Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK VII

RUANG LINGKUP SAINS

Disusun oleh

Nama 1. Nailus Sa’adah (20032137)


2. Rada Armiliandi (20032143)
3. Salsabila Juita (20032149)
4. Shasya Nurul Aisya Gusman
(20032151)
5. Siti Suraida (20032154)
6. Zahratul Wira Aina (20032161)
Mata Kuliah : Dasar - Dasar Sains
Dosen Pembimbing : Drs. Mades Fifendy, M.Biomed

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang dengan ini kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Dasar
– Dasar Sains yang berjudul “Ruang Lingkup Sains”.

Adapun makalah Dasar – Dasar Sains tentang “Ruang Lingkup Sains” ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan banyak bantuan dari banyak pihak,
sehingga dapat mempelancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Baik secara langsung maupun tidak langsung, kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi isi maupun dari segi penulisan. Untuk itu kami
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga dari makalah “Ruang Lingkup Sains” ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada pembaca.

Kamis,24 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul………………………………………………..……..…………….….i

Kata Pengantar…………………………………………..………..……….…ii

Daftar Isi………………………………………………………...…….……..iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang………………………………………..……….……1

B.Rumusan Masalah………………………………………...........…...1

C.Tujuan Pembahasan………………………………………………...1

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pemahaman Penginderaan Manusia……………………………2

B. Penalaran dan Pemikiran Induktif Manusia……………….……….3

C. Beda Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial………5

D.Disiplin Ilmu pada Bidang Sains……… …………………………...7

BAB 3 PENUTUP

A.Kesimpulan…………………………………….……………............8

B.Saran………………………………………………………………...8

Daftar Pustaka………………………… …...………………………...………9


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya  untuk
membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang
belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang
begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama
pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan
adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia
sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikn IPA di Indonesia belum mencapai
standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata plajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang
diperhatikan. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA.
Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA serta kurikulum yang diberlakukan
sesuai atau malah mempersulit pihak sekolah dan siswa didik, masalah yang dihadapi oleh
pendidikan IPA sendiri berupa materi atau kurikulum, guru, fasilitas, peralatan siswa dan
komunikasi antara siswa dan guru. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
ruang lingkup sains dan permasalahannya.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemahaman penginderaan manusia?
2.      Bagaimana penalaran dan pemikiran induktif manusia?
3.      Apa saja beda ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial?
4.      Apa saja disiplin ilmu pada bidang sains?

C.  Tujuan
1.      Mengetiahui bagaimana komponen penting dalam ilmu pengetahuan alam
2.      Mengetahui apa saja beda ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial
3.      Mengetahui apa saja ruang lingkup pemahaman ilmu pengetahuan alam
4.      Mengetahui apa saja Apa saja disiplin ilmu pada bidang sains
5.      Mengetiahui bagaimana penalaran dan pemikiran induktif manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemahaman Penginderaan Manusia
Alat indera diantara manusia berbeda-beda dimensinya. Ada yang tajam penglihatannya, ada
pula yang tidak. Ada yang tajam penciumannya, ada pula yang lemah.[3]
Pengalaman inderawi: pengalaman inderawi (sensori experience) tergantung dari sifat-sifat
diterima rangsang sehingga kita mempunyai pengalaman inderawi yang dapat kita paparkan
dalam suatu bentangan kuat-lemah, lama-sebentar, kasar-halus, panas-dingin, dan
sebagainya. Bentangan sifat-sifat seperti itulah yang disebut dimensi penginderaan. Ada 4
dimensi penginderaan, yaitu:
1. Intensitas: kuat-lemahnya penginderaan suatu rangsang tertentu. Kita dapat
membedakan cahaya kuat dan lemah. Intensitas penginderaan kita jumpai pada semua indera.
2. Ekstensitas: penghayatan terhadap tebal-tipis, luas-sempit, besar-kecil, dan lain-lain.
3. Lamanya: penginderaan dapat berlangsung lama atau sebentar.
4. Kualitas: kita dapat membedakan kualitas rangsang, misalnya nada atau sam beratnya
mungkin tidak dapat kita warna.[4]
3. ALAT- ALAT INDERA
Alat-alat indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
sesuai dengan modalitas masing-masing. Alat indera manusia ada 5, yakni mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit. Mata dan telinga dianggap sebagai higher senses karena memberikan
informasi inderawi yang lebih kaya di bandingkan hidung, lidah dan permukaan kulit (lower
senses).[5] Khusus untuk alat indera penciuman dan pengecap, bau dan rasa tidak dapat
memastikan benda yang dikecap maupun yang diciumnya.[6]
Berikut alat-alat indera pada manusia beserta penjelasannya.
1. Mata
Mata adalah alat indera yang indera yang digunakan untuk indera pengelihatan. Pada mata
terdapar dua saraf, yaitu conus (berbentuk kerucut) dan bacillus (berbentuk batang).
Keduanya saraf ini pekak terhadap cahaya dan terletak pada retina mata, perbedaan hanya
pada penerimaannya. Bacillus sangat sensitif , sedang conus kurang sensitif. Bacillus peka
terhadap cahaya remang-remang, sedang conus peka terhadap cahaya yang kuat (conus
membutuhkan intensitas 1000 kali lebih kuat dari rangsangan yang diterima bacillus).
Dalam penginderaan warna ada dua sistem, yaitu sistem akromatis (hitam putih) dan
kromatis (berwarna). Kromatis mengenal 4 warna dasar, yaitu: merah, kuning, hijau, dan
biru. Sedang akromatis mengenal perbedaan 3 sistem sebagai pembeda sepasang warna
(trikromat), ketiga sitem tersebut ialah sistem terang-gelap, sistem kuning-biru. Sistem
merah-hijau.
2. Telinga
Telinga adalah alat indera yang digunakan untuk indera pendengaran. Telinga dengan
segala perlengkapan didalamnya, terutama gendang telinga (memeran timpani) denngan
saraf-saraf reseptor getaran telinga bagian dalam (cochlea). Rangsangan yang sesuai untuk
indera ini adalah getaran-getaran undara, perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bila
getaran-getaran tersebut teratur dan periodik, maka akan terdengar nada. Tetapi, jika getaran-
getaran tersebut tidak teratur akan terjadi desah.
3. Hidung
Hidung adalah alat indera yang digunakan untuk indera penciuman. Hidung dan saraf-saraf
reseptornya. Rangsang yang sesuai untuk indera ini adalah zat-zat kimiawi yang berbentuk
gas.
4. Lidah
Lidah adalah alat indera yang digunakan untuk indera pengecap. Lidah dengan saraf-saraf
reseptor pada papila-papila rasa diatas dan disekeliling lidah. Rangsangan yang sesuai denagn
indera indera ini adalah cairan kimiawi.
5. Kulit
Kulit adalah alat indera yang digunakan untuk indera perasa/peraba. Alat-alat indera tidak
terbatas pada permukaan kulit pada reseptor-reseptornya, tetapi juga menyangkut alat-alat
yang peka terhadap orientasi dan keseimbangan. Oleh karena itu, rangsangan yang sesuai
untuk indera ini juga bermacam-macam. Kulit berfungsi memberikan informasi tentang
kualitas lingkungan. Oleh karena itu, kulit mempunyai berbagai reseptor yang terdapat pada
titik-titik permukaan kulit, yaitu titik-titik tekanan, nyeri, panas, dingin.
Keterbatasan Alat Indera Manusia :
1. Alat pengelihatan
Banyak benda yang bergerak dengan cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak
dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran partikel terlalu kecil. Demikian
juga, jika benda yang dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.
2. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai
30.000 per detik. Getaran dibawah 30 atau di atas 30.000 per detik tak dapat terdengar oleh
telinga manusia. Telinga manusia hanya dapat mengenali sejumlah suara terbatas yang timbul
secara serentak (simultan).
3. Alat pengecap
Manusia hanya dapat membedakan 4 jenis rasa, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Indera
ini sangat berkaitan dengan indera penciuman. Orang yang penciuman tidak berfungsi
(anosmia), sering kali merasakan masakan yang ia makan hambar.
4. Alat Penciuman
Bau seperti parfum dan lainnya dapat tercium oleh hidung kita bila konsentrasinya di udara
lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda
dengan benda lainnya.
5. Alat perasa
Alat perasa pada pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat
relatif sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat obseervasi yang tepat. Manusia juga
memiliki penginderaan dalam (deep sensibility) misal penginderaan otot dan sendi maupun
penginderaan statis dan keseimbangan. Manusia mempunyai perbedaan yang sangat besar
dalam memperkirakan berat, jarak dan arah antara satu dengan yang lain.

B. Penalaran dan Pemikiran Induktif Manusia

Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual, selain itu metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu
objek tertentu dengn jalan menarik kesimpulan yang bersifat umum atau bersifat lebih umum
berdasarkan atas pemahaman atau pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang
betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Kesimpulan yang bersifat  umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan.
Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.

Kehidupan yang beranekaragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan
menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah merupakan
koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan fakta-fakta tersebut. Demikian juga dalam
pernyataan mengenai fakta yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat
reproduksi dari obyek tertentu, melainkan menekankan kepada struktur dasar yang
menyangga wujud fakta tersebut. pernyataan bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak
bisa mereproduksikan betapa manisnya semangkuk kopi atau pahitnya sebutir pil kina.
Pengetahuan cukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itu
manis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.

Keuntungan yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses
penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari
berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih
umum lagi. Melihat dari contoh bahwa semua binatang mempunyai mata dan semua manusia
mata, dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini
memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada
pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fudamental.

Ada suatu perangkat apa yang dinamakan canons (aturan, hukum), yang dikenal sebagai
metode-metode Mill, yang mengajukan suatu pernagkat kemungkinan unutk melakukan
penyimpulan secara kausal. Metode-metode ini kadang kala berguna. Metode-metode
tersebut ialah:

 Metode kesesuain
 Metode kelainan
 Metode gabungan kesesuaian dan kelahiran
 Metode sisa
 Metode keragaman beriringan

Penalaran berdasarkan probabilitas dan penalaran secara statistik. Digambarkan


dengan cara probabilitas dan secara statistik. Misalnya kita mengetahui bahwa John
Smith adalah seorang guru dan kita ingin bertaruh bahwa usianya akan mencapai 65
tahun. Berapakah taksiran kita mengenai usianya? Untuk menjawabnya kita perlu
mempunyai statistik mengenai panjangnya usia seorang guru. Dari hal-hal ini, yang
diringkas dalam bangun matematis yang tepat, dengan mempergunakan teori
matematik tetang probabilitas, maka akan dapat dilakukan penaksiran.

1. Analogi dan komparasi

Dua bentuk penyimpulan yang sangat lazim dipakai dalam perenungan kefilsafatan ialah
analogi dan komparasi. Penalaran secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan
dengan secara analogi adalah berusaha mencapai kesimpulan dengan menggantikan apa
yang dicoba buktikan dengan sesuatu yang serupa dengan hal tersebut, namun yang lebih
dikenal, dan kemudian menyimpulkan kembali apa yang mengawali penalaran tersebut.
Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-
bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Susunanya sangat
rumit menunjukan bahwa ada yang membuatnya.

2. Metode verifikasi

Agar suatu penalaran dapat diterima maka perlu kiranya untuk mencapai kesimpulan yang
dapat diterima, maka perlu kiranya unutk menetapkan tidak hanya lurusnya atau sahnya
penalaran seseorang, melainkan juga kebenaran bahan yang mengawali penalaran tadi.
Penalaran yang sah yang didasarkan atas fakta-fakta yang diperkirakan benar dapat membwa
kita kepada kesimpulan yang sesat atau benar, namun mungkin kita tidak mengetahui yang
manakah yang salah dan manakah yang benar. Penalaran yang sah yang didasarkan atas
fakta-fakta akan membawa kita kepada kebenaran. Pada dasarnya hanya ada dua metode
unutk melakukan verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang satu adalah melalui
observasi , dan yang lain, dengan mempergunakan hukum kontradiksi.

3. Observasi (pengamatan)

Suatu pernyataan yang maknanya dapat diuji dengan pengalaman yang dapat diulangi, baik
oleh orang yang mempergunakan pernyataam tersebut maupun oleh orang lain, pada
prinsipnya dapat dilakukan verifikasi terhadapnya. Jika pernyataan itu lulus dalam ujian
pengalaman, maka pengalaman itu dikukuhkan, meskipun tidak sepenuhnya terbukti benar.
Jika saya berkata, “Di luar hujan turun”, dan saya pergi ke luar serta melihat dan merasakan
turunnya hujan, maka pernyataan saya tersebut menurut ukuran tadi telah diverifikasi.

4. Penalaran berdasarkan kontradiksi

Metode verifikasi yang kedua, yakni dengan menunjukan kesesatan pernyataan yang
dipersoalkan karena bertentangan degan dirinya, atau mengakibatkan pertentangan dengan
pernyataan-pernyataan lain yang telah ditetapkan dengan baik. Misalnya, untuk membuktikan
bahwa garis-garis yang sejajar tidak pernah bertemu, orang mengambil cara dengan
mengandalkan bahwa hal yang demikian ini akan membawa kita kepada kontradiksi.
Demikian pula, mengandaikan bahwa suatu sudut didalam segitiga ada yang besarnya nil
derajat dan ada yang lebih dari nol derajat.

Contoh Induksi

Dalam deduksi kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-


pertanyaan yang telah diajukan. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya
kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian
juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan –kenyataan ini kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.

 C. Beda Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Ilmu Alam / Sains

Dalam sejarah pemikiran filsafat, teori pengetahuan ini termasuk salahsatu cabang filsafat
yang didalamnya dibicarakan masalah yang berkenaan dengan hakikat sumber, cara, dan
prosedur memperolehnya ataupun yang menyangkut nilai pengetahuan itu sendiri. Dalam
sejarah perkembangan filsafat socrates, plato, dan aristoteles sebagai tokoh tertua dalam
perjalanan filsafat sebenarnya telah banyak mempersoalkan masalah pengetahuan ini, namun
problem ini baru masuk dalam sistem tradisi filsafat barat melalui teori kritisisme yang
dikemukan Immanuel Kant.

John Locke (1632-1704 M) seorang filsuf Inggris menyebutkan bahwa pengetahuan adalah
bukti nyata realita manusia dalam mengisi kehidupannya dan karenanya mestilah pula
mendapat tempat teratas dalam keseluruhan problematika dunia filsafat. Pada abad 17-19 M
banyak filsuf yang mencurahkan perhatiannya pada bidang teori pengetahuan ini, terutama
Berkeley, David Hume, dan Auguste Comte yang mengikuti langkah John Locke.

Kata sains berasal dari bahasa latin “scientia” yang berarti pengetahuan, memandang dan
mengamati keberadaan (eksistensi) alam ini sebagai obyek. Berdasarkan Webster New
Collegiate Dictionary, definisi sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum-hukum alam yang terjadi, misalnya didapatkan, dibuktikan, melalui metode ilmiah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sains berarti :

Ilmu teratur (sistematis) yang dapat diuji sebenarnya

Ilmu yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata (fisika, kimia, dan biologi)

Sains pada prinsipnya merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan


mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam
penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain).
2. Ilmu Sosial

adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan


dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora
karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk
metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan
cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada
masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan
diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap
masyarakat.

Ilmu sosial Dasar, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-
subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding
dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang
mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek
dalam metodologi ilmu sosial.Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin
banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan
konsekuensinya.

Didalam Ilmu Sosial Dasar ini ada beberapa yang mempelajari didalanya yang terbagi
menjadi 10 bagian, diantaranya;

Cabang-cabang utama dari ilmu sosial dasar adalah:

1. Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi


budaya, yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat

2. Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat

3. Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan
manusia di atas permukaan bumi

4. Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan

5. Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa

6. Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran,


serta pembentukan karakter dan moral

7. Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)

8. Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental

9. Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia

10. Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya
Ilmu sosial dasar tidak merupakan gabungan dari ilmu sosial dasar yang dipadukan, karena
ilmu sosial dasar tidak memiliki objek dan metode ilmiah tersendiri dan juga ia tidak
mengembangkan suatu penilitian sebagaimana suatu disiplin ilmu seperti ilmu-ilmu social
diatas.Ilmu sosial dasar merupakan suau bahan studi atau program pekerjaan yang khusus
dirancang untuk kepentingan atau pengerjaan yang di Indonesia diberikan di perguruan
tinggi.

D. Disiplin Ilmu pada Bidang Sains

Sains sebagai disiplin ilmu Dalam pengertian umum, sains adalah representasi realitas oleh
ilmuwan dengan menggunakan metodologi dan ukuran validitas yang
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang objektif dan dapat
dilakukan verifikasi oleh siapapun. Menurut merriam-webster dictionary, data adalah «factual
information used as a basis for reasoning, discussion, or calculation»,yang berarti bahwa data
itu informasi faktual sebagai dasar penalaran, diskusi, dan perhitungan. Data bisa juga
didefinisikan sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan suatu
objek.

Cabang-cabang ilmu pengetahuan sains, juga disebut sebagai sains, "bidang ilmiah", atau
"disiplin ilmu", umumnya dibagi menjadi tiga kelompok besar:
1. Ilmu formal: studi tentang matematika, logika, dan statistik, yang menggunakan apriori,
sebagai lawan dari empiris, metodologi.
2. Ilmu alam: studi tentang fenomena alam (termasuk faktor kosmologis, geologis, fisik,
kimia, dan biologis alam semesta). Ilmu alam dapat dibagi menjadi dua cabang utama: ilmu
fisik dan ilmu kehidupan (atau ilmu biologi).
3. Ilmu sosial: studi tentang perilaku dan masyarakat.[butuh rujukan]
Ilmu alam dan sosial adalah ilmu empiris, yang berarti bahwa pengetahuan harus
didasarkan pada fenomena yang dapat diamati dan harus mampu diverifikasi oleh peneliti
lain yang bekerja di bawah kondisi yang sama. Verifikasi ini mungkin sangat bervariasi
bahkan dalam disiplin ilmu.
Ilmu alam, sosial, dan formal membentuk ilmu dasar, yang membentuk dasar ilmu
interdisipliner dan ilmu terapan seperti teknik dan kedokteran. Disiplin ilmu khusus yang ada
dalam berbagai kategori dapat mencakup bagian dari disiplin ilmu lain tetapi sering memiliki
terminologi dan keahlian mereka sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Keterbatasan indera manusia adalah kemampuan alat indera manusia dalam menerima
informasi dari suatu objek. Apabila kemampuan indera manusia tidak terbatas, tentu akan
mengganggu aktifitqas keseharian dari mnusia. Kemampuan indera masing-masing manusia
itu menyebabkan perbedaan persepsi, yang dimana persepsi itu ialah pemikiran yang
diungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami,
seperti mengatakan bahwa jika pelangi muncul maka itu adalah selendang bidadari, itu adalah
mitos yang disebabkan oleh keterbatasan indera mausia dan juga belum adanya pengetahuan
tetang benda tersebut.
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, semoga para pembaca bisa mendapatkan solusi dan
dapat mengaplikasikan pengetahuannya terhadap permasalahan ruang lingkup sains dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://ilmualam.blogdetik.com/2012/11/25/1keterbatasan-indera-manusia-2/
http://natalia27roymol.blogspot.com/2012/12/mitos-timbul-karena-keterbatasan-indera.html
http://xeroctxentral.blogspot.com/2011/12/keterbatasan-kemampuan-manusia.html
Mawardi., Nur Hidayati. 2000. Ilmu Alamiah Dasar; Ilmu Sosial Dasar; Ilmu Budaya Dasar (untuk
UIN, STAIN, PTAIS). Cetakan keenam. Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai