Disusun Oleh :
BLITAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”
TEORI KELEMBAGAAN BARU “dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar manajemen. Dalam kesempatan ini, penulis
dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat disusun
dengan baik karena adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya pengetahuan dan pengalaman penulis,
oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca yang membangun akan penulis terima
dengan senang hati. Akhir kata, kami berharap makalah ini memenuhi kriteria dalam
tugas pembuatan makalah serta bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat
dalam disiplin keuangan dan akuntansi. Teori keagenan (agency theory) muncul
ketika hubungan agensi satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang
lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan
wewenang pengembalian keputusan kepada agen tersebut. Adanya pemisahan
antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan tersebut berpotensi menimbulkan
konflik. Terjadinya konflik yang disebut konflik keagenan (agency conflict)
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak agen dan prinsipal.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu hipotesis dalam teori keagenan ini adalah bahwa manajemen
akanmencoba memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan cara
meminimalisir berbagai biaya keagenan (agencycost). Jensen dan Meckling
(1976) mendefinisikan agencycost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan
prinsipal untuk melakukan pengawasanterhadap agen. Hipotesis ini tidak sama
artinya dengan hipotesis yang menyebutkan bahwamanajemen mencoba
memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Oleh karenaitu, manajemen
diasumsikan akan memilih prinsip akuntansi yang sesuai dengantujuannya
memaksimalkan kepentingannya, bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
2
“Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih
orang(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas
nama principal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang
terbaik bagi prinsipal.
Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkannilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan
cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
3
Sebaliknya Agen pun memenuhi tuntutan Principal agar mendapatkan
kompensasiyang tinggi. Sehingga bila tidak ada pengawasan yang memadai maka
Agen dapatmemainkan beberapa kondisi perusahan agar seolah-olah target
tercapai. Permainantersebut bisa atas prakarsa dari Principal ataupun inisiatif
Agent sendiri. Maka terjadilah Creative Accounting yang menyalahi aturan,
misalnya piutang yang tidak mungkintertagih yang tidak dihapuskan dan
pengakuan penjualan yang tidak semestinya, yang berdampak pada besarnya nilai
aktiva dalam Neraca yang “mempercantik” laporan keuangan walaupun bukan
nilai yang sebenarnya. Atau bisa juga dengan melakukan income smoothing
(membagi keuntungan ke periode lain) agar setiap tahun kelihatan
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkankemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat aturan yangmengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang
berupa keuntungan, return maupunresiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan
agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness(mencapai
keadilan) yaitu mampu menyeimbangkan antara principal dan agen yang secara
sistematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yangoptimal oleh agen dan
pemberian insentif imbalan khusus yang memuaskan dari principalke agen. Inti
dari agency theory adalah pendesainan kontrak yang tepat untukmenyelaraskan
kepentingan principal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott,
1997).
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
4
(a) Asumsi tentang sifat manusiaAsumsi tentang sifat manusia menekankan
bahwa manusia memiliki sifat untukmementingkan diri sendiri (self
interest), memiliki keterbatasan rasionalitas(bounded rationality), dan
tidak menyukai resiko (risk aversion).
(b) Asumsi tentang keorganisasianAsumsi keorganisasian adalah adanya
konflik antar anggota organisasi, efisiensisebagai kriteria produktivitas,
dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
(c) Asumsi tentang informasi.Asumsi tentang informasi adalah bahwa
informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang principal dan agen
yangsaling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau
dalam praktiknyaakan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik-menarik
pengaruh dan kepentinganantara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan
sebagaipenyedia informasi bagi principal dalam pengambilan keputusan)
melakukan upaya sistematis yang dapatmenghambat principal dalam pengambilan
keputusan strategis melalui penyediaaninformasi yang tidak transparan, sedang di
lain pihak principal selaku pemilik modal bertindak semaunya atau sewenang-
wenang karena ia merasa sebagai pihak yang paling berkuasa dan penentu keputus
an dengan wewenang yang tak terbatas, maka kemudianyang terjadi adalah
pertentangan yang semakin tajam yang akan menyebabkan konflikyang
berkepanjangan yang pada akhirnya merugikan semua pihak. Baik prinsipal
maupunagen diasumsikan sebagai orang ekonomi (homo economicsus) yang
berperilaku inginmemaksimalkan kepentingannya masing-masing.
5
2.3 Teori keagenan dalam sector public
Pada dasarnya organisasi sektor publik dibangun atas dasar Agency theory.
Diakui atau tidak di pemerintahan daerah terdapat hubungan dan masalah
keagenan (Abdul dan Abullah, 2005). Menurut Bergman dan Lane (1990) teori
keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik. Ia menyatakan bahwa negara
demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan prinsipal-agen. Hal
yang sama dikemukakan oleh Moe (1984) yang menjelaskan konsep ekonomika
organisasi sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane
(1990) menyatakan bahwa kerangka hubungan prinsipal agen merupakan suatu
pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-komitmen
kebijakan publik.
6
pihak prinsipal (masyarakat). Adanya information asymmetry inilah yang
memungkinkan terjadinya penyelewengan atau korupsi oleh agen. Sebagai
konsekuensinya, pemerintah daerah harus dapat meningkatkan akuntabilitas atas
kinerjanya sebagai mekanisme checks and balances agar dapat mengurangi
information asymmetry.
7
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Abstrak
Kasus kedua adalah para principal tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh
agen di dalam perusahaannya. Munculnya kepentingan pribadi agen, agen dapat
bertindak sesuai atau tidak sesuai dengan kesepakatan. Masalah keagenan muncul
dikarenakan principal dan agen memiliki tujuan yang berbeda dan principal tidak
8
dapat menentukan apakah agen telah bertindak dengan benar di dalam perusahaan
yang dikelolanya. Sehingga akan muncul perilaku yang tidak baik, atau disebut
dengan Moral hazard yang berarti bahwa agen tidak akan seterusnya menjalankan
usahanya sesuai dengan yang disepakati antara principal dengan agen, dengan
kata lain, agen akan menjadi lalai. Contoh, moral hazard muncul seorang ilmuwan
peneliti mengerjakan proyek penelitian personal di dalam waktu bekerja, tetapi
penelitian tersebut sangat komplek sehingga manajemen perusahaan tidak dapat
mendeteksi apa yang sebenarnya dilakukan oleh peneliti. Adverse selection
muncul karena principal tidak dapat sepenuhnya mengetahui keterampilan atau
kemampuan tersebut pada saat perekrutan atau saat agen tersebut bekerja. Sebagai
contoh, adverse selection muncul ketika ilmuwan penelitian mengatakan bahwa
dia memiliki pengalaman dalam spesialisasi sains tertentu dan pemberi kerja tidak
bisa memastikan apakah itu benar.
Kasus perilaku yang tidak terdeteksi (akibat moral hazard dan adverse
selection), principal memiliki dua pilihan yaitu pertama, menyelidiki sistem
informasi seperti sistem anggaran, prosedur pelaporan, dewan direksi, dan laporan
tambahan manajemen. Tindakan tersebut dapat menunjukkan perilaku agen
kepada principal, dan situasi akan kembali pada kasus informasi yang lengkap.
Dalam bentuk formal, dapat dikatakan bahwa sistem informasi secara positif
berhubungan dengan kontrak yang berdasar pada perilaku dan secara negatif
berhubungan dengan kontrak yang berdasarkan pada hasil.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawansyah, Deddy, Sigit Kurnianto, and Firdaus Aditya Rizqi. "Teori agency
dalam pemikiran organisasi; pendekatan positivist dan principle-
agen." Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga 3.2 (2019).
10