Oleh:
Kelompok 2
Kelas A3
Anggota Kelompok:
Ni Made Kartika Ayuni Kencanawati (03/2007531112)
Ni Kadek Dita Moon Anggarani (05/2007531119)
Luh Gede Pramesti Dewi (22/2007531188)
Ni Putu Hanna Windu Sari (24/2007531191)
Ni Kadek Piena Jayanthi Putri (26/2007531198)
Ni Putu Meita Krisdayanti (31/2007531235)
Dosen Pengampu:
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., M.Si. Ak., CA
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
A. Konsep Dasar Akuntansi Secara Umum
Konsep dasar akuntansi merupakan landasan yang berlaku umum sehingga diperoleh
suatu kesatuan analisis, pandangan, dan pendapat baik oleh penyaji informasi keuangan
maupun pihak-pihak yang memerlukannya. Pemahaman terhadap konsep dasar akuntansi
ini sangat penting untuk dipahami agar terhindar dari adanya kesalahan pencatatan
akuntansi yang dapat memengaruhi kondisi keuangan perusahaan dan mengakibatkan
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Terdapat berbagai sumber yang mengajukan
seperangkat konsep dasar akuntansi yang berbeda-beda isinya. Hal ini disebabkan karena
perbedaan persepsi terhadap arti pentingnya suatu konsep oleh suatu sumber. Agar
pemahaman akuntansi tidak mengalami kesalahan, di bawah ini akan kita bahas mengenai
konsep dasar akuntansi yang perlu diketahui:
SFAC No. 7 : Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurement
Komponen (i) dituangkan secara resmi dalam bentuk SFAC No. 1 dan No. 4.
Dimasukkannya tujuan untuk organisasi nonbisnis dalam rerangka konseptual memberi
isyarat bahwa FASB bermaksud merancang rerangka konseptual yang luas, mencakupi
operasi kedua jenis organisasi tersebut. Komponen (ii) dituangkan dalam SFAC No. 2.
Komponen (iii) dituangkan dalam SFAC No. 3 yang telah diganti dengan SFAC No. 6.
Penggantian ini dilakukan mengingat SFAC No. 3 belum mencakup elemen-elemen
statemen keuangan untuk organisasi-organisasi nonbisnis tetapi hanya mencakup
elemen-elemen untuk entitas bisnis. Oleh karena itu, nama konsep untuk SFAC No. 6
diperluas menjadi Elements of Financial Statements bukan lagi Elements of Financial
Statements of Business Enterprises. Komponen (iv) dicakupi dalam SFAC No. 5 dan
No. 7. Rerangka konseptual model FASB diilustrasikan dalam gambar di bawah ini:
4. Aspek Kependidikan
Karena FASB mencanangkan agar rerangka konseptual mengandung aspek
kependidikan kepada pemakai (educational aspect), maka FASB memasukkan
deskripsi argumen dan penalaran yang cukup rinci dalam tiap uraian konsep.
Penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan konsep-konsep
dalam rerangka konseptual versi FASB membentuk seperangkat pengetahuan
(knowledge) yang dapat dipandang sebagai suatu teori deduktif-normatif untuk
memahami lebih baik mengapa konsep tertentu dipilih bukan yang lain dan apa
implikasinya. Validitas teori ini dapat dievaluasi/diverifikasi atas dasar penalaran logis
yang melandasi tiap argumen. Oleh karena itu, sebagai suatu pengetahuan untuk
pembelajaran atau sebagai teknologi berpikir untuk pengembangan rerangka
konseptual baru di suatu negara, rerangka konseptual FASB lebih unggul dibanding
rerangka konseptual IASC. Dengan kata lain, bila transfer teknologi (dalam pengertian
penalaran logis) untuk pembelajaran teori akuntansi harus dipilih, rerangka konseptual
versi FASB merupakan sumber yang tepat.
Di bidang akademik, rerangka konseptual merupakan materi yang sangat
penting dalam pembelajaran teori akuntansi yang nantinya berdampak dalam perbaikan
atau pemajuan praktik. Dengan memahami rerangka konseptual, mahasiswa akan dapat
menjelaskan mengapa dipilih suatu standar akuntansi dan mampu mengevaluasi
keefektifan praktik akuntansi dalam pencapaian tujuan pelaporan keuangan.
Pemahaman akuntansi melalui rerangka konseptual membuat mahasiswa selalu
mempunyai perspektif yang luas dan jangka panjang. Perspektif yang luas diperlukan
untuk mereka yang nantinya bergerak dalam profesi akuntansi akan selalu dapat
memahami perkembangan baru dalam akuntansi. Sikap semacam ini sangat diperlukan
dalam pengembangan akuntansi di suatu negara.
Sebagai alat, akuntansi dan rerangka konseptualnya bukan merupakan sesuatu
yang steril terhadap perubahan. Rerangka konseptual sebagai hasil perekayasaan harus
selalu dievaluasi keefektifannya dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, perubahan
dan modifikasi selalu harus dilakukan bila perubahan tersebut memang menempatkan
akuntansi menjadi lebih efektif sebagai alat. Perubahan dapat terjadi pada standar
akuntansi yang telah diterbitkan. Evaluasi ini nantinya akan memicu penelitian dalam
akuntansi untuk menguji apakah tujuan pelaporan keuangan benar-benar telah tercapai
dengan adanya standar akuntansi tertentu. Dengan mengacu pada rerangka konseptual,
penelitian akuntansi dapat diarahkan untuk menemukan prinsip, metode, dan prosedur
baru dalam pemecahan masalah-masalah yang timbul.
5. Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Sebagai pedoman operasional, Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
akhirnya menjadi kriteria untuk menentukan apakah statemen keuangan sebagai media
pelaporan keuangan telah menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar, dan jujur
yang secara teknis disebut menyajikan secara wajar (present fairly). Standar akuntansi
hanya merupakan salah satu kriteria (meskipun utama) untuk menentukan kewajaran.
Itulah sebabnya laporan auditor standar tidak menggunakan frasa “standar akuntansi”
untuk menegaskan adanya kewajaran, tetapi frasa “prinsip akuntansi berterima umum”.
Mengapa kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan
Standar Akuntansi Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia) atau Financial
Accounting Standar (untuk laporan auditor di Amerika. Berikut ini beberapa alasan
yang dapat menjelaskan hal ini. Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi
dapat atau telah dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga
harus di evaluasi secara luas atas dasarketentuan-ketentuan lain yang mengikat.
Termasuk dalam ketentuan lain adalah peraturan perundang-undangan dan ketentuan-
ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap standar (misalnya BAPEPAM).
Kedua, bila standar akuntasi secara eksplisit dijadikan kriteria dan dinyatkan
dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanya bersifat formal
(teknis) bukan bersifat substantif. Artinya, standar akuntansi akan dijadikan standar
minimal dan ada kemungkinan evaluator atau auditor hanya memenuhi standar minimal
tersebut untuk menentukan kewajaran. Dapat terjadi hal-hal penting yang tidak diatur
dalam standar akuntansi tidak dipertimbangkan secara saksama atau bahkan diabaikan.
Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran harus
merupakan suatu rerangka pedoman (a framework of guidelines) yang cukup
komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual (subtantif atau ideal). Pedoman
semacam itu mirip dengan apa yang terjadi dalam penentuan kriteria perbuatan etis
(ethical conduct). Apakah suatu perbuatan dikatakan etis secara professional harus
dinilai atas dasar rerangka pedoman yang di Amerika dikenal sebagai kode
etik/perbuatan professional (code of professional conduct) yang komprehensif.
Rerangka pedoman ini terdiri atas standar ideal (principles), kaidah atau aturan
perbuatan (rules of conduct), penjelasan resmi (interpretations), dan petunjuk teknis
(ethical rulings) yang keseluruhannya membentuk hierarki. Kaidah perbuatan
merupakan standar minimal yang harus dipernuhi agar secara profesional suatu
perbuatan akuntan dapat dikatakan etis atau tidak (substandard). Kaidah ini dapat
dipaksakan penegakannya oleh profesi dan pelanggaran terhadapnya dikenai sanksi
etis.
a. PABU Versi APB (Accounting Principle Board). PABU dalam versi ini terdiri dari
landasan konseptual seperti dalam rerangka konseptual versi FASB dan PABU
yang disebut landasan operasional atau praktik yang terdiri dari prinsip mendasar,
prinsip operasi umum, dan prinsip terinci.
b. PABU menurut versi Rubin. PABU menurut versi Rubin menganalogi tingkat
keautoratifan yang membentuk suatu hirarki dengan suatu bentuk bangunan rumah.
Ini menggambarkan PABU sebagai rerangka pedoman yang dideskripsikan oleh
AICPA dalam SAS No 43. Hirarki dilukiskan sebagai lantai rumah bertingkat
dengan fondasi berupa landasan konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat
keautoritatifan dengan landasan paling bawah berisi sumber yang paling autoritatif.
c. Pada PABU versi SAS No. 69 menggambarkan PABU sebagai dua hierarki pararel,
satu untuk entitas nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas kepemerintahan.
d. PABU versi SPAP adalah PABU yang diambil dari SAS No.69 tetapi hanya
diambil untuk entitas nonkepemerintahan (bisnis dan non bisnis).
Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan pedoman untuk memperlakukan suatu
objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal berikut ini:
a. Definisi: PABU memberi batasan atau definisi berbagai elemen, pos, atau objek
statemen keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar
tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh
pemakai. Definisi akan sangat kritis untuk elemen atau pos statemen keuangan.
b. Pengukuran/Penilaian: Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.
Pengukuran sering disebut penilaian akan tetapi, penilaian lebih ditujukan untuk
penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu elemen atau pos pada
saat dilaporkan dalam statemen keuangan.
c. Pengakuan: Pengakuan ialah pencatatan suatu ju mlah rupiah ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dalam laporan
keuangan.
d. Penyajian dan Pengungkapan: penyajian menetapkan cara melaporkan elemen/pos
dalam seprangkat statemen keuangan agar cukup informatif. Pengungkapan
berkaitan dengan cara pembeberan/penjelasan hal-hal informatif yang dianggap
penting dan bermanfaat bagi pemakai.
7. Struktur Akuntansi
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut menggambarkan
pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dan terpengaruh oleh perekayasaan
informasi dan saling berhubungan antara berbagai pihak dan sarana tersebut. Secara
teoritis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fondasi rerangka pedoman Prinsip
Akuntansi Berterima Umum atau disingkat dengan PABU. Walaupun demikian, karena
rerangka konseptual disusun setelah banyak standar akuntansi diterbitkan, beberapa
versi PABU menempatkan rerangka konseptual pada tingkat yang kurang autoratif.
Tujuannya adalah agar akuntan publik tidak mengganti standar yang tidak sesuai
dengan rerangka konseptual.
Agar perekayasaan pelaporan keuangan yang dilakukan itu dapat diterima,
khususnya bagi pemakai laporan keuangan, maka dalam proses perekayasaan harus
mengikuti suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU). Lalu bagaimana proses perekayasaan pelaporan keuangan itu sendiri.
Karena hasil dari perekayasaan pelaporan keuangan sangat berpengaruh pada proses
pengambilan keputusan, maka disini juga melibatkan banyak pihak dalam proses
perekayasaannya. Pihak yang terlibat meliputi pelaku dan institusi, badan pembina
pasar modal, perusahaan, analis manajer, akuntan publik, dan lain-lain, sedangkan
sarana-sarana yang mebentuk struktur akuntansi antara lain peraturan pemerintah,
standar akuntansi, laporan keuangan, dan konvensi pelaporan. Untuk lebih
memudahkan dalam memahami prosesnya, coba perhatikan gambar berikut ini.
Apabila pengertian akuntansi, teori akuntansi, rerangka konseptual, dan PABU
dirangkum atau digambarkan dalam suatu diagram yang disebut struktur akuntansi.
Struktur tersebut menggambarkan mekanisme pelaporan keuangan yang
menghubungkan perekayasaan dan praktik akuntansi. Struktur tersebut juga memiliki
manfaat untuk menunjukan dan mengenali bidang studi, bidang profesi, serta fungsi
auditor apabila perekayasaan telah diterapkan dalam suatu lingkungan maupun
negara. Dimana proses dan kegiatan di bawah PABU merupakan praktik pelaksanaan
hasil perekayasaan di tingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingan dengan
bagaimana entitas pelapor yang berada dalam suatu wilayah negara menyediakan dan
menyampaikan informasi keuangan dengan cara tertentu sesuai PABU sebagai suatu
rerangka pedoman.
Untuk mejelaskan definisi akuntansi, struktur tersebut menggambarkan luas
lingkup akuntansi sebagai pengetahuan sekaligus pekerjaan. Proses kegiatan yang telah
digambarkan merupakan proses perekayasaan yang melibatkan teori akuntansi sebagai
penalaran logis. Adapun bidang pekerjaan (profesi) yang ditawarkan akuntansi, yaitu:
1. Bidang Studi
Struktur diatas dapat dijadikan rerangka untuk menyusun kurikulum inti
program studi akuntansi.
2. Bidang Profesi
Struktur diatas dapat menggambarkan kesempatan karier bagi orang yang
menguasai seperangkat pengetahuan akuntansi. Seperti terjun ke layanan publik
dengan menjadi akuntan publik, konsultan manajemen, dan penyusun sistem
informasi akuntansi dan manajemen.
3. Fungsi Auditor Independen
Peran auditor independen sangat diperlukan untuk mengaudit apakah benar
statemen keuangan telah disajikan sesuai PABU. Dalam melaksanakan audit,
auditor independen harus memenuhi kriteria dan standar kualitas pengauditan yang
disebut standar pengauditan berterima umum (StaPBU) yaitu suatu rerangka
pedoman yang terdiri landasan konseptual dan operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Yatti, Irma dan Muhammad Rifa. 2019. DASAR-DASAR AKUNTANSI. Medan: Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).