Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

TELAAH TERHADAP AYAT DAN HADITS


TENTANG SISTEM INDERA

Disusun Oleh :
Kelompok 9 :
1. Misdayanti (2030207077)
2. Erice Dwi Lestari (2030207078)
3. Yemi Yunita (2030207097)
Kelas : Pendidikan Biologi 2

Dosen Pengampu :
NOVIA BALLIANIE,M.Pd.I

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini, dan kami buat dengan waktu yang telah di tentukan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar
mengenai TelaahTerhadap Ayat Dan Hadits Tentang Sistem Indera.

Penulis mengucapkan terimahkasih kepada pihak-pihak yang telah member


sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis
juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena
itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Palembang, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1. Indera Menurut Al-Qur`an ....................................................................... 6
2.2 Hadits Tentang Memanfaatkan Panca Indera untuk Mencari Ilmu .......... 9
2.3 Hadits Tentang Dorongan untuk Memanfaatkan Panca Indera .............. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, telanjang,
buta ilmu pengetahuan, walau pun ia dibekali dengan kekuatan dan panca
indera yang dapat menyiapkannya untuk mengetahui dan belajar. Adapun
firman Allah Swt, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia member kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl 78).
Maka pendengaran, penglihatan dan akal serta panca indera lainnya ialah
alat-alat yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk digunakannya
memperoleh pengetahuan dan merupakan jendela-jendela yang melaluinya
orang dapatmenjenguk ke alam yang luas untuk mengetahui rahasia-
rahasianya, kemudian mengambil manfaat dari apa yang Allah telah
mengisinya untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidup manusia,
makhluknya yang diamanatkan untuk menjadi khalifah-Nya di atas bumi ini.
Seperti yang diajarkan dalam hadits Nabi tentang manfaat panca indera serta
hal-hal yang berhubungan dengan pada panca indera dalam mencari ilmu.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hadits tentang pemanfaatan
panca indera dalam mencari ilmu dan Dorongan untuk memanfaatkan panca
indera.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Indra Menurut Al-Quran?
2) Apa saja Hadist tentang memanfaatkan Panca Indera untuk mencari Ilmu?
3) Apa saja Hadist Tentang Dorongan untuk memanfaatkan Panca Indera?

1.3 Tujuan Masalah


1.Untuk mengetahui pengertian indera menurut Al-Quran
2. Untuk mengetahui Hadist tentang dorongan memanfaatkan panca indera
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Indera Menurut Al-Qur`an


Seorang anak dilahirkan dalam keadaaan tidak mengetahui apapun. Tidak
berapa lama kemudian, indra si anak mulai berfungsi. Si anak mulai
terpengeraruh oleh stimulus-stimulus dari luar yang tterjadi pada dirinya.
Kejadian-kejadian itu akan menimbulkan beragam perasaan. Itulah yang
kemudian menjadi dasar terbentuknya persepsi dan pengetahuan anak terhadap
dunia luar. Al-Qur’an telah mengisyaratkan kenyataan tersebut pada banyak
ayat. Di antaranya :
1. “Dan Allah telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kalian
pendengaran, pengelihatan dan hati supaya kalian bersyukur” QS.
An-Nahl [16]:78,
2. “Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kalian pendengaran,
pengelihatan dan hati. Amat sedikitlah kalian bersyukur” QS. Al-
Mu’minun [23]: 78,
3. “Katakanlah, ‘Dia-lah yang telah menjadikan kalian serta memberi
kalian pendengaran, pengelihatan, dan hati. Amatlah sedikit kalian
bersyukur” QS. Al-Mulk [67]: 23,
4. “Kemudian Dia menyempurnakan serta meniupkan ke dalamnya
ruh- Nya, dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran,
pengelihatan, dan hati. Sedikit sekali yang kalian syukuri” QS. As-
Sajdah [32]: 9.
Al-Qur’an hanya menyebut pendengaran dan pengelihatan sebagai
dua alat indra. Pertama, karena pentingnya pendengaran dan pengelihatan
dalam proses persepsi. Kedua, penyebutan pendengaran dan pengelihatan
cukup untuk menunjukkan urgensi semua alat indra dalam proses persepsi.
Inilah di antara karakteristik gaya bahasa Al-Qur’an yang ringkas dan
mendalam, yaitu cukup dengan kiasan dan isyarat untuk menunjukkan hakikat-
hakikat mendasar yang bersifat umum, serta mengabaikan pemerian.

Dalam banyak ayat Al-Qur’an, pendengaran disebutkan lebih dulu daripada


pengelihatan karena beberapa alasan berikut:
Pertama, pendengaran lebih penting daripada pengelihatan dalam
proses persepsi, belajar , dan perolehan ilmu. Manusia masih mungkin untuk
belajar bahasa dan memperoleh pengetahuan nila kehilangan pengelihatannya.
Di antara yang menunjukkan pentingnya pendengaran dalam persepsi dan
belajar bahasa-(bahasa termasuk instrument paling penting dalam berfikir dan
memperoleh pengetahuan)- adalah Al-Qur’an hanya menyebut pendengaran
beserta akal untuk menandakan kaitan erat antara pendengaran dan akal. “Dan
mereka berkata, ‘Kalaulah kami mendengar atau memahami, tentu tidaklah
kami termasuk para penghuni neraka yang menyala-nyala”. QS. Al-Mulk [67]:
10.
Karena berkaitan erat antara pendengaran dan akal tersebut, dalam
banyak ayat Al-Qur’an disebutkan kata mendengar, tetapi dalam arti
memahami, berfikir, dan mempertimbangkan. “Rabbana, sesungguhnya kami
mendengar seruan seseorang yang menyeru kepada iman (yaitu): hendaknya
kalian beriman kepada Rabb kalian, maka kami pun beriman ….” QS. Ali-
Imran [3]: 193,“Dan bahwasannya kami, ketika mendengar petunjuk, kami pun
beriman kepadanya….” QS. Al-Jinn [72] :13, “Dan Kami mengunci mati kalbu
mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar?” QS. Al-A’raf [7]: 100.
Kedua, indra pendengaran langsung bekerja seusai persalinan. Anak
akan langsung dapat mendengar suara-suara setelah persalinan. Adapun untuk
dapat melihat sesuatu dengan jelas, si anak membutuhkkan waktu beberapa
saat.
Ketiga, indra pendengar melaksanakan fungsinya secara terus
menerus tanpa henti, sedangkan indra pengelihatan adakalanya berhenti
melaksanakan fungsinya ketika manusia menutup kedua matanya atau ketika
tidur. Suara nyaring juga dapat membangunkan manusia dari tidurnya. Oleh
sebab itu, dalam kisah Ashhabul Kahfi Allah SWT menerangkan bahwa Dia
menutup telinga mereka hingga mereka terlelap tidur, dan suara pun tidak
membuat mereka terbangun. “Kemudian Kami, menutup telinga mereka di
dalam gua itu selama beberapa tahun”. QS. Al-Kahfi [18]: 11.
Keempat, indera pendengar dapat mendengar semua suara, baik
dalam gelap maupun terang, sedangkan indra pengelihatan hanya dapat
melihat dalam cahaya. Al-Qur’an juga menyebut “as-sam’u” (pendengaran)
dalam bentuk tunggal, sedangkan “al- abshar” (pengelihatan) disebutkan
dalam bentuk jamak. Hal ini termasuk bukti kemukjizatan gaya bahasa Al-
Qur’an. Sebab indra pendengar dapat menerima suara yang datang dari segala
arah, sedangkan mata hanya dapat melihat bila manusia mengarahkan
pandangannya kearah sesuatu yang ingin dilihatnya. Jika terdengar suara dari
suatu tempat yang dihuni banyak orang, mereka semua akan mendengar suara
yang sama. Namun jika mereka melihat sesuatu yang sama dari sudut yang
berbeda-beda, pengelihatan mereka kepada sesuatu itu tidak akan sama persis.
Demikian pula terkadang mereka melihat sesuatu yang berbeda di waktu yang
sama sesuai dengan arah yang mereka lihat. Selain itu, jika kita mendengar
suara yang berasal dari suatu tempat secara langsung berada di hadapan kita,
gelombang suara akan sampai kedua telinga dalam waktu yang bersamaan.
Juga kuatnya pengaruh suara pada kedua gendang telinga akan sama. Akan
tetapi, jika kita melihat sesuatu yang terletak di hadapan kita, bentuk yang
tergambar pada retina mata kanan akan berbeda dengan bentuk yang tergambar
pada retina mata kiri. Sebab mata kanan melihat sesuatu dari sisi kanan,
sedangkan mata kiri melihat sesuatu dari sisi kiri.
Beberapa penelitian fisiologi modern mengungkapkan bahwa anak
yang baru lahir bisa merespons suara-suara yang nyaring. Tetapi belum biasa
merespon suara-suara yang sangat perlahan. Penelitian-penelitiaantersebut
juga menjelaskan bahwa gambar-gambar belum terlihat jelas oleh kedua mata
si anak yang baru lahir itu hingga bulan keenam. Ini disebabkan perkembangan
retina barulah sempurna pada akhir enam bulan pertama pasca kelahiran
pertanggung jawaban panca indra.
1. Hadis
َ ‫صلَّىالل ُهعَلًي‬
‫ْهو َسلً ًم‬ ُ ‫ع ْنأَبِي َسعِي ٍدقَالَقالَ ًرس‬
َ ‫ُوُللل ِه‬ ً ‫ع ْنأَبِي ُه َري َْرةً ًو‬
َ :
‫و‬ َ َ‫ُل َو َولًد ًَاو َس َّخرْ تُلكَاأل ْنع‬
‫ام‬ ً ‫ص ًر َاو َما‬ َ َ‫وُللل ُهلَ ُهألَ ْمأجْ عَ ْللَ َك َس ْمع‬
َ َ‫اوب‬ ُ ُ‫يُؤتًىبِ ْالعَ ْب ِديَ ْو َمال ِقيَا َم ِةفَيَق‬
‫ح‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ْالحرْ ثَ َوت ََر ْكت ُ َكتَرْ أس َُوتَرْ بَعُفكُ ْنتَت‬
َ ُ ‫طنَّأنَ َك ُمالَقِييَو َم َك َهذَاقَالَفَيَقُولُ َالفَيَقُولُل ُهالَ ْيو َمن َسا َك َك َمالَسِيتَنِيقَ َاألَبُو ِع َسىهذَا َح ِديَث‬
‫يوقَدْفَس ََّر َبعضُأ ْه ِال ْلع ِْلمِ َه ِذهِاأل َيتَف َْال ْيو َمنَ َساه ُْمقَالُواإ‬ ْ ‫ي ُحغ َِريب َُو َم ْعنَىقَو ِل ِهاليُو َماَتْ ُركُك‬
َ ‫َفيال َعذَا ِب َه َكذَافَس ُْروه‬
َ ‫ُقاألبُوعي َس‬
ِ ‫نَّ َما َم ْعنَاه ُْال ْيو َمنَثْ ُركُ ُه ْمڤِي ْال َعذَا‬
( ‫كتابصفتالقيامة و الرقائق َ الورععنرسوُلهلل‬،‫) رواهالترمذيفىالجامع‬. ‫ب‬
2. Terjemahan
“Dari Abu Hurairah dan Abi Said berkata : Rasullah SAW bersabda : Pada
hari kiamat nanti para hamba di pertemukan dengan-Nya, dan Allah berkata
kepada mereka” Bukankah telah Ku ciptakan untukmu pendengaran,
penglihatan, harta serta keturunan dan telah kutundukan padamu hewan
ternak dan tumbuhan dan hasil bumi agar kau bisa memimpin dan hidup
sejahtera dan kamu mengira bahwa kamu akan bertemu dengan hari ini ?”
mereka berkata “ tidak ” maka Allah mengatakan pada mereka “ Hari ini
Aku melupakan seperti kamu melupankan-Ku.” ( HR. Imam Tirmidzi)

2.2 Hadits Tentang Memanfaatkan Panca Indera untuk Mencari Ilmu

a. Hadist
‫صلَّىالل ُه َعلَ ْي ِه َو ّسلَّ َميَقُ ْو ُل‬
َ ‫ع ْن َع ْبدِالل ِه ْبنِ َم ْسعُ ْو ِدقَالَ َسمِ ْعت ُ َرس ُْو َُللل ِه‬َ :
ٍ ‫نَض ََّرالل ُهإِ ْم َراَ ًء َسمِ َعمِ نَّا َشيْأًفَ َبلَغَ ُه َك َما َسمِ َعف َُربَّ ُم َب ِلّغُأ َ ْوعَىمِ ْن َسامِ ع‬,
ِ ‫ِالرحْ منِبِ ْنعَ ْب ِد‬
‫للا‬ َّ ‫ع ْبد‬ َ ٌ‫قَ َاألَب ُْو ِع ْي َسى َهذَا َح ِد ْيث ٌ َح َسن‬
َ ‫صحِ ْيح ٌَوقَد َْر َواهُعَ ْب ِداْل َما ِلكُبِ ْنعُ َمي ِْر‬

b. Tarjemahan
“Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda : “Semoga Allah memuliakan seseorang
yang mendengar sesuatu dari kami,lalu dia menyampaikannya
(kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar,maka kadang-
kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada
orang yang mendengarnya”. (HR.At-Tirmidzi).

c. Biografi Rawi
1. Abdullah Ibn Mas’ud.

Abdullah Ibn Mas’udadalah Abdullah IbnuMas’ud Ibn


Ghafil Ibn Habib Al-Mudzaly, seorang sahabat Nabi yang dahulu
pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.Ibu beliau bernama
Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang juga memeluk Islam
dipermulaan Islam.Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits.
Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64 hadits 21 diantaranya
diriwaatkan oleh Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh
Muslim.Beliau wafat di Madinah pada tahun 32 H dan di
kembumikan di Baqi’.

2. Imam TirmidzirahimahullahuTa’ala.
Imam TirmidzirahimahullahuTa’alaadalah Abu Isa
Muhammad bin Isa bin At-Tirmidzi. Lahir pada tahun 200 H dan
wafat di Turmudz pada malam Senin tanggal 13 Rajab 279 H. Beliau
adalah salah seorang ulama hafizh yang telah bertemu dengan para
Syaikh generasi awal, seperti Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin
Basysyar, Ali bin Hajar dan para imam hadits lainnya.
Banyak sekali yang telah meriwayatkan hadits dari Imam
Tirmidzi.Beliau sendiri juga memiliki banyak karya tulis seputar
ilmu hadits.Kitabnya yang paling baik adalah yang berjudul As-
Shahih. Selain itu, kitab ini juga banyak sekali mengandung faidah
dan tidak banyak mengalami proses pengulangan riwayat.
Imam TirmidzirahimahullahuTa’alaberkata, “Aku telah
menyodorkan kitab ini kepada para ulama di kawasan Hijaz, Irak,
Khurasan.Ternyata mereka bisa menerima kitab ini dan
menganggapnya sebagai kitab yang baik.Barang siapa menyimpan
kitab ini di dalam rumahnya, maka seakan-akan ada Nabi bersabda
di dalam rumahnya tersebut.”
At-tirmidziadalah ulama hadits yang pertama sekali
mempopulerkan predikat hadits Hasan.Yaitu, hadits yang kurang
pantas dinilai shahih, tetapi tidak layak juga bila dinilai dha’if.
Sementara, para ulama pendahulunya membagi hadits ahad hanya
menjadi shahih dan dha’if. Artinya, hadits yang menurut at-Tirmidzi
itu hasan, dimasukkan kedalam kelompok dho’if. Maka, kalau para
ulama sebelum at-Tirmidzi (seperti ulama Fiqh pendiri madzhab
empat) berkata bahwa hadits dha’if untuk kepentingan tertentu dapat
dijadikan hujjah, dimaksudkan adalah hadits hasan menurut
kerangka at-Tirmidzi. Jadi, bukan sembarang hadits dha’if. Teori
para ulama Fiqh tadi mengacaukan pikiran kita karena mereka
membagi hadits kepada dua, sementara, kita sudah mengenal tiga
jenis nilai hadits.

3. Keterangan Hadist
Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud dalam
hadits, yaitu: semoga Allah SWT mempereloknya dengan
keagungan dan keindahan, bagi orang yang mendengar sesuatu dari
kami yaitu perkara Agama berupa suatu ayat dari Al-Qur’an atau
suatu Hadits, lalu ia menyampaikannya persis seperti apa yang ia
dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia lelaki
maupun wanita.
Banyak orang yang mendengar hadits tidak secara langsung
tetapi melalui perantara sehingga lebih hafal, lebih menguasai dan
lebih memahami dari pada orang yang mendengar secara langsung.
Hadits tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu
dalam pandangan islam, karena ‘mendengar’ sendiri merupakan
salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga Rasulullah
meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu
dari beliau, yang kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah
ia dengar, sehingga akan banyak orang yang mengetahui dari apa
yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran
untuk memanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir
dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu
yang akan kita peroleh. Dan Allah memberikan pendengaran dan
penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.

d. Aspek Tarbawi
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai
berikut :
1. Panca indera sangat penting dalam mencari ilmu terutama
pada alat pendengaran.
2. Sebelum kita menyampaikan kabar kepada orang lain
hendaklah kita memperhatikan, memeriksa dan menghafal
kemudian berhati-hati saat menyampaikan kabar tersebut
kepada orang lain.
3. Kejujuran dan kebenaran adalah sesuatu yang akan
membawa pada kemuliaan dan kebahagiaan.
4. Orang yang berilmu dituntut untuk mengamalkan ilmu
yang telah ia dapatkan.
2.3 Hadits Tentang Dorongan untuk Memanfaatkan Panca Indera
a. Hadits
َ‫صلىَّالل ُهعَلَ ْي ِه َو َسلَّ َم )يُعَ ِلّ ُمنَا َك ِل َمات ٍَولَ ْميَكُ ْنيَعَ ِلّ ُمنَاهُنَّ َك َمايُعَ ِلّ ُمنَاالتَّ َش ُّهد‬ َ : ‫ع ْنعَ ْبدِالل ِهقَا َل‬
َ ِّ‫﴿وكَانَ (النَّبِي‬ َ
:
ْ ‫ور َو َجنِّ ْبن‬
َ ‫َاالف ََواحِ َش َما‬
‫ظ‬ ُّ ‫سب َُالل َّسلَمِ َونَ َّجنَامِ ْنال‬
ِ ُّ‫ظلُ َماتِإِلَىالن‬ ْ َ‫َاوأ‬
َ ‫صلِحْ ذَاتِبَ ْينَن‬
ُ ‫َاوا ْه ِدنَا‬ َ ‫اللَّ ُه َّمأَلَّ ْفبَ ْينَقُلُو ِبن‬
َّ‫َاوذُ ِ ّر َياتِن ََاوت ُ ْب َعلَ ْينَا ِإنَّ َكأ َ ْنتَالت‬ ِ ‫َاوأَ ْز َو‬
َ ‫اجن‬ َ ‫َاوقُلُو ِبن‬
َ ‫ارن‬ َ ‫َاوأَ ْب‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ار ْكلَنَافِيأ َ ْس َما ِعن‬ َ ‫او َما َب‬
ِ ‫طن ََو َب‬ َ ‫ه ََرمِ ْن َه‬
‫علَ ْينَا﴾(رواهابوداودفىالسنن‬ َ ‫ُالرحِ ْي ُم َواجْ َع ْلنَاشَاك ِِر ْينَ ِل ِن ْع َم ِت َك ُم ْش ِن ْينَ ِب َهاقَا ِب ِل ْي َه‬
َ ‫اوأَ ِت َّم َها‬ َّ ‫ َّواب‬,
‫بابالتشهد‬, ‫)كتابالصالة‬

b. Terjamah
Dari Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah SAW) biasa
mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak
mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan
tasyahhud :“ Wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah
diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan,
selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah
kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar,
limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan,
hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya
Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang dan
jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat Engkau
berterimakasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah nikmat itu
atas kami”.(HR. Abu Daud).
c. Biografi Rawi
1. Abdullah Ibn Mas’ud.
Abdullah Ibn Mas’udadalah Abdullah IbnuMas’ud Ibn
Ghafil Ibn Habib Al-Mudzaly, seorang sahabat Nabi yang dahulu
pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.
Ibu beliau bernama Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang
juga memeluk Islam dipermulaan Islam.
Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim
menyepakati sejumlah 64 hadits 21 diantaranya diriwayatkan oleh
Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh Muslim.Beliau wafat di
Madinah pada tahun 32 H dan dikembumikan di Baqi’.

2. Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala.


Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala adalah Imam
Sulaiman bin Al-Asy’asy bin Ishaq Al Asadi As-Sijistani. Beliau
telah melakukan rihlah untuk mencari ilmu hadits, mengumpulkan,
serta telah menyusun kitab dalam jumlah yang banyak. Beliau
menulis hadits yang diriwayatkan dari para ulama kawasan Irak,
Syam, Mesir, dan Khurasan. Lahir pada tahun 202 H dan wafat di
Basrah pada malam hari tanggal 16 Syawwal 275 H.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits dari para syaikh
(guru) Imam Bukhari dan Muslim. Diantara mereka adalah Ahmad
bin Hambal, Utsman bin abi Syaibah, Qutaibahbih Sa’id, dan para
imam hadits yang lainnya. Sedangkan diantara murid yang
meriwayatkan hadits dari beliau adalah putranya sendiri yang
bernama Abdullah, Abu Abdirrahman, An-Nasa’i, Abu Ali Al-
lu’lui, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketika kitabnya yakni kitab As-Sunan disodorkan kepada
Ahmad bin Hambal, maka Imam Ahmad pun menganggapnya
sebagai kitab yang bagus.
Abu Daudr ahimahullahu Ta’ala berkata, “Aku telah menulis
hadits Rasulullah sebanyak 500.000 riwayat. Kemudian aku
menyelesaikan menjadi 4.800 hadits yang kemudian aku himpun di
dalam kitab ini.Aku menyebutkan riwayat-riwayat yang berstatus
shahih dan juga yang mendekati status tersebut. Dari kesemua
riwayat hadits tersebut, ada empat riwayat hadits yang cukup bisa
dijadikan pegangan orang-orang. Yang pertama adalah sabda
Rasulullah SAW “ Sesungguhnya amal perbuatan itutergantung
pada niat”. Kedua sabda Rasulullah SAW, “Di antara kebaikan islam
seseorang adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak bermakna”.
Ketiga sabda Rasulullah SAW, Seorang mukmin tidak menjadi
mukmin sampai dia bisa merasa ridha kepada saudaranya
sebagaimana kalau dia ridha kepada dirinya sendiri”. Keempat
adalah sabda Rasulullah SAW, “Sesuatu yang halal sudah jelas dan
yang haram pun sudah jelas…”
Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala tergolong imam yang
sangat alim, ahli Ibadah dan Wara’. Disebutkan bahwa beliau
memiliki lengan baju yang berukuran lebar dan sempit, beliau pun
ditanyai mengenal hal ini, “Apa gunanya ini ??” beliau menjawab,
lengan baju yang sempit tidak dibutuhkan untuk hal itu.”
Al-Khaththabi berkata, “Belum pernah dikarang sebuah
kitab agama yang menyerupai kitab As-Sunan karya Abu Daud.
Kitab tersebut dapat diterima oleh semua kalangan yang
bermadzhab cukup beragam.
Abu daud berkata, “Aku tidak menyebutkan di dalam kitab
sebuah hadits yang telah disepakati untuk ditinggalkan.”
IbnuA’rabi berkata, “Seandainya seseorang tidak memiliki
ilmu kecuali hanya dari Al-Qur’an dan kitab ini, maksudnya kitab
As-Sunnan karya Abu Daud maka dia tidak perlu lagi ilmu
penegtahuan yang lainnya.”
Para ulama setelah generasi Abu Daud banyak yang
menyusun kitab Al-Jaami’, Al Musnad dan yang semisalnya.Kitab-
kitab tersebut menghimpun berbagai macam sunah, produk hukum,
kabar berita, kisah-kisah, mau’izhah (nasihat) dan pelajaran tentang
etika. Tidak ada seorang pun dari penyusun kitab yang bermaksud
untuk menghimpun sunan secara khusus, dan tidak ada seorang pun
dari mereka yang melakukan sesuatu seperti yang telah diperbuat
oleh Imam Abu Daud. Ibrahim Al-Harabi berkata, “Ketika Abu
Daud menyusun kitab ini, Hadits seakan menjadi mudah bagi beliau
sebagaimana logam besi terasa lunak bagi Nabi Daud As.

d. Keterangan Hadist
Hadits di atas merupakan do’a yang diajarkan Rosulullah
untuk mempererat persaudaraan sesame muslim untuk meminta
perdamaian, persatuan dan makna lain seperti meminta
kesejahteraan, keselamatan, dll.
Doa tersebut juga berkaitan tentang penggunaan
pancaindera. Kita harus berdoa kepada Allah agar dimaksimalkan
fungsi panca indera. Hendaklah kita memanfaatkan panca indera
dengan sebaik – baiknya. Karena Allah akan menunjukkan kepada
hambaNya jalan kesejahteraan. Allah akan membuat panca indera
kita peka, sehingga kita akan terselamatkan dari hal – hal buruk yang
akan menghalangi kita menuju jalan kebenaran.
Inti dari keterangan hadits diatas ialah bahwa kita dianjurkan
untuk memanfaatkan seluruh panca indera kita semaksimal mungkin
tetapi masih dalam lingkup yang baik artinya apa yang kita kerjakan,
misalnya dalam hal mencari ilmu dan sholat tidak menyimpang dari
apa yang semestinya kita lakukan. Supaya dari apa yang kita
kerjakan akan mendapat nikmat, manfaat dan berkah.
Talib Madlul menambahkan bahwa manusia memiliki 2 alat
(memperoleh) ilmu pengetahuan:
a. Alat yang bersifat zahir yaitu panca indra.
b. Alat yang bersifat batin, yaitu akal dan hati.
Dengan demikian, dalam merumuskan ilmu pendidikan
Islam, seseorang dituntut untuk melibatkan panca indra, akal, dan
hati secara integratif; sehingga bobot kebenaran lebih tinggi,
objeknya lebih luas dan hasilnya lebih dapat diterima dalam
pendidikan Islam.

e. Aspek Tarbawi
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai
berikut :
1. Sebagai sumber ilmu pengetahuan, panca indera yang terdapat
pada manusia mempunyai banyak kegunaan sebagai sarana
mendukung dan melengkapi manusia untuk mencari ilmu, baik
ilmu agama maupun ilmu umum.
2. Panca indera harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal – hal
yang senantiasa di ridhoi Allah sebagai wujud rasa syukur
kepada Allah.
3. Bukti bahwa Islam tidak hanya menyuruh umatnya untuk
mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang
bersifat umum, serta bukti bahwa segala yang telah diberikan
oleh Allah Swt. Kepada manusia selalu ada manfaatnya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Panca Indera berperan sangat penting bagi seseorang terutama
dalam mencari ilmu. Melalui hadits-hadits di atas kita dituntut untuk dapat
menggunakan alat inderawi semaksimal mungkin dalam mencari dan
menggali ilmu pengetahuan,untuk kemudian ilmu tersebu tdapat
digunakan untuk menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah
Swt. Serta dapat menuntut kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Telah kita ketahui bahwa Allah Swt memberikan kebebasan kepada kita
untuk menggunakan panca indera sebaik mungkin untuk hal – hal yang
senantiasa di ridhoi Allah Swt sebagai wujud rasa syukur kepada Allah
Swt.
Indera jasmani adalah alat yang memiliki kegunaan sangat penting
bagi manusia. Indra jasmani pada manusia meliputi, pendengaran
(telinga), penglihatan (mata), penciuman (hidung), pengecap (lidah),
perasa (kulit), kemudian alat gerak (tangan dan kaki) dan bagian tubuh
manusia lainnya.Tujuan Allah menciptakan manusia hanyalah untuk
mengabdi kepada-Nya, maka dari itu artinya manusia wajib menjadikan
fungsi seluruh indra jasmaninya hanya untuk menjadi alat dalam
melakukan ibadah kepadaNya. Menjadikan indra jasmani sebagai alat
untuk mengabdi kepada Allah dilakukan dengan cara beribadah kepada-
Nya, memelihara kesehatan jasmani dengan cara menjaga kebersihannya
(memelihara wudhu) dan memakan makanan yang halal dan bergizi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd., Pelajaran Tauhid untuk Tingkat Lanjutan.
Medan: IAIN “Sumatera Utara” Medan, 1998.
Ahmad Zainudindkk. AqidahAkhlak. Klaten : SinarMandiri, 2010.
Al-Qu’an Al Karim
Hadis Purba. Tauhid Ilmu, Syahadat dan Amal. Medan: IAIN Press, 2014.
Ira Suryani. Ilmu Tauhid/Ilmu Kalam. Medan : Diktat FakultasTarbiyah IAIN
Sumatera Utara, 2000
YadiPurwanto, Pendidikan Kepribadian Integrasi Nafsiyah dan
‘AqliyahPerspektifPsikologiIslami, Bandung: PT RefikaAditama, 2007.
Ash-Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi.1999. Sejarah dan PengantarIlmuHadits.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2251385-sumber-ilmu-pengetahuan-
panca-indra/, diaksestanggal 10 Februari 2013.
Http://www.nasehatislam.com, diaksestanggal 10 Februari 2013.
Nashif, SyekhMansyur Ali. 1993. Mahkotapokok-pokokhadisRasulullah SAW. Jilid I.
Bandung: SinarBaru.
Soffandi, WawanDjunaedi. 2003.Syarah HaditsQudsi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Zuhri, Muh. 1997.Hadits Nabi (Sejarah dan Metodologinya). Yogyakarta: PT. Tiara
WacanaYogya.

Anda mungkin juga menyukai