu meramalkan (prediktif) apa yang
akan terjadi atas suatu hal. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang
merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis dan saling berkaitan yang digunakan untuk menjelaskan hubungan
yang timbul antara beberapa variabel yang di observasi.3
Nazir menyatakan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin
mengenal teori. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:4

1
Sukmadinata, N.S., 1999, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya., hal
17
2
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, hal 19
3
Sukmadinata, Ibid. hal 17-18
4
Nazir Ibid. hal. 19

3
4

1). Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak (construct)
yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur- unsur
dalam set tersebut secara jelas pula.
2). Teori menjelaskan hubungan antarvariabel atau antarkonstrak (construct)
sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena- fenomena yang
diterangkan oleh variabel dengan jelas kelihatan.
3). Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel
mana yang berhubungan dengan variabel mana.
2. Peran Teori
Teori merupakan alat dari ilmu (tool of science). Nazir menyatakan
bahwa sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai berikut.5
1). Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara
memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat
abstraksinya.
Teori sebagai orientasi utama dari ilmu. Fungsi pertama dari teori
adalah memberi batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil
jangkauan (range) dari fakta yang akan dipelajari. Karena banyak
fenomena yang dapat dipelajari dari berbagai aspek, maka teori
membatasi aspek mana saja yang akan dipelajari dari suatu fenomena
tertentu. Misalnya permainan bola kaki, dapat dipelajari dari berbagai
aspek, seperti dari aspek fisik, dari aspek ekonomi (penawaran dan
permintaan terhadap bola kaki), dari aspek kimia, aspek sosiologi, dan
sebagainya. Dengan adanya teori, maka jenis fakta mana yang relevan
dengan aspek tertentu dari fenomena dapat dicari dan ditentukan.
2). Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana
mana fenomena-fenomena yang relevan disistematiskan,
diklarifikasikan, dan dihubung-hubungkan.
Teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi. Tugas dari ilmu juga
mengembangkan sistem klasifikasi dari struktur konsep. Dalam
pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena

5
Nazir Ibid. hal. 19-20
5

konsep serta klasifikasi selalu berubah karena pentingnya suatu


fenomena berubah-ubah.
3). Teori memberi ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi
empiris dan sistem generalisasi. Teori meringkaskan fakta.
Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan adanya teori,
generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah.
Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain
secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan
antargeneralisasi atau pernyataan.
4). Teori memberikan prediksi terhadap fakta.
Teori memprediksi fakta-fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori
akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan
adanya uniformitas tersebut, maka dapat dibuat prediksi terhadap
fakta-fakta yang akan datang. Teori fakta-fakta apa yang dapat
mereka harapkan muncul berdasarkan pengamatan fenomena-
fenomena sekarang.
5). Teori memperjelas celah-celah di dalam pengetahuan kita.
Teori menjelaskan celah kosong. Karena meringkaskan fakta- fakta
sekarang dan memprediksikan fakta-fakta yang akan datang, yang
belum diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk dan
memperjelas daerah mana dalam khazanah ilmu pengetahuan yang
belum dieksplorasi. Misalnya, jika teori menyatakan bahwa terdapat
hubungan terbalik antara pendapatan dan fertilitas, maka teori tersebut
menunjukkan celah mana saja di mana hubungan tersebut berlaku
secara umum, ataukah teori tersebut berlaku hanya pada kelompok
pendapatan tertentu. Adanya teori kriminalitas yang dirumuskan
berdasarkan pengamatan terhadap perilaku kelas bawah, telah
memperjelas celah bahwa kini dipertanyakan apakah teori tersebut
juga berlaku untuk kriminalitas yang terjadi pada anak-anak golongan
atas?
6

3. Fungsi Teori
Sukmadinata menyatakan bahwa minimal ada tiga fungsi teori yang
sudah disepakati oleh para ilmuwan, yaitu:6
(1) Mendeskripsikan;
(2) Menjelaskan; dan
(3) Memprediksi.
Lebih lanjut Sukmadinata menyatakan bahwa untuk usaha
mendeskripsikan, menjelaskan, dan membuat prediksi, para ahli terus
mencari dan menemukan hukum-hukum tersebut. Melalui proses demikian
mungkin terjadi di dalam suatu “set kejadian”, semua hukum dan
interelasinya dapat dinyatakan dan teori itu telah berkembang menjadi
hukum yang lebih tinggi. Para ahli teori mencari hubungan baru dengan
menggabungkan beberapa “set kejadian” menjadi suatu “set kejadian yang
baru yang lebih universal”. Hal itu mendorong pencarian dan pengkajian
selanjutnya, untuk menemukan hukum- hukum baru dan
hubunganhubungan baru dalam suatu teori baru. Fungsi yang lebih besar
dari suatu teori adalah melahirkan teori baru.7
Terkait dengan fungsi teori baru, Sukmadinata menguraikan tentang
proses pembentukan suatu teori atau bagaimana proses berteori
berlangsung, melalui beberapa langkah sebagai berikut:8
Pertama, pendefinisian istilah merupakan hal yang sangat penting
dalam berteori, terutama berkenaan dengan kejelasan atau ketepatan
penggunaan istilah yang telah didefinisikan.
Kedua, klasifikasi yaitu pengelompokkan informasi-informasi yang
relevan dengan kategori-kategori yang sejenis. Klasifikasi juga
merupakan pengelompokkan fakta dan generalisasi ke dalam
kelompok-kelompok yang homogen, tetapi tidak menjelaskan interelasi
antarkelompok atau interreaksi antara fakta dengan generalisasi dalam
suatu kelompok.

6
Sukmadinata, Op-Cit. hal 20
7
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
8
Sukmadinata, Op-Cit. hal 21
7

Ketiga, mengadakan induksi dan deduksi. Induksi dan deduksi


merupakan dua proses penting di dalam menembangkan pernyataan-
pernyataan teoretis setelah pendefinisian dan pengklasifikasian.
Induksi merupakan proses penarikan kesimpulan yang lebih bersifat
umum dari fakta-fakta atau hal-hal yang bersifat khusus. Deduksi
merupakan penurunan kaidah- kaidah khusus dari kaidah yang lebih
umum.
Keempat, adalah informasi, prediksi, dan penelitian. Pembentukan
suatu teori yang kompleks mungkin berpangkal dari inferensi-
inferensi yaitu penyimpulan dari apa yang diamati. Inferensi ini
mungkin ditarik melalui perumusan asumsi, hipotesis, dan
generalisasi dari hasil-hasil observasi. Sesuai dengan fungsi dari
teori yaitu memberikan prediksi, teori juga berkembang melalui
prediksi dan juga penelitian. Interelasi antara prediksi yang
dibuktikan dengan suatu penelitian, tetapi ada juga yang tetap
sebagai prediksi.
Kelima, pembentukan model-model. Karena yang dicakup dengan
teori sering menyangkut hal-hal yang sifatnya abstrak dan kompleks,
maka untuk memberikan gambaran yang lebih konkret dan
sederhana dibuat model- model. Model ini menggambarkan
kejadian-kejadian serta interaksi antara kejadian.
Keenam, pembentukan subteori. Suatu teori yang telah mapan dan
komprehensif mendorong untuk terbentuknya sub-subteori. Subteori
ini cenderung memperluas lingkup dari suatu teori dan juga
memberikan penyempurnaan.
4. Kajian Teori dan Studi Kepustakaan
Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustakan atau studi
pustakan. Karena teori secara nyata dapat diperoleh melalui studi atau
kajian kepustakaan. menyatakan bahwa studi kepustakaan atau studi
literatur, selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung
penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang
8

berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana


terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat, sehingga situasi
yang diperlukan diperoleh.9
Menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya secara tekun
merupakan kerja kepustakaan yang sangat diperlukan dalam mengerjakan
penelitian. Melalui studi atau kajian kepustakaan akan diperoleh informasi
dari penelitian terdahulu.
Survei atau kajian teori dapat dikerjakan sebelum atau setelah
masalah penelitian dipilih. Jika studi kepustakaan dilakukan sebelum
pemilihan masalah, penelaahan kepustakaan termasuk memperoleh ide
tentang masalah apa yang paling up to date untuk dirumuskan dalam
penelitian. Kajian teori dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai
sumber bacaan. Berikut dijelaskan beberapa jenis sumber bacaan yang
dapat digunakan untuk memperoleh teori-teori yang relevan.
1). Buku Teks
2). Jurnal
3). Periodical
4). Yearbook
5). Buletin
6). Circular
7). Leaflet
8). Annual Review
9). Off Print
10). Reprint
11). Recent Advance
12). Bibliografi
13). Handbook
14). Manual

9
Nazir Ibid. hal. 93
9

B. Pengembangan Hipotesis
Margono menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo
(hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti
pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya
masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis
memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang
diajukan. Ia mungkin timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari si peneliti atau
diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.10
Pada bagian lain, Margono pun mengungkapkan pengertian lainnya
tentang hipotesis. Ia menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau
paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan
mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang
diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan
pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di
dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu
tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis
dan generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika
melakukan telaah pustaka.11
Mengenai pengertian hipotesis ini, Nazir menyatakan bahwa hipotesis
tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahn penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Menurutnya, hipotesis menyatakan
hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita Kegiatan Belajar 2 Hipotesis
pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai
suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah
keterangan sementara dari hubungan fenomena- fenomena yang kompleks.
Trelease memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu keterangan
sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good dan

10
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.,hal 80
11
Margono, Ibid, hak. 67
10

Scates menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-
fakta yang diamati ataupun kondisi- kondisi yang diamati, dan digunakan
sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger
menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan
masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat tanya. Hipotesis
merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan
tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.12
1. Ciri-Ciri Hipotesis
Menurut Nazir hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:13
a. Hipotesis harus menyatakan hubungan.
Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang
hubungan-hubungan antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis
mengandung dua atau lebih variabel variabel yang dapat diukur
ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan
bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Hipotesis yang
tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam
pengertian metode ilmiah.
b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus
terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus
dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang
metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima
jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta.
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan
tumbuhnya ilmu pengetahuan.
Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubunganya
12
Nazir, Hal 151
13
Nazir. Hal 152
11

dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang


sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan,
tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama sekali.
d. Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan
memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika.
Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan
dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik.
Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya
akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak.
e. Hipotesis harus sederhana.
Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan
terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian.
Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin
kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil
pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke dalam
hipotesis.
f. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta.
Hipotesis juga harus dinyatakan daam bentuk yang dapat
menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan
dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus
dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta keterampilan
menguji dari si peneliti.
Secara umum, menurut Nazir hipotesis yang baik harus
mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal
dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan.
Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk
verifikasi. Hipotesis harus sederhana.14

2. Kegunaan Hipotesis

14
Nazir, Loc Cit, hal. 153
12

Dalam penelitian, hipotesis merupakan hal yang sangat berguna.


Terkait dengan hal itu, Furchan mengungkapkan kegunaan hipotesis
penelitian, yaitu:15
a. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-
gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu
bidang.
b. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang
berlangsung dapat diuji dalam penelitian
c. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
d. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan
penyelidikan.
3. Jenis – Jenis Hipotesis
Menurut Nazir menyatakan bahwa hipotesis dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, tergantung dari pendekatan dalam membaginya.
Menurut beliau, hipotesis dapat dibagi sebagai berikut:
a. Hipotesis Hubungan dan Perbedaan
b. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nul
c. Hipotesis tentang ideal vs common sense
4. Bentuk Perumusan Hipotesis
Bentuk rumusan hipotesis penelitian sangat berkaitan dengan
rumusan masalah penelitian, yaitu:
a. Hipotesis Deskriptif
Menurut Sugiyono hipotesis deskriptif adalah dugaan
tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan
atau hubungan.
b. Hipotesis Komparatif
Menurut Sugiyono hipotesis komparatif adalah pernyataan
yang menunjukkan dugaan nilai dalam satu variabel atau lebih pada
sampel yang berbeda, (jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif)
15
Ahmad, Furchan. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Belajar. Hal.115
13

c. Hipotesis Asosiatif
Sugiyono menyatakan bahwa hipotesis asosiatif adalah
suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih.16
5. Menggali dan Merumuskan Hipotesis
Menurut Nazir (2005: 154) dalam menggali hipotesis, si peneliti
harus:
a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin
dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang
tempat- tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu
sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki;
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan
dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan
bidang yang bersangkutan.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya
dalam penelitian. Oleh karena itulah maka peneliti dituntut
kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (Arikunto, 2002: 66) mengajukan adanya persyaratan
untuk hipotesis, yaitu:17
1). Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2). Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara
dua atau dua lebih variabel.
3). Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh
para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

6. Cara Menguji HIpotesis


16
Sugiiyono, Op. Cit, hal 86
17
Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta. hal.
14

Menurut Furchan, untuk menguji hipotesis peneliti harus:18


1). Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan
dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar.
2). Memilih metode-metode penelitian yang akan memungkinkan
pengamatan, eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan
untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak,
dan
3). Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat
dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung
oleh data atau tidak.

C. Pengertian dan Jabaran Kerangka berfikir


Kerangka berfikir adalah perpaduan antara asumsi‐asumsi teoritis dan
asumsi‐asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variable‐
variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan diantara variable‐variabel
tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan
fenomena atau masalah yang diteliti. Ada tiga kerangka berfikir yang
digunakan yaitu :
1). Kerangka teoritis
Adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan
landasan serta asumsi‐asumsi teoritis yang dari teori tersebut
akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti.
2). Kerangka konseptual
Adalah uraian yang menjelaskan konsep‐konsep apa saja yang
terkandung didalam asumsi teoritis yang akan digunakan untuk
mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur‐unsur yang terkandung
di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan
diantara konsep‐ konsep tersebut.
3). Kerangka operasional

18
Furchan, Loc. Cit, hal 130-131
15

Adalah penjelasan tentang variable‐variabel apa saja yang


diturunkan dari konsep‐konsep terpilih, dan bagaimana hubungan
di antara variable‐variabel tersebut, serta hal‐hal apa saja yang
dijadikan indicator untuk mengukur variable‐variabel yang
bersangkutan.
Kerangka teoritis sampai dengan operasional saling berhubungan.
Kalau digambarkan sebagai berikut :
Kerangka Teoritis Kerangka Konseptual Kerangka operasional
Teori 1 Skema Gambar hubungan Variabel X:
Teori 2 teori tersebut ‐ Indikator x
Teori 3
Teori 4 Variabel Y :
‐ Indikator Y
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Dalam kerangka berfikir ini tidak harus semua teori dimasukan,
hanya teori yang kuat dan relevan yang digunakan ditambahkan teori
pendukung lainnya. Jadi paling banyak 4 teori yang kuat relevan dan
pendukungnya, dibuatkan skema gambarnya dan diuraikan variable dan
indicator‐indikator, sehingga penelitian memiliki alur yang jelas.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka , landasan teori bahasa yang digunakan untuk
Bab 2 pada karya ilmiah atau penelitian harus memiliki 4 kriteria yaitu :
1. Penjelasan secara induktif tentang variable yang diteliti.
2. Penjelasan secara empiris dengan didukung dengan fakta‐fakta
mengenai persoalan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.
3. Masalah‐masalah yang sedang dihadapi terkait dengan variable
yang diteliti dasar peneliti untuk melakukan penelitian.
4. Review dari berbagai hasil studi sejenis yang dikerjakan orang lain di
tempat lain.
Tinjauan pustaka ini bukan memindahkan tulisan orang lain namun
memiliki peranan penting dan membantu dalam hal mengungkapkan
16

sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penelitian yang berkaitan, memungkinkan
peneliti menetapkan batas‐ batas bidang penelitiannya.
2. Pemahaman teori dalam suatu bidang memungkin peneliti itu
menetapkan masalah dalam perspektifnya.
3. Melalui pengkajian pustaka yang relevan, para peneliti dapat
mengetahui prosedur dan instrument mana yang telah terbukti
berguna atau tidak.
4. Studi yang cermat terhadap bahan pustaka yang relevan dapat
menghindarkan terjadinya pengulangan studi sebelumnya secara tak
sengaja.
5. Pengkajian pustaka yang berkaitan menempatkan peneliti pada
posisi yang lebih baik untuk menafsirkan arti pentingnya hasil
penelitiannya sendiri.
6. Ide‐ide tentang variable yang menyatakan penting dan tidak penting
dalam bidang kajian tertentu.
7. Informasi tentang kegiatan yang dilakukan dan dapat diterapkan
secara berarti.
8. Status kegiatan dalam hal‐hal yang berkaitan dengna kesimpulan dan
hipotesis.
9. Kebermaknaan hubungan antara variable‐variabel yang telah dipilih
dalam penelitian dan keinginan untuk membuat jadwal sementara.
10. Sebagai dasar untuk menetapkan koteks suatu masalah.
11. Sebagai dasar untuk menetapkan tentang pentingnya suatu masalah
penelitian.
Tinjauan pustaka apa saja yang dapat digunakan?. Ada dua kategori
sumber pustaka yang digunakan baik tercetak maupun elektronik yaitu
primary sources dan secondary sources. Primary sources adalah sumber
pustaka utama yang dipertimbangkan untuk harus digunakan contohnya
seperti : jurnal ilmiah, majalah ilmiah, hasil seminar dan workshop,
makalah dan penelitian lainnya atau sumber pustaka utama ini terkait
17

dengan informasi yang terbarukan atau update. Secondary sources adalah


pustaka penunjang seperti buku, kamus, terbitan pemerintah, ensiklopedi
atau informasi dari pustaka penunjang ini tidak terkait informasi
terbarukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu
dengan yang lainnya, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu
pandangan sistematis dan fenomena.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya. Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1)
hipotesis harus menyatakan hubungan; (2) hipotesis harus sesuai dengan
fakta; (3) hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan
tumbuhnya ilmu pengetahuan; (4) hipotesis harus dapat diuji; (5) hipotesis
harus sederhana; dan (6) hipotesis harus bisa menerangkan fakta.

B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca pada umumnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022).
Metode penelitian kualitatif studi pustaka. Edumaspul: Jurnal
Pendidikan, 6(1), 974-980.
Ahmad, Furchan. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Belajar. Hal.115
Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktek. Edisi revisi.
Jakarta: PT Rineka Cipta. hal.
Azhari, M. T., Al Fajri Bahri, M. P., Asrul, M. S., & Rafida, T. (2023). Metode
penelitian kuantitatif. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.
Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2006). Metode Riset Bisnis (9 ed., Vol.
1). Mc Graw Hill/Irwan.
Darmalaksana, W. (2020). Metode penelitian kualitatif studi pustaka dan studi
lapangan. Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Darna, N., & Herlina, E. (2018). Memilih metode penelitian yang tepat: bagi
penelitian bidang ilmu manajemen. Jurnal Ekonologi Ilmu
Manajemen, 5(1), 287-292.
Gumilang, G. S. (2016). Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan
konseling. Jurnal fokus konseling, 2(2).
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.,hal 80
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, hal 19
Sugiyono, S., & Lestari, P. (2021). Metode penelitian komunikasi (Kuantitatif,
kualitatif, dan cara mudah menulis artikel pada jurnal internasional).

Sugiyono. (2016). MOTODE PENELITIAN: Kuantitatif, kualitatif, dan


R&D. ALFABETA CV.

Sukmadinata, N.S., 1999, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja


Rosdakarya., hal 17
Susilana, R. (t.t.). MODUL 5 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS.
Dalam Metode Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia.
Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian
gabungan. Prenada Media.

19

Anda mungkin juga menyukai