PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sangat komplek. Sehingga dalam
memahaminya pun dibutuhkan cara yang tepat agar dapat tercapai suatu
pemahaman yang utuh tentang Islam. Di Indonesia sejak Islam masuk pertama
kali sampai saat ini telah timbul berbagai macam pemahaman yang berbeda
mengenai Islam. Sehingga dibutuhkanlah penguasaan tentang cara-cara yang
digunakan dalam memahami Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
BAB II
1 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan Masyarakat ,
(Jakarta:Gema Insani Press,1995), hlm: 25
1
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DAN TUJUAN MEMPELAJARI MSI
Secara bahasa, Metodologi Studi Islam berasal dari kata metodologi, Studi,
dan Islam: Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata
“Methhod” berarti jalan, dan ”Logos” yang berarti ilmu. Sehingga metodologi
berarti imu tentang jalan atau cara. Dalam KBBI disebutkan bahwa “metode”
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna
mencarpai tujuan yang telah ditentukan.2
Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti mempelajari atau
mengkaji. Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama.
Salima mengandung arti selamat tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga
mengandung arti kepatuhan, ketundukan , berserah. Yang disebut muslim adalah
orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada ajaran Islam dan
akan selamat dunia dan akhirat.3
2 https://kbbi.web.id/metode
3 Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 2.
4 Abuy Sodikin, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Insan Madani), hlm. 4.
2
dan menjelaskan aturan-aturan, prosedur-prosedur sebagai metode ilmiah. 5 Studi
berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam sebagai sumber
ajaran, pemahaman, maupun pengamalan. Sedangkan Islam adalah nama sebuah
agama samawi yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW agar menjadi
pedoman bagi manusia.6
Kata, “Studi” dan “Islam” ini menghasilkan makna baru yang berbeda
dengan makna ketika kata tersebut masih menjadi kata yang tunggal.
Sebagaimana karakteristik pengertian yang sarat keragaman, pengertian tentang
studi Islam juga sangat beragam, tergantung siapa yang merumuskan, apa latar
belakang pendidikannnya, sudut pandang yang digunakan, dan sebagainya.
Sebagai contoh adalah rumusan pengertian studi islam yang dibuat oleh
Moh. Nurhakim. Menurut Nurhakim, penggunaan istilah studi Islam bertujuan
untuk mengungkapkan beberapa maksud:
Kedua, Studi Islam yang di konotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan
kurikulum suatu kajian atas Islam, seperti ilmu-ilmu agama Islam (fikih atau
kalam).
5 Mukti Ali. Metode Memahami Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1991). Hlm. 68.
6 Abuy Sodikin, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Insan Madani), hlm. 4.
3
Muslim. Atas dasar pembedaan ini, demikian Waardenburg, ia mengidentifikasi
tiga pola kerja berbeda yang masuk dalam ruang studi islam.
Kedua, kajian non-normatif agama islam. biasanya kajian dalam jenis ini di
lakukan berbagai universitas dalam bentuk penggalian secara lebih mendalam dari
suatu ajaran islam. ketiga, kajian non-normatif atas berbagai aspek keislaman
yang berkaitan dengan kultur dan masyarakat Muslim. Dalam lingkup yang lebih
luas, kajian ini tidak secara langsung terkait dengan Islam sebagai sebuah norma
Berdasarkan paparan di atas dapat kita pahami bahwa studi islam memiliki
cakupan makna, pembagian, dan juga bidang garap yang berbeda. Namun
demikian, titik tekan utamanya terletak pada ajaran Islam.7
Metodologi studi islam adalah prosedur yang ditempuh secara ilmiah, cepat
dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik dari
sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber maupun sejarahnya, serta berbagai
alirannya. Rumusan Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi
7 Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: TERAS, 2009), hlm. 1-5.
8 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hlm. 2.
4
adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh
keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar, atau meningkatkan suatu
keterampilan. Sementara Muhammad Hatta mengartikan studi sebagai
mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan, mencari pengetahuan tentang
sesuatu di dalam hubungan sebab dan akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan
dengan metode tertentu pula.9
9 M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Pustaka Nuun, 2010), hlm., 29.
10 Rosihon Anwar, Badruzzaman M. Yusuf dan Saehudin, Pengantar Studi islam,
(Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2009) , hlm. 25.
11 Muhaimin dkk, Studi Islam dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana,
2012), hlm. 1.
5
praktik-praktik agama yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata
sebagai Ilmu pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu
pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan Islam
tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang
bersifat positif maupun negative.
Jadi metodelogi adalah ilmu cara-cara dan langka-langkah yang tepat (untuk
menganalisa sesuatu) penjelasan serta penerapan cara. Istilah metodelogi studi
islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian-kajian seputar ragam
metode yang biasa digunakan dalam studi Islam. Sebut saja misalnya kajian atas
metode normative, historis, filosofis, komparatif dan lain sebagainya. Seseorang
yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam
tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
Dalam era moderen ini studi Islam menjadi sangat penting. Karena agama,
termasuk Islam memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Studi
Islam sendiri diharapkan dapat melahirkan suatu masyarakat yang siap hidup
bertoleran dalam beragama, sehingga tidak melahirkan muslim ekstrem yang
membalas kekerasan agama dengan kekerasan agama pula. Secara detail arah dan
tujuan studi Islam sendiri dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
diarahkan oleh Islam menjadi agama monotheisme (Tuhan pencipta
alam semesta) yang benar.12
2. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama
Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan operasionalisasinya
dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam
sepanjang sejarahnya. Studi ini berasumsi bahwa agama Islam adalah
agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama Islam tentunya
sesuai dan cocok dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi dasar dan
tercipta dalam proses penciptaan manusia. Potensi fitrah inilah yang
menyebabkan manusia mempunyai kemampuan untuk mengatur dan
menyusun sistem kehidupan dan mampu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup bersama masyarakatnya. Sebagai agama fitrah, maka
pokok-pokok isi ajaran agama Islam akan tumbuh dan berkembang
secara operasional dan bersama dengan pertumbuhan dan
perkembangan fitrah manusia tersebut.13
3. Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama Islam
yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya sepanjang
sejarahnya. Studi ini berdasarkan asumsi bahwa agama Islam sebagai
agama samawi terakhir membawa ajaran-ajaran yang bersifat final, dan
mampu memecahkan masalah-masalah kehidupan manusia, menjawab
tantangan, dan tuntutannya sepanjang zaman. Dalam hal ini sumber
dasar ajaran agama Islam akan tetap aktual dan fungsional terhadap
permasalahan hidup dan tantangan serta tuntutan perkembangan zaman
tersebut.
4. Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai
dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam
membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan
budaya dan beradaban manusia pada zaman modern ini. Asumsi dari
studi ini adalah bahwa agama Islam yang meyakini mempunyai misi
7
sebagai rahmatan li al-‘alamin tentunya mempunyai nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar yang bersifat universal, dan mempunyai daya dan
kemampuan untuk membimbing, mengarahkan, mengontrol, dan
mengendalikan faktor-faktor potensial dari pertumbuhan dan
perkembangan sistem budaya dan peradaban modern.14
Maka dari itu kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya dari
semua disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek Islam, karena studi Islam
merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama.
Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus ada dalam setiap studi Ilmu
khususnya di Indonesia.
14 Ibid,...hlm. 103.
15 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hlm. 13
8
umumnya adalah Negara Negara yang banyak didomisili warga Negara yang
beragama Islam, sehingga mau tidak mau mereka harus faham budaya lokal.
Kasus ini dapat dilihat pada perang aceh sarjana belanda telah mempelajari Islam
terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi deengan asumsi ia telah memahami
budaya dan peradapan massyarakat aceh yang mayoritas beragama islam.
Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan
asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu
pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orentalis diambil sebagai dasar
kebijakan oleh penguasa colonial yang tentunya lebih menguntungkan mereka
ketimbang rakyat banyak diwilayah jajahanya. Hasil studi ini sesungguhnya lebih
menguntungkan kaum penjajah tatas dasar masukan ini para penjajah colonial
dapat mengambil kebijakan didaerah koloni dengan mempertimbangkan budaya
lokal. Atas masukkan ini, para penjajah mampu membuat kekuatan social,
masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan keutunganya. Setelah
mengalami keterpurukan, dunia islam mulai bangkit memalui para pembaru yang
telah dicerahkan. Dari kelompok ini munculah gagasan agar umat islam mengejar
ketertinggalanya dari umat lain.
Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari segi sisi:
16 http://elsya2389.blogspot.com/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html
9
Islam di definisikan oleh sebagian ulama sebagai berikut: “al-Islamu
wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin Sallahu`alaihi wasallam
lisa`adati al-dunya wa al-akhirah” (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat).17
Berdasarkan pada definisi Islam sebagaimana di kemukakan di atas, maka
inti dari Islam adalah wahyu. Sedangkan wahyu yang dimaksud di atas adalah al-
Qur`an dan As-Sunnah. Al-Qur`an yang kita sekarang dalam bentuk mushaf yang
terdiri tiga puluh juz, mulai dari surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah An-
Nas, yang jumlahnya 114 surah.
Sedangkan As-Sunnah telah terkodifikasi sejak tahun tiga ratus hijrah.
Sekarang ini kalau kita ingin lihat As-Sunnah atau Al-Hadist, kita dapat lihat di
berbagai kitab hadist. Misalnya kitab hadist Muslim yang disusun oleh Imam
Muslim, kitab hadist Shaleh Bukhari yang ditulis Imam al-Bukhari, dan lain-lain.
Dari kedua sumber itulah, Al-Qur`an dan As-Sunnah, ajaran Islam diambil.
Namun meski kita mempunyai dua sumber, sebagaimana disebut diatas, ternyata
dalam realitasnya, ajaran Islam yang digali dari dua sumber tersebut memerlukan
keterlibatan tersebut dalam bentuk ijtihad.
Dengan ijtihad ini, maka ajaran berkembang. Karena ajaran Islam yang ada
di dalam dua sumber tersebut ada yang tidak terperinci, banyak yang diajarkan
secara garis besar atau global. Masalah-masalah yang berkembang kemudian yang
tidak secara terang disebut di dalam dua sumber itu di dapatkan dengan cara
ijtihad.
10
Sampai disini jelaslah, bahwa ternyata ajaran Islam itu selain langsung
diambil dari al-Qur`an dan al-Sunnah, ada yang diambil melalui ijtihad. Bahkan
kalau persoalan hidup ini berkembang dan ijtihad terus dilakukan untuk mencari
jawaban agama Islam terhadap persoalan hidup yang belum jelas jawabannya di
dalam suatu sumber yang pertama itu. Maka ajaran yang diambil dari ijtihad ini
semakin banyak.
11
Melalui pendekatan antropologi hubungan agama dengan berbagai
masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula agama terlihat akrab dan
fungsional dan berbagai fenomena kehidupan manusia.18
Islam sebagai sasaran studi social ini dimaksudkan sebagai studi tentang
Islam sebagai gejala social. Hal ini menyangkut keadaan masyarakat penganut
agama lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala social lainnya yang
saling berkaitan.
BAB III
PENUTUP
12
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pengertian studi Islam secara etimologis adalah usaha sadar dan sistematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam
seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik
ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara secara terminologis adalah usaha
mengarahkan individu baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat,
jasmani maupun rohani, menurut ajaran Islam dengan mengembangkan
seluruh aspek khidupan manusia untuk kehidupan yang lebih biak sesuai
dengan fitrahnya.
2. Tujuan dari studi Islam antara lain untuk mempelajari secara mendalam
hakikat Islam. Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi
ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran dan
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan
peradaban Islam sepanjang sejarah. Untuk mempelajari secara mendalam
sumber dasar ajaran agama Islam yang tetap abadi dan dinamis, dan
bagaimana aktualisasinya sepanjang sejarahnya. Untuk mempelajari secara
mendalam prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran agama Islam, dan
bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman
modern ini.
B. Saran
Kami yakin bahwa tulisan kami ini, masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik dari pembaca, penulis harapkan sekali demi penyempurnaan
tulisan/tugas makalah ini.
13