Nim : 150702092
Resume
Menurut bahasa (Etimologi), metodologi berasal dari kata method dan logos.
Method artinya cara dan logos artinya ilmu. Secara sederhana metodologi adalah ilmu
tentang cara. Menurut Ahmad Tafsir (1995:9) metodologi adalah cara yang paling cepat
dan tepat dalam melakukan sesuatu. dalam hal ini ilmu tentang cara studi Islam.
Abraham Kaflan yang dikutip Abuy Sodikin (2000:4) menjelaskan bahwa metodologi
adalah pengkajian dengan penggambaran (deskripsi), penjelasan (explanasi) dan
pembenaran (justifikasi). Berdasarkan pendapat Kaflan, metodologi mengandung unsur-
unsur:
1. Pengkajian (study)
2. Penggambaran (deskripsi)
3. Penjelasan (ekplanasi)
4. Pembenaran (justifikasi)
Studi berasal dari bahasa Inggris, study artinya mempelajari atau mengkaji, yang
berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam sebagai sumber ajaran,
pemahaman, maupun pengamalan. Islam berasal dari bahasa Arab, dari kata salima dan
aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk dan berserah. Aslama juga
mengandung arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Orang yang tunduk, patuh dan
berserah diri kepada ajaran Islam disebut muslim, dan akan selamat dunia akhirat.
Secara istilah, Islam adalah nama sebuah agama samawi yang disampaikan melalui para
Rasul Allah, khususnya Rasulullah Muhammad SAW, untuk menjadi pedoman hidup
manusia.
Di Barat kajian Islam terkenal dengan Islamic Studies, yaitu usaha mendasar dan
sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk
beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, sejarahnya,
maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari
sepanjang sejarahnya (Djamaluddin, 1999:127). Metodologi studi Islam adalah prosedur
yang ditempuh secara ilmiah, cepat dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas
dalam berbagai aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber
ajaran maupun sejarahnya.
Dalam metodologi Studi Islam terdapat prosedur ilmiah, sebagai ciri pokoknya,
yang membedakan dengan studi Islam lainnya yang tanpa metodologi. Kegiatan
pengajian misalnya, berbeda dengan kegiatan pengkajian. Pengajian adalah proses
memperoleh pengetahuan Islam yang bersifat normatif-teologis bersumber pada
Alquran dan Sunnah yang dipahami berdasarkan salah satu pemahaman tokoh madzhab
tertentu. Hasilnya umat memperoleh dan mengamalkan pengetahuan Islamnya sesuai
dengan pemahaman madzhabnya. Benar dan salah diukur oleh pendapat madzhabnya.
Dalam pengajian Islam tidak dibuka wacana dan pemahaman lain selain paham
madzhabnya. Jika suatu kali menyentuh paham madzhab lain, tidak dibahas apalagi
dipertimbangkan, akan tetapi segera dianggap sesuatu yang keliru, sesat, menyimpang
dan tidak jarang dikafirkan. Umat nyaris tidak tahu ada banyak paham madzhab lain
yang juga benar. Umat Islam pada umumnya hanya tahu bahwa Islam satu, yang benar
itu satu yakni menurut madzhab tertentu. Di Indonesia dalam pengajian itu umumnya
kalau dalam bidang tauhid madzhabny Asyariah/Ahlussunah waljamaah, bidang fikih
madzhabnya Imam Syafi’i, bidang tasawuf madzhab suni bercorak amali. Pengajian
biasanya diselenggarakan dalam majelis-majelis taklim dengan berbagai bentuknya,
begitu juga kebanyakan madrasah dan pesantren dalam mempelajari Islam lebih mirip
kegiatan pengajian ketimbang pengkajian.
1. Memberikan wawasan yang luas tentang Islam baik dari segi aspek-aspek
ajarannya maupun dari segi aliran-aliran pemikirannya.
2. Umat akan memiliki sikap pleksibel jika berhadapan dengan pihak lain yang
berbeda aliran madzhabnya, bahkan berbeda agamanya.
3. Umat akan memiliki banyak alternatif untuk menganut salah satu
pemikiran, madzhab atau pemahaman yang dianggap lebih sesuai dan
meyakinkan jiwa dan pikirannya sesuai dengan situasi, tempat dan zaman
yang selalu berkembang dinamis.
Selain itu umat Islam akan semakin toleran terhadap pihak lain yang berbeda pendapat
Sebagai objek kajian keilmuan atau objek penelitian ilmiah, agama dapat
difahami dan didekati dengan berbagai macam pendekatan (approach). Di samping
pendekatan filosofis, arkeologis, antropologis, sosiologis, psikologis, fenomenologis,
menurut Chumaidy (1971:71), juga bisa menggunakan pendekatan perbandingan
(comparative-approach).
Selain itu, agama juga bisa dikaji dan diteliti dengan menggunakan pendekatan
lain yang beraneka ragam serta memiliki ciri-ciri yang spesifik dalam pengkajian dan
penelitiannya. Berikut ini, secara rinci akan dikemukakan tentang pendekatan historis,
pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, dan pendekatan holistik.
c. Pendekatan Sosiologis
d. Pendekatan Holistik
a. Metode Filologi
b. Metode Deskriptif
Deskripsi memiliki arti uraian apa adanya yang berasal dari suatu tempat atau
tokoh pelaku sebuah peristiwa. Bisa juga berasal dari seorang tokoh yang menyangkut
pemikirannya. Metode ini digunakan jika peneliti ingin mengangkat sosok pemikiran
yang diteliti. Karena tujuannya yang seperti itu, maka yang dilakukan hanya
menggunakan pemikiran pengarang dengan cara menjelaskan dan menghubungkan
secara cermat data dalam bentuk-bentuk pernyataan dan rumusan-rumusan pendapat.
Selanjutnya, jika penelitian ingin diperdalam pada implikasi-implikasi logis maupun
emperik, maka dilakukan analisis rasional kosa kata atau sosial empirik.
c. Metode Komparatif
Komparatif artinya perbandingan antara yang satu dengan yang lainnya Metode
perbandingan dimaksudkan untuk menemukan tipe, corak atau kategori suatu
pemikiran, kemudian memposisikannya dalam peta pemikiran secara umum. Yang
dilakukan dalam metode perbandingan adalah, pertama-tama mengemukakan teori
induk yang menggambarkan tipologi atau aliran-aliran pemikiran dengan berbagai
indikatomya. Teori ini kemudian digunakan untuk mendeduksi pemikiran yang telah
direkonstruksi (dibangun kembali).
e. Metode Mistikal
f. Metode Filsafat
1) Metode Socrates.
Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat
menimbulkan pertanyaan berikutnya dan jawabannya sekali. Semacam dialog
secara kritis, si penanya menemukan jawabannya sendiri.
2) Metode Dialektis.
Metode ini sudah dipakai sejak Aristoteles. Suatu metode dengan proses
dialektika. Menurut Aristoteles, dialektika merupakan pemikiran yang togis.
Sekarang dialek tika dipakai oteh Hegel daiam arti cara berfikir/pemikiran
bertahap melalui trilogi yakni these-anti these-synthesa.
3) Metode Fenomenologi.