Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi Dengan
Dosen Pengampu Endah Prawesti Ningrum SE., M.Ak.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Alasan Diperlukan Tata Kelola Yang Baik dan Etika Bisnis”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas Etika Profesi Akuntansidengan dosen pengampu Endah
Prawesti Ningrum SE., M. Ak. Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari tugas ini masih
jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis meminta maaf apabila ada kesalahan di
dalam penulisan tugas ini. Penulis juga meminta kritik dan saran dari pembaca agar
penulis dapat membuat tugas yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
(Kelompok 1)
2
DAFTAR ISI
JUDUL ……………….…………………………...………………………….…..… i
KATA PENGANTAR …………..…………..…………………...……….………. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………........….... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………….…………….…….....….. 4
1.1 Latar Belakang ….. ………….……..………….…….……………………......... 4
1.2 Rumusan Masalah …………....…………………..………..……....................... 5
1.3 Tujuan Makalah …..…….………………………….……………………..…...... 5
1.4 Manfaat Makalah …….....……………...………….……………..………..…..... 6
BAB II PEMBAHASAN…….………………………...…………………..…….…. 7
2.1 Teori Keagenan ………………………………………………………………... 7
2.1.1 Hubungan Prinsipal dan Agen ….……………………………………..11
2.1.2 Pemicu Konflik Kepentingan dan Masalah Keagenan Yang Timbul.....15
2.2 Definisi dan Prinsip Dasar Tata Kelola………………………………………... 18
2.3 Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik
Kepentingan………………………………………………………………….......… 22
2.4 Tinjauan Struktur Tata Kelola di Indonesia ……...………………………..……24
2.5 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Menurut OECD ………..……………………….. 28
2.6 Contoh Penerapan GCG………….………………………………………..……29
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ………..……...….......……….….......... 37
3.1 Kesimpulan ………….……...……....…...……...…....………………..……..….37
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
mengambil langkah strategis agar organisasi dapat terus berkembang dengan baik
sesuai dengan perubahan yang terjadi. Perubahan untuk menjadi lebih baik, tidak
akan terlepas dari sejumlah tantangan yang akan terus menghadang, apalagi di era
persaingan berbasis waktu maka siapa yang cepat dia yang menang, baik lebih
merespon permintaan pelanggan terhadap produk yang telah ada. Oleh karena itu
organisasi yang ingin terus berkembang harus merespon dengan cepat tantangan-
dalam perusahaan harus melakukan kerja keras dan kreativitas ekstra agar mampu
menjawab tantangan usaha ini, yaitu dengan salah satu cara membentuk dan
4
melakukan proses internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan sehat kepada
mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang semakin
meningkat. Penerapan GCG secara konsisten akan memperkuat posisi daya saing
secara lebih efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan memperkokoh
Sesuai dengan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, adapun maksud dan
5
5. Untuk mengetahui apakah prinsip-prinsip tata kelola menurut OECD.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen ini salah satunya berakar
pada teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Teori prinsipal-
agen menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih individu, kelompok
atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara
implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen
hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Menurut Belkaoui (2011:188), teori agensi
mungkin berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul di
antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik
kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan
sebagai suatu “penghubung (nexus) kontrak” melalui pernyataan oleh Jensen dan
Meckling yang menyatakan bahwa perusahaan adalah “cerita fiksi legal yang
7
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik
bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara
cara dimana input diproses untuk menghasilkan output dan cara dimana hasil dari
output dibagi diantara input. Dalam perspektif 'nexus of contracts' ini, kepemilikan
perusahaan merupakan konsep yang tidak relevan dan fungsi manajemen adalah
perusahaan.
beberapa asumsi. Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu asumsi
tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat
manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self-
interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Asumsi
kriteria efektivitas dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Asumsi
8
informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang dapat
diperjualbelikan.
dikehendaki.
dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal
tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen sebaliknya, agen memiliki
lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan
1. Moral hazard, yaitu permasalahan muncul jika agen tidak melaksanakan hal-
9
didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-
pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda.
Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan, dimana
suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent)
permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Eisenhardt, 1989 dalam
Darmawati,2005). Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a)
keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan dan (b)
merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi
tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa
prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara
tepat. Kedua adalah masalah pembagian resiko yang timbul pada saat prinsipal dan
agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. Dengan demikian, prinsipal dan
setelah suatu kejadian yang disebut sebagai peranan pascakeputusan. Peranan ini
seorang agen melapor kepada prinsipal tentang kejadian-kejadian dimasa lalu. Inilah
yang memberi akuntansi nilai umpan baliknya selain nilai prediktifnya. Dimana nilai
10
umpan balik menjelaskan bahwa informasi juga mempunyai peran penting dalam
dalam teori agensi muncul karena adanya hubungan kerja antara pihak
11
manajemen) karena pengguna laporan keuangan eksternal
saham.
Masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen
12
hubungan, yaitu; (1)antara pemegang saham dan manajer, dan
13
memperoleh kembalian yang besar adalah melakukaninvestasi pada
atauasymetric information.
14
adverse).Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut
perusahaan.
15
nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan
agen salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas
16
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan
17
Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al,
(stakeholders).
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah
18
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
pribadi.
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur
berkesinambungan.
19
Pedoman pokok pelaksanaannya:
etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.
20
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain
2.2.4 Independensi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pokok pelaksanaannya:
tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu
21
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-
masing.
2.3 Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik
Kepentingan
22
yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh pihak-
23
perusahaan kepada pemegang saham. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
Menurut Van der Stede (2007), tata kelola perusahaan merujuk pada
penilaian tata kelola perusahaan, hak pemegang saham suara, dan ancaman
Berkenaan dengan bentuk Dewan dalam sebuah perusahaan terdapat dua sistem
yang berbeda yang berasal dari dua sistem hokum yang berbeda, yaitu Anglo
24
Sistem hukum Anglo Saxon mempunyai Sistem Satu Tingkat atau One Tier
System, dimana perusahaan hanya mempunyai satu Dewan Direksi yang pada
Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu
(Non Direktur Eksekutif). Pada dasarnya yang disebut belakangan ini, diangkat
Board Of Directors
Sistem Hukum Kontinental Eropa mempunyai Sistem Dua Tingkat atau Two
Tiers System. Disini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu Dewan
diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (Dewan
25
dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris. Sehingga Dewan
Dalam hal ini Dewan Komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugas
dengan pihak ketiga. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam
System adalah Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang. Karena sistem hukum
Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia
Gambar 2.2
Struktur Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Dalam Two Tiers System
Organ perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
kepentingan perusahaan.
26
2.4.3 Hubungan Antar Organ
27
Direksi tetap merupakan tanggungjawab bersama.Kedudukan masing-
kegiatan Direksi.
transparandan efisien.
dalamyurisdiksiyangharusjelasdiartikulasikandan memastikanbahwa
kepentingan umumdisajikan.
28
4. Pengawas, pihak berwenang, dan penegakhukum harus
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham dan para anggota non-
senior perusahaan.
panjang.
suatu perusahaan.
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998. Dengan aset yang terus bertumbuh
sampai dengan diatas Rp 319 triliun, dan lebih dari 21 ribu karyawan yang
29
tersebar pada 1000 kantor dalam negeri dan 6 kantor dan perwakilan luar negeri
dan memberikan solusi keuangan yang sangat luas dalam investasi dan produk
syariah, serta bank assurance untuk nasabah korporat, komersial, small business
dan micro business selain nasabah individual Bank Mandiri. Tekad Bank Mandiri
tersebut telah diakui dan dihargai sebagai peringkat pertama dalam Banking
Jaringan distribusi Bank Mandiri termasuk 3,186 ATMs, 7,051 ATMs in the
LINK Network and 12,663 ATM Bersama Networks, and Electronic Data
mempunyai 8.3 juta pemegang kartu ATM and 3.2 juta pengguna SMS Banking,
783,356 pengguna internet banking and 822,937 pengguna Call Mandiri dan lebih
kekuatan dan sustainability Bank Mandiri yang juga berimplikasi pada sistem
30
strukturisasi yang kokoh dan rapih. ImplementasiGCG di Bank Mandiri sejalan
Bank Mandiri berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi para pemangku
melaksanakan tata kelola yang baik dalam setiap kegiatan bisnisnya demi
Melalui peran aktif dan dukungan penuh Dewan Komisaris dan Direksi, Bank
Mandiri memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan
berikut:
31
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana
1. Struktur organisasi yang dibentuk Direksi sesuai dan tepat dengan Perseroan.
32
3. Direksi telah merumuskan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP),
antara lain:
Asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran Bank Mandiri
kewajaran dan kesetaraan. Asas ini dapat mencapai kesinambungan usaha Bank
1. Transparansi
dan penyediaan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
2. Akuntabilitas
33
itu Bank Mandiri dikelola secara sehat, terukur dan profesional dengan
3. Responsibilitas
undangan dan ketentuan internal, prinsip pengelolaan Bank yang sehat serta
warga korporasi yang baik atau dikenal dengan good corporate citizen.
4. Independensi
dibawahnya tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
34
pemegang saham, mitra dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
Plan Bank Mandiri 2010-2014. Dan selanjutnya di tahun 2020 Bank Mandiri
mentargetkan untuk dapat masuk dalam jajaran Top 1 di ASEAN dan menjadi
35
Gambar 3.2 Struktur Tata Kelola PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
membentuk struktur dan fungsinya yang bertugas untuk mengelola pelaksanaan Good
prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap kegiatan usahanya pada
seluruh tingkatan atau jenjang organisasi termasuk pada saat penyusunan visi, misi,
37
Sebagai perusahaan go public, implementasi good corporate governance(GCG) atau
tata kelola perusahaan yang baik, merupakan kebutuhan mutlak bagi Bank Mandiri.
pengimplementasian GCG juga mutlak harus dilakukan dalam rangka pemenuhan hak
dan fairness, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai
bahwa GCG merupakan perangkat utama yang mengatur dan mengarahkan kegiatan
38
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, John. E, dan Siswanto Sutojo. 2008. Good Corporate Governance. Jakarta:
Jensen & Mecling. 1976. The Theory of The Firm: Manajerial Behaviour,Agency
Desember
Riahi, Ahmed, Belkaoui. 2011. Accounting Theory (Teori Akuntansi). Edisi Kelima.
https://www.bankmandiri.co.id/web/gcg
39