Kelompok 5
1. Elma vienkani (23020774123)
2. Alya zulfa (23020774135)
3. Putri arin dyah (23020774134)
4. Ericha alvi (23020774125)
5. Hikmah Laila (23020774137)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat allah swt. Atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetauhan dan pengalaman bagi
pembaca, bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini pembaca praktikan dalam
kehidupan sehari hari.
Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karna keterbatasn pengetauhan dan pengalaman kami untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................................................................... ii
ii
Daftar isi ..................................................................................................................................... iii
iii
BAB I PENDAHULUAN
a. latar belakang
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, mendorong
umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami, dan merenungkan segala
kejadian di alam semesta. Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan dan penguasaan iptek di dunia islam
diorientasikan sebagai sarana ibadah-pengabdian muslim kepada allah SWT dan
melaksanakan amanat khalifatullah di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ’alamin).
Manusia dianugerahi potensi akal yang digunakan untuk merenungi kekuasaan tuhan,
mencari tahu, dan memikirkan cara memanfaatkan alam semesta yang terhampar
luas.
b. Rumusan masalah
a. Apa konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
b. Bagaiamna Kemajuan IPTEK dalam sejarah peradaban Islam
c. Bagaiman Badri yatim mengungkapkan penemuanya tentang ilmuwan
ilmuwan dari khilafah abbasyah
c. Tujuan
a. Dapat mengetahui Konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
b. Mengerti menngerti kemajuan IPTEK dalam sejarah peradaban Islam
c. Dapat mengetauhi penemuan Badri yatim tentang ilmuwan ilmuwan dari
khilafah abbasyah
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Islam
Iptek menjadi dasar dan pondasi yang menyangga bangunan peradaban modern. Hal ini
berarti masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaannya
terhadap iptek. Definisi tentang sains dan teknologi telah diberikan oleh para filosuf dan
ilmuwan. Pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindera, intuisi, dan akal, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
kebenaran objektif, dapat diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah.
1
Etimologis, ilmu berarti kejelasan. Karena itu, segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan. Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Teknologi
didefinisikan sebagai kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan
menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada
proses teknis tertentu. Teknik adalah semua manifestasi dalam arti materi yang lahir dari
daya cipta manusia untuk membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna,
mempertahankan kehidupan. Teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi memiliki karakteristik objektif dan
netral, namun dalam situasi tertentu, teknologi tidak netral karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi. Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya
tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal
budinya berdasarkan tuntunan qur'an dan sunnah rasul.
2
C. Badri Yatim mengungkapkan bahwa di masa Khilafah Abasiyyah,
telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang
mengguncang dunia, diantaranya:
1. Al-khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan
dalam cabang ilmu matematika, algoritma (logaritma).
2. Ibnu sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu
udara. Namanya tekenal di barat sebagai avicena, pakar medis islam legendaris
dengan karya ilmiahnya qanun (canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran
para pelajar barat.
3. Al-biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga
diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak
pernah 7 atau 9.
4. Pada abad ke-8 dan 9 m, negeri irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya
merupakan petani. Irigasi dibangun dengan sistem irigasi modern dari sungai
eufrat dan tigris. Hasil yang diperoleh rasio hasil panen gandum dibandingkan
dengan benih yang disebar mencapai 10:1, sementara di eropa pada waktu yang
sama hanya dapat 2,5:1.
5. Kecanggihan di bidang arsitektur, seperti masjid agung cordoba; blue mosque di
konstantinopel; atau menara spiral di samara yang dibangun oleh khalifah al-
mutawakkil, istana al-hamra (al-hamra qasr) yang dibangun di seville, andalusia
pada tahun 913 m..
3
E. Berperilaku Islami dalam Menghadapi Kemajuan Iptek
Ilmu pengetahuan dam teknologi, di satu sisi telah memberikan “berkah” dan anugrah
yang luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, iptek telah
mendatangkan “petaka” yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Di
Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmu pengetahuan (sains) dan
agama (gereja). Dalam konflik ini sains keluar sebagai pemenang, dan sejak itu sains
melepaskan diri dari kontrol dan pengaruh agama, serta membangun wilayahnya sendiri
secara otonom. setelah terjadi revolusi industri di Barat, terutama sepanjang abad XVIII
dan XIX, sains bahkan menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion).
kajian teologi modern di Barat, timbul mazhab baru yang dinamakan “saintisme” dalam
arti bahwa sains telah menjadi isme, ideologi bahkan agama baru. sejak pertengahan abad
XX, terutama seteleh terjadi penyalahgunaan iptek dalam perang dunia I dan perang
dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi ilmu dan agama, iptek dan
imtak.
F. Integrasi pendidikan imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan
Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup
umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah swt. Sebaliknya,
tanpa asas
Iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru
yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan
nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa Indonesia.
manusia juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual).
Imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai
kebahagiaan hidup.
Setiap manusia diberi hidayah oleh Allah SWT berupa “alat” untuk mencapai dan
membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah
• Indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
• Naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan hidup manusia secara
pribadi maupun sosial,
• Pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan
tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi,
• Imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan
menyempurnakan pengetahuannya,
• Hati nurani, suatu kemampuan manusia
Menurut Mehdi Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan Iptek ilmuwan
muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok;
4
1. kelompok yang menganggap Iptek moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil Iptek modern dengan mencari
ayat- ayat Al-Quran yang sesuai;
2. kelompok yang bekerja dengan Iptek modern, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak Islami,
3. kelompok yang percaya adanya Iptek Islam dan berusaha
membangunnya. Tokoh kelompok ketiga ini, memunculkan nama
Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “Islamisasi Ilmu
Pengetahuan”.
Al-faruqi menegaskan bahwa dalam konsep islam tidak ada pemisahan yang tegas antara
ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang
dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran allah itu
sendiri. Sehingga iptek menurut islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan
dalam budaya islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia
meningkatkan derajat spiritualitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan iptek yang
merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah
martabatnya.
KESIMPULAN
“Hakikat” penyikapan iptek dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah
memanfaatkan perkembangan iptek untuk meningkatkan martabat manusia dan
meningkatkan kualitas ibadah kepada allah swt. Kebenaran iptek menurut islam
adalah sebanding dengan kemanfaatannya iptek sendiri. Iptek akan bermanfaat
apabila mendekatkan pada kebenaran allah dan bukan menjauhkannya, dapat
membantu umat merealisasikan tujuan- tujuannya (yang baik), dapat memberikan
pedoman bagi sesama, dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep islam
sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat
dalam arti luas. Ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasilnya di samping harus
mengingatkan manusia kepada allah, juga mengingatkan manusia dalam
kedudukannya sebagai khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam
raya ini.
5
DAFTAR PUSTAKA
1. Armas, Adnin, MA, 2005. Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, dalam Majalah
ISLAMIA, Thn. I, No.6, Juli-September Azra, Azyumardi, 1999. "Esai-Esai
Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam".
2. Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu Al-Siba'ie, 1995. Mustafa, al-Hadharah al-
Islamiyah. Beirut: Dar al-Kutub li- almalayin,
3. Badri, Yatim. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Rosda Karya,
Departemen Agama, 2005. Al-Qur'an al-Karim, Jakarta: Depag RI, Nasr, Husein
4. Sayyed, 2002. The Secret of Knowledge, terj. Bandung: Mizan Shihab,
Qurays, 2003. Wawasan al-Qur'an, Bandung: Mizan Tim Dosen PAI Unesa, 2011.
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Unesa University Press.