Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINCIPAL AGENT THEORY & MANAJEMEN PUBLIK


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Dasar Manajemen

Yang Dibina Oleh Ibu Wydha Mustika Maharani, S.AP., M.AP

Disusun Oleh :

Aris Farhan Rifa’i (21105520040)

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR

BLITAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”
TEORI KELEMBAGAAN BARU “dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar manajemen. Dalam kesempatan ini, penulis
dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat disusun
dengan baik karena adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis,
oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati. Akhir kata, kami berharap makalah ini memenuhi kriteria dalam
tugas pembuatan makalah serta bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Blitar , 1 November 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAK ......................................................................... 2

2.1 Principal agent Theory ............................................................................ 2


2.2 Konsep Principal agent Theory ............................................................... 4
2.3 Teori keagenan dalam sector public........................................................ 6

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 8

3.1 Abstrak .................................................................................................... 8


3.2 Kesimpulan Jurnal................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat
dalam disiplin keuangan dan akuntansi. Teori keagenan (agency theory) muncul
ketika hubungan agensi satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang
lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengembalian keputusan kepada agen tersebut. Adanya pemisahan
antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tersebut berpotensi menimbulkan
konflik. Terjadinya konflik yang disebut konflik keagenan (agency conflict)
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal.

Manajer (agent) secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan


keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi yang lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana
masingmasing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendaki. Kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak
demi kepentingan terbaik pemilik.

Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari


praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari
sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang
(agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut ”nexus of
contract”.

Perbedaan “kepentingan ekonomis” ini bisa saja disebabkan ataupun


menyebabkan timbulnya informasi asymmetri (Kesenjangan informasi) antara
Pemegang Saham (Stakeholders) dan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Principal agent theory?
2. Bagaimana konsep Principal agent theory?
3. Bagaimana Teori Keagenan (Agency Theory) dalam sector publik?

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Principal Agent Theory

Agency Theory merupakan bidang yang populer akhir-akhir ini. Pemisahan


pemilikdan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency
Theory (teorikeagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan risetakuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan
model akuntansi keuangandengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam
model ekonomi. Teori agensimendasarkan hubungan kontrak antara pemegang
saham/pemilik dan manajemen/manajer.Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar terciptakarena adanya kepentingan
yang saling bertentangan.

Salah satu hipotesis dalam teori keagenan ini adalah bahwa manajemen
akanmencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan cara
meminimalisir berbagai biaya keagenan (agencycost). Jensen dan Meckling
(1976) mendefinisikan agencycost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan
prinsipal untuk melakukan pengawasanterhadap agen. Hipotesis ini tidak sama
artinya dengan hipotesis yang menyebutkan bahwamanajemen mencoba
memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Oleh karenaitu, manajemen
diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengantujuannya
memaksimalkan kepentingannya, bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.

Menurut Anthony dan Govindrajan (2005) teori agensi adalah hubungan


ataukontrak antara principal dan agent . Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap-
tiap individusemata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflikkepentingan antara principal dan agent .

Sedangkan Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan:

“agency relationship as a contract under which one or more person (the


principals)engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involvesdelegating some decision making authority to the agent ”.

2
“Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih
orang(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas
nama principal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal.

Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkannilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan
cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Teori keagenan (Agency Theory) merupakan basis teori yang mendasari


praktik bisnis perusahaan yang digunakan selama ini. Teori ini berakar dari
sinergi teori ekonomi,teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanyahubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang (principal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang
(agen) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut “nexus of
contract.”.

Teori keagenan/agency theory mengasumsikan bahwa semua individu


bertindakatas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai principal
diasumsikan hanyatertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau
peningkatan investasi di perusahaan,sedangkan para agen diasumsikan menerima
kepuasan berupa kompensasi keuangan dansyarat-syarat yang menyertai dalam
hubungan tersebut.

Karena perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak berusaha


untukmemperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Principal menginginkan
pengembalian yangsemaksimal mungkin dan secepatnya atas investasi yang salah
satunya dicerminkandengan kenaikan porsi dividen dari tiap saham yang dimiliki.
Agen menginginkankepentingannya diakomodir dengan pemberian
kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang “memadai”. Principal menilai prestasi
agen berdasarkan kemampuannyamemperbesar laba untuk dialokasikan pada
pembagian dividen. Makin tinggi laba, hargasaham dan dividen, maka agen
dianggap berhasil atau memiliki kinerja yang baiksehingga layak mendapat
insentif yang tinggi.

3
Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan
kompensasiyang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
Agen dapatmemainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target
tercapai. Permainantersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif
Agent sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan,
misalnya piutang yang tidak mungkintertagih yang tidak dihapuskan dan
pengakuan penjualan yang tidak semestinya, yang berdampak pada besarnya nilai
aktiva dalam Neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan
nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing
(membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan

2.2 Konsep Principal agent theory

Konsep Principal agent mendasarkan pada hubungan antaraPrincipal sebagai


pemilik atau pemegang saham, sedangkan manajemen sebagai agen. Principal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas
nama principal ,sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh
principal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telahdiamanahkan oleh principal kepadanya.

Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkankemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat aturan yangmengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang
berupa keuntungan, return maupunresiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan
agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness(mencapai
keadilan) yaitu mampu menyeimbangkan antara principal dan agen yang secara
sistematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yangoptimal oleh agen dan
pemberian insentif imbalan khusus yang memuaskan dari principalke agen. Inti
dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untukmenyelaraskan
kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott,
1997).

Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:

4
(a) Asumsi tentang sifat manusiaAsumsi tentang sifat manusia menekankan
bahwa manusia memiliki sifat untukmementingkan diri sendiri (self
interest), memiliki keterbatasan rasionalitas(bounded rationality), dan
tidak menyukai resiko (risk aversion).
(b) Asumsi tentang keorganisasianAsumsi keorganisasian adalah adanya
konflik antar anggota organisasi, efisiensisebagai kriteria produktivitas,
dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
(c) Asumsi tentang informasi.Asumsi tentang informasi adalah bahwa
informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.

Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai bargaining position.


Principalsebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal
perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan
mempunyai informasi tentangoperasi dan kinerja perusahaan secara riil dan
menyeluruh, namun agen tidak mempunyaiwewenang mutlak dalam pengambilan
keputusan, apalagi keputusan yang bersifatstrategis, jangka panjang dan global.
Hal ini disebabkan untuk keputusan-keputusantersebut tetap menjadi wewenang
dari principal selaku pemilik perusahaan.

Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang principal dan agen
yangsaling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau
dalam praktiknyaakan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik-menarik
pengaruh dan kepentinganantara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan
sebagaipenyedia informasi bagi principal dalam pengambilan keputusan)
melakukan upaya sistematis yang dapatmenghambat principal dalam pengambilan
keputusan strategis melalui penyediaaninformasi yang tidak transparan, sedang di
lain pihak principal selaku pemilik modal bertindak semaunya atau sewenang-
wenang karena ia merasa sebagai pihak yang paling berkuasa dan penentu keputus
an dengan wewenang yang tak terbatas, maka kemudianyang terjadi adalah
pertentangan yang semakin tajam yang akan menyebabkan konflikyang
berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Baik prinsipal
maupunagen diasumsikan sebagai orang ekonomi (homo economicsus) yang
berperilaku inginmemaksimalkan kepentingannya masing-masing.

5
2.3 Teori keagenan dalam sector public

Pada dasarnya organisasi sektor publik dibangun atas dasar Agency theory.
Diakui atau tidak di pemerintahan daerah terdapat hubungan dan masalah
keagenan (Abdul dan Abullah, 2005). Menurut Bergman dan Lane (1990) teori
keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik. Ia menyatakan bahwa negara
demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen. Hal
yang sama dikemukakan oleh Moe (1984) yang menjelaskan konsep ekonomika
organisasi sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane
(1990) menyatakan bahwa kerangka hubungan prinsipal agen merupakan suatu
pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-komitmen
kebijakan publik.

Miriam Budiardjo (1994) mendefinisikan akuntabilitas sebagai


pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka
yang memberi mandat itu. Dalam konteks organisasi sektor publik, senada dengan
Mardiasmo (2002), menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas sebagai
kewajiban pemegang amanah (pemerintah) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (masyarakat) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. Pendapat Mardiasmo tentang akuntabilitas dalam konteks sektor publik
mengandung arti bahwa dalam pengelolaan pemerintah daerah terdapat hubungan
keagenan (teori keagenan) antara masyarakat sebagai principal dan pemerintah
daerah sebagai agent.

Teori keagenan memandang bahwa pemerintah daerah sebagai agent bagi


masyarakat (principal) akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan
mereka sendiri serta memandang bahwa pemerintah daerah tidak dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan masyarakat. Agency
theory beranggapan bahwa banyak terjadi information asymmetry antara pihak
agen (pemerintah) yang mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan

6
pihak prinsipal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang
memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah daerah harus dapat meningkatkan akuntabilitas atas
kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi
information asymmetry.

Berdasar Agency theory pengelolaan pemerintah daerah harus diawasi untuk


memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan meningkatnya
akuntabilitas pemerintah daerah informasi yang diterima masyarakat menjadi
lebih berimbang terhadap pemerintah daerah yang itu artinya information
asymmetry yang terjadi dapat berkurang. Dengan semakin berkurangnya
information asymmetry maka kemungkinan untuk melakukan korupsi juga
menjadi lebih kecil

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Abstrak

Teori keagenan telah digunakan oleh para peneliti di bidang akuntansi,


ekonomi, keuangan, pemasaran, ilmu politik, perilaku organisasi, dan sosiologi.
Namun, ini teori masih dikelilingi oleh kontroversi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan kontribusi teori keagenan untuk organisasi dengan
pendekatan positivis dan principalagent. Metode penelitian ini menggunakan studi
kepustakaan. Hasil dari ini studi adalah teori keagenan memberikan dua kontribusi
khusus untuk organisasi pemikiran. Yang pertama adalah pengolahan informasi.
Organisasi dapat campur tangan dalam sistem informasi dengan tujuan
mengendalikan oportunisme agen. Yang kedua adalah implikasi risiko. Organisasi
diasumsikan memiliki ketidakpastian di masa depan. Ketidakpastian hasil
dikombinasikan dengan perbedaan kemauan untuk menerima risiko akan
mempengaruhi kontrak antara prinsipal dan agen. Ide teori agensi risiko,
ketidakpastian hasil, insentif, dan sistem informasi adalah kontribusi untuk
pemikiran organisasi, dan bukti empiris mendukung teori, terutama bila dikaitkan
dengan perspektif teoretis yang saling melengkapi.

3.2 Kesimpulan Jurnal

Kasus pertama, tentang informasi yang lengkap, ketika principal mengetahui


apa yang telah agen kerjakan, maka dapat dikatakan,bahwa principal menguasai
perilaku agen, sehingga kontrak yang berdasarkan pada perilaku merupakan yang
paling efisien. Kontrak yang berdasarkan hasil akan memindahkan risiko kepada
agen, di mana hal ini tidak diperlukan karena diasumsikan para agen lebih
menghindari risiko dibandingkan principal.

Kasus kedua adalah para principal tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
agen di dalam perusahaannya. Munculnya kepentingan pribadi agen, agen dapat
bertindak sesuai atau tidak sesuai dengan kesepakatan. Masalah keagenan muncul
dikarenakan principal dan agen memiliki tujuan yang berbeda dan principal tidak

8
dapat menentukan apakah agen telah bertindak dengan benar di dalam perusahaan
yang dikelolanya. Sehingga akan muncul perilaku yang tidak baik, atau disebut
dengan Moral hazard yang berarti bahwa agen tidak akan seterusnya menjalankan
usahanya sesuai dengan yang disepakati antara principal dengan agen, dengan
kata lain, agen akan menjadi lalai. Contoh, moral hazard muncul seorang ilmuwan
peneliti mengerjakan proyek penelitian personal di dalam waktu bekerja, tetapi
penelitian tersebut sangat komplek sehingga manajemen perusahaan tidak dapat
mendeteksi apa yang sebenarnya dilakukan oleh peneliti. Adverse selection
muncul karena principal tidak dapat sepenuhnya mengetahui keterampilan atau
kemampuan tersebut pada saat perekrutan atau saat agen tersebut bekerja. Sebagai
contoh, adverse selection muncul ketika ilmuwan penelitian mengatakan bahwa
dia memiliki pengalaman dalam spesialisasi sains tertentu dan pemberi kerja tidak
bisa memastikan apakah itu benar.

Kasus perilaku yang tidak terdeteksi (akibat moral hazard dan adverse
selection), principal memiliki dua pilihan yaitu pertama, menyelidiki sistem
informasi seperti sistem anggaran, prosedur pelaporan, dewan direksi, dan laporan
tambahan manajemen. Tindakan tersebut dapat menunjukkan perilaku agen
kepada principal, dan situasi akan kembali pada kasus informasi yang lengkap.
Dalam bentuk formal, dapat dikatakan bahwa sistem informasi secara positif
berhubungan dengan kontrak yang berdasar pada perilaku dan secara negatif
berhubungan dengan kontrak yang berdasarkan pada hasil.

9
DAFTAR PUSTAKA

Scott ,William R . 2012. Financial Accounting Theory Sixth Edition.Pearson.

Kurniawansyah, Deddy, Sigit Kurnianto, and Firdaus Aditya Rizqi. "Teori agency
dalam pemikiran organisasi; pendekatan positivist dan principle-
agen." Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga 3.2 (2019).

10

Anda mungkin juga menyukai