Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam
memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu
pemahaman yang utuh tentang Islam. Di Indonesia sejak Islam masuk pertama
kali sampai saat ini telah timbul berbagai macam pemahaman yang berbeda
mengenai Islam. Sehingga dibutuhkanlah penguasaan tentang cara-cara yang
digunakan dalam memahami Islam.

Pendidikan islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial


yang membawa penganutnya pada pemelukan dan pengaplikasian Islam secara
komprehensif, agar penganutnya mampu memikul amanat yang dikehendaki
Allah, pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci. Karena itu, keberadaan
referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan sumber utama Islam itu
sendiri, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.1
Maka, dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas mengenai
metodologi serta beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi studi islam.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:

1. Pengertian metodelogi kajian islam ?


2. Tujuan mempelajari metodelogi kajian islam ?

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian metodologi kajian Islam.


2. Untuk dapat mengetahui tujuan maupun manfaat mempelajarinya.

BAB II
1 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat ,
(Jakarta:Gema Insani Press,1995), hlm: 25

1
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMPELAJARI MSI

A. Pengertian Metodologi Studi Islam


1. Secara Etimologi (Bahasa)

Secara bahasa, Metodologi Studi Islam berasal dari kata metodologi, Studi,
dan  Islam: Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata
“Methhod” berarti   jalan, dan ”Logos” yang berarti ilmu. Sehingga metodologi
berarti imu tentang jalan atau cara. Dalam KBBI disebutkan bahwa “metode”
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna
mencarpai tujuan yang telah ditentukan.2

Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti mempelajari atau
mengkaji. Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan  aslama.
Salima mengandung arti selamat tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga
mengandung arti kepatuhan, ketundukan , berserah. Yang disebut muslim adalah
orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada ajaran Islam dan
akan selamat dunia dan akhirat.3

2. Secara Terminology (Istilah)


Menurut Abraham Kaflan, metodelogi adalah pengkajian dengan
penggambaran (deskripsi), penjelasan (ekspanasi), dan pembenaran (justifikasi) ia
berpendapat bahwa metodelogi mengandung unsur-unsur yaitu pengkajian (study)
dengan penggambaran (deskiripsi), penjelasan (eksplanasi), dan pembenaran
(justifikas).4Louay Safi mendefinisikan metodelogi sebagai bidang penelitian
ilmiah yang berhubunga dengan pembahasan tentang metode-metode yang
digunakan dalam mengkaji fenomena alam dan manusia atau dengan kata lain
metodelogi adalah bidang penelitian ilmiah yang membenarkan, mendeskripsikan

2 https://kbbi.web.id/metode
3 Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 2.
4 Abuy Sodikin, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Insan Madani), hlm. 4.

2
dan menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah. 5 Studi
berarti pengkajian terhadap Islam  secara ilmiah, baik Islam sebagai sumber
ajaran, pemahaman, maupun pengamalan.  Sedangkan Islam adalah nama sebuah
agama  samawi yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW agar menjadi
pedoman bagi manusia.6

Kata, “Studi” dan “Islam” ini menghasilkan makna baru yang berbeda
dengan makna ketika kata tersebut masih menjadi kata yang tunggal.
Sebagaimana karakteristik pengertian yang sarat keragaman, pengertian tentang
studi Islam juga sangat beragam, tergantung siapa yang merumuskan, apa latar
belakang pendidikannnya, sudut pandang yang digunakan, dan sebagainya.

Sebagai contoh adalah rumusan pengertian studi islam yang dibuat oleh
Moh. Nurhakim. Menurut Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuan
untuk mengungkapkan beberapa maksud:

Pertama, Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan


program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya,
seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi.

Kedua, Studi Islam yang di konotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan
kurikulum suatu kajian atas Islam, seperti ilmu-ilmu agama Islam (fikih atau
kalam).

Ketiga, Studi islam yang di konotasikan dengan institusi-institusi pengkajian


Islam, baik di lakukan secara formal, seperti di UIN, IAIN, atau pun STAIN,
maupun yang di lakukan secara non formal, seperti pada forum-forum kajian dan
halaqah-halaqah. Dengan demikian, istilah studi islam bisa di pergunakan di
kalangan akademis secara bebas

Sementara Jacques Waardenburg menyatakan bahwa studi Islam meliputi


kajian agama Islam dan tentang aspek-aspek keislaman masyarakat dan budaya

5 Mukti Ali. Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1991). Hlm. 68.
6 Abuy Sodikin, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Insan Madani), hlm. 4.

3
Muslim. Atas dasar pembedaan ini, demikian Waardenburg, ia mengidentifikasi
tiga pola kerja berbeda yang masuk dalam ruang studi islam.

Pertama, pada umumnya kajian normarif agama Islam dikembangkan oleh


sarjana Muslim untuk memperoleh ilmu pengetahuan atas kebenaran keagamaan
Islam. kajian ini dalam pengamatan Waardenburg banyak berkembang di masjid,
madrasah, dan berbagai lembaga pendidikan lainnya.

Kedua, kajian non-normatif agama islam. biasanya kajian  dalam jenis ini di
lakukan berbagai universitas dalam bentuk penggalian secara lebih mendalam dari
suatu ajaran islam. ketiga, kajian non-normatif atas berbagai aspek keislaman
yang berkaitan dengan kultur dan masyarakat Muslim. Dalam lingkup yang lebih
luas,  kajian ini tidak secara langsung terkait dengan Islam sebagai sebuah norma

Berdasarkan paparan di atas dapat kita pahami bahwa studi islam memiliki
cakupan makna, pembagian, dan juga bidang garap yang berbeda. Namun
demikian, titik tekan utamanya terletak pada ajaran Islam.7

Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Studi Islam


secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.
Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis
tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan
lain, Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal
yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sepanjang sejarahnya.8

Metodologi studi islam adalah prosedur yang ditempuh secara ilmiah, cepat
dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik dari
sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber maupun sejarahnya, serta berbagai
alirannya. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi

7 Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: TERAS, 2009), hlm. 1-5.
8 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hlm. 2.

4
adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh
keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu
keterampilan. Sementara Muhammad Hatta mengartikan studi sebagai
mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan, mencari pengetahuan tentang
sesuatu di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan
dengan metode tertentu pula.9

Menurut Rosihon Anwar, dkk. Studi Islam secara etimologis merupakan


terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat
dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka Studi Islam secara harfiah adalah
kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum
sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi Islam dalam
kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, Studi islam adalah
usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas
secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan
agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.10

Sedangkan pengertian Islam secara terminologis sebagaimana yang


dirumuskan para ahli ulama dan cendikiawan bersifat sangat beragam tergantung
dari sudut pandang yang digunakan. Salah satu rumusan definisi Islam adalah
wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.11

Studi keislaman dikalangan umat Islam sendirinya tentunya sangat berbeda


tujuan dan motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan
umat Islam. Dikalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami
dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat
melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan
umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan

9 M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), hlm., 29.
10 Rosihon Anwar, Badruzzaman M. Yusuf dan Saehudin, Pengantar Studi islam,
(Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2009) , hlm. 25.
11 Muhaimin dkk, Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana,
2012), hlm. 1.

5
praktik-praktik agama yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata
sebagai Ilmu pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu
pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan Islam
tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang
bersifat positif maupun negative.
Jadi metodelogi adalah ilmu cara-cara dan langka-langkah yang tepat (untuk
menganalisa sesuatu) penjelasan serta penerapan cara. Istilah metodelogi studi
islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian-kajian seputar ragam
metode yang biasa digunakan dalam studi Islam. Sebut saja misalnya kajian atas
metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Seseorang
yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam
tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.

B. Tujuan Mempelajari Metodelogi Study Islam

Dalam era moderen ini studi Islam menjadi sangat penting. Karena agama,
termasuk Islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Studi
Islam sendiri diharapkan dapat  melahirkan suatu  masyarakat yang siap hidup
bertoleran dalam beragama, sehingga tidak melahirkan muslim ekstrem yang
membalas kekerasan agama dengan kekerasan agama pula. Secara detail arah dan
tujuan studi Islam sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat)


agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan
agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia. Sehubungan
dengan ini, studi Islam dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa
sebenarnya agama Islam diturunkan oleh Allah adalah untuk
membimbing dan mengarahkan serta menyempurnakan pertumbuhan
dan perkembangan agama-agama dan budaya umat dimuka bumi.
Agama-agama yang pada mulanya tumbuh dan berkembang
berdasarkan pengalaman dan penggunaan akal serta budi daya manusia,

6
diarahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme (Tuhan pencipta
alam semesta) yang benar.12
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama
Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya
dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam
sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi bahwa agama Islam adalah
agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama Islam tentunya
sesuai dan cocok dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar dan
tercipta dalam proses penciptaan manusia. Potensi fitrah inilah yang
menyebabkan manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur dan
menyusun sistem kehidupan dan mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup bersama masyarakatnya. Sebagai agama fitrah, maka
pokok-pokok isi ajaran agama Islam akan tumbuh dan berkembang
secara operasional dan bersama dengan pertumbuhan dan
perkembangan fitrah manusia tersebut.13
3. Untuk mempelajari  secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam
yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang
sejarahnya. Studi ini berdasarkan asumsi bahwa agama Islam sebagai
agama samawi terakhir membawa ajaran-ajaran yang bersifat final, dan
mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia, menjawab
tantangan, dan tuntutannya sepanjang zaman. Dalam hal ini sumber
dasar ajaran agama Islam akan tetap aktual dan fungsional terhadap
permasalahan hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman
tersebut.
4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai
dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam
membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan
budaya dan beradaban manusia pada zaman modern ini. Asumsi dari
studi ini adalah bahwa agama Islam yang meyakini mempunyai misi

12 Rosihon Anwar, Badruzzaman M. Yusuf dan Saehudin, Pengantar Studi islam,


(Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2009), hlm. 34.
13 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2006) hlm. 102.

7
sebagai rahmatan li al-‘alamin tentunya mempunyai nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar yang bersifat universal, dan mempunyai daya dan
kemampuan untuk membimbing, mengarahkan, mengontrol, dan
mengendalikan faktor-faktor potensial dari pertumbuhan dan
perkembangan sistem budaya dan peradaban modern.14

Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi Islam


diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha
pembaharuan dalam pemikiran aiaran-ajaran Islam yang merupakan warisan
doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman
tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman
dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sumber agama Islam
yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mempelejari metodologi studi Islam
juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat
islam agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan
serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang ini.15

Maka dari itu kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya dari
semua disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek Islam, karena studi Islam
merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama.
Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus ada dalam setiap studi Ilmu
khususnya di Indonesia.

C. Ruang Lingkup Studi Islam

 Pembahasan kajian keislaman mengikuti wawasan dan keahlian para


pengkajinya, sehingga terkesan ada nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya,
secara material, ruang lingkup studi Islam dalam tradisi sarjana barat, meliputi
pembahasan mengenai ajaran, doktrin, teks sejarah dan instusi-instusi keislaman
pada awalnya ketertarikan sarjana barat terhadap pemikiran Islam lebih karena
kebutuhan akan penguasaan daerah koloni. Mengingat daerah koloni pada

14 Ibid,...hlm. 103.
15 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hlm. 13

8
umumnya adalah Negara Negara yang banyak didomisili warga Negara yang
beragama Islam, sehingga mau tidak mau mereka harus faham budaya lokal.
Kasus ini dapat dilihat pada perang aceh sarjana belanda telah mempelajari Islam
terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi deengan asumsi ia telah memahami
budaya dan peradapan massyarakat aceh yang mayoritas beragama islam.

Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan
asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu
pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orentalis diambil sebagai dasar
kebijakan oleh penguasa colonial yang tentunya lebih menguntungkan mereka
ketimbang rakyat banyak diwilayah jajahanya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih
menguntungkan kaum penjajah tatas dasar masukan ini para penjajah colonial
dapat mengambil kebijakan didaerah koloni dengan mempertimbangkan budaya
lokal. Atas masukkan ini, para penjajah mampu membuat  kekuatan social,
masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan keutunganya. Setelah
mengalami keterpurukan, dunia islam mulai bangkit memalui para pembaru yang
telah dicerahkan. Dari kelompok ini munculah gagasan agar umat islam mengejar
ketertinggalanya dari umat lain.

          Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:

1. Agama Sebagai Doktrin dari Tuhan


Agama Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya
sudah  final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya. 16 Kata doktrin berasal
dari bahasa inggris doctrine yang berarti ajaran. Dari kata doctrine itu kemudian
dibentuk kata doktina;, yang berarti yang berkenaan dengan ajaran atau bersifat
ajaran.
Uraian ini berkenaan dengan Islam sebagai sasaran atau obyek studi
doctrinal tersebut. Ini berarti dalam studi doctrinal kali yang di maksud adalah
studi tentang ajaran Islam atau studi Islam dari sisi teori-teori yang dikemukakan
oleh Islam.

16 http://elsya2389.blogspot.com/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html

9
Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: “al-Islamu
wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam
lisa`adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat).17
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka
inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-
Qur`an dan As-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang
terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah An-
Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan As-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah.
Sekarang ini kalau kita ingin lihat As-Sunnah atau Al-Hadist, kita dapat lihat di
berbagai kitab hadist. Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun oleh Imam
Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain.

Dari kedua sumber itulah, Al-Qur`an dan As-Sunnah, ajaran Islam diambil.
Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata
dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan
keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.

Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada
di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan
secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang
tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara
ijtihad.

Dengan demikian, maka ajaran Islam selain termaktub pula di dalam


penjelasan atau tafsiran-tafsiran para ulama melalui ijtihad itu. Hasil ijtihad
selama tersebar dalam semua bidang, bidang yang lain. Semua itu dalam bentuk
buku-buku atau kitab-kitab, ada kitab fiqih, kitab ilmu kalam, kitab akhlaq, dan
lain-lain.

17 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007 ) Hlm. 19.

10
Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung
diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan
kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari
jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di
dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini
semakin banyak.

2. Sebagai Gejala Budaya


Yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan
agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.   Pada awalnya
ilmu hanya ada dua Suatu penemuan yang dihasilkan seseorang pada suaktu-
waktu mengenai suatu gejala sifat alam.
Cara-cara pendekatan dalam mempelajari agama dapat dibagi ke dalam dua
golongan besar, yaitu model studi ilmu-ilmu social dan model studi budaya.
Tujuan mempelajari agama Islam juga dapat dikategorikan ke dalam dua
macam, yang pertama, untuk mengetahui, memahami, menghayati dan
mengamalkan. Kedua, untuk obyek penelitian. Artinya, kalau yang pertama
berlaku khusus bagi umat Islam saja, baik yang masih awam, atau yang sudah
sarjana. Akan tetapi yang kedua berlaku umum bagi siapa saja, termasuk sarjana-
sarjana bukan Islam, yaitu memahami. Akan tetapi realitasnya ada yang sekedar
sebagai obyek penelitian saja.
Untuk memahami suatu agama, khususnya Islam memang harus melalui dua
model, yaitu tekstual dan konstektual. Tekstual, artinya memahami Islam melalui
wahyu yang berupa kitab suci. Sedangkan kontekstual berarti memahami Islam
lewat realitas social, yang berupa perilaku masyarakat yang memeluk agama
bersangkutan.
3. Sebagai interaksi social
Yaitu realitas umat Islam. Bila Islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang
lingkup studi islam dapat dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin
merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak
memerlukan penelitian didalamnya.

11
Melalui pendekatan antropologi hubungan agama dengan berbagai
masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan
fungsional dan berbagai fenomena kehidupan manusia.18

Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang
Islam sebagai gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut
agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang
saling berkaitan.

M. Atho Mudzhar, menulis dalam bukunya, pendekatan Studi Islam dalam


Teori dan Praktek, bahwa ada lima bentuk gejala agama yang perlu diperhatikan
dalam mempelajari atau menstudi suatu agama. Pertama, scripture atau naskah-
naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama. Kedua, para penganut atau
pemimpin atau pemuka agama, yaitu yang berkenaan dengan perilaku dan
penghayatan para penganutnya. Ketiga, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat,
seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, organisasi-
organisasi keagamaan tempat penganut agama berkumpul, seperti NU dan lain-
lain.19

BAB III
PENUTUP

18 Abuddin nata, Metodologi studi islam (Jakarta: Rajawali pres, 2012)  hlm. 38


19 Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2007 ) hlm. 13-14

12
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengertian studi Islam secara etimologis adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam
seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik
ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara secara terminologis  adalah usaha
mengarahkan individu baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat,
jasmani maupun rohani, menurut ajaran Islam dengan mengembangkan
seluruh aspek khidupan manusia untuk kehidupan yang lebih biak sesuai
dengan fitrahnya.
2. Tujuan dari studi Islam antara lain untuk mempelajari secara mendalam
hakikat Islam. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi
ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan  budaya dan
peradaban Islam sepanjang sejarah. Untuk mempelajari secara mendalam
sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan
bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Untuk mempelajari secara
mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan
bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern ini.
B. Saran
Kami yakin bahwa tulisan kami ini, masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik dari pembaca, penulis harapkan sekali demi penyempurnaan
tulisan/tugas makalah ini.

13

Anda mungkin juga menyukai