Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

PERKENALAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DISUSUN OLEH :

SITI HAMLIA 171220458


RIFQI ARYANANDA 171220443
MUH. NUR ALIM RAUF 171220428
RISNAWATI 171220446

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVENBER KOLAKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
SISTEM INFORMASI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikn Tugas

Makalah ini dengan tepat waktunnya yang berjudul “Perkenalan Dengan Ilmu

Pengetahuan Alam“. Makalah ini berisi tentang pembahasan judul di atas sehingga

dapat menambah wawasasan ilmu pengetahuan untuk pembaca dan khususnya

kelompok kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh

karna itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini

dari awal sampai akhir penyelesaian. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi segala

usaha kita.

Kolaka, 15 Maret 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4

1.2 Permasalahan.............................................................................................................4

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Peranan IPA.......................................................................................5

2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia.......................................................................6

2.3 Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA . .........................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................13

3.2 Saran ........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, IPTEK yang semakin maju membuat peran aktif manusia dalam bekerja
sangat sulit ditemukan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan peran IPA sebagai ilmu
pengetahuan yang melahirkan teknologi super canggih. Sekarang ini telah terlahir pesawat
dengan kecepatan super sonic, satu atau dua tahun kemudian bisa saja akan terlahir sebuah
mesin dengan kecepatan partikel cahaya, yang hanya dalam hitungan menit, dan bahkan detik
dapat mengantarkan manusia ke luar angkasa. Semua karena IPTEK dan IPA.
Menurut A. Comte, ada tiga tahap dalam sejarah perkembangan manusia dan IPA yaitu :
 Tahap Metafisika
 Tahap Filsafat
 Tahap Ilmu
Agar perkembangan IPA dan IPTEK tak terputus dan berhenti sampai disini, maka
dibutuhkan ilmuan-ilmuan baru yang memberi inovasi-inovasi dalam kehidupan. Sebelum
membahas bagaimana melahirkan sebuah inovasi tentunya kita perlu mengenal ilmu yang
melahirkan inovasi tersebut.

1.2 Permasalahan

Dalam makalah ini ada beberapa hal yang akan menjadi topic pembahasan kita yaitu :
a. Pengertian dan peranan IPA
b. Perkembangan alam pikiran manusia
c. Sifat unik manusia
d. Rasa ingin tahu
e. Mitos
f. Penalaran deduktif dan induktif

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :


 Sebagai tugas kolektif yang diberikan oleh dosen pembimbing Mata Kuliah IAD.
 Sebagai referensi dan pengenalan Mata Kuliah IAD.
 Mengetahui perkembangan alam pikiran manusia yang dari primitive ke modern.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Peranan IPA

Pengertian

Sebenarnya tidak mudah mendefinisikan apakah IPA itu ? H.W. Fowler dan kawan-
kawan (1951), mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan
induksi.
Nabes di dalam bukunya Science in Education menyatakan bahwa IPA adalah pengetahuan
yang teoritis yang diperoleh dengan metode khusus.
Kedua pendapat di atas sebenarnya tidak berbeda. Memang benar IPA adalah ilmu teoretis,
tetapi teori itu didapat dari pengamatan dan ekperimentasi terhadap gejala-gejala alam.
Fakta tentang gejala kebendaan atau alam, diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui
eksperimen. Berdasarkan hasil itulah dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori). Teori pun
idak dapat berdiri sendiri. Teori didasari oleh suatu hasil pengamatan.
Contoh :
 Maxwell tidak akan menyusun teori gelombang elektromagnetik, jika Faraday tidak
berhasil dalam percobaan-percobaannya mengenai induksi elektromagnetik.
 Planet Neptunus tidak akan ditemukan secara teoretis, seandainya sebelumnya tidak
ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet-planet
lainnya.
Jadi, dapat disetujui bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh / disusun
dengan cara khas, yakni dengan melakukan observasi eksperimen. Permentasi, peyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya, berkaitan antara cara yang satu
dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan
nama Metode Ilmiah.
Peranan
IPA adalah ilmu yang membahas tentang alam dan segala isinya. Sedangkan teknologi IPA
adalah suatu penerapan IPA yang memenuhi kebutuhan manusia.
Teknologi IPA ini dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Teknologi maju yakni teknologi tingkat pertama suatu usaha yang mengarah pada
bidang pendidikan, latihan serta pembinaan para peneliti ilmiah untuk selalu
mengikuti dan menguasai perkembangan teknologi yang vital serta dibutuhkan oleh
suatu negara.
2. Teknologi Adaptif (teknologi madya), yakni perkembangan dari suatu teknologi maju
yang penggunannya mesti harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan negara yang
memerlukan.
3. Teknologi Protekif, adalah teknologi yang digunakan untuk melindungi (konservasi,
restorasi, dan regenerasi) segenap SDA yang ada.

5
Pada mulanya antara ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak selalu ada kaitannya,
makudnya suatu pengetahuan tidak harus menjadi ilmu terlebih dahulu. Sekarang ilmu dan
teknologi tidak lagi berdiri sendiri. Sains dan teknologi selalu saling menunjang sehingga
dapat maju dengan pesat.

2.2 Perkembangan Alam Pikiran Manusia

Bumi tempat manusia hidup berisi dua macam makhluk, artinya Tuhan menciptakan dua
makhluk yaitu satu benda yang sifatnya aroganis dan yang lain makhluk yang bersifat
organis.
Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis), sedangkan
makhluk tunduk pada hukum kehidupan (biologis). Masing-masing memiliki tingkatan-
tingkatan pada perwujudannya, benda dapat berupa gas, cair, atau padat yang memiliki ciri
sendiri-sendiri sehingga mudah dibedakan satu dari yang lain. Sedangkan makhluk hidup
dibedakan tingkatannya atas tumbuhan, binatang, dan manusia. masing-maing juga memiliki
ciri-ciri khas sehingga secara mudah dibedakan satu dari yang lain, tetapi ciri-ciri kehidupan
manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari binatang, apalagi tumbuhan.

A. Sifat Unik Manusia

Manusia sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri :


1) Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga
manusia merupakan makhluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens).
Adanya kemampuan untuk berusaha, maka manusia menggunakan pikirannya
untuk melakukan sesuatu dimasa sekarang atau masa depan dengan
pertimbangan masa lalu yang merupakan pengalaman.
2) Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk
dan ke luar.
3) Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4) Memiliki potensi untuk berkembang biak.
5) Tumbuh dan bergerak
6) Berinteraksi dengan lingkungan, artinya :
a. Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga disebut
sebagai manusia kerja (homo faber)
b. Manusia dapat berbicara (homo lauguens), sehingga apa yang menjadi
pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada
manusia lainnya.
c. Manusia dapat hidup bermasyarakat (homo socios), tidak bergerombol
seperti binatang yang hanya mengenal hokum rimba, yang kuat itulah
yang berkuasa.
d. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi (homo
economicos)
7) Bila tiba masanya, ia akan mati. Oleh karena itu manusia menyadari adanya
kekuatan gaib yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga
menjadikannya manusia berkepercayaan / beragama (homo religious).

6
Dalam tahap awal, lahir animisme, dinamisme, maupun toleisme yang sekarang
dikategorikan sebagai kepercayaan dan kadang-kadang sebagai agama alami. Kemudian lahir
agama samawi yang percaya kepada Tuhan YME, percaya kepada Nabi dan Rasul serta kitab
suci-Nya sebagai pedoman hidup.
Bila dibandingkan tubuh manusia dengan hewan tingkat tinggi lainnya, maka tubuh manusia
lemah. Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi dan kemauannya yang sangat
kuat sehingga dengan akal budi dan kemauannya tersebut, manusia dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Rasa Ingin Tahu

IPA itu, berawal dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia. manusia
mempunyai rasa ingin ahu tenang benda-benda di sekelilingnya, alam di sekitarnya, baik
bulan, bintang maupun matahari yang dipandangnya, bahkan ingin tahu pada tentang dirinya
sendiri.
Rasa ingin tahu itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jelas kiranya, bahwa rasa ingin tahu
tidak dimiliki oleh benda-benda tak bernyawa seperti batu, tanah, sungai ataupun angina. Air
dan udara memang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, namun gerakannya itu bukan
atas kehendaknya sendiri, tetapi sekedar akibat dari pengaruh alamiah yang bersifat kekal.
Rasa ingin tahu tak terpuaskan, jika salah satu soal dapat dipecahkan, maka timbul soal
lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia pun tak pernah puas dengan
pengetahuan yang dimilikinya, selalu timbul keinginan untuk menambah pengetahuan. Tiap
individu atau kelompok individu mempunyai kelebihan yakni kemampuan berpikir atau
dengan perkataan lain curiousity-nya tidak idle, tidak tetap seperti itu sepanjang zaman. Ia
akan bertanya terus setelah tahu tentang APAnya, mereka juga ingin tahu BAGAIMANA dan
MENGAPA begitu. Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk
dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru hingga menjadi pengetahuan yang lebih baru.
Hal tersebut berlangsung berabad-abad lamanya sehingga terjadi suatu akumulasi
pengetahuan. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu
menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri. Rasa ingin tahu
manusia pada mulanya mengenai diri sendiri yang akhirnya disadari bahwa dirinya terdiri
dari dua unsure yaitu rohani dan jasmani. Diketahuinya bahwa roh itu ada dalam tubuh
manusia karena adanya pengalaman dan pengertian tentang mimpi dan orang meninggal, roh
dikatakan abadi walaupun telah meninggalkan badan, sedangkan tubuh yang ditinggalkan roh
membusuk.

Perkembangan Alam Pikiran Manusia

Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.
Ada dua macam perkembangan yang dapat kita ketahui, yakni :
1 Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya.
Alam pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir
serupa. Ketika anak kecil mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di
dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan
penyelidikan sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang
mengasuhnya.

7
Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah,
apabila orang-orang di sekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk
memuaskan rasa ingin tahu anak tersebut. Dengan demikian perkembangan alam pikiran
anak akan terhambat.
2 Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan
terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk
hidup, adanya angina, petir, hujan, dan pelangi.
Terdorong rasa ingin tahunya yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa
penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini
menghasilkan jawaban atas banyak persoalan, tetapi kemudian timbul persoalan-persoalan
baru. Dengan demikian alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu
berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut dimasa mendatang. Mekipun semua
orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan
penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni
bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang telah
bertanya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.

C. Mitos

Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan
non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Jadi, tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan pengamatan maupun pengalamnnya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia
mereke-reka sendiri jawabannya.
Berdasarkan sejarah perkembangan manusia menurut A.Comte ada tiga tahap yaitu :
1) Tahap teologi atau tahap metafisika
2) Tahap filsafat
3) Tahap positif atau tahap ilmu
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafiska. Metologi berarti pengetahuan
tentang mitos yang merupakan kesimpulan cerita-cerita mitos. Dalam alam pikiran mitos,
rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, instuisi atau imajinasi.
Menurut C.A. Van Peursen, mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah
tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat, dapat pula diungkapkan
lewat tari-tarian atau pementasan wayang dan sebagainya.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1) Mitos sebenarnya
Manusia berusaha sungguh-sungguh dengan imajinasinya menerangkan
gejala alam yang ada. Namun belum tepat, karena kurang pengetahuannya sehingga
untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan seorang tokoh atau dewa atau
dewi.
Contoh :
 Apakah pelangi itu ? karena tak dapat dijawab, mereka mereka-reka dengan
jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi, muncul pengetahuan
baru yakni bidadari.

8
 Gempa bumi diduga terjadi karena atlas (raksasa yang memikul bumi pada
bahunya) sedang memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang
lainnya.

2) Cerita rakyat
Mitos yang merupakan cerita rakyat adalah usaha manusia mengisahkan
peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat karena cerita rakyat hanya
disampaikan dari mulut ke mulut, maka sulit diperiksa kebenarannya. Tetapi gejala
yang ada dalam masyarakat memang ada dan agar meyakinkan, seorang tokoh
dikaitkan dalam cerita rakyat.
Contoh :
“ Lutung kasarung dari daerah Pasudan, Bawang Merah Bawang Putih dan Timun
Emas dari Jawa Tengah dan sebagainya”.

3) Legenda
Adapun cerita yang didasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda
dikemukakan seorang okoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu daerah.
Contoh :
“ Sangkuriang yang dikaitkan dengan gunung Tangkuban Perahu dan Dataran Tinggi
Bandung yang dahulunya merupakan danau”.

Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada tahap mitos (C.A. Van Peursen),
belum dapat melihat realita ini dengan inderanya. Manusia belum dapat mengetahui dan
menangkap peristiwa (objek) dengan alam pikirannya, maka manusia beranggapan bahwa
dewa, dewi, hantu, setan atau makhluk gaib lainnya yang dianggap sakti atau berkuasa
sedang murka.

Penyebab timbulnya mitos

1. Keterbatasan Pengetahuan Manusia


Pada saat manusia masih terbatas pengetahuannya, belum banyak yang
mereka ketahui. Pengetahuan mereka diperoleh dari cerita orang, karena seseorang
mengetahui sesuatu hal. Kemudian memberitahukannya lagi kepada orang lain.
Apakah yang diketahui sudah benar atau belum, merupakan permasalahan. Dari hal
yang tidak benar, kemudian disalahkan setelah ada kebenaran, maka pengetahuan
orang tentang sesuatu jadi bertambah.

2. Keterbaasan Penalaran Manusia


Manusia memang mampu berpikir, namun pmikirannya perlu terus-menerus
dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah. Akhirnya penalaran yang
salah akan kalah atau penalaran yang benar. Untuk itu diperlukan waktu guna
meyakinkan.

9
3. Keinginan Manusia Yang Telah Dipenuhi Untuk Sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat
diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang
benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat awam sudah dapat
diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.

4. Keterbatasan Alat Indera Manusia

 Alat penglihatan. Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga


tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan sepuluh gambar
yang berbeda satu dengan yang lain dalam satu detik. Jika ukuran partikel
jauh, maka mata tak mampu melihatnya.
 Alat pendengaran. Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang
mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 hertz/detik, getaran di bawah 30
atau di atas 30.000 hertz/detik tidak terdengar.
 Alat pencium dan pengecap. Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda
yang dicecap maupun yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan
empat jenis rasa yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum
dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya
di udara lebih dari sepuluh juta PPM. Melalui bau, manusia dapat
membedakan satu benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak semua
orang bisa melakukannya.
 Alat perasa. Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau
dingin, namun sangat relative, sehingga tidak bisa dipakai sebagai ala
observasi. Akibat dari keterbatasan alat indera kita, maka mungkin timbul
salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran.

D. Penalaran Deduktif Dan Induktif

Berkat pengamatan yang sistematis, kritis dan makin bertambahnya pengalaman


yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawaban secara rasional dengan
meninggalkan yang irasional. Pemecahan secara rasional berarti mengandalkan rasio
dalam usaha memperoleh pengetahuan yang benar. Kaum rasionalis mengembangkan
paham yang disebut rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis
menggunakan :

1) Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang bertolak belakang dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunakan pola berpikir yang
disebut silogisme. Silogisme terdiri dari dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan. Kedua pernyataan itu disebut premis mayor dan premis minor.
Kesimpulan dan konklusi diperoleh dengan penalaran deduktif dari kedua premis
tersebut.

10
Contoh :
 Semua benda bisa dipanaskan dalam keadaan kering dan berubah menjadi api
…………(1)
 Kayu adalah benda .. ……….(2)
 Kayu bila dipanaskan dalam keadaan kering akan berubah menjadi api
………..(3)

1 Disebut premis mayor, yakni sesuatu yang berlaku umum


2 Disebut premis minor, yakni sesuatu yang berlaku khusus.
3 Kesimpulan.
Jadi, kesimpulan ditarik dari sesuatu yang umum kepada yang khusus, dengan
perkataan lain, kesimpulan ini hanya benar jika kedua premis yang digunakan
benar dan cara menarik kesimpulannya juga benar. Jika ada yang salah dari
ketiga hal di atas, maka kesimpulan yang diambil juga tidak benar.

2) Penalaran Induktif
Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan deduktif ternyata mempunyai
kelemahan, maka muncullah pandangan lain berdasarkan pengalaman konkret yang
disebut penganut empirisme. Pendapat mereka, gejala alam itu bersifat konkret dan
dapat ditangkap dengan panca indera manusia.
Penganut empirisme menyusun pengertian dengan menggunakan penalaran induktif.
Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari
pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Dengan penalaran induktif,
makin lama dapat disusun pernyataan yang lebih umum lagi dan makin bersifat
fundamental.
Contoh :
a. Pengamatan atas logam besi, tembaga, aluminium dan sebagainya. Jika
dipanasi ternyata bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara
umum, bahwa semua logam, jika dipanasi akan bertambah panjang.
b. Kucing bernafas, Kambing bernafas, Sapi, Kuda dan Harimau juga bernafas.
Dapat disimpulkan secara umum bahwa semua hewan dapat bernafas.
c. Hewan dapat bernafas, manusia dapat bernafas. Jadi dapat disimpulkan,
bahwa semua makhluk hidup dapat bernafas.

Dengan cara induktif, dapat diperoleh prinsip-prinsip yang bersifat umum sehingga
memudahkan dalam hal memahami gejala yang beraneka ragam. Namun demikian,
ternyata pengetahuan yang dikumpulkan berdasarkan penalaran induktif ini masih
belum tentu bersifat kontradiktif. Demikian pula fakta yang berkaitan belum dapat
menjamin tersusunnya pengetahuan yang sistematis.

2.3 Pengetahuan Sebagai Pangkal Kelahiran IPA

Himpunan pengetahuan di atas dapat disebut ilmu pengetahuan, jika digunakan


perpaduan antara rasionalisme dan empiris yang dikenal sebagai metode keilmuan atau
pendekatan ilmiah. Memang benar, bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang teoretis. Teori
tersebut didasarkan atas pengamatan percobaan-percobaan terhadap gejala-gejala alam.

11
Fakta-fakta tentang gejala-gejala kebenaran alam diselidiki dan diuji berulang-ulang melalui
percobaan-percobaan (eksperimen). Kemudian berdasarkan hasil eksperimen itulah
dirumuskan keterangan ilmiahnya (teori). Teori ini pun masih harus diuji
kemantapan/kesaktiannya. Artinya, bilamana diadakan penelitian ulang, yang dilakukan oleh
siapa pun, dengan langkah-langkah yang serupa dan kondisi yang sama, maka akan diperoleh
hasil yang konsisten.
Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari keyakinan, perasaan dan prasangka
pribadi serta bersifat konsisten. Artinya, dapat diuji oleh siapa pun dan dengan demikian
kesimpulan yang diperoleh lebih dapat diandalkan dan hasilnya lebih mendekati kebenaran.
Secara lengkap dapat dikatakan, bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA,
bilamana memenuhi persyaratan sebagai berikut, objeknya adalah pengalaman manusia,
berupa gejala-gejala alam. Kemudian dikumpulkan melalui metode keilmuan serta
mempunyai manfaat untuk kesejahteraan manusia.

Timbulnya Ilmu Pengetahuan Alam

Berkat makin sempurnanya alat pengamat bintang, berupa teleskop dan juga makin
meningkatnya kemampuan berpikir manusia, maka pada tahun 1500-1600, terjadi perubahan
besar atas semua ajaran Aristoteles maupun Ptolomeus. Sebagai tonggak sejarah dapat dicatat
disini adalah Nicoulas Copernicus. (1473-1543).
Ia tidak saja seorang astronom, tetapi juga ahli matematika dan pengobatan. Tulisannya yang
terkenal, merombak pandangan astronom zaman Yunani Kuno berjudul De Revolutionibus
Orbium Caelestium yang berarti peredaran alam semesta. Buku ini ditulis pada tahun 1507,
namun tidak segera diumumkan, karena prinsip heliosentris (berpusat pada matahari)
bertentang dengan kepercayaan penguasa pada saat itu.
Pokok ajarannya antara lain :
1. Matahari adalah pusat dari system solar. Di dalam system itu, bumi adalah salah satu
dari planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
2. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
3. Bumi berputar pada porosnya dari Barat ke Timur yang mengakibatkan adanya siang
dan malam serta pandangan tentang gerakan bintang-bintang.

Dengan rasionalisme dan empiris yang dikembangkan, ilmu pengetahuan maju dengan pesat,
sehingga dikatakan sebagai revolusi ilmu pengetahuan (scientific revolution). Ilmu dipikirkan
untuk kesejahteraan manusia (antologi) dan lahirnya ilmu terapan (applied science)
memungkinkan terjadinya revolusi teknologi (technological revolution).
Terjadinya revolusi industri (industrial revolution) ialah sebagai jawaban manusia untuk
memenuhi kebutuhan akan hasil industri setelah kebutuhan pangan tercapai. Dengan
berkembangnya jumlah penduduk, soal pangan kembali menjadi masalah serius.
Bioteknologi dikembangkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan
elektronika saat itu juga maju pesat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah menyusun makalah ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
 IPA adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh / disusun dengan cara khas, yakni
dengan melakukan observasi eksperimen.
 Teknologi IPA ini dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
a. Teknologi maju yakni teknologi tingkat pertama suatu usaha yang mengarah pada
bidang pendidikan, latihan serta pembinaan para peneliti ilmiah untuk selalu mengikuti
dan menguasai perkembangan teknologi yang vital serta dibutuhkan oleh suatu negara.
b. Teknologi Adaptif (teknologi madya), yakni perkembangan dari suatu teknologi maju
yang penggunannya mesti harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan negara yang
memerlukan.
c. Teknologi Protekif, adalah teknologi yang digunakan untuk melindungi (konservasi,
restorasi, dan regenerasi) segenap SDA yang ada.

3.2 Saran

Setelah menarik kesimpulan, oleh karenanya kami menyarankan kepada pembaca agar lebih
memahami hal-hal yang berkaitan dengan IPA karena sangat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari. Teknologi IPA tidak saja bermanfaat dalam bidang pendidikan tetapi juga sangat
berpengaruh dalam perkembangan teknologi suatu negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

 http://iadmakalah.blogspot.co.id/2015/06/peran-manusiamasyarakat-dalam.html?
m=1
 http://thomotugaskuliah.blogspot.co.id/2010/01/makalah-ilmu-alamiah-dasar-
pengenalan.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai